PENDAHULUAN
Tata bahasa Arab mempunyai peranan penting dalam kaidah berbahasa Arab. Adanya
tata bahasa Arab diharapkan lebih membantu dalam memahami ayat – ayat al Quran dan
hadits – hadits Nabi. Untuk mengetahui makna dari al-Qur’an tentu kita harus bisa tahu tanda
baca dan arti yang benar. Hal ini disebabkan karena setiap tanda baca yang berbeda akan
menimbulkan arti atau makna yang berbeda pula. Tanda baca tersebut tentu harus dipelajari
untuk dapat memahami isi dari ayat – ayat al Quran dan hadits – hadits Nabi.
Dalam makalah ini, kita akan membahas ilmu tata bahasa arab atau yang biasa dikenal
dengan sebutan “Ilmu Nahwu” yaitu tentang “Mubtada’ dan Khabar”. Yang mana mubtada’
dan khobar merupakan sedikit dari sekian pembahasan dalam ilmu nahwu sebagai dasar
untuk memahami kalimat dalam bahasa Arab.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Mubtada’ dan Khabar ?
2. Apa saja ciri-ciri dari Mubtada’ dan Khabar ?
3. Bagaiamana pembagian Mubtada’ ?
4. Bagaimana pembagian Khabar ?
C. Tujuan Penulisan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mubtada’ dan Khabar
Mubtada ialah isim yang di rafa’kan yang sepi dari amil-amil lafdzi. 1 Atau dalam buku
lain disebutkan bawwa mubtada’ dalam isim marfu’(kata benda yang berharakat dhommah)
yang berperan sebagai pokok kalimat atau bebas dari amil lafazh (yang merafa’kan mubtada
itu bukan amil lafazh, seperti fa’il atau naibul fa’il) Dengan kata lain bersifat amil maknawi,
yaitu dirafa’kan atau didhommahkan karena menjadi ibtida’ atau permulaan kalimat.2
Sedangkan Khabar adalah isim marfu’(kata benda yang berharakat dhommah) yang di-
musnadkan atau disandarkan kepada mubtada, yakni tidak akan ada khabar kalau tidak ada
mubtada’ dan mubtada’ itulah yang merafa’kan khabar. Dengan kata lain Khabar berfungsi
untuk melengkapi mubtada’ agar menjadi kalimat yang sempurna.3
Jadi, Mubtada’ artinya yang diterangkan (subyek), sedangkan Khabar yaitu isim marfu’
yang menjelaskan tentang mubtada’ (predikat).
Dari contoh diatas, yang berfungsi sebagai Mubtada’ (subyek) adalah kata benda yang
berada di depan,yaitu kata (Al-syajaratu) = Pohon itu dan kata ( ال َم ْس ِجدAl-masjidu)
= Masjid itu. Sedangkan yang berfungsi sebagai Khabar (predikat) adalah kata yang memberi
keterangan tentang keadaan subyek, yaitu kata ٌ( ُمرْ تَفِ َعةmurtafi’atun) = tinggi dan kata
(kabirun) = besar.
1
Ghaziadin Djupri, Ilmu Nahwu Praktis, (Surabaya: Apollo Lestari), hlm. 47
2
Mubasyirun At-Tarumi, Qowa’idu Al-Lughatu Al-‘Arabiyah, (Semarang: CV Wicaksana, 1993), hlm.22
3
Ibid., hlm.22.
2
1.Mubtada’ harus rafa’ atau berharakat dhammah
2.Mubtada’ harus berbentuk ma’rifah
Contoh :
Dari contoh diatas, kata yang berada didepan yaitu kata (al – kurasatu) ُ ْال ُك َر َسةberfungsi
sebagai mubtada’, berbentuk ma’rifah dan berharakat rafa’atau dhammah. Sedangkan
kata yang berada dibelakangnya yaitu kata (nadhifatun) نَ ِظيِفَة = Bersih berfungsi
sebagai khabar, berbentuk nakirah dan selalu sesuai dengan khabarnya. Contohnya kata
(nadhifatun)نَ ِظيِفَة adalah muannast (jenis kelamin perempuan).
Contoh :
C. Pembagian Mubtada’
4
Azhar Arsyad, Dasar-Dasar Penguasaan Bahasa Arab (Yogyakarta: Pustak Belajar,2012) hlm. 22.
