Disusun oleh :
Yadil Yamin
Asep Hidayatullah
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa arab merupakan pelajaran penting bagi mahasiswa yang beragama islam, karena kitab suci Al-
qur’an dan al-hadis ditulis dalam bahasa arab. Selain itu, bahasa arab juga sudah termasuk bahasa
internasional dan banyak dipelajari oleh para ilmuwan barat untuk mengkaji peradaban islam. Di dalam
hadits dikatakan; “Cintailah bahasa Arab karena tiga hal, yaitu bahwa saya (Muhammad) adalah orang
Arab, bahwa Al Qur`an adalah bahasa Arab, dan bahasa penghuni surga di dalam surga adalah bahasa
Arab.” (HR. Ath-Thabrani)
Bahasa arab juga mempunyai aturan tersendiri dalam penulisannya, dan mempunyai berbagai macam
bentuk kata kerja, kata ganti dan kata sifat. Kata kerja dan kata ganti itu terbagi lagi kedalam beberapa
macam bentuk, seperti pada kata ganti diketahui kata ganti isyarat (isim al-isyarâh), kata ganti
penghubung (al-isim al-maushũl) dan kata ganti penanya (adawat al-istifhâm). Dalam makalah ini saya
akan membahas mengenai al-isim al-maushũl [ ] االسم الموصولatau kata ganti penghubung beserta contoh-
contohnya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
PEMBAHASAN
Isim Maushũl (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat atau
pokok pikiran menjadi satu kalimat. Maksudnya, bahwa setiap isim ma’rifat itu akan menjadi jelas bila
bersambung dengan kalimat sesudahnya, yang dinamakan Shilah. Shilah(anak kalimat) itu harus memiliki
dhamir yang kembali pada isim maushul, yang dinamakan a’id. Dalam bahasa Indonesia, Kata Sambung
semacam ini diwakili oleh kata: "yang". Bentuk asal atau dasar dari Isim Maushũl adalah: ( اَّلِذ ْيyang).
Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushũl dalam menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
Kalimat III “ = َج اَء اْلُم َدِّرُس اَّلِذ ْي َيْد ُرُس اْلِفْقَهdatang guru yang mengajar fiqh”.
Kalimat III menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushũl: اَّلِذ ْي.
Dalam Bab ini Isim Maushũl terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
Isim Maushũl Ismi adalah Isim Maushũl isim yang selamanya butuh kepada Shilah dan A’id[1].
Contoh : = َج اَء اَلِّذ ي َقاَم َاُبْو ُهtelah datang seseorang yang ayahnya berdiri.
Isim Maushũl Harfi adalah semua huruf yang dengan shilahnya di ta’wili dengan Masdar [2]. Sedangkan
Isim Maushũl Harfi itu ada lima macam:
a) Huruf “ أْنAn” dengan dibaca fathah, ini bisa masuk pada fi’il madli, fi’il mudlori’, fi’il Amar.
contoh fi’il madli = “ عِج ْبُت ِم ْن َاْن َقاَم َز ْيٌدsaya heran dari telah berdirinya Zaid”.
contoh fi’il mudlori’= “ عِج ْبُت ِم ْن َاْن َيُقْو َم َزْيٌدsaya heran dari berdirinya Zaid”.
contoh fi’il Amar = “ َاَشْر ُت اَلْيِه ِبَاْن ُقْمsaya memberi isyarat dengan perintah berdiri”
b) Huruf “ َأَّنAnna”
contoh = َأَو َلۡم َيۡك ِفِهۡم َأَّنٓا َأنَز ۡل َنا َع َلۡي َك ٱۡل ِڪَتٰـَب ُيۡت َلٰى َع َلۡي ِهۡمۚ ِإَّن ِفى َذ ٲِلَك َلَر ۡح َم ً۬ة َوِذ ۡڪ َر ٰى ِلَقۡو ٍ۬م ُيۡؤ ِم ُنون
“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab [Al
Qur’an] sedang dia dibacakan kepada mereka?Sesungguhnya dalam [Al Qur’an] itu terdapat rahmat yang
besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.”(Q.S. Al-Ankabũt : 51)[3]
contoh = “ ِج ْئُت ِلَك ْى ُتْك ِرمَا َزْيدًاsaya datang supaya kamu memuliakan atas Zaid”
d) Huruf “ َم اMa” ada yang berbentuk Masdariyah Dharfiyyah, dan ada yang Masdariyah Ghairu
Dharfiyyah.
