MAKALAH
I’ROB DAN AL-MU’ROBAT
(Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Al-Nahw al-Nadzory)
Dosen Pengampu: Dr. Agung Setiyawan, S.Pd.I., M.Pd.I.
Disusun Oleh:
Amsaina Mufida Rahmah (22104020005)
Syinta Dwi Khusnul K (22104020006)
Aida Khusnayeni (22104020008)
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. I'rob ()اإلعراب
1. Pengertian
Kata I’rab ( )إع@@رابsecara bahasa memiliki arti “baris” atau juga “harakat”,
sebenarnya kata harakat ini juga berasal dari bahasa arab hanya saja sudah diserap
kedalam ejaan bahasa indonesia.
Adapaun pengertian i’rab menurut ilmu nahwu yaitu:
َاخلَ ِة َعلَيهَا لَ ْفظًا اَوْ تَ ْق ِديرًا ِ تَ ْغيِي ُر اَ َوا ِخ ِر ال َكلِ ِم اِل ْختِاَل
ِ ف ال َع َوا ِم ِل الد
Artinya :
“Berubahnya (harokat) akhir suatu kalimat yang disebabkan adanya perbedaan
‘amil (yang memerintah) yang menempel pada kalimat tersebut, baik dalam segi
lafadznya atau pun kira-kiranya”1.
Perhatikan beberapa contoh berikut ini:
= َجا َء َز ْي ٌدZaid telah datang
راَى خَ الِ ٌد َز ْيدًا =
َ Khalid telah melihat Zaid
َم َّر خَ الِ ٌد بِ َز ْي ٍد = Khalid telah bersua dengan Zaid
Dari contoh diatas, perhatikan harokat terakhir. Disana ada dhommatain,
fathatain, kasrohtain. Jadi itulah perubahan akhir kalimat, setiap harkat pada akhir
kalimat berubah-berubah, tergantung 'amil yang memasuki sebelumnya.
Apabila kita menemukan Kalimat yang selalu berubah-ubah akhirnya, itu
dinamakan MU'ROB. Apabila kita menemukan suatu kalimat yang tidak berubah
harokat akhirnya, itu dinamakan MABNI. Harokat akhir yang tidak akan berubah
dinamakan BINA'
Dalam Matan al-Jurumiyyah, I'rob adalah perubahan akhir kata karena
perbedaan 'amil yang masuk pada kata tersebut, baik secara lafadz (jelas) atau
muqoddaroh (tersembunyi). (Sumber: matan Al Ajrumiyyah). Maksudnya adalah
1
Azhar Arsyad, Dasar-Dasar Penguasaan Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004), Halm.24.
3
perubahan dari dhommah ke fathah, dari fathah ke kasroh, dari dhommah ke sukun,
dan seterusnya. I'rob hanya membahas akhir kata saja, tidak di depan dan tidak di
tengah kata.
Perbedaan 'amil akan mengakibatkan perbedaan kedudukan suatu kata di dalam
kalimat. Jadi perubahan akhir kata disebabkan oleh kedudukannya (sebagai subjek,
dan objek,) yang berbeda-beda di dalam kalimat.
Dalam membahas tentang masalah I’rob ini kita perlu memasuki dan
membahasa tentang apa itu Ilmu Nahwu, karena di dalam ilmu inilah kita bisa
mengetahui lebih banyak tenatang I’rob.
Para ulama nahwu telah menjelaskan bahwasanya i'rab itu terbagi menjadi
empat macam yaitu : i'rab rafa', i'rab nashab, i'rab khafadh, dan i'rab jazm.
Perlu diketahui, dari ke empat macam i'rob tersebut. Tidak semua bisa masuk
pada kalimat tertentu, karena tiap i'rob punya bagiannya tersendiri 2. Untuk lebih
jelasnya. Perhatikan keterangan dibawah ini macam-macam i'rob terdiri dari 4 bagian,
yaitu :
Diatas (pengertian i'rob) dijelaskan ada 'amil yang masuk secara jelas maupun
perkiraan atau samar. Pemahamannya sebagai berikut :
1. I’rob Zhahir/Jelas
I’rob Zhahir/Jelas adalah pengucapan pada akhir kalimah tidak ada penghalang
yang mencegah dalam mengucapkannya. Contohnya : َز ْي ٌد – زَ ْيدًا – َز ْي ٍد
2. I’rab Taqdir/perkiraan
2
M. Sholihuddin Shofwan, Alfiyyah Ibnu Malik, (Lirboyo: Darul Hikmah, 2005), Halm.37-
38.
