Anda di halaman 1dari 7

MATA KULIAH BAHASA ARAB SEMESTER I

Dosen Pengampu : Ismail Suardi Wekke, ph.D


Ardini Sayidatina Aisya
Email : ardiniaisya112@.gmail.com
Jurusan Dakwah Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
TOPIK: PEMBAHASAN ISIM MAUSHUL DALAM BAHASA ARAB

ABSTRAK
Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, isim adalah kata yang bermakna namun tidak terikat dengan
waktu. Isim Maushul terbagi menjadi dua yaitu, Isim Maushũl Ismi ialah Isim Maushũl isim yang
selamanya perlu kepada ShilahIsim. Sedangkan Maushũl Harfi ialah semua huruf yang dengan shilahnya di
ta’wili dengan Masdar. Isim Maushul bermnafaat untuk menghubungkan sejumlah kalimat atau pokok benak
menjadi satu kalimat . masing-masing isim ma’rfiat tersebut akan menjadi jelas bila estafet dengan kalimat
sesudahnya yang di sebut shilah.

Kata Kunci : Bahasa Arab,Isim Maushul

PENDAHULUAN:
Bahasa arab merupakan pelajaran pentinga bagi mahasiswa yang beragama islam, karena kitab
suci Al-qur’an dan al-hadis ditulis dalam bahasa arab. Selain itu, bahasa arab juga sudah termasuk
bahasa internasional dan banyak dipelajari oleh para ilmuwan barat untuk mengkaji peradaban islam. Di
dalam hadits dikatakan; “Cintailah bahasa Arab karena tiga hal, yaitu bahwa saya (Muhammad) adalah
orang Arab, bahwa Al Qur`an adalah bahasa Arab, dan bahasa penghuni surga di dalam surga adalah
bahasa Arab.” (HR. Ath-Thabrani)
Bahasa arab juga mempunyai aturan tersendiri dalam penulisannya, dan mempunyai berbagai
macam bentuk kata kerja, kata ganti dan kata sifat. Kata kerja dan kata ganti itu terbagi lagi kedalam
beberapa macam bentuk, seperti pada kata ganti diketahui kata ganti isyarat (isim al-isyarâh), kata ganti
penghubung (al-isim al-maushũl) dan kata ganti penanya (adawat al-istifhâm). Dalam makalah ini saya
akan membahas mengenai al-isim al-maushũl [ ‫ ] االسم الموصول‬atau kata ganti penghubung beserta contoh-
contohnya.
Pembahasan :
A. Pendahuluan
Bahasa arab merupakan pelajaran penting bagi mahasiswa yang beragama islam, karena kitab
suci Al-qur’an dan al-hadis ditulis dalam bahasa arab. Selain itu, bahasa arab juga sudah termasuk bahasa
internasional dan banyak dipelajari oleh para ilmuwan barat untuk mengkaji peradaban islam. Di dalam
hadits dikatakan; “Cintailah bahasa Arab karena tiga hal, yaitu bahwa saya (Muhammad) adalah orang
Arab, bahwa Al Qur`an adalah bahasa Arab, dan bahasa penghuni surga di dalam surga adalah bahasa
Arab.” (HR. Ath-Thabrani)
Bahasa arab juga mempunyai aturan tersendiri dalam penulisannya, dan mempunyai berbagai
macam bentuk kata kerja, kata ganti dan kata sifat. Kata kerja dan kata ganti itu terbagi lagi kedalam
beberapa macam bentuk, seperti pada kata ganti diketahui kata ganti isyarat (isim al-isyarâh), kata ganti
penghubung (al-isim al-maushũl) dan kata ganti penanya (adawat al-istifhâm). Dalam makalah ini saya
akan membahas mengenai al-isim al-maushũl [ ‫ ] االسم الموصول‬atau kata ganti penghubung beserta contoh-
contohnya.