3
a. Mubtada’ yang zhahir atau jelas, (mubtada yang isim atau kata bendanya sudah jelas
diketahui).
b. Mubtada’ Mudhmar (dhamir) ialah mubtada’nya terdiri dari kata ganti seperti ana
atau انا dan saudara-saudaranya, contoh : (anta mujtahidun)
(engkau rajin).5
1. Saya = اَنَا
2. Kami atau kita = ُنَحْ ن
3. Kamu laki-laki = َاَ ْنت
ِ اَ ْن
4. Kamu perempuan = ت
5. Kamu berdua laki-laki/perempuan =اَ ْنتُ َما
6. Kalian laki-laki = اَ ْنتُ ْم
7. Kalian perempuan = اَ ْنتُ َّن
8. Dia laki-laki = هُو
9. Dia perempuan = ِه َي
10. Mereka berdua laki-laki/perempuan = هُ َما
11. Mereka semua laki-laki = هُ ْم
12. Mereka semua perempuan = ه َُّن6
D. Pembagian Khabar
Khabar ada 2 macam,yaitu khabar yang berbentuk mufrad dan khabar yang berbentuk
ghair mufrad.
a. Khabar mufrad adalah khabar yang bukan kalimat jumlah dan bukan pula serupa
dengan jumlah.Kalimat jumlah terdiri atas mubtada’ dan khbar,atau terdiri atas fi’il dan
fa’il.Sserupa dengan jumlah,yaitu zharaf atau jarr dan majrur.7
Contoh :
5
Al-jurumiyah (Magelang: Al-Ma’had Al-Islami As-Salafiy API), hlm. 89
6
Moh. Saifulloh Al-Aziz, Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu Sistem 24 Jam, (Surabaya: Terbit Terang),
hlm.121
7
Al-jurumiyah (Magelang: Al-Ma’had Al-Islami As-Salafiy API), hlm.94
4
( زيدون قائمونZaiduuna qaaimuunaa) = Zaid – Zaid itu semuanya berdiri.Meskipun isim
jamak,namun lafazh َ قائِ ُموْ نdianggap mufrad,sebab bukan kalimat jumlah mubtada’ dan
khabar atau fi’il dan fa’il.
b. Khabar ghair mufrad ini dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu “jumlah dan syibhul
jumlah”.
A. Jumlah (Terbagi menjadi 2 “jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah”)
a. Khabar ghair mufrad adakalanya berbentuk jumlah ismiyyah.
Contoh :
Keterangan :
b. Khabar ghair mufrad adakalanya berbentuk jumlah fi’liyyah (terdiri atas fi’il dan
fa’il).
Keterangan :
5
B. Khabar sybhul jumlah
Khabar syibhul jumlah (serupa dengan jumlah) adalah memakai zharaf atau jarr –
majrur.
Contoh khabar yang memakai zharaf
Keterangan :
Sedangkan zharaf sendiri adalah isim yang menunjukkan waktu atau tempat yang
dinasabkan dengan memperkirakan makna ”fii( )”.10
Zharaf zaman
Zharaf zaman adalah isim zaman (waktu) yang dinashabkan dengan
memperkirakan makna fii (pada atau dalam),seperti :
9
.,Ibid, hlm. 95.
10
Nadham Al-Imriti (Magelang: Al-Ma’had Al-Islami As-Salafiy API), hlm. 131
11
Moh. Saifulloh Al-Aziz, Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu Sistem 24 Jam, (Surabaya: Terbit
Terang), hlm.180
6
Zharaf makan adalah isim makan (tempat) yang dinashabkan dengan
memperkirakan makna fii (pada atau dalam),seperti :
َع ْند =
ِ di dekat / di sisi
َم َع = beserta
ح َذ َء
ِ = di dekat
هُنَا = di sini
Keterangan :
12
.,Ibid.hlm. 178
7
SKEMA MUBTADA’ KHOBAR
8
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mubtada’ artinya yang diterangkan (subyek), sedangkan Khabar yaitu isim
marfu’ yang menjelaskan tentang mubtada’ (predikat).
a.Khobar mufrod
b. Khobar ghoiru mufrod :
Khobar ghoiru mufrod terbagi menjadi dua :
a) Jumlah ( ismiah dan fi’liah)
b) Syibhul jumlah ( jar majrur dan dhorof )
Sedangkan dhorof itu sendiri memiliki beberapa macam
a. Dhorof zaman (menunjukkan waktu)
b. Dhorof makan (menunjukkan tempat
B. Saran
Demikian penulisan makalah ini diharapkan pembaca dapat memperoleh
pengetahuan yang lebih luas tentang Mubtada’ dan Khabar. Penulisan menyadari
bahwa banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna dalam pembuatan
10
makalah ini, maka penulis kedepannya akan lebih focus lagi dalam menjelaskan
dengan sumber-sumber yang lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Aziz. Moh. Saifulloh, Metode Pembelajaran Ilmu Nahwu Sistem 24 Jam. Surabaya:
Terbit Terang
11