Anda di halaman 1dari 9

Tugas rangkuman bahasa arab

Nina melani

NIM 2021.01.1.0061

Pengertian Isim
َ َ َّ َ َ
ٌ‫ن ٌَو لمٌ َيق ِتنٌ ِب َز َمن‬ ٌَ ‫ت َع‬
ٌ ً ‫ل َمع‬ ٌ ‫ ك ِل َمةٌ دل‬.

Artinyaٌ:ٌ“Jenisٌkataٌyangٌmengandungٌmaknaٌyangٌtidakٌterikatٌdenganٌwaktuٌ(tenses)”.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa ISIM adalah semua jenis kata benda atau segala sesuatu yang
dikategorikan benda; baik benda mati maupun benda hidup, tanpa berkaitan dengan masalah waktu. Di
sisi lain, ISIM (kata benda) ada yang bersifat konkrit (dapat dijangkau indera) dan ada pula yang bersifat
abstrak (tidak dijangkau diindera).

ALAMAT DAN PEMBAGIAN ISIM

Qaidah: ٌ‫َلى َمعنًى ٌَو لَمٌ َيقت َ ِرنٌ ِب َز َمن‬


ٌَ ‫ َك ِل َم ٌة َدلَّتٌ ع‬.
Artinya : “kalimat yang mengandung makna yang tidak terikat dengan waktu”.
Isim adalah kalimat atau jenis kata yang tidak berkaitan dengan waktu. Isim juga bisa
berupa kata benda atau segala sesuatu yang dikategorikan benda mati maupun benda
hidup. Contoh kalimat isim :
– Kursi, kata benda ini tidak berkaitan dengan waktu. Kapanpun dimanapun dapat
menyebutkannya.
Berbeda dengan kalimat fi’il yang selalu berkaitan dengan waktu / masalah pekerjaan.
Contoh : Saya mau pergi. Kata pergi tentunya berkaitan dengan waktu. Kapan mau pergi,
jam berapa, dsb.

Pengertian Isim Mausul (ٌ‫)اسم الموصول‬


Isim Maushũl (Kata Sambung) ialah Isim yang bermanfaat untuk menghubungkan
sejumlah kalimat atau pokok benak menjadi satu kalimat. Maksudnya, bahwa masing-masing isim
ma’rifat tersebut akan menjadi jelas bila estafet dengan kalimat sesudahnya, yang disebut Shilah.
Shilah(anak kalimat) tersebut harus mempunyai dhamir yang berpulang kepada isim maushul,
yang disebut a’id. Dalam bahasa Kita, biasanya Kata Sambung 'isim Mausul' ini diterjemah menjadi
kata: "yang". Bentuk asal atau dasar dari Isim Maushũl merupakan : ‫( الَّذِي‬yang).

Perhatikan misal pemakai an Isim Maushũl dalam menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
Kalimat I ‫س‬ُ ‫“ = َجا َء ال ُمد ِ َِّر‬Guru itu datang”.
Kalimat II َ‫س يُعَ ِلِّ ُم اللُغَةَ العَ َر ِب َّية‬
ُ ‫“ = اَل ُمد ِ َِّر‬guru tersebut mengajar Bahasa Arab”.
Kalimat III ‫س الَّذِي يُعَ ِل ُم اللغَة العَ َر ِب َّية‬
َ َ ُ ِّ ُ ‫“ = َجا َء ال ُمد ِ َِّر‬guru yang melatih Bahasa Arab telah datang”.
Kalimat III menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushũl: ‫الَّذِي‬.

