PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Bahasa Arab adalah bahasa yang dipergunakan oleh Allah Swt. dalam Al-Qur’an, yang menjadi
pedoman hidup bagi umat Islam. Pemahaman yang baik dan benar terhadap bahasa Arab akan
menjadi alat utama dalam menerjemahkan dan menafsirkan makna ayat yang dikandung dalam
setiap ayat kitab suci ini.
Dalam beberapa ayat, Allah Swt. menggunakan kata-kata berupa penyifatan, baik terhadap diri-
Nya maupun terhadap benda-benda yang disebutkan-Nya. Seperti halnya dalam bahasa
Indonesia dan Inggris, penggunaan kata sifat berarti penjelasan tentang sifat benda. Dalam
bahasa Arab, konsep ini disebut sebagai sifat wa mausuf (Kata sifat dan yang disifati).
Dalam makalah ini penulis akan memaparkan tentang masalah di atas, semoga penjelasan yang
penulis paparkan nantinya dapat memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca.
b. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka muncul beberapa poin yang akan menjadi acuan pemaparan
penulis tentang sifat wa mausuf, yaitu :
Terdapat beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan dalam menyusun kalimat al-shifat wa al-
maushuf. Ketentuan yang dimaksud, meliputi 11 hal, yaitu:
1. Apabila yang disifatinya mudzakkar, maka sifatnya juga harus mudzakkar. Contoh: حضر الطالب
الجديد
Isim mudzakkar adalah isim yang menunjukkan laki-laki.
2. Apabila yang disifatinya muannats, maka sifatnya juga harus muannats. Contoh : حضرت االستاذة
الكريمة
Isim muannats adalah isim yang menunjukkan perempuan.
3. Apabila yang disifatinya nakirah, maka sifatnya juga harus nakirah. Contoh : حضر طالب جديد
4. Apabila yang disifatinya ma’rifah, maka sifatnya juga harus ma’rifah. Contoh: جاء االستاذ الكريم
Isim mufrad adalah isim yang menunjukkan jumlah satu (1) atau tunggal.
6. Apabila yang disifatinya mutsanna, maka sifatnya juga harus mutsanna. Contoh : دخل العميدان
الكريمان
Isim mutsanna atau tatsniyah adalah isim yang menunjukkan jumlah dua (2) atau ganda.
7. Apabila yang disifatinya jamak berakal, maka sifatnya juga harus jamak. Contoh: جاء المديرون
الكرام
Isim jamak adalah isim yang menunjukkan jumlah banyak ( lebih dari dua ) / plural.
8. Apabila yang disifatinya jamak tidak berakal, maka sifatnya harus tunggal muannats. Contoh :
شربت الجواميس الكبيرة
9. Apabila yang disifatinya marfu’, maka sifatnya juga harus marfu’. Contoh: الموظف المجتهد نشيط
Al-Marfu’ menurut bahasa merupakan isim maf’ul dari kata rafa’a (mengangkat).
10. Apabila yang disifatinya manshub, maka sifatnya juga harus manshb. Contoh: شربت القهوة الساخنة
11. Apabila yang disifatinya majrur, maka sifatnya juga harus majrur. Contoh: دخلنا على العميد الكريم
a. Kesimpulan
1. Sifat (Naat) adalah adalah lafadz yang menunjuk kepada sifat ism (kata benda)
sebelumnya untuk menerangkan keadaannya
1. Naat terdiri atas dua buah kata yang masing-masing berkedudukan sebagai
naat (Kata sifat) dan man’ut (benda yang disifati)
2. Naat harus sama dengan man’ut dalam segi rafa, nashab, jar, nakirah,
ma’rifah, mudzakkar, muannats, mufrad, mutsanna dan jamaknya.
3. Naat terdiri atas dua, yaitu Naat Haqiqi dan Naat Sababi.
b. Saran
2. Penambahan referensi dan buku panduan pada Mata Kuliah Bahasa Arab
merupakan salah satu cara meningkatkan pemahaman konsep bagi mahasiswa,
apalagi bagi mahasiswa yang masih berada pada level dasar.
3. Penjelasan tentang materi sifat wa mausuf akan lebih mudah dipahami ketika
dihubungkan dengan ayat yang ada di dalam Al-Qur’an.
Daftar Pustaka
A. Rahman, H. Salimuddin, MA. Tata Bahasa Arab untuk Mempelajari Al-Qur’an. Cet. II,
Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1999.
Anwar, H. Moch. Ilmu Nahwu; Terjemahan Matan Al-Jurumiyah dan ‘Imrithy berikut
Penjelasannya. Cet. IV, Bandung : Penerbit Sinar Baru Offset, 1989.
Muhammad, Abu Bakar. Tata Bahasa Arab II. Surabaya : Al-Ikhlas, 1982.
Sou’yb, Joesoef. Pelajaran Tata Bahasa Arab. Jakarta : Penerbit Bulan Bintang, 1978.