Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dewasa ini, Bahasa Arab dikalangan ummat Islam sudah
tersingkirkan. Mereka menganggap Bahasa Arab adalah bahasa yang sulit dan
sukar dimengerti apalagi grammarnya. Mereka lebih berminat mempelajari
bahasa ‘ajam atau bahasa luar Arab. Padahal Bahasa Arab adalah bahasa
nasional ummat Islam, bahasa Al-Qur’an dan bahasa ahli surga. Sudah
menjadi kewajiban bagi ummat Islam untuk mempelajari Bahasa Arab.
Minimal tahu tentang grammarnya dan maksimalnya lancar dalam berbahasa
Arab.
Sebagai seorang muslim kita tahu bahwa bahasa Arab merupakan
bahasa yang dipakai dalam al-Qur’an dan al-Hadits. Kita juga tahu bahwa al-
Qur’an dan al-Hadits merupakan sumber ajaran agama Islam yang dijadikan
pedoman bagi umat Islam dalam menuntun manusia menuju arah keselamatan.
Artinya sudah seharusnya kita sebagai muslim mengkaji dan memahami benar
ajaran agama Islam tersebut jika kita ingin mendapatkan keselamatan baik di
dunia maupun di akhirat nanti.
Untuk bisa mempelajari dan memahami al-Qur’an, diperlukan sebuah
ilmu (shorof dan nahwu) yang erat kaitannya mengenai penafsiran tiap kata
dalam al-Qur’an ataupun dalam al-Hadits, sehingga maksud dan tujuannya
bisa kita fahami. Pada kesempatan kali ini penulis akan menjabarkan bagian
dari ilmu nahwu yaitu bab yang membahas tentang Khobar, Na’at, dan
Idhofah.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam proses penyusunan
makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari khobar dan bagaimana pembagian dari khobar?
2. Apa pengertian dari na’at, bagaimana pembagian na’at, apa fungsi na’at,
dan bagaimana kaidah-kaidah na’at?
3. Apa pengertian idhofah, bagaimana hukum-hukum idhofah, dan apa saja
macam-macam idhofah?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengertian khobar dan bagaimana pembagian khobar?
2. Untuk mengetahui pengertian dari na’at, bagaimana pembagian na’at, apa
fungsi na’at, dan bagaimana kaidah-kaidah na’at?
3. Untuk mengetahui pengertian idhofah, bagaimana hukum-hukum idhofah,
dan apa saja macam-macam idhofah?

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan makalah ini
sebagai berikut.
1. Bagi Penulis, untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Bahasa Arab di
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Pagar Alam, selain itu juga untuk
menambah wawasan penulis tentang Bahasa Arab.
2. Bagi Pembaca, makalah ini diharapkan akan menjadi referensi dalam
mempelajari Bahasa Arab.

1.5 Metode Penulisan


Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah studi
pustaka, yaitu mencari sumber tulisan yang berhubungan dengan materi, baik
itu berupa buku maupun artikel yang didapat di internet.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Khobar


Khobar adalah isim yang dibaca rafa’ yang disandarkan pada
mubtada’.
Contoh: ‫زيد قائم‬

