Anda di halaman 1dari 113

NAHWU BAHASA ARAB

SEJARAH ASAL MULA ILMU NAHWU

Seperti halnya bahasa-bahasa yang lain, Bahasa Arab mempunyai


kaidah-kaidah tersendiri di dalam mengungkapkan atau menuliskan
sesuatu hal, baik berupa komunikasi atau informasi. Lalu,
bagaimana sebenarnya awal mula terbentuknya kaidah-kaidah ini,
dan kenapa dikatakan dengan istilah nahwu? simak artikel berikut.

Pada jaman Jahiliyyah, kebiasaan orang-orang Arab ketika mereka


berucap atau berkomunikasi dengan orang lain, mereka
melakukannya dengan tabiat masing-masing, dan lafazh-lafazh
yang muncul, terbentuk dengan peraturan yang telah ditetapkan
mereka, di mana para junior belajar kepada senior, para anak
belajar bahasa dari orang tuanya dan seterusnya. Namun ketika
islam datang dan menyebar ke negeri Persia dan Romawi,
terjadinya pernikahan orang Arab dengan orang non Arab, serta
terjadi perdagangan dan pendidikan, menjadikan Bahasa Arab
bercampur baur dengan bahasa non Arab. Orang yang fasih
bahasanya menjadi jelek dan banyak terjadi salah ucap, sehingga
keindahan Bahasa Arab menjadi hilang.

Dari kondisi inilah mendorong adanya pembuatan kaidah-kaidah


yang disimpulkan dari ucapan orang Arab yang fasih yang bisa
dijadikan rujukan dalam mengharakati bahasa Arab, sehingga
muncullah ilmu pertama yang dibuat untuk menyelamatkan Bahasa
Arab dari kerusakan, yang disebut dengan ilmu Nahwu. Adapun
orang yang pertama kali menyusun kaidah Bahasa Arab adalah Abul
Aswad Ad-Duali dari Bani Kinaanah atas dasar perintah Khalifah Ali
Bin Abi Thalib.

Terdapat suatu kisah yang dinukil dari Abul Aswad Ad-Duali,


bahwasanya ketika ia sedang berjalan-jalan dengan anak
perempuannya pada malam hari, sang anak mendongakkan
wajahnya ke langit dan memikirkan tentang indahnya serta
bagusnya bintang-bintang. Kemudian ia berkata,

‫َما أَحْ َس ُن ال َّس َما ِء‬


“Apakah yang paling indah di langit?”
Dengan mengkasrah hamzah, yang menunjukkan kalimat tanya.
Kemudian sang ayah mengatakan,

ُ‫نُجُوْ ُمهَا يَا بُنَيَّة‬


“Wahai anakku, Bintang-bintangnya”

Namun sang anak menyanggah dengan mengatakan,

َ ُّ‫ت التَّ َعج‬


‫ب‬ ُ ‫اِنَّ َما اَ َر ْد‬
“Sesungguhnya aku ingin mengungkapkan kekaguman”

Maka sang ayah mengatakan, kalau begitu ucapkanlah,

‫َما اَحْ َسنَ ال َّس َما َء‬


“Betapa indahnya langit.”

Bukan,
‫َما اَحْ َس ُن ال َّس َما ِء‬
“Apakah yang paling indah di langit?”

Dengan memfathahkan hamzah…

****

Dikisahkan pula dari Abul Aswad Ad-Duali, ketika ia melewati


seseorang yang sedang membaca al-Qur’an, ia mendengar sang
qari membaca surat At-Taubah ayat 3 dengan ucapan,
ُ‫أَ َّن هللاَ بَ ِرى ٌء ِّمنَ ْال ُم ْش ِر ِكينَ َو َرسُولِه‬
Dengan mengkasrahkan huruf lam pada kata rasuulihi yang
seharusnya di dhommah. Menjadikan artinya “…Sesungguhnya Allah
berlepas diri dari orang-orang musyrik dan rasulnya..” hal ini
menyebabkan arti dari kalimat tersebut menjadi rusak dan
menyesatkan.

Seharusnya kalimat tersebut adalah,

ُ‫أَ َّن هللاَ بَ ِرى ٌء ِّمنَ ْال ُم ْش ِر ِكينَ َو َرسُوْ لُه‬


“Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang-orang
musyrikin.”

Karena mendengar perkataan ini, Abul Aswad Ad-Duali menjadi


ketakutan, ia takut keindahan Bahasa Arab menjadi rusak dan
gagahnya Bahasa Arab ini menjadi hilang, padahal hal tersebut
terjadi di awal mula daulah islam. Kemudian hal ini disadari oleh
khalifah Ali Bin Abi Thalib, sehingga ia memperbaiki keadaan ini
dengan membuat pembagian kata, bab inna dan saudaranya,
bentuk idhofah (penyandaran), kalimat ta’ajjub (kekaguman), kata
tanya dan selainnya, kemudian Ali Bin Abi Thalib berkata kepada
Abul Aswad Adduali,

‫اُ ْن ُح هَ َذا النَّحْ َو‬


“Ikutilah jalan ini”

Dari kalimat inilah, ilmu kaidah Bahasa Arab disebut dengan ilmu
nahwu. (Arti nahwu secara bahasa adalah arah )

Kemudian Abul Aswad Ad-Duali melaksanakan tugasnya dan


menambahi kaidah tersebut dengan bab-bab lainnya sampai
terkumpul bab-bab yang mencukupi.

Kemudian, dari Abul Aswad Ad-Duali inilah muncul ulama-ulama


Bahasa Arab lainnya, seperti Abu Amru bin ‘alaai, kemudian al
Kholil al Farahidi al Bashri ( peletak ilmu arudh dan penulis mu’jam
pertama) , sampai ke Sibawai dan Kisai (pakar ilmu nahwu, dan
menjadi rujukan dalam kaidah Bahasa Arab).

Seiring dengan berjalannya waktu, kaidah Bahasa Arab berpecah


belah menjadi dua mazhab, yakni mazhab Basrah dan Kuufi
(padahal kedua-duanya bukan termasuk daerah Jazirah Arab).
Kedua mazhab ini tidak henti-hentinya tersebar sampai akhirnya
mereka membaguskan pembukuan ilmu nahwu sampai kepada kita
sekarang.

Demikianlah sejarah awal terbentuknya ilmu nahwu, di mana kata


nahwu ternyata berasal dari ucapan Khalifah Ali bin Abi Thalib,
sepupu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Referensi:
Al-Qowaaidul Asaasiyyah Lil Lughotil Arobiyyah

***************
BAHASA ARAB 1 : PENGENALAN ILMU NAHWU DAN SHOROF

Di dalam bahasa arab, ada istilah yang disebut dengan nahwu dan
shorof.

Yang dimaksud dengan ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari


kaedah-kaedah mengenai perubahan keadaan suatu kata, dimana
biasanya perubahan ini bisa berupa harokat akhir suatu kata atau
bentuk akhir dari suatu kata.

Contoh Perubahan harokat akhir suatu kata :

)Seorang laki-laki datang( ‫َجا َء َر ُج ٌل‬


)Aku melihat seorang laki-laki( ُ ‫َرأَي‬
ً‫ْت َر ُجال‬

)Aku bertemu dengan seorang laki-laki( ُ ْ‫َم َرر‬


ٍ‫ت بِ َرجُل‬

Dari contoh di atas, terlihat perubahan harokat akhir huruf ‫ ل‬dimana


perubahan ini tergantung dari susunan atau keadaan kata pada
kalimat.

Contoh perubahan bentuk akhir suatu kata:

‫َجا َء ْال ُم ْسلِ ُم ْو َن‬ Para kaum muslimin datang

‫ْت ْال ُم ْسلِ ِمي َْن‬


ُ ‫َرأَي‬ Aku melihat para kaum muslimin

ُ ْ‫ بِ ْال َكافِ َري ِْن َم َرر‬Aku berpapasan dengan 2 orang kafir


‫ت‬

Dari contoh di atas, terjadi perubahan bentuk ‫ْال ُم ْسلِ ُم ْو َن‬ menjadi
‫ْال ُم ْسلِ ِمي َْن‬
, yang disebabkan susunan atau letak dari kata tersebut di
dalam kalimat. Sehingga ilmu yang mempelajari perubahan harokat
akhir suatu kata atau bentuk akhir kata inilah yang disebut dengan
ilmu nahwu.

Adapun yang dimaksud dengan ilmu shorof adalah ilmu yang


mempelajari kaedah-kaedah perubahan kata, dimana dengan
berubahnya kata menjadikan perubahan pada artinya.
Contoh :
َ َ‫ن‬
‫ص َر‬ Telah menolong (kata kerja)

ُ ‫يَ ْن‬
‫ص ُر‬ Sedang menolong (kata kerja)

ِ َ‫ن‬
‫اص ٌر‬ Orang yang menolong (Subjek)

‫َم ْنص ُْو ٌر‬ Orang yang ditolong (Objek)

Dari contoh di atas, terlihat perbedaan dari ilmu nahwu dan ilmu
shorof, jika kita ringkas maka ilmu nahwu adalah ilmu mengenai
suatu kata ketika telah masuk kalimat bisa berupa keadaan kata
sebagai subjek, objek dll, adapun ilmu shorof adalah ilmu mengenai
suatu kata sebelum masuk kalimat yang meliputi perubahan bentuk
katanya.

Dalam group ini, kita akan mencoba menerangkan tentang kedua


ilmu tersebut secara berkesinambungan dan juga dengan
pembahasan yang mudah dipahami. Semoga dengan adanya group
ini, kecintaan kita kepada islam terkhusus kepada al-qur’an menjadi
lebih bertambah serta menjadi motivasi untuk lebih memperdalam
agama islam.

