Anda di halaman 1dari 13

1

MAKALAH
I’ROB DAN AL-MU’ROBAT
(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Al-Nahw al-Nadzory)
Dosen Pengampu: Dr. Agung Setiyawan, S.Pd.I., M.Pd.I.

Disusun Oleh:
Amsaina Mufida Rahmah (22104020005)
Syinta Dwi Khusnul K (22104020006)
Aida Khusnayeni (22104020008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Upaya dalam memudahkan pengkajian ilmu nahwu telah ada sejak munculnya
ilmu nahwu itu sendiri. Berbagai konsep dan metode telah dikemukakan oleh
paratokoh nahwu. Disadari atau tidak, bahwa perjalanan ilmu nahwu terus berjalan
dariabad klasik hingga abad modern bahkan kontemporer saat ini. Tentunya
terdapat banyak sejarah tokoh, pemikiran-pemikiran, serta perdebatan yang terjadi
yang telah banyak memberikan warna tersendiri dalam khazanah ilmu nahwu.
Dengan landasan itu, kiranya perlu banyak kajian terhadap ilmu nahwu dalam rangka
menggali lebih dalam sejarah perkembangan nahwu hingga sekarang. Karena
sesungguhnya hal itu akan menjadi bukti eksistensi suatu peradaban.
Seperti halnya bahasa-bahasa yang lain, Bahasa Arab mempunyai kaidah-
kaidah tersendiri di dalam mengungkapkan atau menuliskan sesuatu hal, baik berupa
komunikasi atau informasi. Terutama dalam memahami ilmu agama yang mana
bersumber dari Al-qur’an dan Al-hadist yang harus memerlukan kaidah nahwu yang
mana di dalamnya terdapat sebagian kajian tentang I’rob. Yang akan dijelaskan oleh
kelompok kami tentang “Pengertian I’rob dan pembagiannya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat diambil Rumusan Masalahnya :
1.      Apa pengertian I’rob?
2.      Apa saja tanda-tanda I’rob?
3.      Sebutkan macam-macam I’rob?
4. sebutkan pembagian al-mu’robat!
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu :
1.      Untuk mengetahui pengertian I’rob
2.      Untuk mengetahui tanda-tanda I’rob
3.      Menjelaskan macam-macam I’rob.
4. Menjelaskan pembagian al-mu’robat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. I'rob (‫)اإلعراب‬
1. Pengertian

Kata I’rab (‫ )إع@@راب‬secara bahasa memiliki arti “baris” atau juga “harakat”,
sebenarnya kata harakat ini juga berasal dari bahasa arab hanya saja sudah diserap
kedalam ejaan bahasa indonesia.
Adapaun pengertian i’rab menurut ilmu nahwu yaitu:

‫َاخلَ ِة َعلَيهَا لَ ْفظًا اَوْ تَ ْق ِديرًا‬ ِ ‫تَ ْغيِي ُر اَ َوا ِخ ِر ال َكلِ ِم اِل ْختِاَل‬
ِ ‫ف ال َع َوا ِم ِل الد‬
Artinya :
“Berubahnya (harokat) akhir suatu kalimat yang disebabkan adanya perbedaan
‘amil (yang memerintah) yang menempel pada kalimat tersebut, baik dalam segi
lafadznya atau pun kira-kiranya”1.
Perhatikan beberapa contoh berikut ini:
‫ = َجا َء َز ْي ٌد‬Zaid telah datang
‫راَى خَ الِ ٌد َز ْيدًا‬ =
َ Khalid telah melihat Zaid
‫ َم َّر خَ الِ ٌد بِ َز ْي ٍد‬ = Khalid telah bersua dengan Zaid
Dari contoh diatas, perhatikan harokat terakhir. Disana ada dhommatain,
fathatain, kasrohtain. Jadi itulah perubahan akhir kalimat, setiap harkat pada akhir
kalimat berubah-berubah, tergantung 'amil yang memasuki sebelumnya.
Apabila kita menemukan Kalimat yang selalu berubah-ubah akhirnya, itu
dinamakan MU'ROB. Apabila kita menemukan suatu kalimat yang tidak berubah
harokat akhirnya, itu dinamakan MABNI. Harokat akhir yang tidak akan berubah
dinamakan BINA'
Dalam Matan al-Jurumiyyah, I'rob adalah perubahan akhir kata karena
perbedaan 'amil yang masuk pada kata tersebut, baik secara lafadz (jelas) atau
muqoddaroh (tersembunyi). (Sumber: matan Al Ajrumiyyah). Maksudnya adalah
1
Azhar Arsyad, Dasar-Dasar Penguasaan Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), Halm.24.