4
I’rab Taqdir/perkiraan Adalah pengucapan pada akhir kalimah, terdapat
penghalang yang mencegah dalam melafalkannya. Baik penghalang tersebut karena
Udzur semisal َج@ ا َء ْالفَتَى, atau karena berat semisal اض @ ْي
ِ َ َج@ ا َء ْالق, atau karena demi
kesesuaian semisal اَبِ ْي َجا َء.
3. Tanda-Tanda I’rob
Setelah mengetahui jenis – jenis i’rob, perlu juga membahas tentang tanda –
tanda i’rob. Masing – masing i’rob mempunyai tanda – tanda yang berbeda – beda.
a. I’rob Rafa’
1) Dlommah
Kalimah – kalimah yang ketika rafa’ ditandai dengan dlommah itu ada 4 :
a) Isim mufrod (yang mempunyai makna satu) Contoh : ( َجا َء َر ُج ٌلsatu oarang lelaki
datang)
b) Jama’ taksir (yang mempunyai arti banyak)
Yaitu isim yang mempunyai arti banyak dan berubah dari bentuk bentuk mufrodnya
(tunggal), dengan ditambah huruf, atau dikurangi, atau diganti hurufnya.
Contoh : ( قَا َم ِر َجا ٌلbeberapa lelaki berdiri)
Keterangan : Lafadz ِر َجا ٌلadalah jama’ taksir. Mufrodnya adalah َر ُج ٌلyang berarti
satu orang lelaki.
c) Jama’ Mu’annats Salim (yang mempunyai arti perempuan banyak)
Yaitu isim yang mempunyai arti wanita banyak, dan tandanya adalah dengan
ditambah alif dan ta’
ُ ت ْال ُم ْسلِ َم
Contoh : ات ِ ( َجاَئpara wanita muslimah datang)
ُ ْال ُم ْسلِ َمadalah jama’ mu’annats salim. Mufrodnya adalah ُاَ ْل ُم ْسلِ َمة
Keterangan : Lafadz ات
yang berarti seorang wanita muslimah. Ta’ – nya ُ اَ ْل ُم ْس@@@لِ َمةdibuang, lalu
ditambahkan alif dan ta’ alamat jama’.
d) Fi’il Mudlori’ yang huruf akhirnya tidak bertemu dengan alif tatsniyyah, wawu
jama’, dan ya’ mu’annatsah mukhothobah.
5
Fi’il mudlori’ adalah fi’il yang di awali huruf ya’, ta’, hamzah, atau nun yang zaidah
(tambahan).
Contoh : نُقَاتِ ُل, اَ ْفتَ ُح, ُ تَضْ ِرب, ص ُر
ُ يَ ْن
2) Wawu
b) Asmaul Khomsah
3) Alif
a) Isim Tatsniyyah
1) Haqiqi
Contoh : ( َجا َء َر ُجاَل ِنdua orang lelaki telah datang).
2) Majazi
ِ َّ( اَ ْلقَ َم@@@ َرا ِن ُخلِقَتَ@@@ا لِلنrembulan dan mentari telah diciptakan untuk
Contoh : اس
manusia)
ِ اَ ْلقَ َم@ َرsebenarnya bukan isim tatsniyyah, karena yang
Keterangan : lafadz ان
dimaksud bukan dua rembulan, melainkan bulan dan matahari.
6
b) Nun
Kalimah yang ketika rafa’ ditandai dengan nun adalah fi’il mudlori’ yang
bertemu dengan :
1) Fathah
Fathah menjadi tanda bagi i'rab nashab itu berada pada tiga tempat, yaitu pada:
7
Ya menjadi alamat bagi i'rab nashab pada isim tatsniyah dan jamak (mudzakkar
salim).
Contoh yang berada pada isim tatsniyah seperti: ( ق@@رءت الكت@@ابينaku telah
membaca dua buah kitab).
Huruf ya yang di-sukun-kan dan huruf yang sebelumnya di-fathah-kan.
Contoh yang berada pada jamak mudzakkar salim seperti:
(رءيت المدرسينaku telah melihat guru-guru).
Huruf ya yang di-sukun-kan dan huruf sebelumnya di-kasrah-kan.
5) Nun
Membuang (menghilangkan) nun menjadi alamat bagi i'rab nashab pada af'alul
khamsah yang di-rafa'-kannya dengan memakai nun nitsbat(tetap) 3.
