MAKALAH
Dosen Pengampu:
Musriyadi, M.Pd
Oleh:
HASDIAN SYAH SIREGAR (2022.10.IT.034)
MUHAMMAD FADLAN (2022.10.IT.049)
Assalamu’alaikum wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah s.w.t karena atas berkat dan inayahnyalah
makalah yang berjudul I’ROB ROFA’,NASHAB, JAR DAN JAZM
FI’IL RUBAI’ DAN WAZAN WAZANNYA
ini dapat diselesaikan dengan lancar. Tak lupa juga shalawat beriring salam
kita hadiahkan kepada baginda kita nabi Muhammad s.a.w yang telah
membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang seperti
sekarang ini.
Wasalamu’alaikum wr. Wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 1
BAB II : PEMBAHASAN
A. Pengertian I’rab.............................................................................................. 2
B. Pembagian I’rab ............................................................................................ 3
C. Penertian Fiil Rubai’ Mujarrad ..................................................................... 6
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Nahwu sebagaimana yang kita kenal sekarang ini yang sarat
dengan berbagai aturan dan teori merupakan hasil dari sebuah proses
yang cukup panjang dalam sejarah linguistik Arab. Salah kajian dalam
ilmu Nahwu misalnya tentang konsep I’rab. Dalam hal I’rab yang sering
dianggap sebagai keistimewaan yang menyulitkan kemudian berusaha
untuk dihindari dengan berbagai metode yang dianjurkan dalam Ta’līm
al-Lughah al-‘Arabiyah lī Ghair an-Nāthiqīn bihā, maka sebetulnya itu
adalah penyelesaian manipulasi. Masalah itu akan selalu muncul selama
inti permasalahan belum diselesaikan dengan tuntas. Konsep tentang I’rab
harus diluruskan. I’rab selama ini masih didefinisikan sebagai taghyîr
(pengubahan) atau taghayyur (perubahan) atau atsar (gejala alamat
I’rab)
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian I’rob
2. Macam-macam I’rob
3. Pengertian Fi’il Rubai’ Mujarrad
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan
tentang
1. Pengertian I’rob
2. Macam-macam I’rob
3. Pengertian Fi’il Rubai’ Mujarrad
i
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian I’rob
Dalam kitab Jurumiyyah dijelaskan khususnya tentang bab I’rob, yakni :
اِإل ْع َر اُب ُهَو َتْغ ِيْيُر َأَو اِخ ِر الَك ِلِم الْخ ِتَالِف الَع َو اِم ِل الَّد اِخ َلِة َع َلْيَها َلْفًظا َأْو َتْقِد ْيًرا
Artinya : “I’rob adalah berubahnya akhir – akhir kata yang disebabkan bedanya amil – amil
yang masuk pada kata tersebut, baik berubah secara lafadz atau secara
perkiraan“.Penjelasannya :
1. Yang dimaksud dalam kalimat yang berbunyi : “ ”اِإل ْع َر اُب ُهَو َتْغ ِيْيُر َاَو اِخ ِر الَك ِلِم
Kalimat tersebut menerangkan bahwa, i’rob adalah suatu perubahaan cara membaca akhir
huruf pada suatu kata yang tergantung pada amil yang memasukinya.
Suatu inti dari i’rob itu adalah perubahan di akhir kata, baik itu dibaca dhommah
(keadaan rofa’), dibaca fathah (keadaan nashab), dibaca kasroh (keadaan jar), atau dibaca
sukun (keadaan jazm).
Maka sekarang sudah jelas, bahwa dalam ilmu nahwu dalam hal ini bab i’rob sebagai
jantungnya ilmu nahwu hanya akan membahas perubahan akhir suatu kata.
Oleh sebab itu, maka jika kalian melihat contoh kata “ ”َنْص ٌرmaka fokus ilmu nahwu
hanyalah pada huruf akhirnya yaitu huruf ro ‘ ’ٌرnya saja di rofa’kan. Masalah kenapa
kata tersebut dia dibaca dommah atau rofa’? kenapa tidak dibaca menggunakan tanwin,
kasroh, fathah atau yang lainnya.
Sedangkan masalah huruf pertama ‘ ’َنdan tengah ‘ ’ْص, itu hanya akan dibahas pada ilmu
sharaf.