B. Pembagian Isim Maushũl


Dalam Bab ini Isim Maushũl terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Isim Maushũl Ismi


Isim Maushũl Ismi ialah Isim Maushũl isim yang selamanya perlu kepada Shilah dan A’id.
َ َ‫ = َجا َء الَ ِ ِّذي ق‬sudah datang seseorang yang ayahnya berdiri.
Contoh : ُ‫ام اَبُوه‬

2. Isim Maushũl Harfi


Isim Maushũl Harfi ialah semua huruf yang dengan shilahnya di ta’wili dengan Masdar.
Sedangkan Isim Maushũl Harfi tersebut ada lima macam:

a. Huruf ‫“ أن‬An” dengan dibaca fathah, ini dapat masuk pada fi’il madli, fi’il mudlori’, fi’il Amar.
َ َ‫عجبتُ مِن اَن ق‬
contoh fi’il madli = ‫ام زَ يد‬ ِ “saya heran dari sudah berdirinya Zaid”.
contoh fi’il mudlori’= ‫عجبتُ مِن اَن َيقُو َم زَ يد‬
ِ “saya heran dari berdirinya Zaid”.
contoh fi’il Amar = ‫“ اَشَرتُ الَي ِه ِباَن قُم‬saya memberi isyarat dengan perintah berdiri”

b. Huruf ‫“ أ َ َّن‬Anna”
contoh =
‫علَي ِهم‬
َ ‫َاب يُتلَى‬ َ ‫أ َ َولَم َيك ِف ِهم أ َ َّنا أَنزَ لنَا‬
َ ‫علَيكَ ال ِكت‬
“Dan apakah tidak cukup untuk mereka sesungguhnya Kami sudah menurunkan kepadamu Al Kitab [Al
Qur’an] sedang dia diucapkan kepada mereka? Sesungguhnya dalam [Al Qur’an] tersebut ada rahmat
yang besar dan pelajaran untuk orang-orang yang beriman.”(Q.S. Al-Ankabũt : 51)

c. Huruf ‫“ كَى‬Kai” hanya dapat masuk pada fi’il mudlori’ saja.


contoh =
‫“ ِجئتُ ِلكَى تُك ِرما َ زَ يدا‬saya datang supaya anda menghormati atas Zaid”

d. Huruf ‫“ َما‬Ma” ada yang berbentuk Masdariyah Dharfiyyah, dan ada pula yang Masdariyah Ghairu
Dharfiyyah.
Contoh Masdariyah Dharfiyyah =
َ ‫“ ََلاَص َحبُكَ ما َ دُمتَ ُمن‬saya tidak dapat menemanimu selama anda pergi”
‫طلِقا‬
Contoh Masdariyah Ghairu Dharfiyyah =
َ َ ‫عجبتُ مِما‬
‫ض َربتَ زَ يدا‬ ِ “saya heran mengenai pukulanmu untuk Zaid”

e. Huruf ‫ “ لَو‬Lau” huruf ini dapat masuk pada fi’il Madli dan pun fi’il Mudlori’.
Contoh fi’il Madli = ‫“ َودِدتُ لَو قا َ َم زَ يد‬saya senang andai Zaid telah berdiri”
l Mudlori’ = ‫“ َودِدتُ لَو َيقُو ُم زَ يد‬saya senang andai Zaid berdiri”

C. Bentuk-Bentuk Isim Maushũl

1. Bentuk Isim Maushũl Mufrad (tunggal) dan Mutsanna (menunjukan arti dua)

ِ ‫ َوال َيـــــا إذَا َما ثُ ِِّن َيــــا َلَ تُثــــــ ِب‬¤ ‫صو ُل اَلس َماءِ الَّذِي األُنثَى الَّتِي‬
‫ت‬ ُ ‫َمو‬
“Adapun Isim Maushul yakni ‫( ااااااا‬jenis laki; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) dan khusus jenis
(perempuan; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) yakni ‫ااااااا‬. Jika dua-duanya ditatsniyah-kan (dual),
maka huruf Ya’nya jangan diputuskan atau dibuang.
Contoh = ‫ام‬ َ َ‫“ َجا َء نِي الَ ِذِّي ق‬datang kepadaku seorang(laki-laki) yang berdiri”.
Contoh = ‫ام‬ َ َ‫“ َجا َء تنِي الَ ِ ِّذي ق‬datang kepadaku seorang (perempuan) yang berdiri”.