3
perubahan dari dhommah ke fathah, dari fathah ke kasroh, dari dhommah ke sukun,
dan seterusnya. I'rob hanya membahas akhir kata saja, tidak di depan dan tidak di
tengah kata.
Perbedaan 'amil akan mengakibatkan perbedaan kedudukan suatu kata di dalam
kalimat. Jadi perubahan akhir kata disebabkan oleh kedudukannya (sebagai subjek,
dan objek,) yang berbeda-beda di dalam kalimat.
Dalam membahas tentang masalah I’rob ini kita perlu memasuki dan
membahasa tentang apa itu Ilmu Nahwu, karena di dalam ilmu inilah kita bisa
mengetahui lebih banyak tenatang I’rob.

2. Macam- Macam Pembagian I’rob

Para ulama nahwu telah menjelaskan bahwasanya i'rab itu terbagi menjadi
empat macam yaitu : i'rab rafa', i'rab nashab, i'rab khafadh, dan i'rab jazm.
Perlu diketahui, dari ke empat macam i'rob tersebut. Tidak semua bisa masuk
pada kalimat tertentu, karena tiap i'rob punya bagiannya tersendiri 2. Untuk lebih
jelasnya. Perhatikan keterangan dibawah ini macam-macam i'rob terdiri dari 4 bagian,
yaitu :

a. Rofa' (‫ )الرفع‬masuk kepada Kalimah Isim dan Kalimah Fi’il


b. Nashob (‫ )النصب‬masuk kepada Kalimah Isim dan Kalimah Fi’il 
c. Jar (‫ )الجر‬hanya masuk kepada Kalimah Isim (‫)االسم‬
d. Jazm  (‫ )الجزم‬hanya masuk kepada Kalimah Fi’il (‫)الفعل‬

Diatas (pengertian i'rob) dijelaskan ada 'amil yang masuk secara jelas maupun
perkiraan atau samar. Pemahamannya sebagai berikut :
1.      I’rob Zhahir/Jelas
I’rob Zhahir/Jelas adalah pengucapan pada akhir kalimah tidak ada penghalang
yang mencegah dalam mengucapkannya. Contohnya : ‫َز ْي ٌد – زَ ْيدًا – َز ْي ٍد‬
2.      I’rab Taqdir/perkiraan

2
M. Sholihuddin Shofwan, Alfiyyah Ibnu Malik, (Lirboyo: Darul Hikmah, 2005), Halm.37-
38.

4
I’rab Taqdir/perkiraan Adalah pengucapan pada akhir kalimah, terdapat
penghalang yang mencegah dalam melafalkannya. Baik penghalang tersebut karena
Udzur semisal ‫ َج@ ا َء ْالفَتَى‬, atau karena berat semisal ‫اض @ ْي‬
ِ َ‫ َج@ ا َء ْالق‬, atau karena demi
kesesuaian semisal ‫اَبِ ْي َجا َء‬.
3. Tanda-Tanda I’rob

Setelah mengetahui jenis – jenis i’rob, perlu juga membahas tentang tanda –
tanda i’rob. Masing – masing i’rob mempunyai tanda – tanda yang berbeda – beda.

a. I’rob Rafa’

I’rob rafa’ mempunyai 4 tanda yaitu:

1) Dlommah

Kalimah – kalimah yang ketika rafa’ ditandai dengan dlommah itu ada 4 :
a) Isim mufrod (yang mempunyai makna satu) Contoh : ‫( َجا َء َر ُج ٌل‬satu oarang lelaki
datang)
b) Jama’ taksir (yang mempunyai arti banyak)
Yaitu isim yang mempunyai arti banyak dan berubah dari bentuk bentuk mufrodnya
(tunggal), dengan ditambah huruf, atau dikurangi, atau diganti hurufnya.
Contoh : ‫( قَا َم ِر َجا ٌل‬beberapa lelaki berdiri)
Keterangan : Lafadz ‫ ِر َجا ٌل‬adalah jama’ taksir. Mufrodnya adalah ‫ َر ُج ٌل‬yang berarti
satu orang lelaki.
c) Jama’ Mu’annats Salim (yang mempunyai arti perempuan banyak)
Yaitu isim yang mempunyai arti wanita banyak, dan tandanya adalah dengan
ditambah alif dan ta’
ُ ‫ت ْال ُم ْسلِ َم‬
Contoh : ‫ات‬ ِ ‫( َجاَئ‬para wanita muslimah datang)
ُ ‫ ْال ُم ْسلِ َم‬adalah jama’ mu’annats salim. Mufrodnya adalah ُ‫اَ ْل ُم ْسلِ َمة‬
Keterangan : Lafadz ‫ات‬
yang berarti seorang wanita muslimah. Ta’ – nya ُ‫ اَ ْل ُم ْس@@@لِ َمة‬dibuang, lalu
ditambahkan alif dan ta’ alamat jama’.
d) Fi’il Mudlori’ yang huruf akhirnya tidak bertemu dengan alif tatsniyyah, wawu
jama’, dan ya’ mu’annatsah mukhothobah.

5
Fi’il mudlori’ adalah fi’il yang di awali huruf ya’, ta’, hamzah, atau nun yang zaidah
(tambahan).
Contoh : ‫ نُقَاتِ ُل‬, ‫ اَ ْفتَ ُح‬, ُ‫ تَضْ ِرب‬, ‫ص ُر‬
ُ ‫يَ ْن‬

2) Wawu

Kalimah – kalimah yang ketika rafa’ di alamati dengan wawu ada 2:

a) Jamak mudzakkar salim ada dua


1) Haqiqi
Contoh : َ‫( َجا َء ْال ُم ْسلِ ُموْ ن‬orang –orang muslim datang)
Sama dengan jika diucapkan : ‫( َجا َء ْال ُم ْسلِ ُم ْال ُم ْسلِ ُم ْال ُم ْسلِ ُم‬Seorang muslim, seorang
muslim, seorang muslim datang); atau jika dibuat athaf : ‫َجا َء ْال ُم ْسلِ ُم َو ْال ُم ْسلِ ُم َو ْال ُم ْسلِ ُم‬
(telah datang seorang muslim dan seorang muslim dan seorang muslim).
2) Majazi

Contoh: َ‫( قَا َم الَْأل ْهلُوْ ن‬para ahli sudah berdiri)

b) Asmaul Khomsah

Yaitu lafadz ‫ ُذ ْو‬,‫ فُ ْو‬,‫ َح ٌم‬,‫ َأ ٌخ‬,‫ب‬


ٌ ‫ َأ‬yang sudah mudlof (di sandarkan) pada lafadz lain.
Contoh : ‫( قَا َم َأبُوْ بَ ْك ٍر‬Abu Bakar sudah berdiri)

3) Alif

Kalimah yang ketika rafa’ dialamati dengan alif adalah :

a) Isim Tatsniyyah

Isim tatsniyyah dibagi menjadi 2 :

1) Haqiqi
Contoh : ‫( َجا َء َر ُجاَل ِن‬dua orang lelaki telah datang).
2) Majazi

ِ َّ‫( اَ ْلقَ َم@@@ َرا ِن ُخلِقَتَ@@@ا لِلن‬rembulan dan mentari telah diciptakan untuk
Contoh : ‫اس‬
manusia)
ِ ‫ اَ ْلقَ َم@ َر‬sebenarnya bukan isim tatsniyyah, karena yang
Keterangan : lafadz ‫ان‬
dimaksud bukan dua rembulan, melainkan bulan dan matahari.

