Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

I’ROB

Disusun Untuk Memenuhi Mata Kuliah Bahasa Arab

Dosen Pengampu :

ANISA FATIH RAHMAH

Disusun Oleh :
ROHMAN (12116018)
RIMA(12116054)
YOLA YOLANDA(12116023)

PRODI AKUNTANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK

TAHUN PELAJARAN 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, segala puji bagi Allah atas segala nikmat dan karunia-Nya.
Sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah pengelolaan
kelas.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita


baginda Rosulullah SAW yang telah menujukan kita dari zaman jahiliyah menuju
zaman yang penuh warna–warni cahaya ilmu yaitu adinul islam.

Dengan terselesaianya makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan terima


kasih yang sebanyak –banyaknya kepada pihak yang bersangkutan, atas
bantuannya baik doa maupun tenaganya dalam penyusunan makalah ini.

Kami sadar bahwasanya makalah ini masih banyak sekali kesalahan maupun
kekurangan. Oleh karena itu, kami harap keikhlasan kepada para pembaca
maupun pihak lain dalam memberikan kritik dan sarannya untuk penyusunan
makalah yang lebih baik dan berkualitas .

Pontianak 12 november 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA  PENGANTAR...................................................................................

DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
A.       Latar Belakang...........................................................................
B.       Rumusan masalah....................................................................... 
C.       Tujuan penulisan makalah..........................................................
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 
A.       Pengertian i’rob..........................................................................
B.       Pembagian  i’rob........................................................................
C.       Tanda-tanda I’rob ......................................................................
BAB III PENUTUP .....................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................

B. Saran..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Upaya dalam memudahkan pengkajian ilmu nahwu telah ada sejak
munculnya ilmu nahwu itu sendiri. Berbagai konsep dan metode telah
dikemukakan oleh para tokoh nahwu. Disadari atau tidak, bahwa perjalanan ilmu
nahwu terus berjalan dari abad klasik hingga abad modern bahkan kontemporer
saat ini. Tentunya terdapat banyak  sejarah  tokoh,  pemikiran-pemikiran, serta
perdebatan yang terjadi yang telah banyak memberikan warna tersendiri dalam
khazanah ilmu nahwu. Dengan landasan itu, kiranya perlu banyak kajian terhadap
ilmu nahwu dalam rangka menggali lebih dalam sejarah perkembangan nahwu
hingga sekarang. Karena sesungguhnya hal itu akan menjadi bukti eksistensi suatu
peradaban.
Seperti halnya bahasa-bahasa yang lain, Bahasa Arab mempunyai kaidah-
kaidah tersendiri di dalam mengungkapkan atau menuliskan sesuatu hal, baik
berupa komunikasi atau informasi. Terutama dalam memahami ilmu agama yang
mana bersumber dari Al-qur’an dan Al-hadist yang harus memerlukan kaidah
nahwu yang mana di dalamnya terdapat sebagian kajian tentang I’rob. Yang akan
dijelaskan oleh kelompok kami tentang “Pengertian I’rob dan pembagiannya”.
B.     Rumusan Masalah

iv
1. Apa yang dimaksud dengan I’rob?
2.  Sebutkan macam-macam atau pembagian i’rob?
3. Apa saja tanda-tanda I’rob?

C.     Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian I’rob
2. Untuk menjelaskan macam-macam atau pembagian i’rob
3. Untuk mengetahui tanda-tanda I’rob

BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN I’ROB

Kata I’rab (‫ )إعراب‬secara bahasa memiliki arti “baris” atau juga “harakat”,
Kata i’rab ada juga yang mengatakan berasa dari bahasa arab yang mempunyai
arti perubahan, sedangkan menurut professor doktor sarjana ahli nahwu,
i’rob  yaitu perubahan yang terjadi pada ahir kata yang di sebabkan oleh
perbedaan amil yang masuk, baik berupa lafadz atau taqdirnya.
Sedangkan bina’ itu merupakan kebalikan dari i’rab yang masing-masing
keduanya memiliki karekteristik yang sangat berbeda-beda.

