I’ROB
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
ROHMAN (12116018)
RIMA(12116054)
YOLA YOLANDA(12116023)
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah, segala puji bagi Allah atas segala nikmat dan karunia-Nya.
Sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah pengelolaan
kelas.
Kami sadar bahwasanya makalah ini masih banyak sekali kesalahan maupun
kekurangan. Oleh karena itu, kami harap keikhlasan kepada para pembaca
maupun pihak lain dalam memberikan kritik dan sarannya untuk penyusunan
makalah yang lebih baik dan berkualitas .
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................
DAFTAR ISI................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................
A. Latar Belakang...........................................................................
B. Rumusan masalah.......................................................................
C. Tujuan penulisan makalah..........................................................
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................
A. Pengertian i’rob..........................................................................
B. Pembagian i’rob........................................................................
C. Tanda-tanda I’rob ......................................................................
BAB III PENUTUP .....................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................
B. Saran..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya dalam memudahkan pengkajian ilmu nahwu telah ada sejak
munculnya ilmu nahwu itu sendiri. Berbagai konsep dan metode telah
dikemukakan oleh para tokoh nahwu. Disadari atau tidak, bahwa perjalanan ilmu
nahwu terus berjalan dari abad klasik hingga abad modern bahkan kontemporer
saat ini. Tentunya terdapat banyak sejarah tokoh, pemikiran-pemikiran, serta
perdebatan yang terjadi yang telah banyak memberikan warna tersendiri dalam
khazanah ilmu nahwu. Dengan landasan itu, kiranya perlu banyak kajian terhadap
ilmu nahwu dalam rangka menggali lebih dalam sejarah perkembangan nahwu
hingga sekarang. Karena sesungguhnya hal itu akan menjadi bukti eksistensi suatu
peradaban.
Seperti halnya bahasa-bahasa yang lain, Bahasa Arab mempunyai kaidah-
kaidah tersendiri di dalam mengungkapkan atau menuliskan sesuatu hal, baik
berupa komunikasi atau informasi. Terutama dalam memahami ilmu agama yang
mana bersumber dari Al-qur’an dan Al-hadist yang harus memerlukan kaidah
nahwu yang mana di dalamnya terdapat sebagian kajian tentang I’rob. Yang akan
dijelaskan oleh kelompok kami tentang “Pengertian I’rob dan pembagiannya”.
B. Rumusan Masalah
iv
1. Apa yang dimaksud dengan I’rob?
2. Sebutkan macam-macam atau pembagian i’rob?
3. Apa saja tanda-tanda I’rob?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian I’rob
2. Untuk menjelaskan macam-macam atau pembagian i’rob
3. Untuk mengetahui tanda-tanda I’rob
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN I’ROB
Kata I’rab ( )إعرابsecara bahasa memiliki arti “baris” atau juga “harakat”,
Kata i’rab ada juga yang mengatakan berasa dari bahasa arab yang mempunyai
arti perubahan, sedangkan menurut professor doktor sarjana ahli nahwu,
i’rob yaitu perubahan yang terjadi pada ahir kata yang di sebabkan oleh
perbedaan amil yang masuk, baik berupa lafadz atau taqdirnya.
Sedangkan bina’ itu merupakan kebalikan dari i’rab yang masing-masing
keduanya memiliki karekteristik yang sangat berbeda-beda.
Artinya :
v
“Berubahnya (harokat) akhir suatu kalimat yang disebabkan adanya
perbedaan ‘amil (yang memerintah) yang menempel pada kalimat tersebut, baik
dalam segi lafadznya atau pun kira-kiranya’’[2]
Maksud dari arti tersebut ialah: I'rab itu mengubah syakal tiap-tiap akhir
kalimah disesuaikan dengan fungsi amil yang memasukinya, baik perubahan itu
tampak jelas lafazhnya atau hanya secara diperkirakan saja keberadaannya.
I'rob pada isim (kata benda) ada tiga macam yaitu rof'un (
)رفع, nashbun ( )نصب , dan jarrun ( )جر. Sedangkan I'rob pada kata kerja (Fi’il )ada
3 yaitu : rof'un ()رفع, nashbun ( )نصب, jazmun ()جزم. I'rob (perubahan akhir) pada
suatu isim yanh menunjukkan kedudukan atau suatu fungsi isim tersebut dalam
kalimat baik sebagai subjek,predikat,objek langsung maupun objek dari suatu kata
depan. Isim atau kata benda yang mengalami
dinamakan ism mabniy ( )اسم مبني. Pada isim mabni tidak ada perubahan di
akhir isim tersebut.