َ َ‫َبل َمــا تَلِيـ ِه أَو ِل ِه الع‬


‫ َوال ُّنونُ إن تُشدَد فَالَ َمالَ َمه‬¤ ‫ال َمـــه‬
Akan tetapi, terhadap huruf yang awalnya diiringi oleh Ya’ yang dilemparkan tersebut, kini iringilah!
dengan (memasang) tanda Alamat I’rob (menjadi: ‫ ااااا‬dan ‫ ااااا‬saat mahal Rofa’. dan menjadi:
‫ ااااااا‬dan ‫ اااااا‬saat mahal Nashab dan Jarr). Adapun Nun-nya andai ditasydidkan, maka
tidak ada cacian untuk itu.

Contoh Mutsanna (menunjukan arti dua) dalam keadaan Rofa’ =


َ ‫ام ابُوهُما‬ ِ ِّ‫“ َجا َء الَلذ‬Dua orang yang ayahnya berdiri itu telah datang”
َ َ‫ِان ق‬

Contoh Mutsanna (menunjukan arti dua) dalam keadaan Nashab =


َ َ‫“ َراَيتُ اللَّذَي ِن ق‬saya menyaksikan dua orang yang ayahnya telah berdiri”
َ ‫ام ابُوهُما‬

Contoh Mutsanna (dual) dalam keadaan Jarr =


َ َ‫“ َم َررتُ ِبللَّتَي ِن ق‬saya bertemu dengan dua orang yang ayah dua-duanya berdiri”
َ ‫ام ابُوهُما‬

2. Bentuk Isim Maushũl Jama’ (Banyak)

ُ ‫ َو َبع‬¤ ‫َجم ُع ا َّلذِي األ َلى ا َّلذِينَ ُمطلَقَا‬


َ ‫ض ُهم ِبال َوا ِو َرف َعا َن‬
‫ط َقا‬
Jamak-nya lafadz ‫( ااااااا‬Isim Mausũl tunggal laki-laki) ialah ‫ اااااا‬atau ‫اااااااااا‬
secara mutlak (baik guna mahal Rofa’, Nashab dan Jarr). Ada sebagian logat orang Arab berkata dengan
memakai Wawu saat mahal Rofa’ (menjadi: ‫) ااااااااااا‬

‫ َوالَالَّءِ كَالَّذِينَ نَز َرا َوقَ َعا‬¤ ‫ت َوالالَّءِ الَّتِي َقد جُمِ عَا‬
ِ َّ‫ِبالال‬
Lafadz ‫( ااااااا‬Isim Mausũl tunggal perempuan) sungguh dijamakkan dengan menjadi
‫ اااااااا‬atau ‫اااااااا‬. Ditemukan pun ‫ اااااااا‬dihukumi laksana ‫اااااااااا‬
(isim Mausũl jamak guna perempuan) namun jarang.

Contoh jamak dalam keadaan Rofa’ =


‫“ َجا َء نِي الَّذِِّينَ قا َ ُموا‬datang kepadaku mereka yang semuanya berdiri”

Contoh jamak dalam keadaan Nashab =


‫“ َراَيتُ الَّذِِّينَ قا َ ُموا‬saya menyaksikan mereka yang semuanya berdiri”

Contoh jamak dalam keadaan Jarr =


‫“ َم َررتُ ِبالَّذِِّينَ قا َ ُموا‬saya bertemu dengan mereka yang semuanya berdiri”

3. Bentuk Isim Maushũl Mutlaq (Umum)

َ ُ‫َو َمن َو َما َوأَل ت‬


‫سا ِوي َما ذُكِر‬
Adapun Isim Mausũl ‫ ااا‬,‫ اااا‬, dan ‫ اااا‬ialah menyamakan hukumnya dengan Isim Mausũl yang
sudah disebut sebelunnya. (artinya: dapat digunakan guna Laki-laki, Perempuan, mufrad, mutsanna,
atau Jamak).
Contoh =
َ‫ َو َمن قُمن‬،‫ َو َمن قَا ُموا‬،‫ َو َمن قَا َمتَا‬،‫ َو َمن قَا َما‬،‫ َو َمن قَا َمت‬،‫ام‬
َ َ‫َجا َء نِي َمن ق‬
“datang kepadaku seorang (laki-laki) yang berdiri, (perempuan) yang berdiri, (dua orang laki-laki) yang
berdiri, (dua orang perempuan) yang berdiri, mereka (laki-laki) yang berdiri, mereka (perempuan) yang
berdiri”

