Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tata bahasa Arab mempunyai peranan penting dalam kaidah berbahasa Arab. Adanya
tata bahasa Arab diharapkan lebih membantu dalam memahami ayat – ayat al Quran dan
hadits – hadits Nabi. Untuk mengetahui makna dari al-Qur’an tentu kita harus bisa tahu tanda
baca dan arti yang benar. Hal ini disebabkan karena setiap tanda baca yang berbeda akan
menimbulkan arti atau makna yang berbeda pula. Tanda baca tersebut tentu harus dipelajari
untuk dapat memahami isi dari ayat – ayat al Quran dan hadits – hadits Nabi.

Dalam makalah ini, kita akan membahas ilmu tata bahasa arab atau yang biasa dikenal
dengan sebutan “Ilmu Nahwu” yaitu tentang “Mubtada’ dan Khabar”. Yang mana mubtada’
dan khobar merupakan sedikit dari sekian pembahasan dalam ilmu nahwu sebagai dasar
untuk memahami kalimat dalam bahasa Arab.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Mubtada’ dan Khabar ?
2. Apa saja ciri-ciri dari Mubtada’ dan Khabar ?
3. Bagaiamana pembagian Mubtada’ ?
4. Bagaimana pembagian Khabar ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui dan memahami Pengertian Mubtada’ dan Khabar


2. Untuk mengetahui dan memahami Ciri – Ciri Mubtada’ dan Khabar
3. Untuk mengetahui dan memahami Pembagian Mubtada’
4. Untuk mengetahui dan memahami Pembagian Khabar

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mubtada’ dan Khabar

Mubtada ialah isim yang di rafa’kan yang sepi dari amil-amil lafdzi. 1 Atau dalam buku
lain disebutkan bawwa mubtada’ dalam isim marfu’(kata benda yang berharakat dhommah)
yang berperan sebagai pokok kalimat atau bebas dari amil lafazh (yang merafa’kan mubtada
itu bukan amil lafazh, seperti fa’il atau naibul fa’il) Dengan kata lain bersifat amil maknawi,
yaitu dirafa’kan atau didhommahkan karena menjadi ibtida’ atau permulaan kalimat.2

Sedangkan Khabar adalah isim marfu’(kata benda yang berharakat dhommah) yang di-
musnadkan atau disandarkan kepada mubtada, yakni tidak akan ada khabar kalau tidak ada
mubtada’ dan mubtada’ itulah yang merafa’kan khabar. Dengan kata lain Khabar berfungsi
untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna.3

Jadi, Mubtada’ artinya  yang diterangkan (subyek), sedangkan Khabar yaitu isim marfu’
yang menjelaskan tentang mubtada’ (predikat).

Contoh Mubtada’ dan Khabar dalam sebuah kalimat :

(Al-syajaratu  murtafi’atun) = Pohon itu tinggi.

(Al-masjidun kabirun) = Masjid itu besar.

Dari contoh diatas, yang berfungsi sebagai Mubtada’ (subyek) adalah kata benda yang
berada di depan,yaitu  kata (Al-syajaratu) = Pohon itu dan kata ‫( ال َم ْس ِجد‬Al-masjidu)
= Masjid itu. Sedangkan yang berfungsi sebagai Khabar (predikat) adalah kata yang memberi
keterangan tentang keadaan subyek, yaitu kata ٌ‫( ُمرْ تَفِ َعة‬murtafi’atun) = tinggi dan kata  
(kabirun) = besar.

B. Ciri -Ciri Mubtada’ dan Khabar

Syarat mubtada’ antara lain  :

1
Ghaziadin Djupri, Ilmu Nahwu Praktis, (Surabaya: Apollo Lestari), hlm. 47
2
Mubasyirun At-Tarumi, Qowa’idu Al-Lughatu Al-‘Arabiyah, (Semarang: CV Wicaksana, 1993), hlm.22
3
Ibid., hlm.22.

2
1.Mubtada’ harus rafa’ atau berharakat dhammah
2.Mubtada’ harus berbentuk ma’rifah

Syarat khabar  antara lain :

1.Khabar harus berharakat rafa’atau dhommah


2.Khabar harus nakirah
3.Khabar harus disesuaikan dengan mubtada’, baik jenis kelamin, mufrad, mutsanna,
dan jamak.4

Contoh :

(Al-kurasatu nadhifatun)    = Buku tulis itu bersih

Dari contoh diatas, kata yang berada didepan  yaitu kata (al – kurasatu) ُ‫ ْال ُك َر َسة‬berfungsi
sebagai mubtada’, berbentuk ma’rifah dan berharakat rafa’atau dhammah. Sedangkan
kata yang berada dibelakangnya  yaitu kata (nadhifatun)  ‫نَ ِظيِفَة‬ = Bersih berfungsi 
sebagai khabar, berbentuk nakirah dan selalu sesuai dengan khabarnya. Contohnya kata
(nadhifatun)‫نَ ِظيِفَة‬  adalah muannast (jenis kelamin perempuan).