Menurut ilmu nahwu, I’rab ialah:

‫ف ال َع َوا ِم ِل الدَا ِخلَ ِة َعلَيهَا لَ ْفظًا اَوْ تَ ْق ِديرًا‬


ِ ‫اخ ِر ال َكلِ ِم اِل ْختِاَل‬
ِ ‫تَ ْغيِي ُر اَ َو‬

Artinya :

v
“Berubahnya (harokat) akhir suatu kalimat yang disebabkan adanya
perbedaan ‘amil (yang memerintah) yang menempel pada kalimat tersebut, baik
dalam segi lafadznya atau pun kira-kiranya’’[2]

Maksud dari arti tersebut ialah: I'rab itu mengubah syakal tiap-tiap akhir
kalimah disesuaikan dengan fungsi amil yang memasukinya, baik perubahan itu
tampak jelas lafazhnya atau hanya secara diperkirakan saja keberadaannya.

I'rob pada isim (kata benda) ada tiga macam yaitu rof'un (
‫)رفع‬, nashbun ( ‫)نصب‬ , dan jarrun ( ‫)جر‬. Sedangkan I'rob pada kata kerja (Fi’il )ada
3 yaitu : rof'un (‫)رفع‬, nashbun ( ‫)نصب‬, jazmun (‫)جزم‬. I'rob (perubahan akhir) pada
suatu isim yanh menunjukkan kedudukan atau suatu fungsi isim tersebut dalam
kalimat baik sebagai subjek,predikat,objek langsung maupun objek dari suatu kata
depan. Isim atau kata benda yang mengalami
dinamakan ism mabniy ( ‫)اسم مبني‬. Pada isim mabni tidak ada perubahan di
akhir isim tersebut.
Dalam I’rob kita menemukan Kalimat yang selalu berubah-ubah akhirnya,
dan itu dinamakan ism mu'rob (‫)اسم معرب‬ Kalimah mu’rob adalah  kalimah yang
akhirannya bisa berubah-ubah sesuai dengan ‘amil yang memasukinya.[3] Jadi jika
suatu kalimah itu kemasukan ‘amil dan kalimah itu terjadi perubahan pada akhiran
kalimah itu, maka kalimah itu di sebut kalimah mu’rab contohnya kalimah   َ‫ِمن‬
‫ْج ِد‬ ْ
ِ ‫ال َمس‬ , disini ْ karena
terjadi perubahan harakat akhir pada kalimah isim ‫ ِج ِد‬z‫ال َم ْس‬,
pada awalnya kalimah itu harakat akhirnya di baca dhommah tapi karena ke
masukan ‘amil, yaitu huruf jer maka harakat akhir kalimah itu di baca kasrah atau
majrur.
Dan apabila kita menemukan suatu kalimat yang tidak berubah harokat
akhirnya, itu dinamakan ism mabni ( ‫ني‬zz‫م مب‬zz‫)اس‬.Harokat akhir yang tidak akan
berubah dinamakan BINA'

B.     Pembagian I’rob

‫وَأ ْق َسا ُمهُ َأرْ بَ َعة‬ :


َ

vi
‫ َو َج ْزم‬، ٌ‫ َوخَ ْفض‬، ٌ‫ َونَصْ ب‬،ٌ‫َر ْفع‬

“I'rob dibagi menjadi 4, yaitu: rofa', nashob, khofad dan jazm.”[4]

keterangan :

1.      Rafa’ : perubahan yang khusus, yang ditandai dengan dlomah atau yang
menggantinya. Contohnya : ‫جَا َء ٌم َح ْم ٌد‬

2.      Nashab : Yaitu perubahan yang khusus, yang ditandai dengan fathah atau
ُ ‫َرَأي‬
yang menggantinya, contohnya ‫ْت زَ ْيدًا‬

3.      Khofad/jer : Yaitu perubahan yang tertentu, yang ditandai dengan kasroh


ُ ْ‫َم َرر‬
atau yang menggantinya. Contohnya : ‫بِزَ ْي ٍد‬ ‫ت‬

4.      Jazm : Yaitu perubahan yang tertentu yang ditandai dengan sukun atau yang
menggantinya. Contohnya :  ْ‫لَ ْم يَضْ ِرب‬

C.    Tanda-tanda I’rob

Masing- masing i’rob mempunyai tanda yang berbeda-beda, diantaranya sebagai


berikut:
1.      I’rob Rafa

ُ‫ض َّمةُ َو ْال َوا ُو َواَأْللِفُ َوالنُّوْ ن‬ ٍ ‫لِل َّر ْف ِع َأرْ بَ ُع َعاَل َما‬
َّ ‫ت اَل‬

Artinya : “I’rob rafa’ itu mempunyai 4 tanda, yaitu dlomah, wawu, alif dan nun”.