Dalam I’rob kita menemukan Kalimat yang selalu berubah-ubah akhirnya,
dan itu dinamakan ism mu'rob ()اسم معرب Kalimah mu’rob adalah kalimah yang
akhirannya bisa berubah-ubah sesuai dengan ‘amil yang memasukinya.[3] Jadi jika
suatu kalimah itu kemasukan ‘amil dan kalimah itu terjadi perubahan pada akhiran
kalimah itu, maka kalimah itu di sebut kalimah mu’rab contohnya kalimah َِمن
ْج ِد ْ
ِ ال َمس , disini ْ karena
terjadi perubahan harakat akhir pada kalimah isim ِج ِدzال َم ْس,
pada awalnya kalimah itu harakat akhirnya di baca dhommah tapi karena ke
masukan ‘amil, yaitu huruf jer maka harakat akhir kalimah itu di baca kasrah atau
majrur.
Dan apabila kita menemukan suatu kalimat yang tidak berubah harokat
akhirnya, itu dinamakan ism mabni ( نيzzم مبzz)اس.Harokat akhir yang tidak akan
berubah dinamakan BINA'
B. Pembagian I’rob
vi
َو َج ْزم، ٌ َوخَ ْفض، ٌ َونَصْ ب،ٌَر ْفع
keterangan :
1. Rafa’ : perubahan yang khusus, yang ditandai dengan dlomah atau yang
menggantinya. Contohnya : جَا َء ٌم َح ْم ٌد
2. Nashab : Yaitu perubahan yang khusus, yang ditandai dengan fathah atau
ُ َرَأي
yang menggantinya, contohnya ْت زَ ْيدًا
4. Jazm : Yaitu perubahan yang tertentu yang ditandai dengan sukun atau yang
menggantinya. Contohnya : ْلَ ْم يَضْ ِرب
C. Tanda-tanda I’rob
ُض َّمةُ َو ْال َوا ُو َواَأْللِفُ َوالنُّوْ ن ٍ لِل َّر ْف ِع َأرْ بَ ُع َعاَل َما
َّ ت اَل
Artinya : “I’rob rafa’ itu mempunyai 4 tanda, yaitu dlomah, wawu, alif dan nun”.
Setiap kalimah, ketika rafa’ pasti menggunakan salah satu dari 4 tanda
tersebut. Dan setiap tanda mempunyai tempat – tempat tersendiri yang akan
dibahas di bawah ini :
(1) Pada Isim Mufrad, yaitu yang menunjukkan makna tunggal. Contoh : ُم َح َّم ٌد قَ َرَأ
َالقرأن
vii
(2) Jama’ taktsir, yaitu lafadz yang menunjukkan arti banyak dan tidak terikat
pada objek perempuan maupun laki-laki. Jamak taksir juga dapat dimaknai suatu
lafadz yang menunjukkan arti banyak yang bentuk lafadznya berubah dari bentuk
tunggalnya. Misalnya; طلب menjadi طالب , contoh;
Keterangan : Lafadz ات ْ
ُ لِ َمzzzzال ُم ْس adalah jama’ mu’annats salim. Mufrodnya
adalah ُاَ ْل ُم ْسلِ َمة yang berarti seorang wanita muslimah. Ta’ – nya ُلِ َمةzاَ ْل ُم ْس dibuang,
lalu ditambahkan alif dan ta’ alamat jama’
(4) fiil mudhari’ yang huruf akhirnya tidak bertemu dengan alif tatsniyyah,
wawu jama’, dan ya’ mu’annatsah mukhothobah. Fi’il mudlori’ adalah fi’il yang
di awali huruf ya’, ta’, hamzah, atau nun yang zaidah (tambahan).
Contoh : ُ نُقَاتِل, اَ ْفتَ ُح, ُ تَضْ ِرب, ص ُر
ُ يَ ْن
(1) Jamak mudzakar salim, yaitu suatu kata yang menunjukkan makna jamak
yang dikhusukan pada objek laki-laki, dan biasanya di akhiri dengan huruf wawu
dan nun ()و ن pada tingkah rafa’ dan di akhiri ya’ dan nun ()ين pada tingkah nasab
dan jer. Contoh;
المفلحون اولئك هم
viii
3) alif, maka ia menjadi tanda bagi rafa’ pada isim-isim tatsniyyah yang
tertentu.Isim tatsniyah adalah suatu kata benda yang menunjukkan makna dua.