Lafadz ‫ زيد‬merupakan kalimah isim yang dibaca Rafa’ yang sepi dari
amil-amil lafdziyah maka tarkibnya sebagai mubtada’, sedang lafalz ‫ائم‬0‫ق‬
menjadi khobar karena merupakan kalimah isim yang dibaca rafa’ yang
disandarkan pada mubtada’.
Menurut Ibnu Malik khobar adalah bagian yang melengkapi faedah.
Khobar harus mencocoki mubtada’ dalam lafdziyahnya.
 Jika mubtada’ mufrod maka khobarnya juga harus mufrod.
Seperti contoh: ‫زيد عظيم الشأن‬
 Jika mubtada’ tasniyah maka khobarnya juga harus tasniyah.
Seperti contoh: ‫الزائدان قائمان‬
 Jika mubtada’ jama’ maka khobarnya juga harus jama’.
Seperti contoh : ‫الزئدون قائمون‬
  Jika mubtada’ mudzakar maka khobarnya juga harus mudzakar.
Contoh: ‫اخونا حاضر‬
 Jika mubtada’ muannats maka khobarnya juga harus muannats.
Contoh: ‫حاضرة أختنا‬
Imam Sibawaih berpendapat bahwa amil yang merafa’kan khobar
adalah mubtada’. Akan tetapi segolongan ahli nahwu berpendapat bahwa amil
yang beramal dalam mubtada’ dan khobar adalah amil ibtida’. Dengan
demikian maka amil pada keduanya bersifat maknawi. Pendapat lainnya
menyatakan bahwa mubtada’ dirafa’kan oleh amil ibtida’, sedangkan
khobarnya dirafa’kan oleh amil ibtida’ dan mubtada’. Ada juga yang
berpendapat bahwa mubtada’ dan khobarnya saling merafa’kan
2.2 Pembagian Khobar
Khobar dilihat dari bentuknya terdiri dari dua macam, yaitu: Mufrod
dan Ghoiru Mufrod.
1. Khobar Mufrod
Adalah khobar yang bukan berupa jumlah ataupun syibh jumlah.
Khobar mufrod ini juga terbagi menjadi dua macam:
a. Khobar Musytaqq
Pengertian Khobar Musytaqq disini ialah khobar yang
mengandung makna sifat dan tercetak dari masdar. Khobar musytaqq
ini menyimpan dlomir yang ruju’ kepada mubtada’ selama khobar
tersebut tidak merofa’kan kepada isim dhohir.
Contoh: ‫المسلمون صائمون‬
Lafadz ‫ائمون‬00‫ ص‬ini merupakan khobar musytaqq yang tercetak dari
masdar ‫ الصيام‬didalamnya tersimpan dlomir ‫ هم‬yang ruju’ pada lafalz
‫المسلمون‬

b. Khobar Jamid
Yaitu khobar yang tidak menunjukkan arti sifat dan tidak
tercetak dari masdar.
Contoh: ‫هذا حجر‬
Lafadz ‫ حجر‬disini merupakan khobar jamid karena tidak menunjukkan
arti sifat dan tidak pula terbikin dari masdar. Khobar jamid ini tidak
menyimpan dlomir yang ruju’ kepada mubtada’ sebagaimana khobar
musytaqq, namun jika khobar jamid tersebut ditakwili dengan
menggunakan isim musytaqq, maka didalamnya terkandung dlomir
yang ruju’ kepada mubtada’.
Contoh: ‫ زيد اشد‬dimana lafadz tersebut ditakwili menjadi ‫زيد شجاع كاالشد‬

2. Khobar Ghoiru Mufrod


Ialah khobar yang berupa jumlah atau syibh jumlah.
 Khobar yang berupa jumlah terdiri dari:
a. Fi’il dan failnya
Khobar yang berupa fi’il dan fail dinamakan jumlah fi’liyah.
Contoh: ‫زيد قام ابوه‬
b. Mubtada’ beserta khobarnya
Khobar yang berupa susunan mubtada’ dan khobar dinamakan
jumlah ismiyah. Contoh: ‫زيد جاريته ذاهبة‬

 Khobar berupa syibh jumlah dibagi menjadi:


a. Jar majrur
Disyaratkan berupa jar majrur yang tam, yaitu maknanya bias
difaham tanpa menyebutkan mualaqnya.
Contoh: ‫زيد في الدار‬
b. Dhorof
Disyaratkan berupa dhorof yang tam yaitu yang maknanya bisa
difaham tanpa menyebutkan muallaqnya.
Contoh: ‫زيد عندك‬
Didalam khobar yang berupa dhorof dan jar majrur terdapat tiga qoul
yaitu:
1. Qoul yang masyhur dikalangan ulama’ ahli nahwu mengatakan
bahwa khobarnya adalah dhorof dan jar majrur
2. Qoul yang rojih mengatakan khobarnya adalah muallaqnya yang
dibuang, yang taqdirnya‫مستقر استقر كائن كان‬
3. Pendapat yang ketiga mengatakan khobarnya adalah muallaq yang
dibuang beserta dhorof dan jar majrur