Setiap kalimah, ketika rafa’ pasti menggunakan salah satu dari 4 tanda
tersebut.  Dan setiap tanda mempunyai tempat – tempat tersendiri yang akan
dibahas di bawah ini :

1)      Dhammah, merupakan tanda i”rob asli. contohnya   maka ia menjadi tanda


bagi rafa’ pada empat tempat :

(1)   Pada Isim Mufrad, yaitu yang menunjukkan makna tunggal. Contoh :  ‫ ُم َح َّم ٌد‬ ‫قَ َرَأ‬
َ‫القرأن‬ 

vii
(2)   Jama’ taktsir, yaitu lafadz yang menunjukkan arti banyak dan tidak terikat
pada objek perempuan maupun laki-laki. Jamak taksir juga dapat dimaknai suatu
lafadz yang menunjukkan arti banyak yang bentuk lafadznya berubah dari bentuk
tunggalnya. Misalnya; ‫طلب‬ menjadi ‫طالب‬ , contoh;

‫في المدرس ِة‬ ‫الطالب‬ ‫جاء‬

(3)   Jama’ muannas salim, yatu lafadz yang menunjukkan makna jamak (banyak)


yang dikhususkan pada objek perempuan. Dan biasanya di aakhiri dengan huruf
ُ ‫ت ْال ُم ْسلِ َم‬
alif dan ta’. Contoh : ‫ات‬ ِ ‫جاَئ‬  (para
َ wanita muslimah datang)

Keterangan : Lafadz ‫ات‬ ْ
ُ ‫لِ َم‬zzzz‫ال ُم ْس‬ adalah jama’ mu’annats salim. Mufrodnya
adalah ُ‫اَ ْل ُم ْسلِ َمة‬ yang berarti seorang wanita muslimah. Ta’ – nya ُ‫لِ َمة‬z‫اَ ْل ُم ْس‬ dibuang,
lalu ditambahkan alif dan ta’ alamat jama’
(4)   fiil mudhari’ yang huruf akhirnya tidak bertemu dengan alif tatsniyyah,
wawu jama’, dan ya’ mu’annatsah mukhothobah. Fi’il mudlori’ adalah fi’il yang
di awali huruf ya’, ta’, hamzah, atau nun yang zaidah (tambahan).
Contoh : ُ‫ نُقَاتِل‬, ‫ اَ ْفتَ ُح‬, ُ‫ تَضْ ِرب‬, ‫ص ُر‬
ُ ‫يَ ْن‬

2)      wawu, pada hakikatnya wawu adalah sebagai pengganti (tanda far’i) dari


tanda dhammah.Tanda wawu sebagai ciri dari i’rab rafa’ bertempat di dua tempat,
yaitu[5]

(1)   Jamak mudzakar salim, yaitu suatu kata yang menunjukkan makna jamak
yang dikhusukan pada objek laki-laki, dan biasanya di akhiri dengan huruf wawu
dan nun  (‫)و ن‬ pada tingkah rafa’ dan di akhiri ya’ dan nun (‫)ين‬ pada tingkah nasab
dan jer. Contoh;

‫المفلحون‬ ‫اولئك هم‬

(2)   Asma’ul khamsah, yaitu isim-isim lima yakni (‫ ذو‬،‫ فو‬،‫ حم‬،‫ اخ‬،‫)اب‬. Contoh;