Isim tatssniyah biasanya di akhiri dengan huruf alif dan nun ()أ ن ketika rafa’, dan
di akhiri ya’ dan nun ()ين ketikaa tingkah nasab dan jer. Contoh;
تفعالن،يفعالن
تفعلون،يفعلون
تفعلين
2. I’rob Nashab
I'rab nashab mempunyai lima alamat, yaitu: fathah, alif, kasrah, ya dan
membuang (menghilangkan) huruf nun. [7]
1) Fathah merupakan tanda i’rob nasab asli, maka ia menjadi tanda bagi
nashab pada tiga tempat :
(1) Pada Isim Mufrad, seperti dalam contoh :
ix
ُ اِ ْشتَ َري = aku telah membeli sebuah kitab
ْت ِكتَابًا
ُ رَأي =
ْت ُزيُوْ دًا َ aku telah melihat zaid-zaid
2) Alif. Alif menjadi alamat bagi i’rab nashab berada pada asma’ul khomsah,
Contoh :
Asma’ul khomsah
ُ رَأي (bentuk
ٍ ْت ثَيِّبَا
ت َ jamak dari lafadh ٌ)ثَيِّبَة
4) Ya’. Ya menjadi alamat bagi i’rab nashab pada isim tatsniyah dan jamak
mudzakar salim. Contoh:
x
(1) Isim tatsniyah
(2) Jamak taksir, ٌ ِه َّمةٌ عَالِيَة ا ْل ِّر َجا ِل ِل (para lelaki itu mempunyai cita-cita
yang tinggi)
xi
ِ الطَّالِبَا سلَّ ْمتُ َعلَى
(3) Jamak muanas salim, ت َ (saya memberi salam kepada
siswi-siswi).
(1) Asma’ul khomsah, ؟ َكvَأ ِخ ْي َب اِلَى ْ َأ (apakah kamu akan pergi kepada
ُ تَذه
saudaramu?).
4. I’rab jazm
ُالح ْذف
َ َولِ ْل َج ْز ِم َعاَل َمتَا ِن ال ُّس ُكوْ نُ َو
Artinya : I’rab jazm mempunyai dua alamat atau ciri (tanda), yaitu sukun
dan membuang.
i’rab jazm dalam ilmu nahwu ditandai dengan dua tanda yaitu harakat
sukun dan hadf (membuang), yang dimaksud dengan membuang disini adalah
membuang huruf ‘illat dan juga membuang huruf nun. Mungkin diantara teman-
teman ada yang belum tahu apa itu huruf ‘illat, tidak apa-apa, pada tulisan
selanjutnya insyaallah akan saya tulis sebuah postingan yang khusus membahas
tentang penjelasan apa itu yang dimaksud dengan huruf ‘illat.[9]
Adapun tanda irab jazm yang menjadi bagian terakhir dalam pembagian
i’rab dalam ilmu nahwu adalah sebagai berikut :
xii
1) Sukun, yang menjadi tanda pokok dalam i’rab jazm.
Contoh :
Contoh :
Contoh :
xiii
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
I’rab adalah “pengubahan” atau “perubahan” akhir masing-masing
kata karena perbedaan faktor yang memasukinya, menganggap bahwa i’rab
itu adalah suatu proses perubahan yang abstrak, tidak kelihatan konkret.
Berubahnya akhir kata itu tidak kelihatan, tiba-tiba saja tanda i’rab itu
berubah menjadi tanda i’rab yang lain.
Definisi ini menganggap bahwa i’rab itu berada di antara ketentuan
tanda i’rab yang satu dengan yang lainnya. Padahal masing-masing i’rab,
yakni i’rab rofa’, nashab, jar dan jazm itu adalah ketentuan setelah selesainya
‘perubahan’ itu, misalnya berubah menjadi i’rab nashab, berubah menjadi
i’rab jar atau menjadi i’rab jazm atau menjadi i’rab rofa’. Jadi i’rab itu bukan
berada pada saat perubahan itu tetapi pada saat ketentuan setelah selesai
perubahan itu. Pada saat perubahan itu tidak ada namanya, hanya sekedar
proses perubahan saja.
B. Saran
xiv
Demikian makalah ini kami susun, kami menyadari atas banyaknya
kekurangan dalam penyusunannya, yang disebabkan karena keterbatasan
kemampuan kami. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan
kritik baik dari Ibu dosen maupun dari para pembaca, agar makalah ini dapat
lebih mendekati kesempurnaan. Dan semoga penyusunan makalah ini selalu
mendapat ridlo dari Allah SWT Amin.
DAFTAR PUSTAKA
xv
https://ziipenjejakbumi.blogspot.com/2017/09/umamsieihu.ceritamotivasiblog-
post.html
xvi