Contoh Masdariyah Dharfiyyah = “ اَل َاْص َح ُبَك مَا ُد ْم َت ُم ْنَطِلقًاsaya tidak bisa menemanimu selama kamu pergi”
Contoh Masdariyah Ghairu Dharfiyyah = “ عِج ْبُت ِم مَا َض َر ْبَت َز ْيدًاsaya heran tentang pukulanmu kepada
Zaid”
e) Huruf “ َلْوLau” huruf ini bisa masuk pada fi’il Madli dan juga fi’il Mudlori’.
Contoh fi’il Madli = “ َوِد ْدُت َلْو قَاَم َزْيٌدsaya senang jika Zaid sudah berdiri”
Contoh fi’il Mudlori’ = “ َوِد ْدُت َلْو َيُقْو ُم َزْيٌدsaya senang jika Zaid berdiri”
َو اْلَيـــــا إَذ ا َم ا ُثِّنَيــــا َال ُتْثــــــِبِت¤ َم ْو ُصوُل االْس َم اِء اَّلِذ ي اُألْنَثى اَّلِتي
“Adapun Isim Mausũl yaitu ( اَّلِذ يjenis laki; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) dan untuk jenis (perempuan; baik
‘aqil atau ghairu ‘aqil) yaitu اَّلِتي. Jika keduanya ditatsniyah-kan (dual), maka huruf Ya’nya jangan
ditetapkan atau dibuang.
Contoh = “ َج اَء ْتِنْي اَلِّذ ي َقاَمdatang kepadaku seorang (perempuan) yang berdiri”.
َو الُّنْو ُن إْن ُتْش َد ْد َفَال َم َالَم ْه¤ َبْل َم ــا َتِلْيـِه َأْو ِلِه اْلَع َالَم ـــْه
Akan tetapi, terhadap huruf yang tadinya diiringi oleh Ya’ yang dibuang tersebut, sekarang iringilah!
dengan (memasang) tanda Alamat I’rob (menjadi: الذانdan التانketika mahal Rofa’. dan menjadi: الَذ ْينdan
الَتينketika mahal Nashab dan Jarr). adapun Nun-nya jika ditasydidkan, maka tidak ada celaan untuk itu.
Contoh Mutsanna (dual) mahal Rofa’ = “ َج اَء اَللِّذ اِن َقاَم اُبْو ُهمَاtelah datang dua orang yang ayah keduanya
berdiri”
Contoh Mutsanna (dual) mahal Nashab = “ َر َاْيُت الَّلَذ ْيِن َقاَم اُبْو ُهمَاsaya melihat dua orang yang ayah
keduanya berdiri”
Contoh Mutsanna (dual) mahal Jarr = “ َم َر ْر ُت ِبلَّلَتْيِن َقاَم اُبْو ُهمَاsaya bertemu dengan dua orang yang ayah
keduanya berdiri”[4]
َو َبْعُضُهْم ِباْلَو اِو َر ْفَع ًا َنَطَقا¤ َج ْم ُع اَّلِذ ي األَلى اَّلِذ ْيَن ُم ْطَلَقا
Jamak-nya lafadz ( اَّلِذ يIsim Mausũl tunggal laki-laki) adalah األَلىatau اَّلِذ ْيَنsecara mutlak (baik untuk
mahal Rofa’, Nashab dan Jarr). Ada sebagian dialek orang Arab berbicara dengan menggunakan Wawu
ketika mahal Rofa’ (menjadi: ) َاَّلُذ ْو َن
َو اَلَّالِء َكاَّلِذ ْيَن َنْز َر ًا َو َقَع ا¤ ِبالَّالِت َو الَّالِء اَّلِتي َقْد ُج ِمَع ا
Lafadz ( اَّلِتيIsim Mausũl tunggal perempuan) sungguh dijamakkan dengan menjadi الَّالِتatau
الَّالِء.Ditemukan juga الَّالِءdihukumi seperti ( اَّلِذ ْيَنisim Mausũl jamak untuk perempuan) tapi jarang.
