Anda di halaman 1dari 2

ُ ‫ َم ْو‬-‫صفَة‬

‫ص ْوف‬ ِ SIFAT – MAUSHUF (Sifat dan


Yang Disifati)
1. SHIFAT ( ‫ ) ِصفَة‬dan MAUSHUF ( ‫ص ْوف‬
ُ ‫) َم ْو‬
Bila rangkaian dua buah Isim atau lebih, semuanya dalam keadaan Nakirah (tanwin)
atau semuanya dalam keadaan Ma’rifah (alif-lam) maka kata yang di depan dinamakan
Maushuf (yang disifati) sedang yang di belakang adalah Shifat.
‫بَيْتٌ َج ِد ْي ٌد‬ = (sebuah) rumah baru
‫ا َ ْل َبيْتُ ا ْل َج ِد ْي ُد‬ = rumah yang baru
‫س ٌع‬ ِ ‫بَيْتٌ َك ِبي ٌْر َوا‬ = (sebuah) rumah besar lagi luas
‫س ُع‬ ْ ْ ْ
ِ ‫اَل َبيْتُ ال َك ِبي ُْر ال َوا‬ = rumah yang besar lagi luas

Terdapat beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimatal-shifat


wa al-maushuf. Ketentuan yang dimaksud, meliputi 11 hal, yaitu:
1. Apabila yang disifatinya mudzakkar, maka sifatnya juga
harus mudzakkar.Contoh: ‫حضر الطالب الجديد‬
2. Apabila yang disifatinya muannats, maka sifatnya juga harus muannats.Contoh
: ‫حضرت االستاذة الكريمة‬
3. Apabila yang disifatinya nakirah, maka sifatnya juga harus nakirah.Contoh : ‫حضر‬
‫طالب جديد‬
4. Apabila yang disifatinya ma’rifah, maka sifatnya juga harus ma’rifah.Contoh: ‫جاء‬
‫االستاذ الكريم‬
5. Apabila yang disifatinya tunggal (mufrad), maka sifatnya juga harus tunggal.
Contoh: ‫دخل الرجل السمين‬
6. Apabila yang disifatinya mutsanna, maka sifatnya juga harus mutsanna.Contoh : ‫دخل‬
‫العميدان الكريمان‬
7. Apabila yang disifatinya jamak berakal, maka sifatnya juga harus jamak. Contoh: ‫جاء‬
‫المديرون الكرام‬
8. Apabila yang disifatinya jamak tidak berakal, maka sifatnya harus tunggalmuannats.
Contoh : ‫شربت الجواميس الكبيرة‬
9. Apabila yang disifatinya marfu’, maka sifatnya juga harus marfu’.Contoh: ‫الموظف‬
‫المجتهد نشيط‬
10. Apabila yang disifatinya manshub, maka sifatnya juga harus manshb.Contoh: ‫شربت‬
‫القهوة الساخنة‬
11. Apabila yang disifatinya majrur, maka sifatnya juga harus majrur.Contoh: ‫دخلنا على‬
‫العميد الكريم‬
2. Kedudukan al-Maushuf dan I’rab shifat-nya
Pada pembahasan ini akan dijelaskan kedudukan maushuf dalam susunan
kalimat, yang mana i’rab sifatnya mengikuti maushuf-nya. Dalam beberapa keadaan,
hubungan antara maushuf dengan sifatnya tetap terpelihara, misalnya:
 Sifat pada al-mubtada’. Dalam hal ini kedudukan sifat mengikuti maushuf-nya,
yaitu marfu’. Contoh: ‫الطالب الجديد حضر‬
 Sifat pada al-khabar. Kedudukan sifat dengan maushuf-nya sama seperti di atas,
yaitu marfu’. Contoh: ‫هذا كتاب جديد‬
 Sifat pada al-fa’il. Sebagaimana halnya dengan al-mubtada’ dan al-khabar, sifatal-
fa’il juga mengikuti maushuf-nya dalam bentuk marfu’. Contoh: ‫حضر االستاذ الكريم‬
 Sifat pada al-maf’ul bih. Dalam hal ini kedudukan sifat mengikuti maushuf-nya,
yaitu manshub. Contoh: ‫ساعدت الرجل الضعيف‬
 Sifat pada isim majrur. Dalam hal ini kedudukan sifat mengikuti maushuf-nya,
yaitu majrur. Contoh: ‫نظرت الى العامل القوى‬

Referensi
Mostafa Nuri, al-Arabiyyah al Muyassarah, Jakarta: Pustaka Arif, 2008.
H. Chatibul Umam, Pedoman Dasar Ilmu Nahwu, Jakarta: 1987

Anda mungkin juga menyukai