4. Bentuk Isim Maushũl Dza (‫)ااا‬

‫ أَو َمن إذَا لَم تُل َغ فِي ال َكالَ ِم‬¤ ‫ـام‬


ِ ‫َومِ ث ُل َما ذَا َبع َد َما استِف َه‬
Isim Mausũl ‫ ااا‬statusnya sama dengan isim Mausũl ‫( ااا‬dipakai guna tunggal, dual, jamak, laki-laki
dan perempuan), dengan kriteria (1) ‫ ااا‬jatuh setelah ‫ اا‬Istifham atau ‫ اا‬Istifham, (2); ‫ ااا‬tidak
diurungkan didalam Kalam (maksudnya: ‫ ااا‬dan ‫ اا‬atau ‫ اا‬tersebut, tidak dijadikan satu kata
Istifham (kata tanya).
Contoh =
َ‫ َماذا َ عِندَك‬- َ‫َمن ذا َ َجا َءك‬
“siapa orang yang datang kepadamu” – “tidak terdapat orang yang disampingmu”

5. Bentuk Shilah Isim Maushũl


‫ق ُمشتَمِ لَه‬ َ ‫علَى‬
ٍ ‫ضمِي ٍر َلَ ِئ‬ َ ¤ ‫صلَـه‬ ِ ُ‫َو ُكلُّ َهــا َيلـزَ ُم َبعَــ َده‬
Setiap Isim-Isim Mausũl diputuskan adanya Shilah (jumlah atau kalimat keterangan) setelahnya, yang
mencakupi atas Dhamir yang cocok (ada Dhamir atau ’Aid yang berpulang pada Isim Mausũl).
Contoh =
َ َ‫ الَذِِّين‬-‫ض َربتُ ُه َما‬
‫ض َربتُ ُهم‬ ِ ِّ‫ والَذ‬- ُ‫ض َربتُه‬
َ ‫ِان‬ َ ‫َجا َء نِي الَذِِّي‬
“datang kepadaku seorang (laki-laki) yang saya pukul, dan (dua) orang yang saya pukul, dan mereka yang
saya pukul”

6. Bentuk Isim Maushũl Ayyun (‫ )ااااا‬dan Shilahnya

‫ضمِ ير ان َحذَف‬
َ ‫صد ُر َوص ِل َها‬
َ ‫ َو‬¤ ‫ضف‬ َ ُ‫ي َك َما َوأُع ِر َبت َما لَم ت‬
ُّ َ ‫أ‬
Isim Mausul ‫“ ااا‬Ayyun” dihukumi laksana Isim Maushũl “Ma” (bisa guna Mudzakkar, Muannats,
Mufrod, Mutsanna pun Jama’) selagi tidak Mudhaf dan Shadar Silah-nya (‘A-id yang menjadi permulaan
Shilah) ialah berupa Dhamir yang terbuang.
Contoh = ‫“ يُع ِجبُنِي اَي قَائِم‬manakah orang yang berdiri yang sudah mengagumkanku”
Contoh = ‫“ يُع ِجبُنِي اَي ُهم ه َُو قَائِم‬manakah kaum yang sudah mengherankanku yang mana dia orang yang
berdiri”
Contoh = ‫“ يُع ِجبُنِي اَي ه َُو قَائِم‬manakah orang yang sudah mengherankanku yang mana dia orang yang
berdiri”