2.3 Pengertian Na’at


Na’at atau Adjective (keadaan kata benda), Menurut Syaikh Imam
Ibnu Malik dalam kitabnya Nadzam Alfiyyah, redaksinya sebagai berikut :
‫ ِبَو ْس ِمِه َاْو َو ْس ِم َم ا ِبِه اْعَتَلَق‬# ‫َفالَّنْع ُت َتاِبٌع ُم ِتُّم َم ا َسَبَق‬
Na’at adalah isim yang mengikuti kata sebelumnya yang fungsinya
menyempurnakan kata yang diikutinya, baik kepada kata itu sendiri atau
dengan kata yang dihubungkan dengan kata yang dina’atinya.
Contoh : ‫َج اَء َز ْيٌد الَع اِقُل‬

Kata ‫ الَع اِقُل‬adalah posisinya sebagai na’at atau adjective. Harkat dan
I’robnya mengikuti kata sebelumnya.
Na’at harus menyesuaikan dengan man’utnya dari segala aspeknya.
Seperti yang Syaikh ibn malik tuturkan :
‫ لما تال كامرر بقوم كرماء‬# ‫وليعط في التعريف والتنكير ما‬
‫ سوى هما كالفعل فاقف ما قفوا‬# ‫وهو لدى التوحيد والتذكير او‬

2.4 Pembagian Na’at


Na’at dapat dikategorikan menjadi 2 bagian :
1. Na’at ditinjau dari segi amalnya
a. Naat Haqiqi
Yaitu naat yang merafa’kan isim dhomir mustatir (yang di
simpan) yang fungsinya isim dhamir (kata ganti) tersebut kembali pada
man’ut (kata yang disifati/objek) nya.
Contoh : ‫( َج اَء َز ْيٌد الَع اِقُل‬telah datang zaid yang berakal)
Dalam kata al-aqilu itu sebenarnya menyimpan dhamir (kata
ganti) yang dirafakan oleh al-aqilu itu sendiri, yang fungsinya kata
ganti tersebut akan kembali kepada man’utnya (subjek yang
disifatinya) yaitu zaid, kata ganti yang seuai adalah ‫ َو ُه‬menunjukan dia
seorang laki-laki.
Cara mengetahui na’at haqiqi adalah dengan menentukan satu per satu
dari 4 poin berikut:
 Dalam segi I’rabnya (rafa, nashab, jarnya )
 Dalam segi ma’rifat nakirahnya
 Dalam segi mudzakar muannasnya
 Dalam segi mufrad , tasniyah atau jama’nya.
b. Na’at Sababi
Yaitu naat yang merafa’kan isim dzohir setelahnya yang mana
isim dzohir tersebut mempunyai isim dhomir , fungsinya untuk
kembali pada subjeknya. Atau na’at sababi ini adalah na’at yang
mensifati objek dengan kata yang berkaitan dengan objek.
Contoh : ‫( َج اَء َزْيٌد ألَع اِقَلُة ُاُّم ُه‬telah datang zaid yang ber’aqal ibunya)
Lafadz ‫ العاقلة‬tersebut posisinya adalah sebagai na’at. Na’atnya
na’at sababi. Karena merafa’kan isim dzohir setelahnya ‫ ُاُّم ُه‬yang
mempunyai dhamir untuk kembali kepada subjeknya ‫ ُه‬yaitu ‫َزْيٌد‬.
Naat sababi bisa diketahui dengan menentukan 2 dari 2 poin berikut :
 Dalam segi I’rabnya
 Dalam segi ma’rifat nakirahnya
Segi mufrad tasniyah jama’nya dan mudzakar muannasnya
tidak disebutkan karena naat sababi menyesuaikan dengan isim dzohir
yang ia rafa’kan setelahnya.

2. Na’at ditinjau dari jenis kalimatnya


Na’at jika ditinjau dari jenis kalimatnya (baca: kata ) maka terbagi 2:
a. Na’at Musytaq
Yaitu na’at yang diambil dari kata yang dapat berubah-ubah
(mutasorrif). Menurut syaikh ahmad ibn abdil bari al-ahdal, dalam
kitabnya kawakibuddurriyyah, musytaq disini adalah :
‫َم اَدَّل َع َلى َحَدٍث َو َص اِح ِبِه َو َتَضُّم ِن َم ْعَنى ِفْع ٍل َو ُحُرْو ِفِه‬
Isim yang menunjukan hadats (pekerjaan) dan yang memiliki
hadats serta mengandung ma’na fi’il dan huruf-hurufnya.
Na’at musytaq berjumlah 4, diantaranya :
 Isim Fail, contoh : ‫َج اَء َزْيٌد الَع اِقُل‬
 Isim Maf’ul, contoh : ‫هَذ ا َعمٌر َم ْض رْو ٌب‬
 Isim shifat musyabbahat (menyerupai isim fa’il, namun diambil
dari fiil lazim), contoh : ‫َر أْيُت َر ُج اًل َح َس َن اْلَو ْج ِه‬
 Isim tafdhil (isim yang mengandung makna lebih), contoh :
‫مررت برجل اعلم منك‬
‫ كما قال الشيخ ابن مالك في كتابه‬:

‫ وانعت بمشتق كصعب وذرب‬#

b. Na’at Muawwal bilMusytaq


Yaitu na’at yang diambil/terbuat dari isim-isim yang jamid
(ghoir mutasorrif/tetap) . lalu di translate-lah isim-isim jamid yang
menjadi na’at itu ke isim musytaq. Karena sejatinya na’at itu terbuat
dari isim musytaq, maka di upayakanlah agar na’at yang terbuat dari
isim jamid pun bisa sejajar dengan naat musytaq dengan cara di ta’wil.
Pengertian na’at musytaq : ‫ ُيِفْي ُد اْلَم ْعَنى اْلُم ْش َتق َم ا‬Yaitu na’at yang
mengandung makna isim musytaq.
Na’at muawwal bil musytaq ada 6, diantaranya :
 Isim Isyarah (kata tunjuk), contoh : ‫ َم َر ْر ُت ِبَزْي ٍد َه َذ ا‬bentuk isim
musytaqnya : ‫الحاضر‬
 Isim Maushul (kata sambung ), contoh : ‫ َم َر ْر ُت ِبَزْيٍد اَّلِذ ْي َقاَم‬bentuk
isim musytaqnya : ‫القائم‬
 ‫ ُذ ْو‬bermakna “punya / milik”, contoh : ‫ ِبَزْيٍد ِذ ْي َم اٍل َم َر ْر ُت‬bentuk isim
musytaqnya : ‫مال صاحب‬
 Isim Nasab (nisbat / hubungan / bangsa ) atau yang berakhiran
huruf ‫ّي‬, contoh : ‫ مررت برجل دمشقّي‬bentuk musytaqnya : ‫الى دمشق‬
‫منسوب‬
‫ كما قال الشيخ ابن مالك في كتابه‬:
‫وشبهه كذا وذي والمنتسب‬
 Jumlah, tapi naat yang terbuat dari jumlah mempunyai criteria
tertentu :
 Man’utnya harus dari isim nakirah
 Jumlahnya bukan dari jumlah tholabiyah (kata perintah)
Contoh :‫ واتقوا يوما ترجعون فيه الى هللا‬bentuk musytaqnya : ‫راجعكمكما‬
‫ك في كتابه‬ssssssssssssssssssss‫يخ ابن مال‬ssssssssssssssssssss‫ قال الش‬:
‫برا‬ssssssss‫ فأعطيت ما أعطيته خ‬# ‫را‬ ‫ونعتوا بجملة منّك‬
‫ وان اتت فالقول اضمر تصب‬# ‫وامنع هنا ايقاع ذات الطلب‬
 Masdar, kriterianya harus mufrad mudzakar (muthlaq. Meski
man’utnya bukan mufrad mudzakar) . contoh : ‫مررت برجل عدل‬
bentuk musytaqnya :
‫ذو عدل‬
‫كما قال الشيخ ابن مالك في كتابه‬
‫ فلتزموا االفراد والتذكير‬# ‫ونعتوا بمصدر كثيرا‬

2.5 Fungsi Na’at


Na’at mempunyai fungsi tersendiri jika di sandarkan pada kalimat-
kalimat tertentu. Diantara fungsinya adalah sebagai berikut ;
- Menkhususkan man’ut (‫ ) تخصيص المنعوت‬dengan syarat man’utnya harus
dari isim nakirah. Contoh : ‫مررت برجل صالح‬
- Menjelaskan man’ut (‫ ) توضيح المنعوت‬dengan syarat man’ut harus dari isim
ma’rifat. Contoh : ‫جاء زيد العالم‬
- Hanya memuji ( ‫)مجّرد المدح‬. Contoh : ‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬
- Hanya mencela ( ‫)مجّرد الذّم‬. Contoh : ‫اعوذ باهلل من الّش يطان الرجيم‬
- Prihatin (‫) ترحم‬. Contoh : ‫اللهّم ارحم عبدك المسكين‬
- Menegaskan (‫) للتوكيد‬. Contoh : ‫تلك عشرة كامل‬