Referensi tambahan bisa melihat pada situs :-


http://badar.muslim.or.id/dasar/bahasa-arab-dasar-1-nahwu-
shorof.html

**************
BAHASA ARAB 2 : PENGENALAN ISIM DAN TANDA-
TANDANYA

Kata di dalam bahasa arab terbagi menjadi 3 :


- Isim - Fi’il - Huruf

Pada pelajaran kedua ini, kita hanya membahas isim terlebih


dahulu.

Pengertian isim : Isim adalah kata yang bermakna namun tidak


terikat dengan waktu.

Contoh :
‫ ِدي ٌْن‬ : agama          ٌ ‫ بَي‬  : rumah
‫ْت‬      ‫َدي ٌْن‬ : hutang
‫قَلَ ٌم‬  : pena            ٌ‫ بَاب‬  : pintu         ٌ‫ش َج َرة‬
َ   : pohon

Dengan melihat contoh di atas, dapat kita katakan bahwa isim


merupakan kata benda menurut bahasa Indonesia.

Di dalam bahasa arab, kita dapat mengetahui suatu kata disebut


sebagai isim dengan mengetahui ciri-cirinya.

Diantara ciri-ciri isim adalah

1. Berharokat kasroh atau kasrohtain : Jika suatu kata mempunyai


akhiran kasroh, maka bisa dikatakan ia adalah isim.

Contoh :

ْ ِ ِ‫ًّا َوب‬FE‫ْت بِاهللِ َرًب‬


‫اإل ْسالَ ِم ِد ْينًا‬ ُ ‫ضي‬
ِ ‫َر‬
Kata yang di garis bawah (ِ‫ هلل‬dan ‫سالَ ِم‬ ْ ِ ) di atas termasuk isim,
ْ ‫إل‬
dikarenakan akhiran katanya berupa harokat kasroh.

2. Tanwin : Jika suatu kata berakhiran tanwin, maka ia adalah isim.

Contoh :

ً‫ب هللاُ َمثَالً َكلِ َمةً طَيِِّبَة‬


َ ‫ض َر‬
َ
Kata bergarisbawah (ً‫طيِِّبَة‬
َ ً‫ ) َمثَالً َكلِ َمة‬di atas merupakan isim,
terlihat dari adanya tanwin pada akhirannya.

3. Terdapat ‫ال‬ pada awal kata


Contoh :
‫ك القُ ُّد ْوسُ ال َّسالَ ُم‬
ُ ِ‫ال َمل‬
Kata yang bergaris bawah (keseluruhan kata) di atas merupakan
isim, karena bergandengan dengan ‫ال‬.
Perlu diketahui, jika suatu isim bergandengan dengan ‫ال‬, maka isim
tersebut tidak boleh di tanwin, begitu pula sebaliknya, sehingga
isim tidak boleh kemasukan tanda ‫ ال‬dan tanwin pada satu kata,
namun isim harus mempunyai salah satu dari kedua tanda di atas,
baik itu ‫ ال‬saja atau tanwin saja.

4. Terletak setelah huruf jer

Diantara huruf-huruf jer adalah :


(‫ َكا – لِـ‬- ‫ ِم ْن – إِلَى – َع ْن – َعلَى – فِي – رُبَّ – بِـ‬.. )
‫من‬        (min) Dari
‫ إلى‬       (ila) Ke
‫عن‬       ('an) Dari
‫على‬      ('ala) Di atas
‫ في‬       (fi) Di dalam
‫ رب‬      (rubba) Betapa banyak, acapkali
‫ ب‬        (bi) Dengan
‫ك‬         (ka) Seperti
‫ ل‬        (li) Milik, Kepunyaan
Contoh :

ِ ‫ت ِم ْن بُي ُْو‬
ِ‫ت هللا‬ ٍ ‫فِي بَ ْي‬
Dari contoh di atas, kata ‫ت‬ٍ ‫ بَ ْي‬dan ‫ت‬
ِ ‫بُي ُْو‬ , termasuk isim karena
terletak setelah huruf jer.

5. Idhofah (penyandaran)=Mudhof mudhof 'ilaih : Jika terdapat dua


kata yang bergandengan, dengan kata yang kedua mempunyai
akhiran kasroh, maka kedua kata tersebut kemungkinan besar
adalah isim.

Contoh :

‫ ِكتَابُ ُم َح َّم ٍد‬Kitabnya muhammad


‫ ِدي ُْن ا ِإل ْسالَ ِم‬Agama Islam
kata pertama sebagai mudhof (yg disandarkan) dan kata kedua
sebagai mudhof ilaih (yang menyandarkan)

Kata yang kedua di atas adalah isim, karena idhofah, dan terlihat
pada kata kedua mempunyai akhiran kasroh.

Dari kelima ciri-ciri di atas, diharapkan para pembaca dapat


mengetahui suatu isim di dalam al-qur’an atau hadist, karena ketiga
jenis kata ini, yakni isim, fi’il dan huruf merupakan hal dasar yang
harus dikuasai bagi pembaca, karena kesulitan di dalam
membedakan ketiga jenis ini, maka mempelajari bahasa arab
menjadi suatu hal yang sangat-sangat sulit.

Soal :Tentukan isim-isim dari ayat berikut beserta tanda-tandanya!!

َ‫يل لَهُ ْم َءا ِمنُوا َك َما َءا َم َن النَّاسُ قَالُوا أَنُ ْؤ ِم ُن َك َما َءا َم َن ال ُّسفَهَا ُء أَال‬ َ ِ‫ َوإِ َذا ق‬.١
‫ون‬َ ‫إِنَّهُ ْم هُ ُم ال ُّسفَهَا ُء َولَ ِكن الَيَ ْعلَ ُم‬

َ َ‫ون ْال ِكت‬


‫ـاب‬ َ ُ‫اس بِ ْالبِرِّ َوتَن َس ْو َن أَنفُ َس ُك ْم َوأَنتُ ْم تَ ْتل‬ َ ‫ أَتَأْ ُمر‬.٢
َ َّ‫ُون الن‬

‫ َوا ْعبُ ُدوا هللاَ َوالَتُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيئًا‬.٣

َ ‫ َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُك ِّل أَ َّم ٍة َّرسُوالً أَ ِن ا ْعبُ ُدوا هللاَ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغ‬.٤
‫وت‬

ْ ‫وك فِي َما َش َج َر بَ ْينَهُ ْم ثُ َّم الَ يَ ِج ُد‬


‫وا فِي‬ َ ‫ون َحتَّى ي َُح ِّك ُم‬َ ُ‫ك الَي ُْؤ ِمن‬
َ ِّ‫ فَالَ َو َرب‬.٥
‫ْت َويُ َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬
َ ‫ضي‬َ َ‫أَنفُ ِس ِه ْم َح َرجًا ِّم َّما ق‬

Referensi tambahan bisa dilihat pada site


http://badar.muslim.or.id/dasar/bahasa-arab-dasar-4-beda-isim-
fiil.html

**********

BAHASA ARAB 3 : FI’IL DAN CIRI-CIRINYA


Pembahasan mengenai Fi’il dan ciri-cirinya
Fi’il adalah kata yang menunjukkan makna, namun berkaitan
dengan waktu.

Contoh :
‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ : memukul           َ َ‫َذه‬
‫ب‬ : pergi                  ‫أَرْ َس َل‬ : mengutus

َ َ‫ َخل‬ 
‫ق‬ : mencipta           ‫قَتَ َل‬  : membunuh          َ ‫َش ِر‬
‫ب‬ : minum

Dari contoh di atas, Fi’il merupakan kata yang menunjukkan suatu


perkerjaan, di dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan kata
kerja.

Untuk mengetahui suatu kata adalah Fi’il, dapat diketahui dengan


ciri-ciri yang ada pada Fi’il.

Diantaranya :
1. Terletak setelah huruf ‫قَ ْد‬ (sungguh)

Contoh :

‫قَ ْد تَبَي ََّن الرُّ ْش ُد ِم َن ال َغ ِّي‬


Artinya : Sungguh telah jelas antara jalan yang benar dan sesat (al-
baqoroh : 256)

Kata ‫تَبَي ََّن‬ merupakan Fi’il karena terletak setelah huruf ‫قَ ْد‬

2. Terletak setelah huruf ‫ َسـ‬ ) ‫اَل ِّ ِسي ُْن‬.) (akan)


Contoh :

‫ق هَ ِذ ِه اأْل ُ َّمة‬
ُ ‫َستَ ْفتَ ِر‬ (umat ini akan terpecah.)