6
b) Nun

Kalimah yang ketika rafa’ ditandai dengan nun adalah fi’il mudlori’ yang
bertemu dengan :

1) Dlomir alif tatsniyyah


ِ َ‫( يَضْ ِرب‬dua orang lelaki akan / sedang memukul)
Contoh : ‫ان‬
2) Dlomir wawu jamak
Contoh : َ‫( يَضْ ِربُوْ ن‬beberapa lelaki akan / sedang memukul)
3) Dlomir ya’ mu’annatsah muhothobah
Contoh : َ‫( تَضْ ِربِ ْين‬dia perempuan akan / sedang memukul)
b. I’rob Nashab

I'rab nashab mempunyai lima tanda yaitu:

1) Fathah

Fathah menjadi tanda bagi i'rab nashab itu berada pada tiga tempat, yaitu pada:

a) Isim mufrad, seperti dalam contoh: ‫( رءيت زيدا‬aku melihat zaid)


b) Jamak taksir, seperti dalam contoh: ‫( رءيت زيائد‬aku melihat zaid-zaid)
c) Fi'il mudhari', yaitu yang kemasukan amil yang me-nashab-kan dan akhir fi'il
itu tidak bertemu dengan alif dhamir tatsniyah, wawu jamak, ya muannats
mukhathabah dan nun taukid, seperti dalam contoh: ‫(لن يفعلن‬dia tidak akan dapat
berbuat)
2) Alif
Alif menjadi tanda bagi i'rab nashab itu hanya terdapat pada asmaul khamsah
saja. Contoh : ‫ يفعالن‬dan ‫تفعالن‬
3) Kasrah
Contohnya seperti :‫( عذب هللا المشركات‬bentuk jamak dari lafazh :‫) المشركة‬
Catatan : Nashab-kanlah dengan kasrah jamak muannats salim yang telah
diketahui.
4) Ya

7
Ya menjadi alamat bagi i'rab nashab pada isim tatsniyah dan jamak (mudzakkar
salim).
Contoh yang berada pada isim tatsniyah seperti: ‫( ق@@رءت الكت@@ابين‬aku telah
membaca dua buah kitab).
Huruf ya yang di-sukun-kan dan huruf yang sebelumnya di-fathah-kan.
Contoh yang berada pada jamak mudzakkar salim seperti:
‫(رءيت المدرسين‬aku telah melihat guru-guru).
Huruf ya yang di-sukun-kan dan huruf sebelumnya di-kasrah-kan.
5) Nun
Membuang (menghilangkan) nun menjadi alamat bagi i'rab nashab pada af'alul
khamsah yang di-rafa'-kannya dengan memakai nun nitsbat(tetap) 3.
Seperti lafazh :
‫(يفعالن‬hendaknya mereka berdua mengetahui)
‫(تفعالن‬hendaknya kamu berdua mengetahui)
‫(يفعلون‬hendaknya mereka mengetahui)
‫(تفعلون‬hendaknya kalian mengetahui)
‫(تفعلين‬hendaknya engkau (perempuan) mengetahui).
c. I’rob Jer

I'rob jar[1] mempunyai tiga tanda yaitu:

1) Kasroh, masuk pada tiga tempat, yaitu :


a) ِ َ‫( قَلَ ِم ْي َعلَى ْال َم ْكت‬penaku diatas meja)
Isim mufrod,  ‫ب‬
b) Jamak taksir, ٌ‫ ْال ِّر َجا ِل ِه َّمةٌ عَالِيَة‬ ‫( ِل‬para lelaki itu mempunyai cita-cita yang tinggi)
c) ِ ‫ت َعلَى الطَّالِبَ@@ا‬
Jamak muanas salim, ‫ت‬ ُ ‫( َس@لَّ ْم‬saya memberi salam kepada siswi-
siswi).
2) Ya, masuk pada tiga tempat, yaitu :
a) َ @@@@ْ‫َ@@@@ذهَبُ ِالَى َأ ِخي‬
Asma’ul khomsah, ‫ك ؟‬ ْ ‫( َأت‬apakah kamu akan pergi kepada
saudaramu?).
3
Abu Hamzah Yusuf Al Atsary, Pengantar Mudah Bahasa Arab, (Bandung: Pustaka
Adhawa, 2007), Halm.33.