2.6 Kaidah-kaidah Na’at


1. Jika ada sifat / na’at lebih dari satu dan berbeda man’utnya , maka, na’at
tersebut harus dipisahkan dengan haraf athaf. Contoh :
‫مررت بالزيدين الكريم والبخيل‬
‫ كما قال الشيخ ابن مالك في كتابه‬:
‫ فعاطفا فّرقه ال اذاأتلف‬# ‫ونعت غير واحد اذااختلف‬
2. Jika ada na’at dari 2 ma’mul (objek ) yang sama predikatnya (secara
ma’na) maka I’rabnya mengikuti man’ut baik itu rafa’, nasab atau jer.
Contoh :
‫ذهب زيد و انطلق عمرو العاقالن‬
3. Tapi jika berbeda predikatnya (berlawanan) , maka I’rabnya mesti Qatha’
dan dilarang itba’. Contoh : qata’ ke nashob (menjadi maf’ul dari fiil fail
yang disimpan)
‫جاء زيد وذهب عمرو العاقلين اي اعني العاقلين‬
Qata’ ke rafa’ (menjadi khabar dari mubtada yang disimpan)
‫جاء زيد وذهب عمرو العاقالن اي هما العاقالن‬
‫ كما قال الشيخ ابن مالك في كتابه‬:
‫ وعمل اتبع بغير إستثناء‬# ‫ونعت معمولي وحيدي معنى‬
4. Jika na’at nya berulang-ulang (banyak) karena man’ut tidak bisa dijelaskan
kecuali dengan menggunakan na’at yang banyak, maka semua I’rab na’at
tersebut diikutkan ke man’ut. Contoh :
‫جاء زيد الفقيه الظريف العالم‬
‫ كما قال الشيخ ابن مالك في كتابه‬:
‫ مفتقّرا لذكرهّن اتبعت‬# ‫وان نعوت كثرت وقد تلت‬
5. Jika na’atnya berulang-ulang maka, :
- Jika man’ut sudah jelas tanpa harus memakai semua naat , maka naat
yang ada, I’rabnya boleh qatha’ boleh itba’.
Contoh : Dalam lafadz :‫هللا الرحمن الرحيم بسم‬
- Tapi jika man’ut itu tidak bisa dijelaskan kecuali dengan memakai satu
na’at yang ditentukan (muayyan), na’at sisanya hanya pelengkap, maka
na’at yang ditentukan tersebut I’rabnya mesti itba’, dan na’at
pelengkap I’rabnya boleh qatha’ boleh itba’.
Contoh : misalnya ada 2 zaid, yang satu pintar yang lainnya bodoh.
Tapi dalam kedermawanannya derajatnya sama. Maka bodoh dan
pintar itu posisinya sebagai na’at muayyan dan dermawan menjadi
pelengkap.

‫جاء زيد العالُم الكريُم الكريَم‬


‫جاء زيد البالد الكريُم الكريَم‬
‫ كما قال الشيخ ابن مالك في كتابه‬:
‫ بدونها او بعضهااقطع معلنا‬# ‫واقطع اواتبع ان يكن معّينا‬
6. Jika I’rab na’at di qatha’, maka :
- Bisa diqatha’ke Nashob, dengan menyimpan fiil dan fail, maka na’at
itu kedudukannya sebagai maf’ul. Contoh :