3. Terletak setelah huruf ‫ف‬


َ ‫َس ْو‬ (kelak)

Contoh :

َ ‫َكالَّ َس ْو‬
‫ف تَ ْعلَ ُم ْو َن‬
Artinya : sekali-kali tidak, mereka kelak akan mengetahuinya.
(Attakatsur : 3)
4. Bersambung dengan ُ ‫كنَة‬
ِ ‫ِال َسا‬ E‫( تَا ُءالتَأْنِ ْيث‬huruf ‫ت‬ sukun yang
menunjukkan perempuan)

Contoh :

ُ‫ت َعائِ َشة‬


ْ َ‫( قَال‬Aisyah berkata)

5. Jika suatu kata diawali oleh huruf ‫ ا ن ي ت‬maka kemungkinan


besar kata tersebut adalah Fi’il

Contoh :

ٍ َ‫يُرْ َس ُل َعلَ ْي ُك َما ُش َواظٌ ِم ْن ن‬


‫ار‬
)diutus kepada keduanya panas dari neraka(

 ‫فِ ْيهَا‬ ‫تَ ْع ُر ُج ْال َماَل ئِ َكةُ َو الرُّ ْو ُح‬

ِ َ‫لي ْال َم ْكت‬


‫ب‬ َ ‫أَ ْكتُبُ َع‬
)aku menulis di atas meja(

‫نَضْ ِربُ َك ْلبًا‬


)kami memukul anjing(

Untuk memperlancar mengetahui Fi’il dari suatu kata, bisa mencoba


.latihan berikut

Manakah yang termasuk fi’il dari ayat berikut, beserta tanda-


tandanya!! (jika huruf tidak jelas, bisa dicopy terlebih dahulu
kedalam word)

َ‫َءا ِمنُوا َك َما َءا َم َن النَّاسُ قَالُوا أَنُ ْؤ ِم ُن َك َما َءا َم َن ال ُّسفَهَا ُء أَال‬ ‫يل لَهُ ْم‬َ ِ‫ َوإِ َذا ق‬.١
‫ون‬َ ‫َولَ ِكن الَيَ ْعلَ ُم‬ ‫إِنَّهُ ْم هُ ُم ال ُّسفَهَا ُء‬

َ َ‫ون ْال ِكت‬


‫ـاب‬ َ ُ‫اس بِ ْالبِرِّ َوتَن َس ْو َن أَنفُ َس ُك ْم َوأَنتُ ْم تَ ْتل‬ َ ‫ أَتَأْ ُمر‬.٢
َ َّ‫ُون الن‬

‫ َوا ْعبُ ُدوا هللاَ َوالَتُ ْش ِر ُكوا بِ ِه َش ْيئًا‬.٣

َ ‫ َولَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُك ِّل أَ َّم ٍة َّرسُوالً أَ ِن ا ْعبُ ُدوا هللاَ َواجْ تَنِبُوا الطَّا ُغ‬.٤
‫وت‬
ْ ‫وك فِي َما َش َج َر بَ ْينَهُ ْم ثُ َّم الَ يَ ِج ُد‬
‫وا فِي‬ َ ‫ون َحتَّى ي َُح ِّك ُم‬َ ُ‫ك الَي ُْؤ ِمن‬
َ ِّ‫ فَالَ َو َرب‬.٥
‫ْت َويُ َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‬
َ ‫ضي‬َ َ‫أَنفُ ِس ِه ْم َح َرجًا ِّم َّما ق‬

Referensi tambahan dapat melihat site


http://badar.muslim.or.id/dasar/bahasa-arab-dasar-5-ciri-ciri-
fiil.html

***********

BAHASA ARAB 4 : HURUF DAN ISIM DHOMIR


Al-harfu (huruf) adalah kata yang mempunyai makna jika
bergandengan dengan kata yang lainnya.

Contoh :
ْ ‫( ِم‬dari) tidak akan bermakna atau tidak mempunyai arti jika
Kata ‫ن‬
bersendirian, dari mana?? Maksud dari kata tidak jelas, akan tetapi
jika ditambah kata lain seperti ِ ‫( ِم َن البَ ْي‬dari rumah), kata menjadi
‫ت‬
bermakna .

Begitu juga kata ‫( فِي‬di dalam), tidak akan bermakna jika tidak
ditambah dengan kata yang lainnya. Hal ini berbeda dengan isim
dan fi’il yang maknanya bisa kita pahami walaupun tanpa tambahan
kata yang lain. Sehingga, ketika menemukan suatu kata yang
maknanya tidak bisa dipahami, maka ketahuilah kata itu
merupakan huruf.

Bentuk dan jenis huruf bermacam-macam, ada yang disebut


dengan huruf mabani dan ada yang disebut dengan huruf ma’ani.

1. Huruf mabani (‫َمبَانِي‬ ُ ْ‫) َحر‬


‫ف‬
Adalah huruf-huruf hijaiyah selain huruf ‫ ا و ي‬, karena ketiga
ِ َّ‫العل‬
huruf tersebut dikatakan sebagai huruf ilat ( ‫ة‬ ِ ‫ف‬ ُ ْ‫ ) َحر‬atau huruf
penyakit.

2. Huruf ma’ani (‫َم َعانِي‬ ُ ْ‫) َحر‬


‫ف‬
Adalah huruf-huruf yang mempunyai arti
Contoh :
‫ اَ ْو‬    atau
‫ َو‬     dan
‫ ثُ ََّم‬     kemudian
‫ اِ َذا‬    ketika
‫ ِل‬     milik
Jenis-jenis huruf ma’ani bermacam-macam diantaranya :
a. Huruf jar (‫ار‬
ٍ ‫َج‬ ‫ )حرف‬yang telah kita bahas pada pelajaran
kedua.
b. Huruf qosam (‫قسم‬ ‫ )حرف‬atau disebut juga huruf sumpah. Huruf
qosam ada tiga, yakni ‫و ت ب‬

Contoh :

ِ‫ َوهللاِ – بِاهللِ – تَاهلل‬         (demi Allah)


Namun, dari ketiga huruf sumpah di atas, huruf ‫ ت‬hanya boleh
digunakan untuk sumpah atas nama Allah ta’ala, adapun huruf yang
lainnya boleh digunakan untuk selain nama Allah ta’ala.

c. Huruf athof     (‫العطف‬ ‫)حرف‬


Adalah huruf yang digunakan untuk menggabungkan dua kata.

Contoh :

‫و‬ ‫ َجا َء ُم َُّح َم ٌد َو َح َس َن‬     (Muhammad dan Hasan datang)


(dan) misal

‫( او‬atau) misal ‫ب َح َس ٌن ك ْلَبًا اَ ْو قِطًا‬ َ ‫ض َر‬


َ     (Hasan memukul anjing
atau kucing)

‫ثم‬ َ ‫ِش ْئ‬


(kemudian) misal ‫ت‬ ‫ َما َشا َء هللاُ ثُ َّم‬   (atas kehendak Allah
kemudian kehendakmu)

Dari penjelasan di atas, kita tahu bahwa ada huruf yang


mempunyai fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan letak dan
kedudukan dalam kalimat, seperti huruf ‫ و‬, disisi lain ia bisa
sebagai huruf athof dan disisi lain dia bisa menjadi huruf qosam.
Untuk mengetahuinya dapat dilihat dari arti atau kontek kalimat
yang digunakan.

Masih banyak lagi jenis huruf yang akan disebutkan pada pelajaran
berikutnya.

Isim dhomir (‫اسم‬ ‫ضمير‬ )

Merupakan isim yang digunakan sebagai kata ganti, diantaranya:


Namun, jika isim dhomir bergandengan dengan isim yang lain,
maka bentuknya seperti dibawah ini :

: Contoh
Tuhanmu ‫َرب َُّك‬
Kitabku ‫ِكتاَبِي‬
Kitab Kami ‫ِكتَابِنَا‬
Dari hal ini, ketika berdoa dihadapan orang banyak, seperti doa di
‫ ي‬bukan ‫ نا‬akhir khutbah jum’at, hendaknya menggunakan kata
dalam berdoa, sebagaimana yang banyak dilakukan oleh para
khotib, seperti membaca doa
َ ِ‫ِّت قَ ْلبِي َعلَي ِد ْين‬
‫ك‬ ْ ‫ب ْالقُلُ ْوب ثَب‬
َ ِّ‫يَا ُمقَل‬
wahai dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku pada (
)agamamu

Padahal seharusnya, ketika dibaca dihadapan orang banyak, harus


dibaca dengan kalimat

‫ك‬ ْ ‫ب ْالقُلُ ْوب ثَب‬


َ ِ‫ِّت قُلُ ْوبَنَا َعلَي ِد ْين‬ َ ِّ‫يَا ُمقَل‬
wahai dzat yang membolak-balikkan hati, tetapkan hati kami pada (
)agamamu

Soal latihan

: Tentukan isim, fi’il dan huruf dari hadist berikut

‫ت لَهُ َما‬ ُ ‫ قُ ْل‬.‫ ْي ِن‬E‫لَّيَا َجالِ َس‬E‫ص‬ َ ‫ ثُ َّم َد َخاَل َو‬.‫ ِج ِد‬E‫ا َم ْال َم ْس‬EE‫ان أَ َم‬E ِ E‫ْت َر ُجلَي ِْن يَقُ ْو َم‬ ُ ‫َرأَي‬
‫ ُن‬E ‫و ُك ْم أَيُّ ُك ْم أَحْ َس‬E
َ Eُ‫اةَ لِيَ ْبل‬EEَ‫ت َو ْال َحي‬
َ ‫و‬Eْ E‫ق ْال َم‬ َ E َ‫ ُد هَّلِل ِ الَّ ِذيْ َخل‬E‫ اَ ْل َح ْم‬:‫اَل ِة‬E ‫الص‬
َّ ‫ َد‬E‫بَ ْع‬
ُ‫لَّى هللا‬E‫ص‬ َ ِ‫ ْو ُل هللا‬E‫ان َر ُس‬E َ E‫ َك‬.‫ا ُك ْم‬EEَ‫ َد هللاِ أَ ْتق‬E‫إِ ّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن‬:‫ال تَ َعالَى‬ َ َ‫ َوق‬. ‫َع َماًل‬
ِ ‫ت لِ َي اأْل َرْ ضُ طَه ُْورًا َو َمس‬
‫ْجدًا‬ ْ َ‫ ُج ِعل‬:ُ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُ ْول‬

Referensi tambahan mengenai huruf

http://badar.muslim.or.id/dasar/bahasa-arab-dasar-2-alharfu.html

referensi tambahan mengenai dhomir

http://badar.muslim.or.id/dasar/bahasa-arab-dasar-17-dhomir-
kata-ganti-orang.html

***********
BAHASA ARAB 5 : PEMBAHASAN MENGENAI JUMLAH

Jumlah dalam bahasa arab berarti "kalimat" di dalam bahasa Indonesia,


yakni kalimat yang mempunyai faidah sempurna.