8
b) Isim tasniyah,   ‫ْت هَ َذا ْال َخبَ َر ِم ْن طَالِبَي ِْن‬
ُ ‫( َس ِمع‬saya mendengar berita ini dari dua orang
siswa).
c) Jamak muzakar salim, َ‫( اَللَّهُ َّم اجْ َع ْلنَا ِمنَ ْالفَاِئ ِز ْين‬ya Allah jadikanlah kami termasuk
orang-orang yang mendapatkan kemenangan).
3) Fathah, hanya bertempat pada Isim ghoiru munsorif (isim yang tidak menerima
tanwin), َ‫( ِه ِذ ِه ال َّسيَّا َرةُ لِ َعاِئ َشة‬mobil ini milik Aisyah).
d. I’rob Jazm

I’rab jazm merupakan i’rab yang dikhususkan untuk kalimat fiil. Adapun tanda
irab jazm yang akan kita bahas disini ada dua, yaitu sukun dan membuang
(nun+huruf ‘illat).
Adapun tanda irab jazm yang menjadi bagian terakhir dalam pembagian i’rab
dalam ilmu nahwu adalah sebagai berikut :

1) Sukun, yang menjadi tanda pokok dalam i’rab jazm.Contoh : ْ‫ لَ ْم يَضْ ِرب‬Asalnya
ُ‫يَضْ ِرب‬
2) Membuang nun yang menjadi tanda rafa’.

Contoh :‫لَ ْم تَ ْف َعلُوْ ا‬  Asalnya  َ‫تَ ْف َعلُوْ ان‬

3) Membuang huruf ‘illat.

َ ‫لَ ْم يَ ْخ‬  Asalnya ‫يَ ْخ َشى‬


Contoh :‫ش‬

B. ُ َ‫)اَ ْل ُمع َْرب‬


Al-Mu’robat ( ‫ات‬
Lafadz-lafadz yang yang di mu’rab terbagi menjadi dua bagian
1. Bagian yang di I’rob dengan harokat.
Lafadz atau kalimat yang di I’rob-I dengan harakat baik harakat dlammah,
fathah, kasrah atau sukun
ُ ‫َجا َءزَي ٌد ; َر َءي‬
ٍ ‫ْت زَ ْيدًا ; ِكتَبًا ;ِ ِكتَا‬
seperti: ٌ‫ب ; ِكتَاب‬
Lafadz yang di I’robi-I dengan memakai harakat ada empat macam yaitu:
1) Isim mufrad
2) Jama’ taksir
3) Jama’ muannas saalim

9
4) Fi’il mudlari’ yang pada ujungnya tidak bertemu dengan huruf alif, wawu, ya,
dan nun taukid.