Seperti lafazh :
(يفعالنhendaknya mereka berdua mengetahui)
(تفعالنhendaknya kamu berdua mengetahui)
(يفعلونhendaknya mereka mengetahui)
(تفعلونhendaknya kalian mengetahui)
(تفعلينhendaknya engkau (perempuan) mengetahui).
c. I’rob Jer
8
b) Isim tasniyah, ْت هَ َذا ْال َخبَ َر ِم ْن طَالِبَي ِْن
ُ ( َس ِمعsaya mendengar berita ini dari dua orang
siswa).
c) Jamak muzakar salim, َ( اَللَّهُ َّم اجْ َع ْلنَا ِمنَ ْالفَاِئ ِز ْينya Allah jadikanlah kami termasuk
orang-orang yang mendapatkan kemenangan).
3) Fathah, hanya bertempat pada Isim ghoiru munsorif (isim yang tidak menerima
tanwin), َ( ِه ِذ ِه ال َّسيَّا َرةُ لِ َعاِئ َشةmobil ini milik Aisyah).
d. I’rob Jazm
I’rab jazm merupakan i’rab yang dikhususkan untuk kalimat fiil. Adapun tanda
irab jazm yang akan kita bahas disini ada dua, yaitu sukun dan membuang
(nun+huruf ‘illat).
Adapun tanda irab jazm yang menjadi bagian terakhir dalam pembagian i’rab
dalam ilmu nahwu adalah sebagai berikut :
1) Sukun, yang menjadi tanda pokok dalam i’rab jazm.Contoh : ْ لَ ْم يَضْ ِربAsalnya
ُيَضْ ِرب
2) Membuang nun yang menjadi tanda rafa’.
9
4) Fi’il mudlari’ yang pada ujungnya tidak bertemu dengan huruf alif, wawu, ya,
dan nun taukid.
َ َجل,
Semua itu harus di rafa’ kan dengan dlammah, contoh: َجا َءزَي@ ٌد, س َع ْمرٌو َ di
ُ َع@ َر ْف, ْت زَ ْي@دًا
nasabkan dengan fathah, contoh: ت َع ْم@ رًا ُ َر َءي, di jerkan dengan kasrah,
contoh: ْت بِ ْالقَلَ ِم
ُ َكتَب, dan di jazmkan dengan sukun, contoh: ْاَلَ ْم نَ ْش َرح.
Terdapat pengecualian yaitu:
1) Jama’ muannas salim, di nasabkannya bukan dengan harakat fathah, tapi
ِ ْت ْال ُم ْسلِ َما
dengan memakai harakat kasrah, contoh: ت ِ ْت ْال ِه ْندَا
ُ َراَي,ت ُ َراَي
2) Isim yang tidak menerima tanwin (ghairu munsharif), di jer-kannya bukan
dengan harakat kasrah melainkan dengan harakat fathah, contoh: ت بِاَحْ َم َد
ُ َْم َرر
َوبِاَب َْرا ِه ْي َم
3) Fi’il mudlari’ yang mu’tal akhir, di jazm-kannya bukan dengan harakat sukun,
melainkan dengan membuang huruf illat-nya, contoh: ش يَ ْخ َشي
َ لَ ْم يَ ْخ, لَ ْم يَرْ ِم يَرْ ِمي
Lafadz atau kalimat yang di I’rab-i memakai huruf yaitu: ; ََجا َءال َّزيدَا ِن ; َجا َءال َّزي ُدوْ ن
ْت ال َّز ْي ِد ْي ِن
ُ ْت ال َّز ْي َد ْي ِن ; َر َءي
ُ َر َءي. Lafadz yang di mu’rob-kan dengan memakai huruf itu
ada empat yaitu:
10
Adapun jama’ mudzakkar salim maka di rafa’-kan dengan memakai wawu,
contoh: َ قَ @ ْد اَ ْفلَ َح ْال ُمْؤ ِمنُ@@وْ ن, َج@ ا َء ْال ُم ْس @لِ ُموْ ن,
َ dan di nashab-kan serta di jer-kan
dengan memakai ya’, contoh: َت بِ ْل ُم ْسلِ ِم ْين ُ ْ َم َرر, َْت ْال ُم ْسلِ ِم ْين
ُ َراَي
Dan serupa dengan musanna ialah jama’ mudzakkar salim dalam keadaan
nashab dan jer, sedangkan di rafa’-kannya dengan memakai wawu.