2. Kemudian yang dimaksud dari kalimat yang berbunyi : “”اِل ْخ ِتاَل ِف الَع َو اِم ِل الَداِخ َلِة َع َلْيَها
adalah perubahan pada akhir kata ini tergantung pada amil yang memasukinya.
Apakah itu yang disebut Amil?
Amil adalah suatu penyebab dapat berupa huruf, keadaan, dan sifat yang membuat kata
yang terkena amil ini harus dibaca rofa’ (dengan dhommah), nashab (dengan fathah), jar
(dengan kasroh), atau jazm (dengan sukun).
Contohnya yaitu :
i
َكَتَب ُمَح َم ٌد َع َلى الَسُّبْو َرِةArtinya : “Muhammad menulis di papan tulis”
perhatikan kata yang saya tandai dengan huruf tebal tersebut. Dalam kata tersebut di baca
kasroh pada huruf terakhirnya ‘as-sabburoti’, kenapa dibaca kasroh?
Sebab sebelum kata tersebut ada amil berupa huruf jar (yang membuat kata ‘as-
sabburoti’ harus dibaca kasroh) yakni : kata ‘alaa’ yang saya tandai dengan garis
bawah.
3. Kemudiam yang dimaksud dalam kalimat yang berbunyi : “” َلْفظًا َأْو َتْقِد ْيرًا
Memiliki arti baik secara lafadz (nampak jelas perubahaannya) atau dengan dikira-kira.
Secara lafadz adalah perubahan cara membaca akhir katanya nampak jelas dengan
adanya harokat domah, fathah, kasroh, atau sukun.
Mari kita perhatikan contohnya berikut : “ ‘َأَك ْلُت الُتَّفاَحakaltu at-tuffaha” kata yang bercetak
tebal dibaca fathah secara jelas dan nampak harokatnya.
4. Kemudian kalimat yang dimaksud َتْقِد ْيرًاadalah perubahan cara baca akhir kata yang tidak
nampak jelas dan tidak ada harokat sama sekali. Hal ini disebabkan karena di akhir kata
tersebut terdapat huruf illah ‘Wau ( )و, Alif ( )اdan Ya (’)ي,
Mari kita perhatikan contohnya berikut : َج اَء ُم ْص َطَفىartinya “musthofa telah datang”.
Sekarang perhatikan kata yang saya cetak tebal yakni “musthofaa”, huruf terakhir kata
tersebut tidak mempunyai harokat, tapi kata tersebut dibaca rofa’.
Keterangannya : seharusnya apabila suatu kata dibaca rofa’ maka tandanya dengan
dhommah, namun pada kata tersebut tidak ada harokatnya, maka i’robnya dengan cara
dikira-kira), kenapa dia dibaca rofa’? jawabannya sebab dia menjadi fa’il (subjek).
Maka intinya yang dimaksud Irob adalah kalimat yang tersusun secara sempurna.
B. Pembagian I’rob
َو َاْقَس اُم ُه َاْر َبَع ٌة َر ْفٌع َو َنْص ٌب َو َخ ْفٌض َو َج ْز ٌم َفِلَأْلْس َم اِء ِم ْن َذ اِلَك الَّر ْفُع َو الَّنْص ُب َو الَخ ْفُض َو َال َج ْز َم ِفْيَها َوِلَأْلْفَع اِل ِم ْن
َذ اِلَك الَّر ْفُع َو الَّنْص ُب َو الَج ْز ُم َو َال َخ ْفَض ِفْيَها
Artinya : “Pembagian I’rob itu ada empat yaitu: rofa, nasab, khofadz dan jazem. Dari
i’rob tersebut bagi isim adalah rofa, nashab, dan khofadz, dan tidak ada i’rob jazem
baginya. Adapun bagi piil adalah rofa , nashab, dan jazem, dan tidak ada i’rob khofadz
pada pi’il”.