َ َ‫جل‬,
Semua itu harus di rafa’ kan dengan dlammah, contoh: ‫ َجا َءزَي@ ٌد‬, ‫س َع ْمرٌو‬ َ di
ُ ‫ َع@ َر ْف‬, ‫ْت زَ ْي@دًا‬
nasabkan dengan fathah, contoh: ‫ت َع ْم@ رًا‬ ُ ‫ َر َءي‬, di jerkan dengan kasrah,
contoh: ‫ْت بِ ْالقَلَ ِم‬
ُ ‫ َكتَب‬, dan di jazmkan dengan sukun, contoh: ْ‫اَلَ ْم نَ ْش َرح‬.
Terdapat pengecualian yaitu:
1) Jama’ muannas salim, di nasabkannya bukan dengan harakat fathah, tapi
ِ ‫ْت ْال ُم ْسلِ َما‬
dengan memakai harakat kasrah, contoh: ‫ت‬ ِ ‫ْت ْال ِه ْندَا‬
ُ ‫ َراَي‬,‫ت‬ ُ ‫َراَي‬
2) Isim yang tidak menerima tanwin (ghairu munsharif), di jer-kannya bukan
dengan harakat kasrah melainkan dengan harakat fathah, contoh: ‫ت بِاَحْ َم َد‬
ُ ْ‫َم َرر‬
‫َوبِاَب َْرا ِه ْي َم‬
3) Fi’il mudlari’ yang mu’tal akhir, di jazm-kannya bukan dengan harakat sukun,
melainkan dengan membuang huruf illat-nya, contoh: ‫ش يَ ْخ َشي‬
َ ‫ لَ ْم يَ ْخ‬, ‫لَ ْم يَرْ ِم يَرْ ِمي‬

Tetapi seperti dalam contoh: ٌ ‫( ِه ْن@@@@د‬jama’


‫َات‬ muannats salim) untuk
menashabkannya dengan memakai kasrah dan isim ghairu munsharif di-jer-kan
dengan memakai fathah. Semua fi’il mu’tal di-jazm-kan dengan membuang huruf
‘illat.
2. Bagian yang d I’rob dengan huruf

Lafadz atau kalimat yang di I’rab-i memakai huruf yaitu: ; َ‫َجا َءال َّزيدَا ِن ; َجا َءال َّزي ُدوْ ن‬
‫ْت ال َّز ْي ِد ْي ِن‬
ُ ‫ْت ال َّز ْي َد ْي ِن ; َر َءي‬
ُ ‫ َر َءي‬. Lafadz yang di mu’rob-kan dengan memakai huruf itu
ada empat yaitu:

1) Mutsanna (isim tasniyah)


ُ ‫َكتَب‬
Adapun isim tasniyah maka di rafa’-kan dengan memakai alif, contoh: ‫ْت‬
‫بِقَلَ َم ْي ِن‬, di nashab-kan dan di-jer-kan dengan ya’, contoh: ‫ت قَلَ َم ْي ِن‬ ْ َ‫ ا‬, ‫َجا َء ال َّز ْيدَا ِن‬
ُ ‫خَذ‬
2) Mudzakkar yang di jama’kan secara sahih (jama’ mudzakkar salim, bukan
jama’ taksir)

