Nina melani
NIM 2021.01.1.0061
Pengertian Isim
َ َ َّ َ َ
ٌن ٌَو لمٌ َيق ِتنٌ ِب َز َمن ٌَ ت َع
ٌ ً ل َمع ٌ ك ِل َمةٌ دل.
Artinyaٌ:ٌ“Jenisٌkataٌyangٌmengandungٌmaknaٌyangٌtidakٌterikatٌdenganٌwaktuٌ(tenses)”.
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ISIM adalah semua jenis kata benda atau segala sesuatu yang
dikategorikan benda; baik benda mati maupun benda hidup, tanpa berkaitan dengan masalah waktu. Di
sisi lain, ISIM (kata benda) ada yang bersifat konkrit (dapat dijangkau indera) dan ada pula yang bersifat
abstrak (tidak dijangkau diindera).
Perhatikan misal pemakai an Isim Maushũl dalam menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
Kalimat I سُ “ = َجا َء ال ُمد ِ َِّرGuru itu datang”.
Kalimat II َس يُعَ ِلِّ ُم اللُغَةَ العَ َر ِب َّية
ُ “ = اَل ُمد ِ َِّرguru tersebut mengajar Bahasa Arab”.
Kalimat III س الَّذِي يُعَ ِل ُم اللغَة العَ َر ِب َّية
َ َ ُ ِّ ُ “ = َجا َء ال ُمد ِ َِّرguru yang melatih Bahasa Arab telah datang”.
Kalimat III menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushũl: الَّذِي.
a. Huruf “ أنAn” dengan dibaca fathah, ini dapat masuk pada fi’il madli, fi’il mudlori’, fi’il Amar.
َ َعجبتُ مِن اَن ق
contoh fi’il madli = ام زَ يد ِ “saya heran dari sudah berdirinya Zaid”.
contoh fi’il mudlori’= عجبتُ مِن اَن َيقُو َم زَ يد
ِ “saya heran dari berdirinya Zaid”.
contoh fi’il Amar = “ اَشَرتُ الَي ِه ِباَن قُمsaya memberi isyarat dengan perintah berdiri”
b. Huruf “ أ َ َّنAnna”
contoh =
علَي ِهم
َ َاب يُتلَى َ أ َ َولَم َيك ِف ِهم أ َ َّنا أَنزَ لنَا
َ علَيكَ ال ِكت
“Dan apakah tidak cukup untuk mereka sesungguhnya Kami sudah menurunkan kepadamu Al Kitab [Al
Qur’an] sedang dia diucapkan kepada mereka? Sesungguhnya dalam [Al Qur’an] tersebut ada rahmat
yang besar dan pelajaran untuk orang-orang yang beriman.”(Q.S. Al-Ankabũt : 51)
d. Huruf “ َماMa” ada yang berbentuk Masdariyah Dharfiyyah, dan ada pula yang Masdariyah Ghairu
Dharfiyyah.
Contoh Masdariyah Dharfiyyah =
َ “ ََلاَص َحبُكَ ما َ دُمتَ ُمنsaya tidak dapat menemanimu selama anda pergi”
طلِقا
Contoh Masdariyah Ghairu Dharfiyyah =
َ َ عجبتُ مِما
ض َربتَ زَ يدا ِ “saya heran mengenai pukulanmu untuk Zaid”
e. Huruf “ لَوLau” huruf ini dapat masuk pada fi’il Madli dan pun fi’il Mudlori’.
Contoh fi’il Madli = “ َودِدتُ لَو قا َ َم زَ يدsaya senang andai Zaid telah berdiri”
l Mudlori’ = “ َودِدتُ لَو َيقُو ُم زَ يدsaya senang andai Zaid berdiri”
1. Bentuk Isim Maushũl Mufrad (tunggal) dan Mutsanna (menunjukan arti dua)
ِ َوال َيـــــا إذَا َما ثُ ِِّن َيــــا َلَ تُثــــــ ِب¤ صو ُل اَلس َماءِ الَّذِي األُنثَى الَّتِي
ت ُ َمو
“Adapun Isim Maushul yakni ( اااااااjenis laki; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) dan khusus jenis
(perempuan; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) yakni ااااااا. Jika dua-duanya ditatsniyah-kan (dual),
maka huruf Ya’nya jangan diputuskan atau dibuang.
Contoh = ام َ َ“ َجا َء نِي الَ ِذِّي قdatang kepadaku seorang(laki-laki) yang berdiri”.
Contoh = ام َ َ“ َجا َء تنِي الَ ِ ِّذي قdatang kepadaku seorang (perempuan) yang berdiri”.
َوالَالَّءِ كَالَّذِينَ نَز َرا َوقَ َعا¤ ت َوالالَّءِ الَّتِي َقد جُمِ عَا
ِ َِّبالال
Lafadz ( اااااااIsim Mausũl tunggal perempuan) sungguh dijamakkan dengan menjadi
ااااااااatau اااااااا. Ditemukan pun ااااااااdihukumi laksana اااااااااا
(isim Mausũl jamak guna perempuan) namun jarang.
ضمِ ير ان َحذَف
َ صد ُر َوص ِل َها
َ َو¤ ضف َ ُي َك َما َوأُع ِر َبت َما لَم ت
ُّ َ أ
Isim Mausul “ اااAyyun” dihukumi laksana Isim Maushũl “Ma” (bisa guna Mudzakkar, Muannats,
Mufrod, Mutsanna pun Jama’) selagi tidak Mudhaf dan Shadar Silah-nya (‘A-id yang menjadi permulaan
Shilah) ialah berupa Dhamir yang terbuang.