Contoh mahal Rofa’ = “ َج اَء ِنْي اَّلِّذ ْيَن قَاُم ْو اdatang kepadaku mereka yang semuanya berdiri”
Contoh mahal Nashab = “ َر َاْيُت اَّلِّذ ْيَن قَاُم ْو اsaya melihat mereka yang semuanya berdiri”
Contoh mahal Jarr = “ َم َر ْر ُت ِباَّلِّذ ْيَن قَاُم ْو اsaya bertemu dengan mereka yang semuanya berdiri”
Contoh mahal Rofa’ “ بالوو = َنْح ُن الَّلُذ ْو َن َص َبُحْو ا الَّص َباَح ا َيْو َم الٌّنَح ْيِل غَاَر ًة ِم ْلَح اَح اkami datang diwaktu pagi-pagi
sekali dihari peperangan di tanah Syam karena menggegerkan musuh juga kami sungguh
menjelekkannya”.
Contoh = “ َو ٱَّلٰـِتى َيۡأ ِتيَن ٱۡل َفٰـِح َشَة ِم ن ِّنَس ٓإِٮُڪۡمDan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan
keji ,..”(Q.S. An-Nisa’: 15)
Contoh = “ َو ٱَّلٰٓـِٔـى َيِٕٮۡس َن ِم َن ٱۡل َم ِح يِض ِم ن ِّنَس ٓإِٮُك ۡمDan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di
antara perempuan-perempuanmu..” (Q.S. At-Thalaq: 4)
Adapun Isim Mausũl َم ا, َم ْن, dan َأْلadalah menyamakan hukumnya dengan Isim Mausũl yang telah
disebut sebelunnya. (artinya: bisa digunakan untuk Laki-laki, Perempuan, mufrad, mutsanna, atau Jamak).
Contoh = َوَم ْن ُقْمَن، َوَم ْن َقاُم ْو ا، َوَم ْن َقاَم َتا، َوَم ْن َقاَم ا، َوَم ْن َقاَم ْت، “ َج اَء ِنْي َم ْن َقاَمdatang kepadaku seorang (laki-
laki) yang berdiri, (perempuan) yang berdiri, (dua orang laki-laki) yang berdiri, (dua orang perempuan)
yang berdiri, mereka (laki-laki) yang berdiri, mereka (perempuan) yang berdiri”[5]
4) Bentuk Isim Maushũl Dza ()َذ ا
َأْو َم ْن إَذ ا َلْم ُتْلَغ ِفي اْلَكَالِم¤ َوِم ْثُل َم ا َذ ا َبْع َد َم ا اْس ِتْفَهـاِم
Isim Mausũl َذ اstatusnya sama dengan isim Mausũl ( َم اdipakai untuk tunggal, dual, jamak, laki-laki dan
perempuan), dengan syarat (1) َذ اjatuh sesudah ماIstifham atau منIstifham, (2); َذ اtidak dibatalkan
didalam Kalam (maksudnya: َذ اdan ماatau منtersebut, tidak dijadikan satu kata Istifham (kata tanya).
Contoh = َم اذَا ِع ْنَدَك- “ َم ْن ذَا َج اَء َكsiapa orang yang datang kepadamu” – “tidak ada orang yang
disampingmu”
َع َلى َضِم ْيٍر َالِئٍق ُم ْش َتِم َلْه¤ َو ُك ُّلَهــا َيْلـَز ُم َبَعــَد ُه ِص َلـْه
Setiap Isim-Isim Mausũl ditetapkan adanya Shilah (jumlah atau kalimat keterangan) setelahnya, yang
mencakupi atas Dhamir yang sesuai (ada Dhamir atau ’Aid yang kembali kepada Isim Mausũl)[6].