Contoh :

1) Mufrad : (kelas itu luas)

2) Tatsniyah : (kedua insisyur itu cerdas)

3) Jama’ : (orang-orang muslim itu duduk


semua)

C. Pembagian Mubtada’

Mubtada’ terbagi menjadi dua bagian, yaitu :

4
Azhar Arsyad, Dasar-Dasar Penguasaan Bahasa Arab (Yogyakarta: Pustak Belajar,2012) hlm. 22.

3
a. Mubtada’ yang zhahir atau jelas, (mubtada yang isim atau kata bendanya sudah jelas
diketahui).
b. Mubtada’ Mudhmar (dhamir) ialah mubtada’nya terdiri dari kata ganti seperti ana
atau  ‫انا‬ dan saudara-saudaranya, contoh : (anta mujtahidun)
(engkau rajin).5

Dhamir/kata ganti ada 12 (dua belas), yaitu :

1. Saya = ‫اَنَا‬
2. Kami atau kita =  ُ‫نَحْ ن‬
3. Kamu laki-laki =  َ‫اَ ْنت‬
ِ ‫اَ ْن‬
4. Kamu perempuan = ‫ت‬
5. Kamu berdua laki-laki/perempuan =‫اَ ْنتُ َما‬
6. Kalian laki-laki = ‫اَ ْنتُ ْم‬
7. Kalian perempuan = ‫اَ ْنتُ َّن‬
8. Dia laki-laki = ‫هُو‬
9. Dia perempuan = ‫ِه َي‬
10. Mereka berdua laki-laki/perempuan = ‫هُ َما‬
11. Mereka semua laki-laki = ‫هُ ْم‬
12. Mereka semua perempuan = ‫ ه َُّن‬6

D. Pembagian Khabar

Khabar ada 2 macam,yaitu khabar yang berbentuk mufrad dan khabar yang berbentuk
ghair mufrad.

a. Khabar mufrad adalah khabar yang bukan kalimat jumlah dan bukan pula serupa
dengan jumlah.Kalimat jumlah terdiri atas mubtada’ dan khbar,atau terdiri atas fi’il dan
fa’il.Sserupa dengan jumlah,yaitu zharaf atau jarr dan majrur.7

Contoh :

‫( زيد قائم‬Zaidun qaimun) = Zaid berdiri

5
Al-jurumiyah (Magelang: Al-Ma’had Al-Islami As-Salafiy API), hlm. 89
6
Moh. Saifulloh Al-Aziz, Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu Sistem 24 Jam, (Surabaya: Terbit Terang),
hlm.121
7
Al-jurumiyah (Magelang: Al-Ma’had Al-Islami As-Salafiy API), hlm.94

4
‫( زيدون قائمون‬Zaiduuna qaaimuunaa) = Zaid – Zaid itu semuanya berdiri.Meskipun isim
jamak,namun lafazh  َ‫ قائِ ُموْ ن‬dianggap mufrad,sebab bukan kalimat jumlah mubtada’ dan
khabar atau fi’il dan fa’il.

b. Khabar ghair mufrad ini dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu “jumlah dan syibhul
jumlah”.
A. Jumlah (Terbagi menjadi 2 “jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah”)
a. Khabar ghair mufrad adakalanya berbentuk jumlah ismiyyah.

Contoh :

‫ه ذاهبة‬kk‫د جاربت‬kk‫( زي‬Zaidun jaariibatuhu dzaahibatuu) = Zaid hamba perempuannya


pergi.

Keterangan :

Lafazh ‫زَ ْئ ٌد‬ berkedudukan sebagai mubtada’ pertama,dan lafazh ‫ جاربته‬berkedudukan


sebagai mubtada’ kedua,sedangkan lafazh ‫ َذا ِهبَة‬merupakan khabar bagi mubtada
kedua.Mubtada’ yang kedua dan khabarnya adalah jumlah ismiyyah yang berada
dalam mahall rafa’,menjadi khabar mubtada pertama.Sedangkan yang
menghubungkan antara mubtada’ pertama dan khabar adalah huruf ha  pada lafazh
‫جاربته‬ 

b. Khabar ghair mufrad adakalanya berbentuk jumlah fi’liyyah (terdiri atas fi’il dan
fa’il).

Contoh ُ‫(زيد قام أَبُوْ ه‬Zaidun qaamaabuhuu) = Zaid,ayahnya telah berdiri.

Keterangan :

Lafazh ‫زَ ْئ ٌد‬ berkedudukan sebagai mubtada’ dan lafazh  ‫قام ابوه‬merupakan jumlah


fi’liyyah yang menjadi khbar dari mubtada’,sedangkan raabith (yang
menghubungkan) antara kedua lafazh tersebut adalah huruf ha dari lafazh ُ‫أَبُوْ ه‬. 8
8
.,Ibid, hlm. 94.

5
B. Khabar sybhul jumlah
Khabar syibhul jumlah (serupa dengan jumlah) adalah memakai zharaf atau jarr –
majrur.
 Contoh khabar yang memakai zharaf

‫( زيد عندك‬Zaidun ngindakaa) = Zaid berada di sisimu.

