Anda di halaman 1dari 12

 ٌ ُ ‫ ُكت‬: ‫ ِمثْل‬.

‫ْس ُمعَيَّنًا‬
,‫ ُم ْع َج ٌم‬,‫ب‬ َ ‫ش ْيءٍ لَي‬ َ ‫–> اس ٌم يَ ُد ُّل‬
َ ‫علَى‬
 >–Isim yang menunjukkan sesuatu yang tidak
tertentu atau belum tertentu. Misal: ‫ ُم ْع َج ٌم‬,‫ب‬ ٌ ُ ‫ُكت‬
 >–Isim nakiroh juga dikenal sebagai isim yang
dapat dimasuki alif-lam ( )‫ال‬di awalnya dan
menyebabkan dia menjadi ma’rifat. Jika dia tidak
menjadi ma’rifat ketika dimasuki alif-alm maka
ia bukan isim nakiroh [1]
 –> Contoh :
 1. ‫أ ُ ِر ْي ُد أن أ ْشت َ ِري ِكتَابًا‬
 (aku ingin membeli kamus)
 Kata ‘kamus‘ disini adalah isim nakiroh, yaitu
belum tertentu, belum tau kamus yang mana.
Masih ‘kamus’ secara umum.
 2.‫س؟‬
ُ ‫فِي أي ِ ك ُِليَّ ٍة ت َ ْد ُر‬
 (Di jurusan mana kamu belajar)
 Kata ‘jurusan‘ disini adalah isim nakiroh,
belum tertentu, belum tahu jurusannya apa.
 Isim yang nakiroh umumnya ditandai dengan
Tanwin. Baik fathatain, kasrotain, maupun
dhommatain. TAPI tidak semua yang
bertanwin itu Isim Nakiroh.
 َ ‫–> اس ٌم َي ُد ُّل َعلَى‬
‫ش ْيءٍ ُم َعي ٍَّن‬
>–Isim yang menunjukkan sesuatu yang sudah sudah
tertentu.
–> Isim Ma’rifat memiliki tingkatan tingkatan diantaranya
yaitu:
1. ‘Alam ( )‫علم‬atau nama yang mencakup :
– ( )‫اس ٌم كري ٌم‬Nama lengkap, Misalnya: ‘( ‫ي‬ ٌ ‫ َع ِل‬Aliyun), ‫س ِعي ٌد‬
َ
(Sa’idun), –> Tanwin disini bukan tanwin nakiroh. Dia
sudah ma’rifat karena dia adalah ‘alam (nama) | ‘( ‫ع َم ُر‬ ُ Umar)
–> Tidak di tanwin karena dia termasuk ismulladdzi laa
yanshorif ( )‫اسم الذي ال ينصرف‬isim isim yang tidak boleh di
tanwin
– ( )ٌ‫ ُك ْنيَة‬Kunyah, Misalnya: ( ‫أ ُّم م َعاذ‬Ummu Muaa’dz)
– ( )‫ب‬ ٌ َ‫لَق‬Gelar, Misalnya ( ‫الفَروق‬Al Faruuq)
2. ‘Dhomir ( )‫الضمير‬atau Kata ganti. Seperti ‫هو‬
(dia – laki laki) | ( ‫هي‬dia – perempuan) ini
sudah termasuk ‘tertentu’
3. Isim Isyaaroh ( )‫اسم اإلشارة‬atau kata tunjuk.
Misal: ( ‫ َه َذا‬ini) | ( ‫ذلك‬itu)
4. Isim Maushuul ( )‫اإلسم الموصول‬atau kata
hubung. Misal: ( ‫الذي‬yang)
5. Ma’rifat dengan Alif-lam ( ) ‫المعرف بـــ – ال‬
َّ Atau
isim isim yang menjadi ma’rifat dengan sebab
alif-lam.
Misal:
‫َب إلَى ال َم ْع َهد‬ ُ ‫أ َ ْذه‬
– Aku pergi ke ma’had
– Ma’had disini ma’rifat karena sudah tertentu. Sudah jelas ma’had
yang mana walaupun tidak disebut Mahad apa.
6. Mudhof kepada salah satu isim ma’rifat yang telah disebutkan di
atas (. )‫المضاف لواحد من المذكورات‬
Misal: >— ‫ َد ْفت َ ُر َك‬dari isim nakiroh ‫ َد ْفت َ ٌر‬dan isim ma’rifat berupa
dhomir ‫ك‬Jadilah َ dia ma’rifat karena bersandar kepada salam
satu isim ma’rifat yang telah disebutkan diatas. Misalnya lagi
‫ َد ْفت َ ُرعلي‬dan ‫َد ْفت َ ُرهذا‬
7. Munaada al-Maqsuud ( )‫المنادى المقصود‬atau Panggilan Yang Sudah
tertentu.
–> Misal: ( !ُ‫يَا أستاذ‬Yaa Ustadz!) Maksudnya sudah tertentu adalah,
orang yang dimaqsud itu sudah ada.
Inilah isim isim ma’rifat yang tertentu. Isim isim ini memiliki
tingkat ke-ma’rifat-an. Berdasarkan urutannya, isim paling