B. Pengertian
Isim Maushũl (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa
kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Maksudnya, bahwa setiap isim ma’rifat itu akan
menjadi jelas bila bersambung dengan kalimat sesudahnya, yang dinamakan Shilah. Shilah(anak kalimat)
itu harus memiliki dhamir yang kembali pada isim maushul, yang dinamakan a’id. Dalam bahasa
Indonesia, Kata Sambung semacam ini diwakili oleh kata: "yang". Bentuk asal atau dasar dari Isim
Maushũl adalah: ‫( اَّلِذْي‬yang). Perhatikan contoh penggunaan Isim Maushũl dalam menggabungkan dua
kalimat di bawah ini:
Kalimat I ‫“ = َج اَء اْلُم َدِّرُس‬datang guru itu”.
Kalimat II ‫“ = َاْلُم َدِّرُس َيْد ُرُس اْلِفْقَه‬guru itu mengajar fiqh”.
Kalimat III ‫“ = َج اَء اْلُم َدِّرُس اَّلِذْي َيْد ُرُس اْلِفْقَه‬datang guru yang mengajar fiqh”.
Kalimat III menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushũl: ‫اَّلِذْي‬.

C. Pembagian Isim Maushũl


Dalam Bab ini Isim Maushũl terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Isim Maushũl Ismi
Isim Maushũl Ismi adalah Isim Maushũl isim yang selamanya butuh kepada Shilah dan A’id.
Contoh : ‫ = َج اَء اَلِّذ ي َقاَم َاُبْو ُه‬telah datang seseorang yang ayahnya berdiri.
2. Isim Maushũl Harfi
Isim maushul harfi adalah semua huruf yang dengan shilahnya di ta’wili dengan Masdar. Sedangkan Isim
Maushũl Harfi itu ada lima macam :
a. Huruf ‫“ أْن‬An” dengan dibaca fathah, ini bisa masuk pada fi’il madli, fi’il mudlori’, fi’il Amar.
contoh fi’il madli = ‫“ عِج ْبُت ِم ْن َاْن َقاَم َز ْيٌد‬saya heran dari telah berdirinya Zaid”.
contoh fi’il mudlori’= ‫“ عِج ْبُت ِم ْن َاْن َيُقْو َم َز ْيٌد‬saya heran dari berdirinya Zaid”.
contoh fi’il Amar = ‫“ َاَشْر ُت اَلْيِه ِبَاْن ُقْم‬saya memberi isyarat dengan perintah berdiri”
b. Huruf ‫“ َأَّن‬Anna”
‫ً۬ة‬
contoh = ‫َأَو َلۡم َيۡك ِفِهۡم َأَّنآ َأنَز ۡل َنا َع َلۡي َك ٱۡل ِڪَتٰـَب ُيۡت َلٰى َع َلۡي ِهۡمۚ‌ ِإَّن ِفى َذ ٲِلَك َلَر ۡح َم َو ِذ ۡڪ َر ٰى ِلَقۡو ٍ۬م ُيۡؤ ِم ُنون‬
“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab
[Al Qur’an] sedang dia dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam [Al Qur’an] itu terdapat rahmat
yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.”(Q.S. Al-Ankabũt : 51)
c. Huruf ‫“ َك ْى‬Kai” hanya bisa masuk pada fi’il mudlori’ saja.
contoh = ‫“ ِج ْئُت ِلَك ْى ُتْك ِرمَا َز ْيدًا‬saya datang supaya kamu memuliakan atas Zaid”
d. Huruf ‫“ َم ا‬Ma” ada yang berbentuk Masdariyah Dharfiyyah, dan ada yang Masdariyah Ghairu
Dharfiyyah.
Contoh Masdariyah Dharfiyyah = ‫“ اَل َاْص َح ُبَك مَا ُد ْم َت ُم ْنَطِلقًا‬saya tidak bisa menemanimu selama kamu pergi”
Contoh Masdariyah Ghairu Dharfiyyah = ‫“ عِج ْبُت ِم م ٰـَا َض َر ْبَت َز ْي دًا‬saya heran tentang pukulanmu kepada
Zaid”
e. Huruf ‫ “ َلْو‬Lau” huruf ini bisa masuk pada fi’il Madli dan juga fi’il Mudlori’.
Contoh fi’il Madli = ٌ‫“ َوِد ْدُت َلْو قَاَم َز ْيد‬saya senang jika Zaid sudah berdiri”
Contoh fi’il Mudlori’ = ‫“ َوِد ْدُت َلْو َيُقْو ُم َز ْيٌد‬saya senang jika Zaid berdiri”