‫مررت بزيد الكريَم اي اعني الكريَم‬


- Bisa diqatha ke Rafa’, dengan menyimpan mubtada, maka na’at
kedudukannya menjadi khabar. Contoh :
‫زيد الكريُم اي هو الكريُم مررت‬
‫ كما قال الشيخ ابن مالك في كتابه‬:
‫ مبتدأ او ناصبا لن يظهرا‬# ‫وارفع اونصب ان قطعت مضمرا‬
Catatan : jika na’at I’rabnya sudah diqatha’ (rofa / nashob) dan faidah
naatnya memuji, mencela, dan mengasihani, maka hukum menyimpan
fiil / mubtada adalah wajib. Tapi jika faidahnya mengkhususkan maka
menyimpan mubtada atau fiil-fail hukumnya tidak wajib.
7. Man’ut bisa dibuang dan hanya menetapkan na’at, jika ada dalil yang
menunjukan adanya man’ut. Contoh :
‫ إن اعمل سابغات أي دروعا سابغات‬: ‫قوله تعالى‬
8. Begitu juga na’at bisa dibuang dan hanya menetapkan man’ut, jika ada
dalil yang menunjukan adanya na’at. Tetapi itu hanya minoritas. Contoh :
‫ قالوا األن جئت بالحّق اي البين‬: ‫قوله تعالى‬
‫ كما قال الشيخ ابن مالك في كتابه‬:
‫ يجوز حذفه وفي النعت يقل‬# ‫وما من المنعوت والنعت عقل‬

2.7 Pengertian Idhofah


Idhofah ( ‫ ) ِاِاْلَض اَفُة‬adalah penyandaran suatu isim (kata benda) kepada
isim lain sehingga menjadi satu kesatuan dan menimbulkan pengertian yang
lebih spesifik.
Idhofah tersusun dari dua bagian isim yaitu mudhof dan mudhof
ilaih. Bagian yang pertama yaitu kata yang disandarkan disebut mudhof (
‫) َاْلُمَض اُف‬, dan bagian yang kedua yaitu kata yang disandari disebut mudhof
ilaih ( ‫) ِٕاَلْيِه َاْلُمَض اُف‬. Contohnya adalah ‫ ِكَت اُب‬. ‫ اُاْلْسَتاِذ ِكَت اُب‬adalah mudhof. Dan
‫ اُاْلْسَتاِذ‬adalah mudhof ilaih.
Secara umum, kandungan makna idhofah mempunyai tiga arti :
1. Bermakna ‫( ِﻣ ْﻦ‬dari)
Contoh:
‫( َﺧ ﺎَﺗُﻢ َﺣِﺪ ْﻳٍﺪ‬Cincin besi) Maknanya adalah, ‫( َﺧ ﺎَﺗٌﻢ ِﻣ ْﻦ َﺣِﺪ ْﻳٍﺪ‬Cincin dari besi).
2. Bermakna ‫( ِﻝ‬milik)
Contoh:
‫( َﺑْﻴُﺖ َﻋ ِﻠٍّﻲ‬Rumah Ali) Maknanya adalah, ‫( َﺑْﻴٌﺖ ِﻟَﻌِﻠٍّﻲ‬Rumah milik Ali).
3. Bermakna ‫( ﻲِﻓ‬di dalam)
Contoh:
‫( َﻋ َﺬ ﺍُﺏ ﺍﻟَﻘْﺒِﺮ‬Azab Kubur) Maknanya adalah, ‫( َﻋ َﺬ ﺍٌﺏ ِﻓﻲ ﺍﻟَﻘْﺒِﺮ‬Azab di dalam
kubur).

2.8 Hukum-hukum Idhofah


Dalam penulisan idhofah terdapat hukum-hukum atau syarat-syarat
yang harus dipenuhi, yaitu :
1. Dalam susunan idhofah, mudhof tidak didahului alif lam (‫)ال‬.
Contoh: Mudhof = ‫الَّر ُسْو ُل‬
mudhof ilaih = ‫ُهللا‬
Susunan idhofahnya adalah, ‫( َر ُسْو ُل ِهللا‬Rasulullah)
Mudhof = ‫الَباُب‬
mudhof ilahi = ‫اْلَم ْس ِج ُد‬
Susunan idhofahnya adalah, ‫( َباُب اْلَم ْس ِج ِد‬Pintu Masjid)

2. Akhiran pada mudhof dalam idhofah tidak boleh tanwin.


Contoh: Mudhof = ‫َح ِقْيِبٌة‬
mudhof ilaih = ‫ُمَح َّم ٌد‬
Susunan idhofahnya adalah, ‫( َح ِقْيَبُة ُم َحَّمٍد‬Tas Muhammad)
Mudhof = ‫َج َّو اٌل‬
mudhof ilahi = ‫ُمَح َّم ٌد‬
Susunan idhofahnya adalah, ‫ٍد‬ ‫َّواُل ُمَحَّم‬ ‫( َج‬Handphone
Muhammad)