ma’rifat adalah dhomir dan selanjutnya. Namun ada ulama
nahwu yang berpendapat bahwa Isim yang paling ma’rifat adalah
Allah karena seluruh makhluq pada fitrahnya mengenali siapa
penciptanya.
 1. Isim nakiroh di surat Alam Nasyroh.
Perhatikan ayat berikut ini:
 – ً ‫فَإِ َّن َم َع ْالعُ ْس ِر يُ ْسرا‬Qs 94: 5
 – ً ‫ ِإ َّن َم َع ْالعُ ْس ِر يُ ْسرا‬Qs 94: 6
 Al ‘Usr (“ )‫العسر‬kesulitan” adalah isim ma’rifat
dan yusron (“ )‫يسرا‬ ً kemudahan” adalah isim
nakiroh.
 Kata “al ‘usr (kesulitan)” yang diulang dalam surat
Alam Nasyroh hanyalah satu. Al ‘usr dalam ayat
pertama sebenarnya sama dengan al ‘usr dalam
ayat berikutnya karena keduanya menggunakan
isim ma’rifah (seperti kata yang diawali alif lam).
Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Jika
isim ma’rifah diulang, maka kata yang kedua
sama dengan kata yang pertama, terserah
apakah isim ma’rifah tersebut menggunakan alif
lam jinsi ataukah alif lam ‘ahdiyah.” Intinya, al
‘usr (kesulitan) pada ayat pertama sama dengan
al ‘usr (kesulitan) pada ayat kedua.
 Sedangkan kata “yusro (kemudahan)” dalam surat
Alam Nasyroh itu ada dua. Yusro (kemudahan)
pertama berbeda dengan yusro (kemudahan)
kedua karena keduanya menggunakan isim
nakiroh (seperti kata yang tidak diawali alif lam).
Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Secara
umum, jika isim nakiroh itu diulang, maka kata
yang kedua berbeda dengan kata yang pertama.”
Dengan demikian, kemudahan itu ada dua karena
berulang. Ini berarti ada satu kesulitan dan ada
dua kemudahan. [2]
2. Kaidah ushul fiqh: Jika Isim Nakiroh Terletak
dalam Konteks Penafian/Peniadaan,
Larangan, Syarat, Pertanyaan Menunjukkan
Keumuman. Misalnya pada ayat berikut:
 – ‫ش ْيئًا‬ َ َّ ‫ َوا ْعبُدُوا‬Qs 4:36
َ ‫َّللا َو َال ت ُ ْش ِر ُكوا ِب ِه‬
 “Sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun” . ( An Nisa’ : 36 ).
 Isim nakiroh di ayat tersebut adalah Syai’an.
Maka maksud dari ayat tersebut adalah
larangan terhadap syirik baik itu syirik dalam
niat–niat, perkataan-perkataan, perbuatan–
perbuatan, baik itu dari syirik akbar, syirik
ashghor/kecil, syirik yang tersembunyi
(terletak di hati), syirik yang jelas. Maka
terlarang bagi seorang hamba menjadikan
tandingan apapun bagi Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan sekutu pada salah satu dari semua
hal-hal yang tersebut di atas. [3]
 Ada banyak lagi contoh contoh faidah isim
nakiroh di AlQur’an. Inilah AlQur’an.
“Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah
lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan
ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa
Arab, untuk kaum yang mengetahui..” Qs
Fushilat 41: 2-3 “Dan jikalau Kami jadikan Al
Quraan itu suatu bacaan dalam bahasa selain
Arab, tentulah mereka mengatakan:
“Mengapa tidak dijelaskan ayat-ayatnya?” Qs
Fushilat 41:44

Anda mungkin juga menyukai