D. Bentuk-Bentuk Isim Maushũl


1. Bentuk Isim Maushũl Mufrad (tunggal) dan Mutsanna (dual)
‫ َو اْلَيـــــا إَذ ا َم ا ُثِّنَيــــا َال ُتْثــــــِبِت‬¤ ‫َم ْو ُص وُل االْس َم اِء اَّلِذ ي اُألْنَثى اَّلِتي‬
“Adapun Isim Mausũl yaitu ‫( اَّل ِذ ي‬jenis laki; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) dan untuk jenis
(perempuan; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) yaitu ‫اَّلِتي‬. Jika keduanya ditatsniyah-kan (dual), maka
huruf Ya’nya jangan ditetapkan atau dibuang.
Contoh = ‫“ َج اَء ِنْي اَلِّذ ي َقاَم‬datang kepadaku seorang(laki-laki) yang berdiri”.
Contoh = ‫“ َج اَء ْتِنْي اَلِّذ ي َقاَم‬datang kepadaku seorang (perempuan) yang berdiri”.
‫ َو الُّنْو ُن إْن ُتْشَدْد َفَال َم َالَم ْه‬¤ ‫َبْل َم ــا َتِلْيـِه َأْو ِلِه اْلَعَالَم ـــْه‬
Akan tetapi, terhadap huruf yang tadinya diiringi oleh Ya’ yang dibuang tersebut, sekarang
iringilah! dengan (memasang) tanda Alamat I’rob (menjadi: ‫ الٰـٰـذان‬dan ‫ التان‬ketika mahal Rofa’. dan
menjadi: ‫ الٰـَذ ْين‬dan ‫ الَتين‬ketika mahal Nashab dan Jarr). Adapun Nun-nya jika ditasydidkan, maka tidak
ada celaan untuk itu.
Contoh Mutsanna (dual) mahal Rofa’ = ‫ “ َج اَء اَللِّذ اِن َقاَم اُبْو ُهمَا‬telah datang dua orang yang ayah keduanya
berdiri”
Contoh Mutsanna (dual) mahal Nashab = ‫“ َر َاْيُت الَّل َذ ْيِن َق اَم اُبْو ُهمٰـٰـَا‬saya melihat dua orang yang ayah
keduanya berdiri”
Contoh Mutsanna (dual) mahal Jarr = ‫“ َم َر ْر ُت ِبلَّلَتْيِن َقاَم اُبْو ُهمَا‬saya bertemu dengan dua orang yang ayah
keduanya berdiri”