Contoh =
اَلِّذ ْيَن َض َر ْبُتُهْم- واَلِّذ اِن َض َر ْبُتُهَم ا- “ َج اَء ِنْي اَلِّذ ي َض َر ْبُتُهdatang kepadaku seorang (laki-laki) yang saya pukul, dan
(dua) orang yang saya pukul, dan mereka yang saya pukul”
والاَّل ِتي َض َر ْبُتُهَّن- واَّلَتاِن َض َر ْبُتُهَم ا-“ َج اَئِت اَّلِتي َض َر ْبُتَهاdatang kepadaku seorang (perempuan) yang saya pukul, dan
(dua) orang yang saya pukul, dan mereka yang saya pukul”
ِبِه َك َم ْن ِع ْنِد ي اَّلِذ ي اْبُنُه ُك ِفْل¤ َو ُج ْم َلٌة أْو ِش ْبُهَها اَّلِذ ي ُوِص ْل
Shilah yang tersambung oleh Isim Mausũl, biasanya terdiri dari Jumlah atau Shibhul Jumlah (serupa
jumlah).
Contoh = “ ِع ْنَدَك َج اَء ِنْي اَلِّذ يdatang kepadaku seorang yang ada disampingmu”
Contoh = “ ِفي الَّد ِر َج اَء ِنْي اَلِّذ يdatang kepadaku seorang yang didalam rumah”[7]
َو َك ْو ُنَها ِبُم ْع َرِب اَألْفَع اِل َقْل¤ َو صــَفٌة َص ِرْيَح ٌة ِص ــَلُة َأْل
Bentuk Sifat Sharihah (Isim Fai’l atau Isim Maf’ul atau Sifat Musyabbah) merupakan Shilah untuk Isim
Mausul “ الAl”, sedangkan Shilah-nya yang berupa Fi’il Mu’rob (Fi’il Mudhori’) jarang adanya.
Contoh isim fa’il = “ َج اَء ِنْي الَّضاِرٌبdatang kepadaku orang yang memukul”
Contoh isim maf’ul = “ َج اَء ِنَي الَم ْض ُروٌبdatang kepadaku orang yang dimukul”
Contoh sifat musyabbihat = “ َج اَء ِنْي الَح َس ُن َو ْج ُهُهdatang kepadaku orang yang memiliki wajah tampan”[8]
Isim Mausul “ أّيAyyun” dihukumi seperti Isim Maushũl “Ma” (bisa untuk Mudzakkar, Muannats,
Mufrod, Mutsanna juga Jama’) selagi tidak Mudhaf dan Shadar Silah-nya (‘A-id yang menjadi permulaan
Shilah) adalah berupa Dhamir yang terbuang.
Contoh = “ ُيْع ِج ُبِني َاٌي َقاِئٌمmanakah orang yang berdiri yang telah mengagumkanku”
Contoh = “ ُيْع ِج ُبِني َاٌيُهْم ُهَو َقاِئٌمmanakah kaum yang telah mengherankanku yang mana dia orang yang
berdiri”[9]
Contoh = “ ُيْع ِج ُبِني َاٌي ُهَو َقاِئٌمmanakah orang yang telah mengherankanku yang mana dia orang yang berdiri”
َك َأْنَت َقاٍض َبْع َد َأْم ـٍر ِم ْن َقَض ى¤ َك َذ اَك َح ْذ ُف َم ا ِبَو ْص ٍف ُخ ِفَض ا
Seperti itu juga (banyak digunakan dan jelas) yaitu pembuangan ‘Aid yang dikhofadkan atau dijarkan
oleh kata sifat. Seperti lafadz ( َأْنَت َقاٍضtakdirannya: ) َأْنَت َقاِض ْيهsetelah Fi’il Amarnya lafadz َقَض ى.
Contoh = “ َفاْقِض َم ا َأْنَت َقاٍضmaka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan..”(Q.S. Tha-Hâ: 72)
َك ُم ـــَّر ِبــاَّلِذ ي َم َر ْر ُت َفْهــَو بـَـــْر¤ َك َذ ا اَّلِذ ي ُجَّر ِبَم ا اْلَم ْو ُصْو َل َج ْر
Demikian juga (sering membuang Aid pada Shilah Maushũl) yaitu Aid yang dijarkan oleh Huruf yang
mengejarkan Isim Maushũlnya (dengan ‘Amil yang seragam).
Contoh = ( ُم ـــَّر ِبــاَّلِذ ي َم َر ْر ُتtakdirannya: “ )ُم ـــَّر ِبــاَّلِذ ي َم َر ْر ُت ِبِهberjalanlah kamu dengan orang yang mana
saya telah bertemu”[10]