Contoh :

ُ ‫ آ َم ْن‬                     
ِ‫ت ِباهلل‬
(aamantu billah) = Aku beriman kepada Allah

       ‫أَ ْعطَي ُم َح َّمداً لَبَننًا‬


(a’tho muhammadan labanan)  = Aku memberi Muhammad susu

Sehingga dari kalimat di atas, yang mempunyai predikat dan objek


disebut juga dengan jumlah mufidah ( ‫)جملة مفيدة‬atau kalimat sempurna.
Jumlah mufidah atau kalimat sempurna di dalam bahasa arab terbagi
menjadi dua, yaitu jumlah ismiyyah dan jumlah fi’liyyah

1.    Jumlah ismiyyah adalah jumlah yang awal katanya berupa isim.

Contoh :

‫ ُم َح َّم ٌد نَبِ ٌٌّي‬    (muhammadun nabiyyun) = Muhammad adalah seorang


nabi

ٌ‫اَألُ ْستَا ُُذ َم ِريْض‬     (al-ustaadzu mariidhun) = ustadz itu sakit

2.    Jumlah fi’liyyah adalah jumlah yang awal katanya adalah fi’il

Contoh :

‫ َجا َء ُم َح َّم ٌد‬                (jaa a muhammadun) = Muhammad telah datang


‫ َر َج َع األُ ْستَا ُُذ‬           (roja’al ustaadzu) = ustadz telah kembali
Ada jumlah yang sempurna, mengindikasikan adanya jumlah yang tidak
sempurna , yang biasa disebut dengan sibhul jumlah ( ‫)شبه الجملة‬.
Sibhul jumlah merupakan susunan kata yang menyerupai jumlah atau
bisa disebut juga kalimat tak sempurna. Sibhul jumlah terdiri dari dua
macam, yaitu jer wa majrur dan dzorof wa mudhof ilaih

1.    ‫ َجا ٌر َو َمجْ ر ُْو ٌر‬        (jaarun wa majruurun)


Adalah susunan kata yang terdiri dari huruf jer dan isim

Contoh :

‫ َعلَى ال َّس َما ِء‬          (‘alassamaai) = di atas langit

ِ‫ ِم َن هللا‬                 (minallahi) = dari Allah


 

  ‫ق‬
ِ ‫فِي الس ُّْو‬            (fissuuqi) = di dalam pasar
2.    ‫اف إِلَ ْي ِه‬
ٌ ‫ض‬ َ
ٌ ْ‫ظر‬
َ ‫ف َو ُم‬ (dzorof wa mudhoofun ilaihi)

Adalah susunan kata yang terdiri dari kata keterangan berupa waktu atau
tempat dan isim

Contoh :

‫ أ َما َم ال َم ْن ِز ِل‬          (amaamal manzili) = di depan rumah


َ ‫ فَ ْو‬            (fauqol baiti) = di atas rumah
ِ ‫ق البَ ْي‬
‫ت‬
‫ َو َرا َء ال َم ْس ِج ِد‬       (warooal masjidi) = di belakang masjid
Pemahaman terhadap jumlah, memberi bekal kepada kita di dalam
mengetahui makna suatu ayat atau hadist.  Karena perlu diketahui,
perubahan kata, harokat, letak dan posisi kata dalam jumlah sangat
mempengaruhi dalam pengartian dan pemaknaan suatu ayat. Salah
dalam penempatan kata, salah pula maksud yang diinginkannya.

Sebagai contoh adalah apa yang ada di dalam al-qur’an surat al-a’rof :
180

‫ َوهللِ ْاألَ ْس َمآ ُء ْال ُح ْسنَى‬            (walillahil asmaa’ul husna)


Jika kita artikan secara per kata, maka artinya adalah “dan kepunyaan
Allah nama-nama yang indah”.
Akan tetapi, jika kita memahami ayat di atas dengan kaidah-kaidah
bahasa arab yang benar, kita dapat mengetahui bahwa ada yang kurang
di dalam pengartian tersebut, dimana pengartian yang benar adalah “dan
hanya kepunyaan Allah lah nama-nama yang indah”.
Perbedaannya ada pada kata “hanya”. Namun ini sangat fatal, jika
dikatakan sesuai dengan pengartian yang pertama, bisa mengindikasikan
adanya makhluk lain yang nama-namanya indah seperti nama Allah
ta’ala, yang berarti mensejajarkan Allah dengan makhluknya di dalam
nama yang indah.
Padahal maksud ayat ini tidak demikian, dimana hanya Allah lah yang
mempunyai nama-nama yang indah, dan tidak ada yang menandingi
bahkan sejajar dengan Allah walaupun dalam hal nama.
Sehingga dari hal ini, kita bisa mengambil pelajaran, jangan sekali-kali
menggunakan nama yang khusus untuk Allah sebagai nama untuk anak-
anak kita bahkan untuk hewan-hewan peliharaan kita, karena hal tersebut
bisa termasuk penghinaan terhadap Allah ta’ala.
............

Contoh yang lain adalah kisah yang diutarakan oleh bapak ilmu nahwu
pertama, Abul Aswad Adduali, dimana ketika ia sedang berjalan-jalan
dengan anaknya di malam hari, sang anak terlihat menghadapkan
wajahnya kelangit seraya berkata :

‫ َما اَحْ َس ُن ال َّس َما ِء‬   (maa ahsanus samaa’I ??) = apa yang bagus
dilangit ??

Maka sang ayah pun menjawab:

‫نجومها‬                       (nujuumuha) = bintang-bintangnya


Mendengar jawaban itu, sang anak menyanggah dengan mengatakan
“aku tidak bermaksud bertanya, melainkan menunjukkan kekaguman”.

Lalu sang ayah berkata “klo begitu ucapkanlah

‫ َما اَحْ َس َن ال َّس َما َء‬    (maa ahsanas samaa’i) = betapa indahnya langit-
langit

Dari kedua contoh ini, sangat jelaslah manfaat kita mengetahui berbagai
kaidah di dalam bahasa arab salah satunya dalam pembahasan jumlah.
Adapun untuk pembahasan mengenai alasan pengartian dan pembacaan
dari kedua contoh di atas, insyaAllah pada pembelajaran selanjutnya.

Soal latihan, tentukan jenis jumlah mufidah dari kalimat berikut

1.    ِ ‫ار إِاَّل ِملَّةً َو‬


ً‫اح َدة‬ ِ َّ‫ ُكلُّهُ ْم فِ ْي الن‬.
        (kullukum finnaari illa millatan waa hidatan)

       "semuanya masuk neraka kecuali satu golongan (yakni, alhussunnah


wal jama'ah)"

2.    ‫ق‬ َ ‫طائِفَةٌ ِم ْن أُ َّمتِ ْي‬


ِّ ‫ظا ِه ِري َْن َعلَى ْال َح‬ . َ ‫اَل تَ َزا ُل‬
        (laa tazaalu thooifatun min ummati dzoohiriina 'alal haqqi)

        "akan senantiasa ada dari umatku yang selalu menampakkan


kebenaran"
3.   ‫تَ ْع ُر ُج ْال َماَل ئِ َكةُ َو الرُّ ْو ُح فِ ْيهَا‬
.
         (ta'rujul malaaikatu warruuhu fiihaa)

         "malaikat dan ruh naik kepadanya"

4.    ٍ َ‫يُرْ َس ُل َعلَ ْي ُك َما ُش َواظٌ ِم ْن ن‬


‫ار‬ .
         (yursalu alaikuma syuwaadzun minnaari)

        "keduanya ditimpa panas dari neraka"

5.    ُ ‫صاَل ِة َوال َّز َكو ِة َما ُد ْم‬


‫ـت‬ َ ‫ًّا َوأَ ْو‬EF‫َحًي‬
َّ ‫صانِ ْي بِال‬
         (wa awshhoonio bissholaati wazzakaati maa dumtu hayyan)

‫اَل يَ ْزنِ ْي ال َّزانِ ْي ِحي َْن يَ ْزنِ ْي َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن‬


6.    .
         (laa yaznizzaani hiina yazni wa huwa muminum)

‫ار ِم َن ْال ُم ْؤ ِمنِي َْن‬


7.    ِ َ‫اَل َّساَل ُم َعلَ ْي ُك ْم أَ ْه َل ال ِّدي‬
.
         (assalamu'alaikum ahladdiyaar minal muminiina)

‫هَ َذا ْاليَ ْو ُم يَ ْو ُم اأْل َ َح ِد‬


8.     
         (haadzal yaumu yaumul ahadi)

Referensi tambahan :
http://badar.muslim.or.id/dasar/bahasa-arab-dasar-8-jumlah-
mufidah.html
http://badar.muslim.or.id/dasar/bahasa-arab-dasar-9-syibhul-
jumlah.html
http://badar.muslim.or.id/artikel/sejarah-asal-mula-ilmu-
nahwu.html

**************
BAHASA ARAB 6 : ISIM MUDZAKKAR DAN ISIM MUANNATS

Pembahasan mengenai isim mudzakkar ( ‫ ) ُم َذ َّكر‬dan muannats ‫ُم َؤنَّث‬


1.    Isim mudzakkar adalah isim yang menunjukkan laki-laki.

        Isim mudzakkar terbagi dua

        -    Mudzakkar haqiqi ( ‫ )مذكر حقيقي‬yakni mudzakkar yang


menunjukkan manusia dan hewan.
      