2. Bentuk Isim Maushũl Jama’ (Banyak)


‫ َو َبْعُضُهْم ِباْلَو اِو َر ْفَعًا َنَطَقا‬¤ ‫َج ْم ُع اَّلِذ ي األَلى اَّلِذ ْيَن ُم ْطَلَقا‬
Jamak-nya lafadz ‫( اَّلِذ ي‬Isim Mausũl tunggal laki-laki) adalah ‫ األَلى‬atau ‫ اَّلِذ ْيَن‬secara mutlak (baik
untuk mahal Rofa’, Nashab dan Jarr). Ada sebagian dialek orang Arab berbicara dengan
menggunakan Wawu ketika mahal Rofa’ (menjadi: ‫) َاَّلُذ ْو َن‬
‫ َو اَلَّالِء َك اَّلِذ ْيَن َنْز َر ًا َو َقَعا‬¤ ‫ِبالَّالِت َو الَّالِء اَّلِتي َقْد ُج ِمَعا‬
Lafadz ‫( اَّلِتي‬Isim Mausũl tunggal perempuan) sungguh dijamakkan dengan menjadi ‫ الَّالِت‬atau ‫الَّالِء‬.
Ditemukan juga ‫ الَّالِء‬dihukumi seperti ‫( اَّلِذ ْيَن‬isim Mausũl jamak untuk perempuan) tapi jarang.
Contoh mahal Rofa’ = ‫“ َج اَء ِنْي اَّلِّذ ْيَن قَاُم ْو ا‬datang kepadaku mereka yang semuanya berdiri”
Contoh mahal Nashab = ‫“ َر َاْيُت اَّلِّذ ْيَن قَاُم ْو ا‬saya melihat mereka yang semuanya berdiri”
Contoh mahal Jarr = ‫“ َم َر ْر ُت ِباَّلِّذ ْيَن قَاُم ْو ا‬saya bertemu dengan mereka yang semuanya berdiri”
Contoh mahal Rofa’ ‫“ بالوو = َنْح ُن الَّل ُذ ْو َن َص َبُح ْو ا الَّص َباَح ا َي ْو َم الٌّنَح ْي ِل غٰـَاَر ًة ِم ْلَح اَح ا‬kami datang diwaktu
pagi-pagi sekali dihari peperangan di tanah Syam karena menggegerkan musuh juga kami sungguh
menjelekkannya”.
Contoh = ‫“ َو ٱَّلٰـِتى َيۡأ ِتيَن ٱۡل َفٰـِح َش َة ِم ن ِّنَس ٓإِٮُڪۡم‬Dan (terhadap) para wanita yang mengerjakan perbuatan
keji ,..”(Q.S. An-Nisa’: 15)
Contoh = ‫“ َو ٱَّلٰٓـِٔـ ى َيِٕٮۡس َن ِم َن ٱۡل َم ِح يِض ِم ن ِّنَس ٓإِٮُك ۡم‬Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi
(monopause) di antara perempuan-perempuanmu..” (Q.S. At-Thalaq: 4)

3. Bentuk Isim Maushũl Mutlaq (Umum)


‫َوَم ْن َوَم ا َو َأْل ُتَس اِوي َم ا ُذ ِكْر‬
Adapun Isim Mausũl ‫ َم ا‬, ‫ َم ْن‬, dan ‫ َأْل‬adalah menyamakan hukumnya dengan Isim Mausũl yang
telah disebut sebelunnya. (artinya: bisa digunakan untuk Laki-laki, Perempuan, mufrad, mutsanna,
atau Jamak).
Contoh = ‫ َوَم ْن ُقْم َن‬،‫ َو َم ْن َق اُم ْو ا‬،‫ َوَم ْن َقاَم َت ا‬،‫ َوَم ْن َقاَم ا‬، ‫ َوَم ْن َق اَم ْت‬، ‫“ َج اَء ِنْي َم ْن َق اَم‬datang kepadaku
seorang (laki-laki) yang berdiri, (perempuan) yang berdiri, (dua orang laki-laki) yang berdiri, (dua orang
perempuan) yang berdiri, mereka (laki-laki) yang berdiri, mereka (perempuan) yang berdiri”[4]
4. Bentuk Isim Maushũl Dza (‫)َذ ا‬
‫ َأْو َم ْن إَذ ا َلْم ُتْلَغ ِفي اْلَكَالِم‬¤ ‫َوِم ْثُل َم ا َذ ا َبْعَد َم ا اْسِتْفَهـاِم‬
‫َذ‬
Isim Mausũl ‫ ا‬statusnya sama dengan isim Mausũl ‫( َم ا‬dipakai untuk tunggal, dual, jamak, laki-
laki dan perempuan), dengan syarat
(1) ‫ َذ ا‬jatuh sesudah ‫ ما‬Istifham atau ‫ من‬Istifham,
(2); ‫ َذ ا‬tidak dibatalkan didalam Kalam (maksudnya: ‫ َذ ا‬dan ‫ ما‬atau ‫ من‬tersebut, tidak dijadikan satu
kata Istifham (kata tanya).
Contoh = ‫ َم اذَا ِع ْن َدَك‬- ‫“ َم ْن ذَا َج اَء َك‬siapa orang yang datang kepadamu” – “tidak ada orang yang
disampingmu”