3) Asma’ul Khomsah
Adapun asmaul khomsah, maka di rafa’-kan dengan memakai wawu,
contoh: َك اَبُوْ ك َ ْهَ َذا فُو, dan di nashab-kan dengan memakai alif, contoh:
َ ْك َح ُمو
ٍ @ك َو َذا َم
@ال َ ك َو فَ@@ا َ ك َواَ َخ@ ا
َ @ك َو َح َم َ ْت اَبَ@@ا
ُ َراَي, serta di jer-kan dengan memakai ya’,
َ ك َواَ ِخ ْي
contoh: َك َو َح ِم ْيك َ ْت اَبِ ْي
ُ َراَي
Asmaul khomsah bila tidak di idafat-kan seperti lafadz ٌ اَب, اَ ٌخ, َح ٌم, فَ ٌمI’rab-
nya tidak dengan memakai huruf seperti tadi, tetapi di rafa’-kan dengan
memakai dlammah, di nashab-kan dengan memakai fathah, dan di jer-kan
ٍ َخ اَ ًخا اَ ٌخ ا
dengan memakai kasrah, seperti: ب اَبًا اَب ٍ ََح ٍم َح ًما َح ٌم ا
4) Af’alul Khomsah
Af’alul khomsah maka di rafa’-kan dengan memakai nun, contoh: يَ ْف َعاَل ِن
َتَ ْف َعاَل ِن يَ ْف َعلُ@@وْ نَ تَ ْف َعلُ@@وْ نَ تَ ْف َعلِ ْين, dan di nasab-kan serta di jazm-kan dengan
membuang huruf nun-nya, contoh: لَ ْم يَ ْف َعاَل لَ ْم تَ ْف َعاَل لَ ْم يَ ْف َعلُوْ لَ ْم تَ ْف َعلُوْ لَ ْم تَ ْف َعلِ ْي
لَ ْن يَ ْف َعاَل لَ ْن تَ ْف َعاَل لَ ْن يَ ْف َعلُوْ لَ ْن تَ ْف َعلُوْ لَ ْن تَ ْف َعلِ ْي
Sedangkan af’alul khomsah di rafa’-kannya telah diketahui dengan
memakai nun-nya dan dalam keadaan selain rafa’-nya (nashab dan jazm)
terbuang (nun-nya).
11
BAB III
KESIMPULAN
I’rab adalah “pengubahan” atau “perubahan” akhir masing-masing kata karena
perbedaan faktor yang memasukinya, menganggap bahwa i’rab itu adalah suatu
proses perubahan yang abstrak, tidak kelihatan konkret. Berubahnya akhir kata itu
tidak kelihatan, tiba-tiba saja tanda i’rab itu berubah menjadi tanda i’rab yang lain.
Definisi ini menganggap bahwa i’rab itu berada di antara ketentuan tanda i’rab
yang satu dengan yang lainnya. Padahal masing-masing i’rab, yakni i’rab rofa’,
nashab, jar dan jazm itu adalah ketentuan setelah selesainya ‘perubahan’ itu, misalnya
berubah menjadi i’rab nashab, berubah menjadi i’rab jar atau menjadi i’rab jazm atau
menjadi i’rab rofa’. Jadi i’rab itu bukan berada pada saat perubahan itu tetapi pada
saat ketentuan setelah selesai perubahan itu. Pada saat perubahan itu tidak ada
namanya, hanya sekedar proses perubahan saja.
12
DAFTAR PUSTAKA
Abu Hamzah Yusuf Al Atsary, Pengantar Mudah Bahasa Arab, (Bandung: Pustaka
Adhawa, 2007).
Al jarimi Ali, An nahwu al wadhih jus 1, (Mesir: Daar al-Maarif : Mesir : Daar Al-
Maarif., 1956).
al-'Imrithi Syekh Syarafuddin, Imrithi ( )
Arsyad Azhar, Dasar-Dasar Penguasaan Bahasa Arab, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2004).
Hakim H. Taufikul, Prgam Pemula Membaca Kitab Kuning, (Klaten: Al-Falah
Offset, 2004).
Malik Ibnu, kitab Alfiyah, (pustaka alawiyah )
Muhammad Abu Abdilah Sidi, Matan Jurumiyah, (al Miftah)
Shofwan M. Sholihuddin, Alfiyah Ibnu Malik, (Lirboyo: Darul Hikmah, 2005).
13