ٍ ‫ ُذ ْو َم‬،َ‫ فُ ْوك‬، َ‫ َح ُم ْوك‬،‫ اَ ُخ ْو َك‬،َ‫َجا َء اَبُ ْوك‬


‫ال‬

viii
3)      alif, maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada isim-isim tatsniyyah yang
tertentu.Isim tatsniyah adalah suatu kata benda yang menunjukkan makna dua.
Isim tatssniyah biasanya di akhiri dengan huruf alif dan nun (‫)أ ن‬ ketika rafa’, dan
di akhiri ya’ dan nun (‫)ين‬ ketikaa tingkah nasab dan jer. Contoh;

‫جديدان‬ ‫طالبان‬  ٌ‫احم ٌد وحسن‬


4)      Nun maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada fi’il mudhari yang bersambung
dengan dhamir tatsniyah, dhamir jama’, dan dhamir muannats mukhatabah. Nun
menjadi tanda bagi i’rab rafa’ itu bertempat pada fi’il mudhari’ yang bertemu
dengan[6]

(1)   Dhamir tastniyah, contoh;

‫ تفعالن‬،‫يفعالن‬

(2)   Dhamir jamak, contoh;

‫ تفعلون‬،‫يفعلون‬

(3)   Dhamir muannas mukhatabah, contoh;

‫تفعلين‬

2.      I’rob Nashab
I'rab nashab mempunyai lima alamat, yaitu: fathah, alif, kasrah, ya dan
membuang (menghilangkan) huruf nun. [7]
1)      Fathah merupakan tanda i’rob nasab asli, maka ia menjadi tanda bagi
nashab pada tiga tempat :
(1)   Pada Isim Mufrad, seperti dalam contoh :

ُ ‫ َرَأي‬ = aku telah melihat zaid


‫ْت زَ ْيدًا‬

ix
ُ ‫اِ ْشتَ َري‬ = aku telah membeli sebuah kitab
‫ْت ِكتَابًا‬

(2)   Jama’ taksir, seperti contoh :

ُ ‫رَأي‬ =
‫ْت ُزيُوْ دًا‬ َ aku telah melihat zaid-zaid

ُ ‫اِ ْشتَ َري‬ = aku telah membali beberapa buah kitab


‫ْت ُكتُبًا‬

(3)   Fi’il Mudhari apabila kemasukan padanya amil yang menashabkan


dan pada akhir kalimatnya tidak bertemu dengan sesuatupun. (dari alif
tatsniyah, wawu jamak,dan  nun taukid). Contoh:

‫لَ ْن يَ ْف َع َل‬ = dia tidak akan dapat berbua

َ‫لَ ْن نَ ْب َر َح َعلَ ْيهَ عَا ِكفِ ْين‬

2)      Alif. Alif menjadi alamat bagi i’rab nashab berada pada asma’ul khomsah,
Contoh :

Asma’ul khomsah

َ‫ْت َأبَاكَ َو َأ َخاك‬


ُ ‫ َرَأي‬ = aku telah melihat ayahmu dan saudaramu

3)      Kasrah. Kasrah menjadi alamat i’rab nashab hanya terdapat pada bentuk


jamak muannats salim saja. Contoh :

Jamak muannats salim

ِ ‫ْت ْال ُم ْسلِ َما‬


‫ت‬ ُ ‫رَأي‬ (bentuk
َ jamak dari lafadh ٌ‫) ُم ْسلِ َمة‬

ُ ‫رَأي‬ (bentuk
ٍ ‫ْت ثَيِّبَا‬
‫ت‬ َ jamak dari lafadh  ٌ‫)ثَيِّبَة‬

4)      Ya’. Ya menjadi alamat bagi i’rab nashab pada isim tatsniyah dan jamak
mudzakar salim. Contoh:

x
(1)   Isim tatsniyah

ُ ‫قَ َرْأ‬ = aku telah membaca dua buah kitab


‫ت ِكتَابَي ِْن‬

Huruf ya’  di sukun kan dan huruf sebelumnya di fathah kan

(2)   Jamak mudzakaar salim

َ‫ْت ْال ُم َعلِّ ِم ْين‬


ُ ‫ َرَأي‬ = aku telah melihat guru-guru

Huruf ya’ di sukun kan dan huruf sebelumnya di kasrah kan

(3)   membuang nun(Hafdzu Nun). Membuang nun menjadi alamat pada i’rab


nashb pada af’aalul khomsah. Yang di rafa’ kan dengan memakai
nun  itsbat .Seperti lafadz:

‫اَ ْن يَ ْعلَ َما‬ = hendaknya mereka berdua mengetahui

‫لَ ْن تَ ْعلَ َما‬ = hendaknya kamu berdua mengetahui

‫اَ ْن يَ ْعلَ ُموْ ا‬ = hendaknya mereka mengetahui

‫اَ ْن تَ ْعلَ ُموْ ا‬ = hendaknya kalian mengetahui

‫اَ ْن تَ ْعلَ ِم ْى‬ = hendaknya engkau perempuan mengetahui

3.      I'rob Jar / Khofad

Tanda I'rob jar  adalah kasroh, ya dan fathah.[8]

1)      Kasroh, masuk pada tiga tempat, yaitu :

ِ َ‫ا ْل َم ْكت‬ ‫قَلَ ِم ْي َعلَى‬ (penaku diatas meja)


(1)   Isim mufrod,   ‫ب‬

(2)   Jamak taksir, ٌ‫ ِه َّمةٌ عَالِيَة‬ ‫ا ْل ِّر َجا ِل‬ ‫ ِل‬ (para lelaki itu mempunyai cita-cita

yang tinggi)

xi
ِ ‫الطَّالِبَا‬ ‫سلَّ ْمتُ َعلَى‬
(3)   Jamak muanas salim, ‫ت‬ َ  (saya memberi salam kepada
siswi-siswi).

2)      Ya’. masuk pada tiga tempat, yaitu :

(1)   Asma’ul khomsah, ‫؟‬ ‫ َك‬v‫َأ ِخ ْي‬ ‫َب اِلَى‬ ْ ‫َأ‬ (apakah kamu akan pergi kepada
ُ ‫تَذه‬
saudaramu?).

(2)   Isim tasniyah,   ‫طَالِبَ ْي ِن‬  ْ‫س ِمعْتُ َه َذا ا ْل َخبَ َر ِمن‬


َ  (saya mendengar berita ini dari
dua orang siswa).

(3)   Jamak muzakar salim,  َ‫ا ْلفَاِئ ِزيْن‬  َ‫اج َع ْلنَا ِمن‬


ْ ‫اَللَّ ُه َّم‬ (ya Allah jadikanlah kami
termasuk orang-orang yang mendapatkan kemenangan).

3)      Fathah, masuk pada satu tempat, yaitu :

َ ‫لِ َعاِئ‬ ُ‫يَّا َرة‬v ‫الس‬


(1)   Isim ghoir munsorif (isim yang tidak menerima tanwin), ‫ة‬v ‫ش‬ َّ  ‫ ِذ ِه‬v‫ِه‬
 َ (mobil ini milik Aisyah).

4.      I’rab jazm

I’rab jazm merupakan i’rab yang dikhususkan untuk kalimat fiil. Adapun


tanda irab jazm yang akan kita bahas disini ada dua, yaitu sukun dan membuang
(nun+huruf ‘illat). Dalam redaksi kitab jurumiyah disebutkan sebagai berikut :

ُ‫الح ْذف‬
َ ‫َولِ ْل َج ْز ِم َعاَل َمتَا ِن ال ُّس ُكوْ نُ َو‬

Artinya : I’rab jazm mempunyai dua alamat atau ciri (tanda), yaitu sukun
dan membuang.

i’rab jazm dalam ilmu nahwu ditandai dengan dua tanda yaitu harakat
sukun dan hadf (membuang), yang dimaksud dengan membuang disini adalah
membuang huruf ‘illat dan juga membuang huruf nun. Mungkin diantara teman-
teman ada yang belum tahu apa itu huruf ‘illat, tidak apa-apa, pada tulisan
selanjutnya insyaallah akan saya tulis sebuah postingan yang khusus membahas
tentang penjelasan apa itu yang dimaksud dengan huruf ‘illat.[9]

Adapun tanda irab jazm yang menjadi bagian terakhir dalam pembagian
i’rab dalam ilmu nahwu adalah sebagai berikut :

xii
1)      Sukun, yang menjadi tanda pokok dalam i’rab jazm.