5. Bentuk Shilah Isim Maushũl


‫ َع َلى َضِمْيٍر َالِئٍق ُم ْشَتِم َلْه‬¤ ‫َو ُك ُّلَهــا َيْلـَز ُم َبَعــَدُه ِص َلـْه‬
Setiap Isim-Isim Mausũl ditetapkan adanya Shilah (jumlah atau kalimat keterangan) setelahnya,
yang mencakupi atas Dhamir yang sesuai (ada Dhamir atau ’Aid yang kembali kepada Isim Mausũl).
Contoh =
‫ اَل ِّذ ْيَن َض َرْبُتُهْم‬-‫ واَل ِّذ اِن َض َرْبُتُهَم ا‬- ‫“ َج اَء ِنْي اَل ِّذ ي َض َرْبُتُه‬datang kepadaku seorang (laki-laki) yang saya
pukul, dan (dua) orang yang saya pukul, dan mereka yang saya pukul”
‫ والاَّل ِتي َض َرْبُتُهَّن‬-‫ واَّلَتاِن َض َرْبُتُهَم ا‬-‫“ َج اَئِت اَّلِتي َض َرْبُتَها‬datang kepadaku seorang (perempuan) yang saya
pukul, dan (dua) orang yang saya pukul, dan mereka yang saya pukul”
‫ ِبِه َك َم ْن ِع ْنِد ي اَّلِذ ي اْبُنُه ُك ِفْل‬¤ ‫َوُج ْم َلٌة أْو ِش ْبُهَها اَّلِذ ي ُوِص ْل‬
Shilah yang tersambung oleh Isim Mausũl, biasanya terdiri dari Jumlah atau Shibhul
Jumlah (serupa jumlah).
Contoh = ‫“ ِع ْنَدَك َج اَء ِنْي اَلِّذ ي‬datang kepadaku seorang yang ada disampingmu”
Contoh = ‫“ ِفي الَّد ِر َج اَء ِنْي اَلِّذ ي‬datang kepadaku seorang yang didalam rumah”
‫ َو َك ْو ُنَها ِبُم ْعَرِب اَألْفَعاِل َقْل‬¤ ‫َو صــَفٌة َص ِرْيَح ٌة ِص ــَلُة َأْل‬
Bentuk Sifat Sharihah (Isim Fai’l atau Isim Maf’ul atau Sifat Musyabbah)
merupakan Shilah untuk Isim Mausul ‫“ ال‬Al”, sedangkan Shilah-nya yang berupa Fi’il Mu’rob (Fi’il
Mudhori’) jarang adanya.
Contoh isim fa’il = ‫“ َج اَء ِنْي الَّض اِرٌب‬datang kepadaku orang yang memukul”
Contoh isim maf’ul = ‫“ َج اَء ِنَي الَم ْض ُر وٌب‬datang kepadaku orang yang dimukul”
Contoh sifat musyabbihat = ‫“ َج اَء ِنْي الَح َس ُن َو ْج ُه ُه‬datang kepadaku orang yang memiliki wajah
tampan”

