83%(6)83% menganggap dokumen ini bermanfaat (6 suara)
10K tayangan2 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang sifat dan yang disifati (maushuf) dalam bahasa Arab. Terdapat beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam menyusun kalimat sifat dan maushuf, seperti jenis kelamin, bentuk, dan kedudukan kata sifat harus sesuai dengan yang disifatinya. Kedudukan kata sifat akan mengikuti bentuk maushuf-nya, seperti marfu', manshub, atau majrur.
Deskripsi Asli:
SHIFAT ( صِفَة ) dan MAUSHUF ( مَوْصُوْف )
Bila rangkaian dua buah Isim atau lebih, semuanya dalam keadaan Nakirah (tanwin) atau semuanya dalam keadaan Ma’rifah (alif-lam) maka kata yang di depan dinamakan Maushuf (yang disifati) sedang yang di belakang adalah Shifat.
Dokumen tersebut membahas tentang sifat dan yang disifati (maushuf) dalam bahasa Arab. Terdapat beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam menyusun kalimat sifat dan maushuf, seperti jenis kelamin, bentuk, dan kedudukan kata sifat harus sesuai dengan yang disifatinya. Kedudukan kata sifat akan mengikuti bentuk maushuf-nya, seperti marfu', manshub, atau majrur.
Dokumen tersebut membahas tentang sifat dan yang disifati (maushuf) dalam bahasa Arab. Terdapat beberapa aturan yang harus diperhatikan dalam menyusun kalimat sifat dan maushuf, seperti jenis kelamin, bentuk, dan kedudukan kata sifat harus sesuai dengan yang disifatinya. Kedudukan kata sifat akan mengikuti bentuk maushuf-nya, seperti marfu', manshub, atau majrur.
Yang Disifati) 1. SHIFAT ( ) ِصفَةdan MAUSHUF ( ص ْوف ُ ) َم ْو Bila rangkaian dua buah Isim atau lebih, semuanya dalam keadaan Nakirah (tanwin) atau semuanya dalam keadaan Ma’rifah (alif-lam) maka kata yang di depan dinamakan Maushuf (yang disifati) sedang yang di belakang adalah Shifat. بَيْتٌ َج ِد ْي ٌد = (sebuah) rumah baru ا َ ْل َبيْتُ ا ْل َج ِد ْي ُد = rumah yang baru س ٌع ِ بَيْتٌ َك ِبي ٌْر َوا = (sebuah) rumah besar lagi luas س ُع ْ ْ ْ ِ اَل َبيْتُ ال َك ِبي ُْر ال َوا = rumah yang besar lagi luas
Terdapat beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimatal-shifat
wa al-maushuf. Ketentuan yang dimaksud, meliputi 11 hal, yaitu: 1. Apabila yang disifatinya mudzakkar, maka sifatnya juga harus mudzakkar.Contoh: حضر الطالب الجديد 2. Apabila yang disifatinya muannats, maka sifatnya juga harus muannats.Contoh : حضرت االستاذة الكريمة 3. Apabila yang disifatinya nakirah, maka sifatnya juga harus nakirah.Contoh : حضر طالب جديد 4. Apabila yang disifatinya ma’rifah, maka sifatnya juga harus ma’rifah.Contoh: جاء االستاذ الكريم 5. Apabila yang disifatinya tunggal (mufrad), maka sifatnya juga harus tunggal. Contoh: دخل الرجل السمين 6. Apabila yang disifatinya mutsanna, maka sifatnya juga harus mutsanna.Contoh : دخل العميدان الكريمان 7. Apabila yang disifatinya jamak berakal, maka sifatnya juga harus jamak. Contoh: جاء المديرون الكرام 8. Apabila yang disifatinya jamak tidak berakal, maka sifatnya harus tunggalmuannats. Contoh : شربت الجواميس الكبيرة 9. Apabila yang disifatinya marfu’, maka sifatnya juga harus marfu’.Contoh: الموظف المجتهد نشيط 10. Apabila yang disifatinya manshub, maka sifatnya juga harus manshb.Contoh: شربت القهوة الساخنة 11. Apabila yang disifatinya majrur, maka sifatnya juga harus majrur.Contoh: دخلنا على العميد الكريم 2. Kedudukan al-Maushuf dan I’rab shifat-nya Pada pembahasan ini akan dijelaskan kedudukan maushuf dalam susunan kalimat, yang mana i’rab sifatnya mengikuti maushuf-nya. Dalam beberapa keadaan, hubungan antara maushuf dengan sifatnya tetap terpelihara, misalnya: Sifat pada al-mubtada’. Dalam hal ini kedudukan sifat mengikuti maushuf-nya, yaitu marfu’. Contoh: الطالب الجديد حضر Sifat pada al-khabar. Kedudukan sifat dengan maushuf-nya sama seperti di atas, yaitu marfu’. Contoh: هذا كتاب جديد Sifat pada al-fa’il. Sebagaimana halnya dengan al-mubtada’ dan al-khabar, sifatal- fa’il juga mengikuti maushuf-nya dalam bentuk marfu’. Contoh: حضر االستاذ الكريم Sifat pada al-maf’ul bih. Dalam hal ini kedudukan sifat mengikuti maushuf-nya, yaitu manshub. Contoh: ساعدت الرجل الضعيف Sifat pada isim majrur. Dalam hal ini kedudukan sifat mengikuti maushuf-nya, yaitu majrur. Contoh: نظرت الى العامل القوى
Referensi Mostafa Nuri, al-Arabiyyah al Muyassarah, Jakarta: Pustaka Arif, 2008. H. Chatibul Umam, Pedoman Dasar Ilmu Nahwu, Jakarta: 1987