3. Membuang nun mutsanna atau jamak pada mudhof dalam idhofah.


Contoh: Mudhof = ‫ِكَتاَباِن‬
mudhof ilaih = ‫ُمَح َّم ٌد‬
Susunan idhofahnya adalah , ‫( ِكَتاَبا ُم َحَّمٍد‬Kitab Muhammad)
Mudhof = ‫ُم َدِّر ُسْو َن‬
mudhof ilahi = ‫َم ْع َهٌد‬
Susunan idhofahnya adalah, ‫( ُم َدِّر ُس ْو َم ْع َه ٍد‬Para pengajar
ma’had)
Sedangkan aturan mudhof ilaih yaitu:
1. Diawali dengan alif lam (‫)ال‬. Selalu menempati status majrur (yaitu
menggunakan tanda kasrah).
Contoh: ‫الَج اِمَع ِة‬, (kampus) , ‫( الَم ْك َتِب‬kantor) diawali dengan alif lam dan
berharokat kasroh.
2. Diawali alif lam (‫ )ال‬tetapi harokat kasroh tanwin.

Contoh : ‫( ُمَح َّمٍد‬Muhammad), ‫( َبْيٍت‬rumah) tidak boleh menggunakan alif


lam.
3. Tidak berupa kata sifat, sebab apabila berupa kata sifat, susunannya
berupa menjadi bukan lagi idhofah.
Contoh idhofah yang lain:
‫( َم ْس ِج ُد الجَاِمَعِة‬Masjid kampus), ‫( ُسوَر ُة الَفاِتَح ِه‬Surat Al-Fatihah) dan lain-
lain.

2.9 Macam-macam Idhofah


Idhofah dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Idhofah maknawiyyah yaitu idhofah yang memberikan faedah
mema’rifatkan (sehingga dapat menimbulkan perubahan dari nakiroh
menjadi ma’rifat atau sekurang-kurangnya taksis/tidak berarti umum
betul). Definisinya adalah keadaan mudhof bukan merupakan isim sifat
yang dimudhofkan. Artinya tidak merupakan isim sifat sama sekali.
Contoh:
‫( الَبْيِت ِم ْفتَاُح‬kunci rumah)
‫( الِتْلِم ْيِذ ِكتَاُب‬Buku murid)
‫( َم ْك َتُب َبِر ْيٍد‬Kantor pos)

2. Idhofah lafaziyyah yaitu idhofah yang tidak memberikan faedah


mema’rifatkan mudhof (yaitu sekedar untuk meringankan bacaannya saja).
Definisinya adalah keadaan mudhof merupakan isim sifat yang di
mudhofkan.
Contoh:

‫( َع ِظ ْيُم اَاْلَمِل‬Yang besar cita-citanya)


‫( ُمَر َّو ُع اْلَقْلِب‬Yang di pelihara hatinya)
‫( َقِلْيُل اْلِح َيِل‬Sedikit tipu muslihatnya)
Dalam idhofah lafazziyah, penambahan alif lam pada mudhof dibolehkan,
karena sesungguhnya dari sisi makna bukanlah mudhof.
Contoh:
‫ اْلَج ْعُد الَّش ْع ِر‬Rambut yang bergumpal (alif lam berada pada lafaz yang di
idhofati oleh mudhof ilaih itu).

Adapun adanya alif lam itu pada isim sifat, bisa dianggap cukup (alif lam
pada mudhofnya saja, tidak ada pada mudhof ilaihnya), yaitu kalau isim
sifat itu tasniyah atau jamak mudzakar salim.
Contoh:
‫ اْلُمَع ِّلُم ْو َز ْيٍد‬Orang-orang (banyak) yang mengajari zaid
‫ اْلُمَع ِّلمَا َز ْيٍد‬Dua orang yang mengajari zaid.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Khobar adalah isim yang dibaca rafa’ yang disandarkan pada
mubtada’. Khobar harus mencocoki mubtada’ dalam lafdziyahnya.
Khobar dilihat dari bentuknya terdiri dari dua macam, yaitu:
 Mufrod
 Ghoiru Mufrod.
Khobar mufrod ini juga terbagi menjadi dua macam yaitu:
 Khobar Musytaqq
 Khobar Jamid
Sedangkan khobar ghoiru mufrod terbagi menjadi empat yaitu:
 Dhorof
 Jar Majrur
 Fi’il dan Failnya
 Mubtada’ beserta Khobarnya

Na’at adalah isim yang mengikuti kata sebelumnya yang fungsinya


menyempurnakan kata yang diikutinya, baik kepada kata itu sendiri atau
dengan kata yang dihubungkan dengan kata yang dina’atinya.