Keterangan :

Lafazh ‫زَ ْئ ٌد‬ berkedudukan sebagai mubtada’, sedangkan lafazh ‫ عندك‬merupakan zharaf


makan yang berkedudukan menjadi khabar dari mubtada’.9

Sedangkan zharaf sendiri adalah isim yang menunjukkan waktu atau tempat yang
dinasabkan dengan memperkirakan makna ”fii( )”.10

 Zharaf zaman
Zharaf zaman adalah isim zaman (waktu) yang dinashabkan dengan
memperkirakan makna fii (pada atau dalam),seperti :

‫اَ ْليَوْ َم‬ = pada hari ini

َ‫ا لَّليَ ْلة‬ = pada malam hari

ً‫ َغ ْد َوة‬ = pagi hari


ً‫ =بُ ْك َرة‬waktu pagi
‫ َس َحرًا‬  = pada waktu sahur
‫ َغدًا‬ = besok
ً‫ َعتَ َمة‬ = waktu sore atau waktu isya
‫صبَاحًا‬ =
َ pada waktu subuh
‫ َم َسا ًء‬ = pada sore hari
‫اَ َمدًا‬ = selamanya11

 Zharaf makan (tempat)

9
.,Ibid, hlm. 95.
10
Nadham Al-Imriti (Magelang: Al-Ma’had Al-Islami As-Salafiy API), hlm. 131
11
Moh. Saifulloh Al-Aziz, Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu Sistem 24 Jam, (Surabaya: Terbit
Terang), hlm.180

6
Zharaf makan adalah isim makan (tempat) yang dinashabkan dengan
memperkirakan makna fii (pada atau dalam),seperti :

‫ =اَ َما َم‬di depan

 َ‫خَ ْلف‬ = di belakang

‫قُ َّدا َم‬ = di depang

‫ َو َرا َء‬ = di belakang

َ‫فَوْ ق‬  = di atas

 َ‫تَحْ ت‬ = di bawah

َ‫ع ْند‬ =
ِ di dekat / di sisi

‫ َم َع‬ = beserta

‫اِزَ ا َء‬ = di muka / didepan

‫ح َذ َء‬ 
ِ = di dekat

‫تِ ْلقًا َء‬ = di hadapan

‫هُنَا‬  = di sini

‫ثَ َّم‬  = di sana

 Contoh khabar syibhul jumlah yang memakai jarr – majrur.

‫( زيد في الدار‬Zaidun fiddarii) = Zaid berada di dalam rumah.

Keterangan :

Lafazh ‫زَ ْئ ٌد‬ berkedudukan sebagai mubtada’,sedangkan lafazh ‫ الدار‬merupakan jarr –


majrur yang menjadi khabarnya. 12

Contoh Mubtada’ dan Khobar di dalam Al-Qur’an :

12
.,Ibid.hlm. 178

7
SKEMA MUBTADA’ KHOBAR

8
9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Mubtada’ artinya  yang diterangkan (subyek), sedangkan Khabar yaitu isim
marfu’ yang menjelaskan tentang mubtada’ (predikat).

Mubtada’ terbagi menjadidua bagian, yaitu :

a.Mubtada’ yang zhahir atau jelas

b.Mubtada’ Mudhmar (dhamir)

Khabar dibagi menjadi dua bagian :

a.Khobar mufrod
b. Khobar ghoiru mufrod :
Khobar ghoiru mufrod terbagi menjadi dua :
a) Jumlah ( ismiah dan fi’liah)
b) Syibhul jumlah ( jar majrur dan dhorof )
Sedangkan dhorof itu sendiri memiliki beberapa macam
a. Dhorof zaman (menunjukkan waktu)
b. Dhorof makan (menunjukkan tempat

B. Saran
Demikian penulisan makalah ini diharapkan pembaca dapat memperoleh
pengetahuan yang lebih luas tentang Mubtada’ dan Khabar. Penulisan menyadari
bahwa banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna dalam pembuatan

10
makalah ini, maka penulis kedepannya akan lebih focus lagi dalam menjelaskan
dengan sumber-sumber yang lebih banyak.

DAFTAR PUSTAKA

Matan Al-Jurumiyyah. Magelang : Al-Ma’had Al-Islami As-Salafiy API, Tegalrejo,


Magelang

Shonhaji, Imam. Al-Majmuat-Matan A-l-Jurumiyyah. Kudus: Kota Wali

Djupri, Ghaziadin. Ilmu Nahwu Praktis. Surabaya: Apollo Lestari

Nadhom Al-Imrithi. Magelang: Al-Ma’had Al-Islami As-Salafiy API, Tegalrejo, Magelang

Al-Aziz. Moh. Saifulloh, Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu Sistem 24 Jam. Surabaya:
Terbit Terang

Mubasyiatun. At-Tarumi.1993. Qowa’idu Al-Lughatu Al-‘Arabiyah. Semarang: CV


Wicaksana

11

Anda mungkin juga menyukai