6. Bentuk Isim Maushũl Ayyun ( ‫ )َأٌّي‬dan Shilahnya


‫ َو َص ْد ُر َو ْص ِلَها َض ِمْيٌر اْنَح َذ ْف‬¤ ‫َأُّي َك َم ا َو ُأْع ِرَبْت َم ا َلْم ُتَض ْف‬
Isim Mausul ‫“ أّي‬Ayyun” dihukumi seperti Isim Maushũl “Ma” (bisa untuk Mudzakkar,
Muannats, Mufrod, Mutsanna juga Jama’) selagi tidak Mudhaf dan Shadar Silah-nya (‘A-id yang
menjadi permulaan Shilah) adalah berupa Dhamir yang terbuang.
Contoh = ‫“ ُيْع ِج ُبِني َاٌي َقاِئٌم‬manakah orang yang berdiri yang telah mengagumkanku”
Contoh = ‫“ ُيْع ِج ُبِني َاٌيُهْم ُهَو َق اِئٌم‬manakah kaum yang telah mengherankanku yang mana dia orang
yang berdiri”
Contoh = ‫“ ُيْع ِج ُبِني َاٌي ُهَو َقاِئٌم‬manakah orang yang telah mengherankanku yang mana dia orang yang
berdiri”

7. Bentuk Pembuangan Shadar Shilah (‘Aid Majrur)


‫ َك َأْنَت َقاٍض َبْعَد َأْم ـٍر ِم ْن َقَض ى‬¤ ‫َك َذ اَك َح ْذ ُف َم ا ِبَو ْص ٍف ُخ ِفَض ا‬
Seperti itu juga (banyak digunakan dan jelas) yaitu pembuangan ‘Aid yang dikhofadkan atau
dijarkan oleh kata sifat. Seperti lafadz ‫ ( َأْنَت َقاٍض‬takdirannya: ‫ ) َأْنَت َقاِض ْيه‬setelah Fi’il Amarnya lafadz ‫َقَض ى‬.
Contoh = ‫“ َفاْقِض َم ا َأْنَت َقاٍض‬maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan..”(Q.S. Tha-Hâ:
72)
‫ َك ُم ـــَّر ِبــاَّلِذ ي َم َرْر ُت َفْه ــَو بـَـــْر‬¤ ‫َك َذ ا اَّلِذ ي ُج َّر ِبَم ا اْلَم ْو ُصْو َل َج ْر‬
Demikian juga (sering membuang Aid pada Shilah Maushũl) yaitu Aid yang dijarkan oleh Huruf
yang mengejarkan Isim Maushũlnya (dengan ‘Amil yang seragam).
Contoh = ‫( ُم ـــَّر ِبــاَّلِذ ي َم َرْر ُت‬takdirannya: ‫“ )ُم ـــَّر ِبــاَّلِذ ي َم َرْر ُت ِبِه‬berjalanlah kamu dengan orang yang
mana saya telah bertemu”

E. Kesimpulan
Isim Maushũl (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa
kalimat atau pokok pikiran menjadi satu kalimat. Contoh secara umum penggunaan Isim Maushũl seperti
di bawah ini:
1. Bila Isim Maushũl itu dipakai untuk Muannats (perempuan) maka: ‫ اَّلِذْي‬menjadi: ‫اَّلِتْي‬. contoh = ‫َج اَءِت‬
‫“ = اْلُم َدِّرَس ُة اَّلِتْي َتْد ُرُس اْلِفْقه‬datang guru (pr) yang mengajar fiqh itu”.
2. Bila Isim Maushũl itu digunakan untuk Mutsanna (dual)
maka: ‫ اَّلِذْي‬menjadi: ‫ اَّلَذ اِن‬sedangkan ‫ اَّلِتْي‬menjadi: ‫ اَّلَتاِن‬contoh = ‫“ = َج اَء اْلُم َدِّرَس اِن اَّلَذ اِن َيْد ُرَس اِن اْلِفْقَه‬datang dua
orang guru (lk) yang mengajar fiqh itu”. contoh = ‫“ = َج اَءِت اْلُم َدِّرَس َتاِن اَّلَتان َتْد ُرَس اِن اْلِفْقَه‬datang dua orang guru
(pr) yang mengajar fiqh”.
3. Bila Isim Maushũl itu dipakai untuk Jamak (banyak) maka : ‫ِذْي‬ ‫اَّل‬
menjadi: ‫ اَّلِذ ْيَن‬sedangkan: ‫ اَّلِتْي‬menjadi: ‫ الَّالِتْي‬contoh = ‫“ = َج اَء اْلُم َد ِّرُسْو َن اَّلِذ ْيَن َيْد ُرُسْو َن اْلِفْق َه‬datang guru-guru
(lk) yang mengajar Fiqh itu”, Dan contoh = ‫“ = َج اَءِت اْلُم َدِّرَس اُت الَّالِتْي َيْدُرْسَن اْلِفْقَه‬datang guru-guru (pr) yang
mengajar fiqh itu”.