                Contoh :

                ٌ‫ أَب‬    (abun) = bapak

                ‫أَ َس ٌد‬   (asadun) = singa

       -    Mudzakkar majazi ( ‫ )مذكر مجازي‬yakni mudzakkar yang tidak


menunjukkan manusia dan hewan.

                Contoh :

                ٌ ‫ بَي‬   
‫ْت‬ (baitun) = rumah

                ‫ إِنَا ٌء‬    (inaaun) = bejana

2.    Isim muannats adalah isim yang menunjukkan perempuan.


       
        Isim muannats juga terbagi dua :
        -    Muannats haqiqi
               
                 Contoh :
      

                 ‫ أُ ٌم‬     (ummun) = ibu


                 ٌ َ‫ أَت‬  
‫ان‬ (ataanun) = keledai
   
       -    Muannats majazi

                Contoh :
          

                ٌ‫ َش ْمس‬    (syamsun) = matahari


 

                ‫ َس َما ٌء‬      (samaaun) = langit


Untuk memudahkan di dalam membedakan antara mudzakkar dan
muannast, berikut disertakan macam-macam muannats.

a.    Nama dan panggilan perempuan.

       Contoh :

       ُ‫خ ِد ْي َجة‬    


َ ( khodiijatun) = khodijah

       ُ‫ َز ْينَب‬         (zainabu) = zainab


b.    Nama Negara dan kota.

        contoh :

        ‫ ِمصْ َر‬        (misro) = mesir

        ‫ج ُْو َجا َكرْ تَا‬     (juujaakartaa) = Jogjakarta


c.    Nama anggota tubuh yang berpasangan.

        Contoh :

        ‫ َعي ٌْن‬    (‘ainun) = mata

        ‫ يَ ٌد‬            (yadun) = tangan


d.    Sifat kewanitaan.
        Contoh :

         ٌ ِ ْ‫ ُمر‬  
‫ضع‬ (murdi’un) = perempuan yang menyusui

        ‫ َحا ِم ٌل‬      (haamilun) = hamil

e.    Ada ta marbuthoh (‫ )ة‬di akhir kata, selain nama laki-laki

        Contoh :

        ُ‫ ُم ْسلِ َمة‬      (muslimatun) = muslimah

        َ     
ُ‫صابِ َرة‬ (shoobirotun) = perempuan yang sabar

f.     Jamak taksir


       
        contoh :

        ٌ‫ قُلُُ ْوب‬    (quluubun) = hati

     ‫ ُر ُس ٌل‬    (rusulun) = rosul

Catatan:

1.    Ada banyak sekali isim yang tidak mempunyai tanda muannats
namun termasuk isim muannats.

         Contoh :

         ‫ َجهَنَّ ٌم‬     (jahannamun) = neraka jahannam

         ٌ‫ أَرْ ض‬    (ardhun) = bumi

          ‫ نَا ٌر‬       (naarun) = api

Sehingga ketika tidak ada tanda-tandanya, untuk mengetahui apakah


suatu isim termasuk muannats atau mudzakkar, biasanya merujuk
kepada kamus, banyak menelaah kitab atau sering berinteraksi dengan
orang arab.

2.    Ada isim yang mempunyai tanda muannats namun termasuk


mudzakkar.
    
        Contoh :

         ُ‫اويَة‬
ِ ‫ ُم َع‬  (muaawiyah)

         ‫ َح ْم َزة‬   (hamzah)

         ‫ط ْل َحة‬
َ     (tholhah)

soal latihan :tentukan manakah yg termasuk muannats dan mudzakkar

ِ ‫ نَا‬      
‫ص ٌر‬ (naashirun) = orang yg menolong

‫ َكلِ َمة‬             (kalmatun) = kata

ُ‫ َعائِ ِسة‬       ('aaisyatun) = aisyah

ٌ‫ َم ْخلُ ْوقَة‬      (makhluuqun) = makhluk

‫ اَل َّر ُج ُل‬       (arrojulu) = laki-laki

‫ اَ ْلفَقِ ْي ُر‬        (alfaqiiru) = fakir

Referensi tambahan

http://badar.muslim.or.id/dasar/bahasa-arab-dasar-13-
mudzakkar-muannats.html

http://badar.muslim.or.id/dasar/bahasa-arab-dasar-14-tanda-
tanda-isim-muannats.html
*********

BAHASA ARAB 7 : PERBAHASAN MUFROD, MUTSANNA DAN


JAMAK

A. Isim mufrod

Adalah isim yang menunjukkan sesuatu yang satu atau kata


tunggal

Contoh :

‫ُم ْؤ ِم ٌن‬ (mu’minun) = seorang lmukmin

ٌ‫( ُم ْؤ ِمنَة‬mu’minatun) = seorang mukminah


B. Mutsanna

Adalah isim yang menunjukkan bilangan dua atau dobel.

Contoh :

‫ ُم ْْؤ ِمنَي ِْن‬/‫ان‬


ِ َ‫ ُم ْْؤ ِمن‬       (mu’minaani/mu’minaini) = dua orang
mukmin

‫ ُم ْؤ ِمنَتَيْن‬/‫ان‬
ِ َ‫ ُم ْؤ ِمنَت‬  (mu’minataani/mu’minataini) =dua orang
mukminah

Dari contoh di atas, untuk mengubah isim mufrod menjadi isim

mutsanna adalah dengan cara menambahkan huruf ‫ ن‬+ ‫( ا‬alif dan


nun) atau ‫ن‬+ ‫ي‬ (ya dan nun).

(mu’minaani) ِ َ‫ ن = ُم ْْؤ ِمن‬+ ‫ ا‬+ ‫ُم ْؤ ِم ٌن‬


‫ان‬
ِ َ‫ ن = ُم ْؤ ِمنَت‬+ ‫ ا‬+ ٌ‫ُم ْؤ ِمنَة‬
(mu’minataani) ‫ان‬
(mu’minaini)‫ ن = ُم ْْؤ ِمنَي ِْن‬+ ‫ ي‬+ ‫ُم ْؤ ِم ٌن‬
(mu’minataini) ‫منَتَيْن‬ ِ ‫ ن = ُم ْؤ‬+ ‫ ي‬+ ٌ‫ُم ْؤ ِمنَة‬
C. Jamak

Adalah isim yang menunjukkan bilangan lebih dari 2 atau banyak.

Jamak terbagi menjadi tiga, ada yang disebut dengan jamak


mudzakkar salim, jamak muannats salim dan jamak taksir.

- Jamak mudzakkar salim

Jamak yang menunjukkan laki-laki yang dibuat dengan cara

menambahkan huruf ‫و‬ (wau) + ‫ن‬ (nun) atau ‫ي‬ (ya) + ‫ن‬ (nun)
pada isim mufrodnya.

Contoh:

‫َكافِ ٌر‬
(kaafirun) menjadi ‫ َكافِ ِري َْن‬/‫( َكافِر ُْو َن‬kaafiruuna/kaafiriina)
=orang-orang kafir

- Jamak muannats salim

Jamak yang menunjukkan perempuan yang dibuat dengan cara


menambahkan huruf ‫( ا‬alif) + ‫( ت‬ta) pada akhir isim mufrodnya.

Contoh :

ٌ‫ُم َد ِّر َسة‬


(mudarrisatun) menjadi ٌ ‫َمدَرِّ َس‬
‫ات‬ (mudarrisaatun) =
guru-guru perempuan

- Jamak taksir

Jamak yang berubah dari bentuk mufrodnya. Dalam jamak ini, tidak
ada kaidah untuk membuat jamak taksir seperti jamak mudzakkar
atau muannats salim. Sehingga untuk mengetahuinya dengan
menggunakan kamus atau banyaknya membaca dan menelaah
kitab.

Contoh :
ٌ‫قَ ْلب‬ (qolbun) menjadi ٌ‫قُلُُ ْوب‬ (quluubun) = hati

‫َرس ُْو ٌل‬ (rosuulun) menjadi ‫ُر ُس ٌل‬ (rusulun) = rosul

‫َعالِ ٌم‬
(‘aalimun) menjadi ‫ُعلَ َما ُء‬ (‘ulamaa u) = orang yang
berilmu

Catatan:

Suatu isim mufrod hanya mempunyai salah satu bentuk jamak,


entah itu jamak mudzakkar saja, jamak muannats saja atau jamak
taksir saja, dan sangat jarang ditemukan suatu isim mufrod yang
mempunyai dua bentuk jamak, walaupun ada isim mufrod yang

mempunyai dua isim jamak sekaligus, seperti kata ‫ناصر‬


(naashirun)=orang yang menolong.

‫ناصر‬ (naashirun) menjadi ‫ناصرون‬ (naashiruuna) = jamak


mudzakkar salim

‫ناصر‬ (naashirun) menjad ‫أنصار‬ (anshoorun) = jamak taksir

Soal latihan
Buatlah isim mutsanna dan jamak dari isim mufrod berikut!