Contoh = “ يُع ِجبُنِي اَي قَائِمmanakah orang yang berdiri yang sudah mengagumkanku”
Contoh = “ يُع ِجبُنِي اَي ُهم ه َُو قَائِمmanakah kaum yang sudah mengherankanku yang mana dia orang yang
berdiri”
Contoh = “ يُع ِجبُنِي اَي ه َُو قَائِمmanakah orang yang sudah mengherankanku yang mana dia orang yang
berdiri”
Artinya : “Fi’il madhi adalah fi’il yang menunjukkan pada terjadinya perbuatan di waktu lampau.”
Walaupun tidak semua bentuk fi’il madhi menunjukkan waktu lampau, tetapi dapat juga menunjukkan
waktu sekarang atau mendatang sesuai dengan konteks pemakaiannya dalam frasa, klausa, dan
kalimat. Misalnya, fa idza qara’tal qur’aana fasta’idz billaah (QS 16:98). Lafal qara’ta merupakan
bentuk fi’il madhi yang tidak menunjukkan waktu lampau, melainkan waktu mendatang karena
didahului oleh dzaraf zaman. Jadi, makna ayat ini menyuruh beristi’adzah (mohon perlidungan)
sebebelum membaca Alquran, bukan sesudah membaca Alquran. Demikian juga dengan bunyi
ayat: fa idzaa qumtum ilashshalaati faghsiluu wujuuhakum (QS 5:6). Lafadz qumtum dalam ayat
tersebut juga menunjukkan bentuk fi’il madhi yang tidak menunjukkan waktu lampau, melainkan waktu
mendatang. Makna ayat itu menyuruh kita membasuh muka (berwudhu) sebelum shalat, bukan
sesudah shalat. Dengan demikian tidak setiap bentuk fi’il madhi dapat diterjemahkan ke dalam sudah
atau telah dalam bahasa Indonesia, melainkan tergantung pada konteks pemakaiannya.
Penulisan fi’il dalam kalimat arab di bagi menjadi dua yakni jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah. Jumlah
fi’liyah adalah kalimat verbal, dimana fi’il diletakkan di awal kalimat atau mendahului isim. Jumlah
Ismiyah adalah kalimat nominal. Dimana fi’il diletakkan sesudah isim
( َد َخ َل ُمح ّمدفِى ْال َبيتdakhola muhammad fil bait) muhammad telah masuk ke rumah
( فَتَ َح الباب المسجدfatakhal babul masjid) telah dibuka pintu masjid
Contoh Fi'il Madhi
Di bawah ini adalah contoh kata kerja yang termasuk fi'il madhi. berikut 20 contoh fi'il madhi dan
artinya
Artinya adalah : "Dan fiil madhi itu bisa ditandai dengan ta’ fa’il atau ta ta’nis, dengan nun fi’il amar
menunjukkan perintah yang difahami."
Sebagaimana ditulis di dalam syaroh (penjelasan) Kitab Alfiyah Ibnu Malik karya Ustadz Hamdani As
Sidani bahwa Apabila ada Fi’il yang bisa ditemui dengan ta’ fa’il atau ta’ ta’nis yang mati maka fi’il itu
disebut fi’il madhi. Contoh 4 kata fi’il madhi dengan tanda ta’ fa’il:
1. (ب
َ ض َر
َ ) dhoroba menjadi ( َض َربْت
َ ) dhorobta,
2. (ص َر
َ ) َنnashoro menjadi ( َص ْرت
َ ) َنnashorta
3. (َتب
َ )كKataba menjadi ( َ )كَتبْتkatabta
4. ( ) َد َخ َلdakhola menjadi ( َ ) َدخ َْلتdakholta
Contoh 4 kata fi’il madhi dengan tanda ta’ ta’nis yang mati:
“ Dan kata perintah yang tidak ada tempat untuk nun taukid , maka bisa disebut isim fi’il seperti shoh
dan khayyahal
Sehingga menurut imam ibnu malik bahwa fi’il amr harus terdapat nun taukid, apabila tidak terdapat
nun taukid maka dinamakan isim fi’il amr, Berikut adalah 8 contoh fi’il amr yang terdapat nun taukid
8. (ض َي َّن
َ )ا ِْرirdhoyanna artinya ridhoilah
Di dalam nadhoman alfiyah bab mu’rob dan mabni dijelaskan bahwa fi’il amr itu mabniy, sebagaimana
tertulis di dalam nadhom wafi’lun amrun wa mudhiya buniya, wa’robu mudhori’an in ‘ariya
ي َ ارعًاا ِْن
َ ع ِر ِ ضَ ي ِ بُ ِن َيا واَع َْربُوا ُم
ّ ض ْ َوفِ ْع ُل
ِ ام ِر َو ُم
Penjelasannya sebagai berikut : fi’il amr dan fi’il madhi itu hukumnya mabni, fi’il amr dimabnikan
menurut fi’il mudhori’nya apabila di jazemkan, maka kadang-kadang fi’il amr itu mabni sukun,
nahwunya : idhrib, dan kadang dimabnikan dengan terbuangnya huruf ‘illat seperti ihsya,