10
Adapun jama’ mudzakkar salim maka di rafa’-kan dengan memakai wawu,
contoh: َ‫ قَ @ ْد اَ ْفلَ َح ْال ُمْؤ ِمنُ@@وْ ن‬, َ‫ج@ ا َء ْال ُم ْس @لِ ُموْ ن‬,
َ dan di nashab-kan serta di jer-kan
dengan memakai ya’, contoh: َ‫ت بِ ْل ُم ْسلِ ِم ْين‬ ُ ْ‫ َم َرر‬, َ‫ْت ْال ُم ْسلِ ِم ْين‬
ُ ‫َراَي‬
Dan serupa dengan musanna ialah jama’ mudzakkar salim dalam keadaan
nashab dan jer, sedangkan di rafa’-kannya dengan memakai wawu.
3) Asma’ul Khomsah
Adapun asmaul khomsah, maka di rafa’-kan dengan memakai wawu,
contoh: َ‫ك اَبُوْ ك‬ َ ْ‫هَ َذا فُو‬, dan di nashab-kan dengan memakai alif, contoh:
َ ْ‫ك َح ُمو‬
ٍ @‫ك َو َذا َم‬
‫@ال‬ َ ‫ك َو فَ@@ا‬ َ ‫ك َواَ َخ@ ا‬
َ @‫ك َو َح َم‬ َ ‫ْت اَبَ@@ا‬
ُ ‫ َراَي‬, serta di jer-kan dengan memakai ya’,
َ ‫ك َواَ ِخ ْي‬
contoh: َ‫ك َو َح ِم ْيك‬ َ ‫ْت اَبِ ْي‬
ُ ‫َراَي‬
Asmaul khomsah bila tidak di idafat-kan seperti lafadz ٌ‫ اَب‬,‫ اَ ٌخ‬,‫ َح ٌم‬,‫ فَ ٌم‬I’rab-
nya tidak dengan memakai huruf seperti tadi, tetapi di rafa’-kan dengan
memakai dlammah, di nashab-kan dengan memakai fathah, dan di jer-kan
ٍ َ‫خ اَ ًخا اَ ٌخ ا‬
dengan memakai kasrah, seperti: ‫ب اَبًا اَب‬ ٍ َ‫َح ٍم َح ًما َح ٌم ا‬
4) Af’alul Khomsah
Af’alul khomsah maka di rafa’-kan dengan memakai nun, contoh: ‫يَ ْف َعاَل ِن‬
َ‫تَ ْف َعاَل ِن يَ ْف َعلُ@@وْ نَ تَ ْف َعلُ@@وْ نَ تَ ْف َعلِ ْين‬, dan di nasab-kan serta di jazm-kan dengan
membuang huruf nun-nya, contoh: ‫لَ ْم يَ ْف َعاَل لَ ْم تَ ْف َعاَل لَ ْم يَ ْف َعلُوْ لَ ْم تَ ْف َعلُوْ لَ ْم تَ ْف َعلِ ْي‬
‫لَ ْن يَ ْف َعاَل لَ ْن تَ ْف َعاَل لَ ْن يَ ْف َعلُوْ لَ ْن تَ ْف َعلُوْ لَ ْن تَ ْف َعلِ ْي‬
Sedangkan af’alul khomsah di rafa’-kannya telah diketahui dengan
memakai nun-nya dan dalam keadaan selain rafa’-nya (nashab dan jazm)
terbuang (nun-nya).

11
BAB III
KESIMPULAN
I’rab adalah “pengubahan” atau “perubahan” akhir masing-masing kata karena
perbedaan faktor yang memasukinya, menganggap bahwa i’rab itu adalah suatu
proses perubahan yang abstrak, tidak kelihatan konkret. Berubahnya akhir kata itu
tidak kelihatan, tiba-tiba saja tanda i’rab itu berubah menjadi tanda i’rab yang lain.
Definisi ini menganggap bahwa i’rab itu berada di antara ketentuan tanda i’rab
yang satu dengan yang lainnya. Padahal masing-masing i’rab, yakni i’rab rofa’,
nashab, jar dan jazm itu adalah ketentuan setelah selesainya ‘perubahan’ itu, misalnya
berubah menjadi i’rab nashab, berubah menjadi i’rab jar atau menjadi i’rab jazm atau
menjadi i’rab rofa’. Jadi i’rab itu bukan berada pada saat perubahan itu tetapi pada
saat ketentuan setelah selesai perubahan itu. Pada saat perubahan itu tidak ada
namanya, hanya sekedar proses perubahan saja.

12
DAFTAR PUSTAKA
Abu Hamzah Yusuf Al Atsary, Pengantar Mudah Bahasa Arab, (Bandung: Pustaka
Adhawa, 2007).
Al jarimi Ali, An nahwu al wadhih jus 1, (Mesir: Daar al-Maarif : Mesir : Daar Al-
Maarif., 1956).
al-'Imrithi Syekh Syarafuddin, Imrithi ( )
Arsyad Azhar, Dasar-Dasar Penguasaan Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004).
Hakim H. Taufikul, Prgam Pemula Membaca Kitab Kuning, (Klaten: Al-Falah
Offset, 2004).
Malik Ibnu, kitab Alfiyah, (pustaka alawiyah )
Muhammad Abu Abdilah Sidi, Matan Jurumiyah, (al Miftah)
Shofwan M. Sholihuddin, Alfiyah Ibnu Malik, (Lirboyo: Darul Hikmah, 2005).

13

Anda mungkin juga menyukai