i
Dari kalimat diatas maka dapat kita simpulkan bahwa kata dalam I’rob itu dibagi menjadi
4 bagian, yaitu :
1. Rofa’ yaitu tanda asalnya biasanya dengan dhommah.
Contohnya yaitu : َج اَء ُم َح َّم ٌد
2. Nashab (tanda asalnya biasanya dengan harokat fathah).
Contohnya yaitu : َأَك ْلُت الُتَّفاَح
3. Jer (tanda asalnya biasanya dengan harokat kasroh).
Contohnya yaitu : َكَتَب ُمَح َم ٌد َع َلى الَسُّبْو َرِة
4. Jazm (tanda asalnya biasanya dengan tanda harokat mati atau sukun).
Contohnya yaitu : ِإْذ َهْب
Menurut kitab Matnul Bina’ Wal Asas karangan Imam al-Mala ad-Dunqazi: Sebagian besar
Fi’il Ruba’i Mujarrad itu berupa muta’addi (membutuhkan maf’ul), tetapi ada juga
yang berbentuk lazim (tidak membutuhkan maf’ul).
َو ِبَناُؤ ُه ِللَّتْعِدَّيِة َغ اِلًبا َو َقْد َيُك ْو ُن اَل ِزًم ا
Artinya: “Kebanyakan fi’il ruba’i mujarrad adalah untuk ta’diyyah (menjadikan fi’il
lazim menjadi muta’addi), terkadang ada juga yang lazim”.
i
Di dalam kitab tersebut terdapat contoh Fi’il Ruba’i Mujarrad yang berlaku muta’addi dan
lazim sebagai berikut:
Pada dua contoh di atas dapat kita lihat masing-masing, ada yang memerlukan muta'addi
(membutuhkan maf'ul bih) ada pula yang lazim (tidak membutuhkan maf'ul bih).
Fi’il Ruba’i Mujarrad “ ”َدْح َرَجberlaku muta’addi, merofa’kan lafadh “ ”َز ْي ٌدyang menjadi
sebagai fa’ilnya (subyek) dan menashobkan lafadh “ ”الَح َج َرsebagai maf’ul bihnya
(obyek).
i
BAB III
A. Kesimpulan
I’rab adalah “pengubahan” atau “perubahan” akhir masing-masing kata karena perbedaan
faktor yang memasukinya, menganggap bahwa i’rab itu adalah suatu proses perubahan
yang abstrak, tidak kelihatan konkret. Berubahnya akhir kata itu tidak kelihatan, tiba-tiba
saja tanda i’rab itu berubah menjadi tanda i’rab yang lain.
Definisi ini menganggap bahwa i’rab itu berada di antara ketentuan tanda i’rab yang satu
dengan yang lainnya. Padahal masing-masing i’rab, yakni i’rab rofa’, nashab, jar dan
jazm itu adalah ketentuan setelah selesainya ‘perubahan’ itu, misalnya berubah menjadi
i’rab nashab, berubah menjadi i’rab jar atau menjadi i’rab jazm atau menjadi i’rab rofa’.
Jadi i’rab itu bukan berada pada saat perubahan itu tetapi pada saat ketentuan setelah
selesai perubahan itu. Pada saat perubahan itu tidak ada namanya, hanya sekedar proses
perubahan saja.
Fi’il Ruba’i Mujarrod ialah kalimah fi’il yang madzinya memuat 4 huruf asal dan bebas
dari huruf tambahan. Fi’il Ruba’i Mujarrod itu babnya hanya satu, yaitu mengikuti wazan
َفْع َلَلseperti lafad َد ْخ َر َج, karena Fi’il Ruba’i itu terlalu berat disebabkan oleh hurufnya
yang banyak, maka orang arab tidak mentasrif seperti halnya fi’il tsulasi mujarrod dengan
membaca fathah, kasroh dan dlomah pada ‘ain fi’ilnya, tetapi hanya membaca Fi’il
Ruba’i Mujarrod dengan fathah.
B. Saran
Dengan selesainya makalah sederhana ini, penulis berharap materi yang dipaparkan tersebut
dapat dimengerti dan bermanfaat untuk para pembaca. Penulis juga menerima kritik dan saran dari
pembaca apabila di dalam makalah ini ada sesuatu yang kurang atau salah, dikarenakan yang benar
datangnya dari Allah s.w.t dan yang salah datangnya dari manusia itu sendiri.
i
DAFTAR PUSTAKA
https://rumusbilangan.com/pengertian-irob-dan-macam-macamnya/
https://iinnurhamidah.blogspot.com/2021/01/makalah-irob.html
http://sarwana09.blogspot.com/2012/11/fiil-rubai-mujarrod-dan-mulhaq-serta.html