Contoh :

ْ‫لَ ْم يَضْ ِرب‬ Asalnya  ُ‫يَضْ ِرب‬

ْ‫لَ ْم يَ ْنصُر‬   Asalnya ُ‫صر‬


ُ ‫يَ ْن‬

‫لَ ْم يَ ُك ْن‬      Asalnya  ُ‫يَ ُكوْ ن‬

2)      Membuang nun yang menjadi tanda rafa’.

Contoh :

‫لَ ْم تَ ْف َعلُوْ ا‬  Asalnya  َ‫تَ ْف َعلُوْ ان‬

‫لَ ْم تَ ْف َعلِ ْى‬  Asalnya  َ‫تَ ْف َعلِ ْين‬

‫لَ ْم يَ ْف َعاَل‬   Asalnya ‫يَ ْف َعاَل ِن‬

‫لَ ْم تَ ْف َعاَل‬   Asalnya ‫تَ ْف َعاَل ِن‬

‫لَ ْم يَ ْف َعلُوْ ا‬  Asalnya  َ‫يَ ْف َعلُوْ ان‬

3)      Membuang huruf ‘illat.

‫لَ ْم يَرْ ِم‬    Asalnya ‫يَرْ ِمى‬

Contoh :

َ ‫لَ ْم يَ ْخ‬  Asalnya ‫يَ ْخ َشى‬


‫ش‬

xiii
BAB III

PENUTUP
A.    Kesimpulan
I’rab adalah “pengubahan” atau “perubahan” akhir masing-masing
kata karena perbedaan faktor yang memasukinya, menganggap bahwa i’rab
itu adalah suatu proses perubahan yang abstrak, tidak kelihatan konkret.
Berubahnya akhir kata itu tidak kelihatan, tiba-tiba saja tanda i’rab itu
berubah menjadi tanda i’rab yang lain.
Definisi ini menganggap bahwa i’rab itu berada di antara ketentuan
tanda i’rab yang satu dengan yang lainnya. Padahal masing-masing i’rab,
yakni i’rab rofa’, nashab, jar dan jazm itu adalah ketentuan setelah selesainya
‘perubahan’ itu, misalnya berubah menjadi i’rab nashab, berubah menjadi
i’rab jar atau menjadi i’rab jazm atau menjadi i’rab rofa’. Jadi i’rab itu bukan
berada pada saat perubahan itu tetapi pada saat ketentuan setelah selesai
perubahan itu. Pada saat perubahan itu tidak ada namanya, hanya sekedar
proses perubahan saja.
B.     Saran

xiv
Demikian makalah ini kami susun, kami menyadari atas banyaknya
kekurangan dalam penyusunannya, yang disebabkan karena keterbatasan
kemampuan kami. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik baik dari Ibu dosen maupun dari para pembaca, agar makalah ini dapat
lebih mendekati kesempurnaan. Dan semoga penyusunan makalah ini selalu
mendapat ridlo dari Allah SWT Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Ichwan, muhammad nur. Memahami Bahasa al-Qur’an, Yogyakarta:


Celaban Timur. 2002.

Syamilah, Abdurrohman bin Abdirrohman.  Syarah Matan al Jurumiyah,


Riyad: Daru Thibah. 1233.

Malik, Ibnu dkk.  Terjemah Alfiah Ibnu Malik, Lamongan: Pon-Pes


TABAH. 1999.

Sholihuddin, Shofwan. Mabadi'  An-Nahwiyah, Jombang: Darul Hikmah.


1999.

Nuha, Ulin. Buku Lengkap Kaidah-kaidah Nahwu, Yogyakarata: DIVA


Press. 2015.

Anwar, moch. Ilmu Nahwu Terjemah Matan al-Jurumiyah dan ‘Imrithy,


Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2014.

xv
https://ziipenjejakbumi.blogspot.com/2017/09/umamsieihu.ceritamotivasiblog-
post.html

xvi

Anda mungkin juga menyukai