‫َكلِ َمة‬ ٌ (kalimatun) = kata

ُ‫َعائِ ِسة‬ ('aaisyatu) = aisyah

ٌ‫َم ْخلُ ْوقَة‬ (makhluuqun) = makhluk

‫اَل َّر ُج ُل‬ (arrojulu) = laki-laki

‫اَ ْلفَقِ ْي ُر‬ (alfaqiiru) = fakir


**************

BAHASA ARAB 8 : ISIM MAQSUR, ISIM MANQUS DAN ISIM


LAA YANSHORIF

1. Isim maqsur adalah isim yang berakhiran alif lazimah atau alif bengkok
(dalam istilah orang jawa) yang huruf sebelum alif difathah.

Contoh :

‫ُم ْو َسى‬ (muusa) = musa

‫( ُمصْ طَفَى‬mushtofa) = yang terpilih


Dari kata di atas, mempunyai akhiran yang disebut dengan alif lazimah
atau alif bengkok yang biasa disebut orang jawa.

Sehingga ketika menemukan kata dengan akhiran alif bengkok serta huruf
sebelum alif bengkok tersebut di fathah, maka kata tersebut adalah isim
maqsur

2. Isim mankus adalah isim yang berakhiran ya lazimah yang huruf


sebelumnya di kasroh.

Contoh :

‫ْالهَا ِدي‬ (al-haadi) = yang memberi petunjuk

ِ َ‫ْالق‬
‫اضى‬ (al-qoodi) = hakim

Perbedaan antara isim mankus dan maqsur adalah pada harokat huruf
sebelum alif atau ya lazimah, dimana ketika huruf kedua terakhir di
fathah, ia adalah maqsur, akan tetapi jika sebelumnya adalah kasroh, ia
adalah mankus.
3. Isim laa yanshorif

Adalah isim yang tidak boleh ditanwin dan dikasroh.

Bentuk-bentuknya :

- Mengikuti pola (َ ‫َمفَا ِعل‬ = mafaa’ila)

Contoh :

َ‫اجد‬
ِ ‫َم َس‬ (masaajida)=masjid

- Berupa isim mamdud atau isim yang diakhiri oleh alif + hamzah ( ‫ء‬+ ‫)ا‬.

Contoh :

ُ‫ص ْف َراء‬
َ (shofroo u) = kuning

َ ‫بَ ْي‬
ُ‫ضاء‬ (baidhoo u) = putih

- Nama atau sifat yang diakhiri alif dan nun.

Contoh :

ُ ‫َس ْك َران‬ (sakroonu) = mabuk

ُ ‫غَضْ بَان‬ (godhbaanu) = marah

ُ ‫َس ْل َمان‬ (salmaanu) = salman

- Nama dengan pola ‫( فعل‬fu’alu)

Contoh :

ُ ‫ُع َمر‬ (umaru) = umar


ُ ‫ُزفَر‬ (zufaru) = zufar

- Nama dengan pola ‫افعل‬ (af’alu)

Contoh :

ُ ‫اَحْ َمد‬ (ahmadu) = ahmad

ُ ‫اَحْ َسن‬ (ahsanu) = ahsan

‫ة‬
- Nama perempuan atau laki-laki yang diakhiri ta marbuthoh ( )

Contoh :

ُ ‫َعائِ َسة‬ (‘aaisyatu) = aisyah

ُ ‫اويَّة‬
ِ ‫ُم َع‬ (muaawiyatu) = muawwiyah

- Nama asing atau nama non arab

Contoh :

ُ ‫يُو ُسف‬ (yuusuf) = yusuf

ُ ‫َمرْ يَم‬ (maryamu) = maryam

- Nama kota

Contoh :

َ ‫ج ُْو َجا َكرْ ت‬ (juujaakarta) = Jogjakarta

Dari kedelapan bentuk di atas, kata-kata tersebut tidak boleh ditanwin


dan di kasroh, akan tetapi kata-kata tersebut menjadi wajib dikasroh jika

• Sebagai mudhof

Contoh :

ْ ‫اج ِد ِهم‬ ُ ‫صلَّي‬


ِ ‫ْت فِي َم َس‬ َ (shollaitu fii masaajidihim) = aku sholat di
dalam masjid mereka

Jika kata tersebut tidak dimudhofkan maka menjadi

‫اج ََد‬ ُ ‫صلَّي‬


ِ ‫ْت فِي َم َس‬ َ (shollaitu fii masaajida) = aku sholat di dalam
masjid

• Ada tambahan alif lam di awal kata

Contoh :

‫َع ْن ال ُم ِغ ْي َر ِة‬ (‘anil mugiiroti) = dari mugiroh

Jika alif lamnya dihilangkan, maka dibaca

َ‫َع ْن ال ُم ِغ ْي َرة‬ (‘anil mugiirota) = dari mugiroh

referensi tambahan dapat melihat site

http://badar.muslim.or.id/dasar/bahasa-arab-dasar-18-isim-
ghoirul-munshorif.html

http://badar.muslim.or.id/dasar/bahasa-arab-dasar-16-
pembagian-isim-ditinjau-dari-sisi-bangunan-akhirnya.html

*************

BAHASA ARAB 9 :

Asmaa’ul khomsah dan I’rob isim

Diantara isim-isim yang ada, terdapat isim yang dinamakan dengan


asma’ul khomsah, yakni isim-isim yang lima yang berbeda dengan
isim-isim lainnya, isim-isim tersebut adalah

‫ ابو‬      (abuu)=(bapak)
‫ اخو‬     (akhuu)=(saudara)
‫ فو‬       (fuu)= (mulut)
‫ حمو‬    (hamu)=(ipar)
‫ ذو‬      (dzuu)=(memiliki)

...........

Mungkin pada awalnya terjadi kebingungan yang sangat besar di


dalam mempelajari bahasa arab ini, dan hal ini sudah biasa dialami
para pemula, dimana kita disodorkan berbagai jenis-jenis isim
dengan nama-nama yang belum pernah kita dengar, yang
terkadang bukannya menambah pengetahuan kita akan bahasa
arab akan tetapi menambah kebingungan dan anggapan sulitnya
belajar bahasa arab.

Lantas apa maksud pengenalan dari isim-isim tersebut??, kenapa


dibedakan antara isim yang satu dengan isim yang lainnya??
Jawabannya adalah pada I’rob isim itu sendiri.

I’rob adalah berubahnya keadaan akhir suatu kata, baik perubahan


harokat atau huruf, karena kemasukan penyebab.
Dalam pembahasan ini, kita akan mengetahui apa maksud
perbedaan bentuk isim yang telah kita pelajari, dimana isim
mutsanna, isim maqsur, isim mufrod mempunyai bentuk yang
berbeda-beda dan bahkan yang terakhir asma’ul khomsah yang
mempunyai tiga cara baca, dan hanya memiliki 5 kata, apa yang
membedakannya??, dan kapan pemakaian setiap bentuknya??

Perhatikan tabel berikut

Di dalam bahasa arab, keadaan suatu kata terbagi menjadi 4, dan


ini hanya merupakan istilah yang tidak perlu diterjemahkan.

- Marfu
- Mansub
- Majrur
- Majzum

Untuk isim, keadaan kata hanya terbagi 3, yakni marfu,


mansub dan majrur, adapun fi’il mempunyai keadaan berupa
marfu, mansub dan mazjum saja.

Di pembahasan ini, kita tidak membicarakan kapan isim mempunyai


keadaan marfu, mansub atau majrur, namun difokuskan pada
“bagaimana bentuk kata atau isim ketika marfu, mansub atau
majrur?”.
........

Dari tabel di atas, kita bisa melihat perubahan bentuk isim-isim


yang telah dipelajari, baik marfu, mansub atau majrur nya. Dan
disinilah letak perbedaan dari kesembilan isim di atas. Setiap jenis
isim mempunyai bentuknya masing-masing yang harus disesuaikan
dengan keadaannya. Sehingga dapat diketahui nama isim dengan
melihat keadaan marfu, mansub atau majrur nya. Pengenalan
akan hal ini sangat penting, salah kita dalam menentukan
atau membuat keadaan suatu kata atau isim, maka akan
salah pula di dalam pengartian dan makna yang diinginkan.

Oleh karenanya, menghafal dan memahami tabel tersebut


merupakan suatu kewajiban bagi orang yang ingin menguasai
bahasa arab. Tidak hafal tabel di atas, jangan harap bisa
menguasai bahasa arab.

Misalnya di dalam sebuah surat al-imron ayat 97 disebutkan

ُُ َ‫ات بَيِّن‬
َ ‫ات َّمقَا ُم إِ ْب َرا ِهي َم َو َمن َد َخلَهُ َك‬
‫ان َءا ِمنًا‬ ُُ َ‫فِي ِه َءاي‬
‫ت َم ِن ا ْستَطَا َع إِلَ ْي ِه َسبِيالً َو َمن‬ِ ‫اس ِحجُّ ْالبَ ْي‬ ِ َّ‫َوهللِ َعلَى الن‬
َ ‫َكفَ َر فَإِ َّن هللاَ َغنِ ٌّي َع ِن ْال َعالَ ِم‬
‫ين‬

Kata
ُُ َ‫َءاي‬
‫ات‬ mempunyai keadaan marfu dengan tanda dhommah,
karena ia merupakan isim jamak muannats salim. Hal ini diketahui
dengan melihat tabel bahwa kata tersebut berakhiran alif dan ta
yang menunjukkan ciri jamak muannats.

Begitu juga kata ‫إِ ْب َرا ِهي َم‬


mempunyai keadaan majrur dengan
tanda fathah, karena ia isim laa yanshorif atau goiru munshorif
yang diketahui dari bentuk kata yang merupakan nama a’jam atau
nama non arab.