7. Bentuk Pembuangan Shadar Shilah (‘Aid Majrur)

‫ضى‬َ َ‫اض َبع َد أَم ٍـر مِن ق‬


ٍ َ‫ َكأَنتَ ق‬¤ ‫ضا‬ ُ ‫َكذَاكَ َحذ‬
َ ‫ف َما ِب َوصفٍ ُخ ِف‬
Seperti tersebut juga (banyak dipakai dan jelas) yaitu pengasingan ‘Aid yang dikhofadkan atau
dijarkan oleh kata sifat. Seperti lafadz ‫اض‬ ٍ َ‫ ( أَنتَ ق‬takdirannya: ‫اضيه‬
ِ َ‫ ) أَنتَ ق‬sesudah Fi’il Amarnya lafadz
‫ضى‬ َ َ‫ق‬.
Contoh =
ٍ َ‫ض َما أَنتَ ق‬
‫اض‬ ِ ‫فَاق‬
“maka putuskanlah apa yang berkeinginan kamu putuskan..”(Q.S. Tha-Hâ: 72)

َ ‫ـــر ِبــالَّذِي َم َررتُ فَه‬


‫ــو بــَــر‬ ُ ‫َكذَا الَّذِي ُج َّر ِب َما ال َمو‬
َّ ‫ َك ُم‬¤ ‫صو َل َجر‬
Demikian pun (sering melemparkan Aid pada Shilah Maushũl) yakni Aid yang dijarkan oleh Huruf yang
mengejarkan Isim Maushũlnya (dengan ‘Amil yang seragam).
Contoh =
ُ‫ـــر ِبــالَّذِي َم َررت‬
َّ ‫( ُم‬takdirannya: ‫ـــر ِبــالَّذِي َم َررتُ ِب ِه‬ َّ ‫) ُم‬
“berjalanlah anda dengan orang yang mana saya sudah bertemu”

Apa itu Fi'il Madhi ?


Fi’il adalah kata kerja, Fi'il adalah kata yang dalam penggunaannya dalam kalimat terikat waktu
tertentu, Pengertian fi’il madhi adalah kata kerja yang menunjukkan aktivitas atau perbuatan di waktu
lampau, sebagaimana dituliskan oleh Ali Al Jarim dalam kitab nahwu wadhih .Al fi’lu madhiyu huwa
kullu fi’lin yadullu ‘ala khushuli ‘amalin fiz zamanil madhi
ِ‫ي‬ ّ ‫ع َم ٍل فِى‬
ّ ‫الز َم ِن ال َماض‬ ُ ‫علَى ُح‬
َ ‫ص ْو ِل‬ َ ‫ال ِف ْع ُل الماضى هو ُك ُّل فِ ْع ٍل َي ُد ُّل‬

Artinya : “Fi’il madhi adalah fi’il yang menunjukkan pada terjadinya perbuatan di waktu lampau.”
Walaupun tidak semua bentuk fi’il madhi menunjukkan waktu lampau, tetapi dapat juga menunjukkan
waktu sekarang atau mendatang sesuai dengan konteks pemakaiannya dalam frasa, klausa, dan
kalimat. Misalnya, fa idza qara’tal qur’aana fasta’idz billaah (QS 16:98). Lafal qara’ta merupakan
bentuk fi’il madhi yang tidak menunjukkan waktu lampau, melainkan waktu mendatang karena
didahului oleh dzaraf zaman. Jadi, makna ayat ini menyuruh beristi’adzah (mohon perlidungan)
sebebelum membaca Alquran, bukan sesudah membaca Alquran. Demikian juga dengan bunyi
ayat: fa idzaa qumtum ilashshalaati faghsiluu wujuuhakum (QS 5:6). Lafadz qumtum dalam ayat
tersebut juga menunjukkan bentuk fi’il madhi yang tidak menunjukkan waktu lampau, melainkan waktu
mendatang. Makna ayat itu menyuruh kita membasuh muka (berwudhu) sebelum shalat, bukan
sesudah shalat. Dengan demikian tidak setiap bentuk fi’il madhi dapat diterjemahkan ke dalam sudah
atau telah dalam bahasa Indonesia, melainkan tergantung pada konteks pemakaiannya.
Penulisan fi’il dalam kalimat arab di bagi menjadi dua yakni jumlah ismiyah dan jumlah fi’liyah. Jumlah
fi’liyah adalah kalimat verbal, dimana fi’il diletakkan di awal kalimat atau mendahului isim. Jumlah
Ismiyah adalah kalimat nominal. Dimana fi’il diletakkan sesudah isim