‫الذي‬ yang Untuk jenis laki-laki tunggal


‫التي‬ yang Untuk perempuan tunggal
‫اللذان‬ yang Untuk dua laki-laki
‫اللتان‬ yang Untuk dua perempuan
‫الذين‬ yang Untuk banyak laki-laki
‫الالتي‬ yang Untuk banyak perempuan
‫من‬ yang Khusus untuk yang berakal
‫ما‬ yang Khusus untuk yang tidak berakal
Contoh-contoh:

‫غلبت الذى غلبني‬ Saya telah menang dari orang yang


telah pernah mengalahkanku
‫ سفرت التى كانت عندنا‬Telah pergi perempuan yang tinggal
bersama kami
‫احّب الذين علموني‬ Aku mencintai orang-orang yang
telah mengajari aku
‫ن‬ddd‫ن الى من احس‬ddd‫ أحس‬Berbuat baiklah kamu kepada orang
‫اليك‬ yang berbuat baik kepadamu
‫تطيع‬ddd‫اال تس‬ddd‫ل م‬ddd‫ التأك‬Janganlah engkau makan sesuatu
‫هضمه‬ yang engkau tidak bisa
mengunyahnya

Muannats ‫ َج اَءِت اْلُم َدِّر َس ُة اَّلِتْي َتْد ُرُس‬datang guru (pr)


‫اْلِفْقه‬ yang mengajar fiqh
itu.
Mutsanna ‫ َج اَء اْلُم َدِّر َس اِن اَّل َذ اِن‬datang dua orang
‫َيْد ُر َس اِن اْلِفْقَه‬ guru (lk) yang
mengajar fiqh itu.
‫ َج اَءِت اْلُم َدِّر َس َتاِن اَّلَت ان‬datang dua orang
‫َتْد ُر َس اِن اْلِفْقَه‬ guru (pr) yang
mengajar fiqh.
Jamak ‫َّل‬ ‫ْل‬
‫ َج اَء ا ُم َدِّر ُس ْو َن ا ِذ ْيَن‬datang guru-guru
‫َيْد ُرُسْو َن اْلِفْقَه‬ (lk) yang mengajar
fiqh itu.
‫ َج اَءِت اْلُم َد ِّرَس اُت الَّالِتْي‬datang guru-guru
‫َيْدُرْسَن اْلِفْقَه‬ (pr) yang mengajar
fiqh itu.

DAFTAR PUSTAKA

Husain, Syarafuddin, Minhatul Malik, Fitarjamati Al-Fiyyah Ibnu Malik Bi Lughah Indonesia Juz I. Karya Toha
Putra. Semarang. 1989.
A.P.I. Ma’had. Sulam Tashil: Tarjamati Al-Fiyyah Ibnu Malik, Tegalrejo, Magelang. 1413H.
Taqrirât, Al-Fiyyah Ibnu Malik, Fi Ilmi An-Nahwu Wa As-Saraf, Lil’alamah Asyaikh Muhammad Bin ‘Abdullah
bin Malik Al-Andalusi. Ma’had Al-Islami Lirboyo. Kediri.
Syarah, Ibnu ‘Aqil. Ma’had Islami As-Salafi. Huquq At-Thab’I Mahfudloh.
Hidayat. D. DR. Pelajaran Bahasa Arab; Ta’limu Lughah Al-Arabiyyah, Madrasah Tsanawiyyah. Karya toha Putra.
Semarang. 1994.

Anda mungkin juga menyukai