Kemudian kata َ ‫ْال َعالَ ِم‬


‫ين‬ mempunyai keadaan majrur dengan

tanda ‫ي‬
(ya) yang merupakan ciri majrurnya isim jamak
mudzakkar salim. Keadaan ini juga diketahui dari bentuk-bentuk
isim yang telah kita pelajari sebelumnya.

Catatan:
Perlu ditekankan disini, yang namanya pelajaran bahasa,
membutuhkan pembelajaran yang continue, sehingga
pelajaran-pelajaran yang ada, antara satu dengan yang
lainnya saling terkait. Ketika dasar dari pembahasan
sebelumnya belum dikuasai, maka akan sulit untuk
memahami secara keseluruhan, dan hal inilah yang
menyebabkan adanya anggapan orang, bahwa belajar
bahasa arab itu sulit, padahal bukan sulitnya yang
menyebabkan tidak bisa menguasai bahasa arab, akan tetapi
tidak konsisten dan kontinunya di dalam mempelajarinya.

Soal Latihan

Tentukan keadaan isim beserta tanda dan jenis isimnya.

1. َ‫َو لَقَ ْد بَ َع ْثنَا فِي ُك ِّل أُ َّم ٍة َرسُوالً أَ ِن ا ْعبُ ُدوا هللا‬
‫وت‬ َ ‫َواجْ تَنِب ُْوا الطَّا ُغ‬
(dan sungguh kami telah mengutus seorang rosul kepada setiap
umat, yang menyeru untuk beribadah hanya kepada Allah dan
meninggalkan sesembahan selain Allah.

2. ‫صالَةُ َو ِذرْ َوةُ َسنَا ِم ِه‬ ِ ‫َر ْأسُ األَ ْم ِر‬


َّ ‫اإل ْسالَ ُم َو َع ُم ْو ُدهُ ال‬
‫الجهَا ُد‬
ِ
(pokok dari segala perkara adalah islam, tiangnya adalah sholat dan
puncaknya adalah jihad)

3. ‫ار‬ َ ‫ضالَلَةٌ َو ُك َّل‬


ِ َّ‫ضالَلَ ٍة فِي الن‬ َ ‫فإِ َّن ُك َّل بِ ْد َع ٍة‬
(sesungguhnya setiap perkara bid’ah dalam agama adalah sesat
dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.

**************

BAHASA ARAB 10 : BINAA-NYA ISIM

Bina adalah tetapnya keadaan akhir suatu kata.

Contoh :

‫ هَ َذا َج ِد ْي ٌد‬         (haadza jadiidun) = ini baru


‫ا‬ ُ ‫ قَ َر ْأ‬             (qoro’tu haadza)= aku membaca ini
‫ت هَ َذ‬
َ ِ‫ فِي هَ َذا ق‬  (fii haadza qishoshin)= dalam kisah ini
ٌ‫صص‬
Dari contoh di atas, kata “haadza” tidak berubah sebagaimana
halnya kata “rojulun” yang bisa menjadi “rojulin” atau “rojulan”. Hal
ini dikarenakan kata “haadza” merupakan isim yang bina, atau
dalam istilah lain disebut isim mabni.

Sehingga dari hal tersebut, kata “haadza” tidak berubah menjadi


“haadzi” atau “haadzu” sebagaimana pada isim mu'rob, baik kata
tersebut dalam keadaan marfu, mansub atau majrur.

Tanda binanya isim terbagi menjadi 4:

- Mabni atas dommah : ‫( نَحْ ُن‬nahnu)=kami


- Mabni atas fathah : ‫ْف‬ َ ‫( أَ ْن‬anta-kaifa)=kamu-bagaimana
َ ‫ت – َكي‬
- Mabni atas kasroh : ِ ‫( أَ ْن‬anti)=kamu muannasts
‫ت‬
- Mabni atas sukun : ‫( هُ ْم‬hum)= mereka
Hal ini menunjukkan, walaupun suatu isim mabni dia mempunyai
keadaan marfu, mansub atau majrur maka bentuk akhirnya tetap
sama, yakni tidak berubah sebagaimana isim mu'rob.

Adapun isim-isim yang mabni adalah

1. ‫( ضمائر‬dhomaair)= isim dhomir


2. ‫( اسم اإلشارة‬ismul isyaaroh)= kata tunjuk
Yakni :

‫هذا‬      (haadza)=ini; mudzakkar; tunggal


‫ هذه‬    (haadzihi)= ini; muannasts; tunggal
‫ هذان‬  (haadzaani)= ini; mudzakkar; dobel
‫ هتان‬  (haataani)= ini; muannasts; dobel
‫هؤالء‬  (haulaa i)= ini; mudzakkar dan muannasts; jamak
‫ ذالك‬   (dzaalika)= itu; mudzakkar; tunggal
‫ذانك‬     (dzaanika)= itu; mudzakkar; dobel
‫تلك‬       (tilka)= itu; muannasts; tunggal
‫ تانك‬   (taanika)= itu; muannasts; dobel
‫ أولئك‬  (uulaaika)= itu; mudzakkar dan muannasts; jamak
catatan: adapun utk kata tunjuk yang dobel, maka ia adalah

mu'rob, bukan mabni, sehingga bisa menjadi " ‫"هذين‬


(haadzaini) atau " ‫( "هتين‬haataini)

3. ‫( اسم اإلستفهام‬ismul istifham)= kata Tanya


Contoh :

‫من‬    (man)= siapakah?


‫أين‬   (aina)= dimanakah?
‫( كيف‬kaifa)= bagaimanakah?
dll

4. ‫( اسم الشرط‬ismus syarti)= kata syarat


Contoh :

‫( متي‬mata)= kapanpun
‫( ما‬maa)= apapun
dll

5. ‫( اإلسم الموصول‬al ismul maushuul)= kata penghubung


Yakni :

‫ الذي‬  (alladzii)= yang; mudzakkar; tunggal


‫ الذان‬ (alladzaani)= yang; mudzakkar; dobel
‫الذين‬  (alladziina)= yang; mudzakkar; jamak
‫التي‬    (allatii)= yang; muannats; tunggal
‫التان‬  (allataani)= yang; muannasts; dobel
‫االتي‬/‫( االئي‬allaaii/allaatii)= yang; muannasts; jamak
catatan: adapun utk isim mausul atau kata sambung yang
dobel, maka ia adalah mu'rob, bukan mabni, sehingga bisa

menjadi " ‫( "الذين‬alladzaini) atau "‫( "التين‬allataini)


Perlu ditekankan kembali, bahwasanya isim-isim yang mabni tetap
dalam bentuknya waulupun dia berada dalam keadaan marfu,
mansub atau majrur.
Soal latihan:
Carilah isim-isim yang mabni dari dengan jenis isimnya dari ayat di
bawah ini.

1. ‫ص ِّو ُر لَهُ ْاألَ ْس َمآ ُء ْال ُح ْسنَى‬


َ ‫ئ ْال ُم‬ ِ َ‫ق ْالب‬
ُ ‫ار‬ ُ ِ‫هُ َو هللاُ ْال َخال‬
‫ت َو ْاألَ ْ ِرض َوهُ َو ْال َع ِزي ُز ْال َح ِكي ُم‬ ِ ‫يُ َسبِّ ُح لَهُ َمافِي ال َّس َما َوا‬
(QS. al-Hasyr,24)

2. ‫ون‬ ِ َّ‫ين ْالقَيِّ ُم َولَ ِك َّن أَ ْكثَ َر الن‬


َ ‫اس الَيَ ْعلَ ُم‬ َ ِ‫َذل‬
ُ ‫ك ال ِّد‬ (QS. ar-
Ruum, 30)

********

BAHASA ARAB 11 : PEMBAHASAN MENGENAI FI’IL

Setelah kita membahas tentang isim, pada kesempatan ini kita


mencoba untuk membahas mengenai fi’il.
Pada awal pelajaran yang lalu, kita ketahui bahwa fi’il adalah suatu
kata yang mempunyai makna yang berkaitan dengan waktu.
Perbedaannya dengan isim adalah pada sisi waktunya.

Fi’il terbagi menjadi 3, yaitu :

- Fi’il madhi       ( ‫)الفعل الماضي‬


- Fi’il mudhori    (‫)الفعل المضارع‬

- Fi’il amr          (‫)فعل األمر‬

Fi’il madhi

Fi’il madhi adalah fi’il yang menunjukkan suatu peristiwa yang


terjadi pada waktu lampau atau past tense di dalam bahasa inggris.

Contohnya :

َ َ‫ َخل‬    (kholaqo)=telah menciptakan


‫ق‬
‫ َخ َر َج‬  (khoroja)= telah mengeluarkan
‫ أَ َم َر‬    (amaro)=telah memerintahkan
‫ أَ َك َل‬    (akala)=telah memakan
Dengan berbekal isim dhomir yang telah kita pelajari sebelumnya,
fi’il di atas dapat kita rubah sesuai dengan dhomir atau kata
gantinya.