Contoh kalimat verbal dalam bahasa arab (jumlah fi'liyah)

‫( َد َخ َل ُمح ّمدفِى ْال َبيت‬dakhola muhammad fil bait) muhammad telah masuk ke rumah
‫( فَتَ َح الباب المسجد‬fatakhal babul masjid) telah dibuka pintu masjid
Contoh Fi'il Madhi
Di bawah ini adalah contoh kata kerja yang termasuk fi'il madhi. berikut 20 contoh fi'il madhi dan
artinya

1. ‫ نَزَ َل‬nazala artinya telah menurunkan

َ ‫ َكت‬kataba artinya telah menulis


2. ‫َب‬
3. ‫ َد َخ َل‬dakhola artinya telah masuk

4. ‫ قَا َل‬qola artinya telah berkata

5. ‫ َراَى‬ro a artinya telah melihat


َ ‫ َن‬nadhoro artinya telah memperhatikan
6. ‫ظ َر‬

َ ‫ َج َل‬jalasa artinya telah duduk


7. ‫س‬
8. َ‫ ا َ َخذ‬akhoda artinya telah mengambil

9. ‫ ا َ َك َل‬akala artinya telah makan

10. ‫سمِ َع‬


َ sami'a artinya telah mendengar
11. ‫ غَزَ ى‬ghoza artinya telah menyerang

َ ‫ قَ َر‬qoro a artinya telah membaca


12. ‫ئ‬
13. َ‫صان‬
َ shona artinya telah melindungi
14. ‫ام‬
َ ‫ص‬َ shoma artinya telah berpuasa
15. ‫س َج َد‬
َ sajada artinya telah duduk
16. ‫ص َر‬
َ ‫ َن‬nashoro artinya telah menolong
17. ‫ فَتَ َح‬fatakha artinya telah membuka
18. ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ dhoroba artinya telah memukul
19. َ‫ َخلَق‬kholaqo artinya telah menciptakan
20. ‫عل َِم‬
َ 'alima artinya telah mengetahui

#Apa Ciri-ciri fi’il madhi?


Di dalam kitab alfiyah ibnu malik terdapat nadhom yang berbunyi Wa Madhiyal ‘Afali bit tamiz Wa Sim
Bin nuni fi’lal amri in amrun fuhim. Sebagaimana tertulis dalam tulisan bahasa Arab berikut :
‫ي ْاْل َ ْفعَا ِل ِبالتَّامِ ْز َو ِس ْم ِبال ّن ْو ِن فِ ْع َل ْاْل َ ْم ِر إِ ْن أ َ ْم ٌر فُ ِه ْم‬
َ ‫اض‬
ِ ‫َو َم‬

Artinya adalah : "Dan fiil madhi itu bisa ditandai dengan ta’ fa’il atau ta ta’nis, dengan nun fi’il amar
menunjukkan perintah yang difahami."
Sebagaimana ditulis di dalam syaroh (penjelasan) Kitab Alfiyah Ibnu Malik karya Ustadz Hamdani As
Sidani bahwa Apabila ada Fi’il yang bisa ditemui dengan ta’ fa’il atau ta’ ta’nis yang mati maka fi’il itu
disebut fi’il madhi. Contoh 4 kata fi’il madhi dengan tanda ta’ fa’il:

1. (‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ ) dhoroba menjadi ( َ‫ض َربْت‬
َ ) dhorobta,
2. (‫ص َر‬
َ ‫ ) َن‬nashoro menjadi ( َ‫ص ْرت‬
َ ‫ ) َن‬nashorta
3. (‫َتب‬
َ ‫ )ك‬Kataba menjadi ( َ‫ )كَتبْت‬katabta
4. (‫ ) َد َخ َل‬dakhola menjadi ( َ‫ ) َدخ َْلت‬dakholta

Contoh 4 kata fi’il madhi dengan tanda ta’ ta’nis yang mati:

1. (‫ب‬ َ ) dhoroba menjadi ( ْ‫ض َر َبت‬


َ ‫ض َر‬ َ ) dhorobats

َ ‫ ) َن‬nashoro menjadi ( ْ‫ص َرت‬


2. (‫ص َر‬ َ ‫ ) َن‬nashorots
َ ‫ )ك‬Kataba menjadi ( ْ‫ ) َكتَ َبت‬katabats
3. (‫َتب‬

4. (‫ ) َد َخ َل‬dakhola menjadi ( ْ‫ ) َد َخلَت‬dakholats

Fi’il mudhari’ secara bahasa adalah al-Musyabah, dinamakan demikian


karena ia menyerupai isim fa’il dalam susunan huruf yang berharkat dan
sukun seperti antara “‫ يضرب‬dan ‫”ضارب‬, dan dalam makna dan
penggunaannya.
Adapun secara istilah adalah:
‫الفعل المضارع هو ما دل على حدوث شئ في زمن التكلم أو بعده‬.
Fi’il Mudhari’ adalah fi’il yang menunjukkan terjadinya perbuatan pada masa
sekarang dan akan datang.Contoh:
ü ‫أمام الفَص ِل‬
َ ‫س يـَتـَكـَلـَّم‬
ُ ‫ = الـ ُم َد ِ ِّر‬Guru sedang berbicara di depan kelas.
Kata “ ‫ “ يـَتـَكـَلـَّم‬pada contoh di atas adalah fi’il mudhari’, karena ia
menunjukkan terjadinya perbuatan (berbicara) pada masa sekarang.

Ketentuan Fi’il Mudhari’


Mudhari’ pasti berfungsi untuk masa sekarang jika disebelumnya ada “‫َلم‬
‫( اَلبتداء‬lam Ibtida’), ‫ ( ما النافية‬ma al-nafiyah ), atau ‫ ( ليس‬laisa) ”. Seperti “ ‫إن‬
‫ “لست أسمع ما تقولُـــ‬,”‫ “ما أسمع كالمك‬,”‫”الركيب لينظرك‬.
Jika didahului oleh “‫( س‬shin) atau ‫( سوف‬saufa)” maka pasti menunjukkan masa
akan datang. Seperti “ ‫ ”سأزورك‬atau ‫ ”سوف أزورك‬artinya saya akan mengunjungi
kamu. Begitu juga jika didahului ‘amil nasb dan jazm kecuali “‫ لــَم‬dan ‫”لـَ َّما‬,
seperti “ ‫ ”لـَن َي ُجو َد ال َب ِخي ُل‬artinya orang bakhil itu tidak akan sukses, “‫أريد أن أزورك‬
‫ ”و إن تزرني أكرمك‬artinya saya ingin mengunjungimu dan jika kamu mengunjungi
aku, aku akan memuliakanmu. Dan apabila didahului oleh
huruf/adat ‫( توقيع‬tauki’) seperti “‫”قد يبرأ المريض‬, atau menunjukkan
“‫( طلب‬thalab)” seperti “‫”يرحمك هللا‬.
Fi’il mudhari’ dibuat dari fi’il madhi dengan menambah salah satu huruf
mudhara’ah, yaitu: hamzah, nun, ya’, dan ta’. Adapun hamzah adalah untuk
mutakallim (orang pertama tunggal), nun untuk mutakallimin (orang pertama
jama’), ta’ untuk semua mukhatab (orang kedua) kecuali orang kedua jama’
perempuan, dan ya’ untuk semua ghaib (orang ketiga laki-laki) dan ghaibah
jama’ (orang ketiga perempuan jama’).
Huruf mudhara’ah pada fi’il mudhari’ ma’lum dhammah pada ruba’I dan fath
pada selainnya. Jika fi’il madhi tsulasi maka fa’nya disukunkan dan harakat
‘ainnya berlaku seperti pada wazan-wazan tsulasi mujarrad. Kalau fi’ilnya
ghair tsulasi (bukan tiga huruf) dan di awalnya ta’ zaidah maka bentuk huruf
sebelum akhir tidak berubah sedikitpun, seperti “‫ يـَتـَقـَدَّم‬dan ‫”يـَتـَ َدخ َرج‬, kecuali
dikasrahkan huruf sebelum akhir dan dihazabkan hamzah zaidah yang ada di
َ ‫”يـَنـ‬.
awal jika ada. Seperti “ ‫ يـُكـ ِر ُم‬,‫يـُبَايـِ ُع‬, dan ‫طلـِ ُق‬
Fi’il mudhari’ majhul dibuat dari mudhari’ ma’lum dengan didhammahkan
huruf mudhara’ah dan difathkan huruf sebelum akhir, seperti “‫ج‬ ُ ‫ يـ ُ َدخ َر‬, ‫يـُكـ َر ُم‬,
dan ‫”يـُستـَغـفـَ ُر‬. Hal itu baik secara lafaz, sebagaima contoh di atas,
atau taqdir seperti “‫ ” يـُقـَا ُل‬karena asalnya adalah “‫”يـُقـ َول‬.