Idhofah adalah penyandaran suatu isim (kata benda) kepada isim lain
sehingga menjadi satu kesatuan dan menimbulkan pengertian yang lebih
spesifik. Idhofah dibagi menjadi dua macam, yaitu :
1. Idhofah maknawiyyah
2. Idhofah lafaziyyah
DAFTAR PUSTAKA

Bahauddin Abdullah. Terjemah Alfiyyah Syarah Ibnu ‘Aqil. 2007. Sinar Baru
Algensindo Bandung

Darsono, dkk. 2009. Fasih Berbahasa Arab 3. Tiga Serangkai : Solo

Ibn Aqil,Syaikh. Syarah Ibn Aqil alal Alfiyyah. Dar el-Ilm Press,Surabaya.

Ibn Malik,Syaikh. Khulasoh Alfiyah Ibn Malik finnahwi wassorfi. Dar el-Ilm
Press,Surabaya.

Makky al-Maliki,Syaikh. Mutammimah al-Ajurumiyah. Dar el-Ihya El-Arobiyyah


Press,Surabaya.

M. Sholihuddin Shofwan. Pengantar Memahami Al-Jurmiyah. 1999. Darul


Hikmah Jombang Jatim.

M. Ridlwan Qoyyum Sa’id. Terjemah Praktis Ilmu Nadhom ‘Amrity. Mitra


Gayatri Lirboyo Kediri

Anggini, Dian. 2013. Makalah Idhofah.


(diluvtaec.blogspot.com/2013/06/makalah-idhofah.html?m=1, diakses 16
Oktober 2016.)

Badar Online. 2010. Syarat-syarat Idhofah. (badaronline.com/dasar/bahasa-arab-


dasar-118-syarat-syarat-idhofah.html, diakses 16 Oktober 2016.)
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT.


yang telah melimpahkan Rahmat dan Karunia-Nya serta Taufik dan Hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam tak lupa kami haturkan kepada Nabi Muhammad
SAW. yang telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah dan zaman tidak
berakhlaq kepada zaman yang berilmu pengetahuan dan berakhlaq mulia seperti
yang kita rasakan pada saat sekarang ini.
Di dalam makalah ini kami akan menguraikan tentang pengertian dari
khobar, pembagian dari khobar, pengertian na’at, pembagian na’at, fungsi na’at,
kaidah-kaidah na’at, pengertian idhofah, hukum-hukum idhofah, serta macam-
macam idhofah.
Pembuatan makalah ini banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
terutama dosen pengampu yang telah dengan ikhlas dan sabar membimbing kami
dalam pembuatan makalah ini, Bapak Azhari, S.Pd.I. untuk itu kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beliau. Juga kepada
pihak-pihak yang telah membantu kami dan tidak dapat kami sebutkan satu
persatu, kami ucapkan terima kasih.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai ilmu nahwu. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua yang
membacanya terutama dalam mempelajari ilmu nahwu
Pagar Alam, Oktober 2016

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan.........................................................................2
1.5 Metode Penulisan..........................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Khobar.........................................................................3
2.2 Pembagian Khobar........................................................................4
2.3 Pengertian Na’at............................................................................5
2.4 Pembagian Na’at...........................................................................6
2.5 Fungsi Na’at..................................................................................9
2.6 Kaidah-kaidah Na’at...................................................................10
2.7 Pengertian Idhofah......................................................................12
2.8 Hukum-hukum Idhofah...............................................................13
2.9 Macam-macam Idhofah..............................................................14
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA
MAKALAH

KHOBAR, NA’AT, DAN IDHOFAH

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Bahasa Arab
Dosen Pengampu : Azhari, S.Pd.I

Disusun Oleh :
Beliza Putra NIM.16.13.1565

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH PAGAR ALAM


2016

Anda mungkin juga menyukai