Apa itu Fi’il Amr?


Fiil adalah kata kerja yang dalam penulisannya terikat oleh waktu dan dhomir (kata ganti), Pengertian
fi’il Amr adalah kata kerja yang menunjukkan arti perintah dan arti permohonan, sehingga kalimat fi’il
amr akan selalu kita gunakan apabila kita merangkai kalimat atau kata untuk memberi perintah kepada
orang lain, atau ketika kita berdo'a kepada tuhan. Seperti kata

Bukalah! (‫ )اِ ْفتَح‬iftah!


Lihatlah! (‫)ر‬
َ ro!
Pukullah! (‫ )اِض ِْرب‬idhrib!
Bagaimana Cara membuat kalimat Fi’il Amr?
Sebelum memahami lebih lanjut tentang cara membuat kalimat fi’il amr, hendaknya kita baca dahulu
nadhoman di dalam kitab alfiyah tentang fi’il Amr. Yang berbunyi wal amru inlam yakulinnuni makhal,
fiihi huwasmun nahwu shoh wa khayyahal.

“ Dan kata perintah yang tidak ada tempat untuk nun taukid , maka bisa disebut isim fi’il seperti shoh
dan khayyahal

Sehingga menurut imam ibnu malik bahwa fi’il amr harus terdapat nun taukid, apabila tidak terdapat
nun taukid maka dinamakan isim fi’il amr, Berikut adalah 8 contoh fi’il amr yang terdapat nun taukid

1. (‫ ) ِعد ََّن‬I’danna artinya pulanglah

2. (‫ )خَافَ َّن‬khofanna artinya takutlah

3. (‫ )ا ُ ْغ ُز َو َّن‬Ughzuwanna artinya kalahkanlah


4. (‫ )اِ ْفتَ َح َّن‬iftakhanna artinya bukalah

5. (‫ ) ِب ْي َع َّن‬bi'anna artinya belilah


6. (‫ص ْون ََّن‬
ُ ) shunanna artinya lestarikanlah
7. (‫ )ا ِْرمِ َي َّن‬irmiyanna artinya lemparlah

8. (‫ض َي َّن‬
َ ‫ )ا ِْر‬irdhoyanna artinya ridhoilah

Di dalam nadhoman alfiyah bab mu’rob dan mabni dijelaskan bahwa fi’il amr itu mabniy, sebagaimana
tertulis di dalam nadhom wafi’lun amrun wa mudhiya buniya, wa’robu mudhori’an in ‘ariya
‫ي‬ َ ‫ارعًاا ِْن‬
َ ‫ع ِر‬ ِ ‫ض‬َ ‫ي ِ بُ ِن َيا واَع َْربُوا ُم‬
ّ ‫ض‬ ْ ‫َوفِ ْع ُل‬
ِ ‫ام ِر َو ُم‬

Penjelasannya sebagai berikut : fi’il amr dan fi’il madhi itu hukumnya mabni, fi’il amr dimabnikan
menurut fi’il mudhori’nya apabila di jazemkan, maka kadang-kadang fi’il amr itu mabni sukun,
nahwunya : idhrib, dan kadang dimabnikan dengan terbuangnya huruf ‘illat seperti ihsya,

Anda mungkin juga menyukai