Contoh :

‫ق‬َ َ‫ َخل‬     (kholaqo)=dia (lk) telah menciptakan


‫ َخلَقَا‬     (kholaqoo)= dia (2 org lk) telah menciptakan
‫ َخلَقُوا‬   (kholaquu)=mereka (lk) telah menciptakan
‫ت‬ ْ َ‫ َخلَق‬   (kholaqot)=dia (pr) telah menciptakan
‫ َخلَقَتَا‬    (kholaqotaa)= (2 org lk) telah menciptakan
‫ َخلَ ْق َن‬    (kholaqna)= mereka (pr) telah menciptakan
‫ت‬ َ ‫ َخلَ ْق‬   (kholaqta)=kamu (lk) telah menciptakan
‫ َخلَ ْقتُ َما‬  (kholaqtuma)=kamu (2 org lk) telah menciptakan
‫ َخلَ ْقتُ ْم‬   (kholaqtum)=kalian (lk) telah menciptakan
ِ ‫ َخلَ ْق‬    (kholaqti)=kamu (pr) telah menciptakan
‫ت‬
‫ َخلَ ْقتُ َما‬  (kholaqtuma)=kamu (pr) (2 org lk) telah menciptakan
‫ َخلَ ْقتُ َّن‬   (kholaqtunna)=kalian (pr) telah menciptakan
‫ت‬ ُ ‫ َخلَ ْق‬   (kholaqtu)=saya telah menciptakan
‫ َخلَ ْقنَا‬    (kholaqnaa)=kami telah menciptakan
Atau dalam kata yg lain
Perubahan kata di atas, termasuk ke dalam ilmu shorof atau
dengan kata lain tasrif lughowi

Fi’il mudhori

Fi’il mudhori adalah fi’il yang menunjukkan suatu peristiwa yang


terjadi pada waktu sekarang atau akan datang. Jadi bisa continous
tense atau future tense.

Contoh :

ُ ُ‫ يَ ْخل‬   (yakhluqu)=sedang/akan menciptakan


‫ق‬
‫ يَ ْخ ُر ُج‬  (yakhruju)= sedang/akan mengeluarkan
‫ يَأْ ُمر‬    (ya’muru)= sedang/akan memerintahkan
‫ يَأْ ُك ُل‬   (ya’kulu)= sedang/akan memakan
Tasrif lughowinya

Urutan kata gantinya sama dengan fi’il madhi.

Fi’il amr
Fi’il amr adalah fi’il yang menunjukkan atas suatu tuntutan, atau
dalam kata lain disebut kata perintah.
Contoh :

ْ‫ اُ ْد ُخل‬   (udkhul)=masuklah
ْ‫ اُ ْخ ُُرج‬  (ukhruj)=keluarlah
ْ‫ إِجْ لِس‬  (ijlis)=duduklah
‫ اِرْ فَ ْع‬   (irfa’)=angkatlah
Tashrif lughowinya

Karena berupa perintah, maka kata ganti pertama dan ketiga tidak
ada.

Latihan :
Tashriflah kata2 berikut

ْ ِ‫ُك – ا‬
‫ اِ ْس َم ْع‬- ْ‫ظهَر‬ ْ ‫اِجْ لِسْ – اُ ْتر‬

‫َخ َر َج – أَ َم َر – أَ َك َل‬

‫– يَ ْخ ُر ُج – يَأْ ُم ُر – يَأْ ُك ُل‬ ُ ُ‫يَ ْخل‬


‫ق‬
‫‪Tentukan fi’il dari hadit berikut‬‬
‫ت‬ ‫هللاُ‪َ .‬و أَنَا تَ َو َّك ْل ُ‬ ‫ار‪ .‬اَل يَ ْعلَ ُم ْال َغي َ‬
‫ْب إِاَّل هللاُ‪ .‬اَل إِلَهَ إِاَّل‬ ‫اَ ْليَ ْو َم قُ ْم ُ‬
‫ت إِلَى ااْل ِ ْختِبَ ِ‬
‫َواإْل ِ ْك َر ِام أَ ْك ِر ْمنِ ْي‬ ‫َعلَى هللاِ‪ .‬يَا َذا ْال َجاَل ِل‬

‫صلَّي ُ‬
‫ْت‬ ‫ْـت إِلَى ْال َمس ِ‬
‫ْج ِد ثُ َّم َ‬ ‫بِاإْل ِ ْساَل ِم‪ .‬أَسْأ َ ُل هللاَ أَ ْن يَ ْنفَ َعــنَا بِ ِه يَ ْو َم ال ِّدي ِْن‪َ .‬ذهَب ُ‬
‫ك‪َ ,‬رأَي ُ‬
‫ْت‬ ‫صاَل ةً إِ ْي َمانًا بِاهللِ‪ .‬بَ ْع َد َذلِ َ‬
‫َ‬

‫ان أَ َما َم‬


‫َر ُجلَي ِْن يَقُ ْو َم ِ‬

‫صاَل ِة‪ :‬اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ الَّ ِذيْ‬


‫ت لَهُ َما بَ ْع َد ال َّ‬ ‫صلَّيَا َجالِ َسي ِْن‪ .‬قُ ْل ُ‬ ‫ْال َمس ِ‬
‫ْج ِد‪ .‬ثُ َّم َد َخاَل َو َ‬
‫ت َو ْال َحيَاةَ لِيَ ْبلُ َو ُك ْم أَيُّ ُك ْم أَحْ َس ُن‬‫ق ْال َم ْو َ‬‫َخلَ َ‬

‫صلَّى هللاُ‬ ‫ال تَ َعالَى‪:‬إِ ّن أَ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد هللاِ أَ ْتقَا ُك ْم‪َ .‬ك َ‬


‫ان َرس ُْو ُل هللاِ َ‬ ‫َع َماًل ‪َ .‬وقَ َ‬
‫ت لِ َي اأْل َرْ ضُ َ‬
‫طه ُْورًا َو َم ْس ِجدًا‬ ‫‪َ .‬علَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَقُ ْولُ‪ُ :‬ج ِعلَ ْ‬

‫************‬
‫‪BAHASA ARAB 12 : FI’IL MAJHUL DAN MA’LUM‬‬

‫‪Pada pembelajaran yang lalu, kita telah membahas pembagian fi’il‬‬


‫‪menurut waktunya, sekarang kita akan membahas pembagian fi’il‬‬
‫‪menurut subjeknya.‬‬

‫( ‪Fi’il menurut subjeknya‬‬ ‫‪), terbagi menjadi 2, yaitu:‬فاعل‬


‫‪- Fi’il ma’lum‬‬
‫‪- Fi’il majhul‬‬

‫( ‪Fi’il ma’lum‬‬ ‫اَ ْلفِ ْع ُل ال َم ْعلُ ْو ُم‬


‫‪) adalah fi’il yang disebutkan failnya.‬‬
‫‪Dalam bahasa Indonesia, istilah ini bisa disebut “kata kerja aktif”.‬‬

‫‪Contoh :‬‬
َ َ‫ َكت‬   (kataba)=menulis
‫ب‬
‫ قَتَ َل‬    (qotala)=membunuh

‫ فَتَ َح‬    (fataha)=membuka

Kata kerja di atas, termasuk fi’il ma'luml, dimana ia membutuhkan


subjek.

Adapun fi’il majhul ( ‫ْالفِ ْع ُل ال َمجْ ه ُْو ُل‬


) adalah fi’il yang tidak
membutuhkan subjek. Dalam bahasa Indonesia biasa disebut kata
kerja pasif.

Contoh :

َ ِ‫ ُكت‬   (kutiba)=ditulis
‫ب‬
‫ قُتِ َل‬    (qutila)=dibunuh
‫ فُتِ َح‬    (futiha)=dibuka
Bagaimana cara membuat fi’il majhul dari fi’il ma’lum??

Untuk fi’il madhi, maka kaidahnya :

“Dikasroh huruf sebelum terakhir, dan di dhommah huruf


yang berharokat (sebelum huruf terakhir)”

Contoh:

َ َ‫َكت‬
‫ب‬ (kataba) menjadi َ ِ‫ُكت‬
‫ب‬ (kutiba)

‫اِ ْستَ ْغفَ َر‬ (istagfaro) menjadi ‫(اُ ْستُ ْغفِ َر‬ustugfiro)
‫( اِ ْنفَ َع َل‬infa’ala) menjadi ‫( اُ ْنفُ ِع َل‬unfu’ila)
Adapun untuk fi’il mudhori’, maka kaidahnya :

“Didhommah huruf pertama, dan difathah huruf sebelum


terakhir”

Contoh :

ُ‫يَ ْكتُب‬ (yaktubu) menjadi ُ‫يُ ْكتَب‬ (yuktabu)

‫يَ ْستَ ْغفِ ُر‬ (yastagfiru) menjadi ‫يُ ْستَ ْغفَ ُر‬ (yustagfaru)

‫يَ ْنفَ ِع ُل‬ (yanfa’ilu) menjadi ‫يُ ْنفَ َع ُل‬ (yunfa’alu)

Bagaimana, sudah bisa membuatnya??

Coba kerjakan latihan berikut!

Ubahlah fi’il ma’lum dibawah ini menjadi fi’il majhul

‫ اِ ْن َك َس َر‬     (inkasaro)= pecah


َ َ‫ اِ ْنقَل‬      (inqolaba)=terbalik
‫ب‬
‫ يُ َجا ِه ُد‬     (yujaahidu)=bersungguh-sungguh
‫ يَ ْستَ ِم َع‬     (yastami’u)=mendengar
‫ اِ ْستَ ْخ َر َج‬  (istakhroja)=meminta keluar
‫ يَ ْستَ ْخ ِر ُج‬  (yastakhriju)=meminta keluar
**********

BAHASA ARAB 13 : FI’IL LAAZIM DAN FI’IL MUTA’ADDI

Pelajaran sebelumnya kita membahas fi’il dipandang dari sudut


subjeknya.
Adapun fi’il menurut objeknya juga terbagi menjadi 2, yaitu :
(‫) ْالفِ ْع ُل الاَّل ِز ُم‬
- Fii’il laazim          

- Fi’il muta’addi     (‫دى‬ ِّ ‫) ْالفِ ْع ُل ْال ُمتَ َع‬


1. Fi’il laazim

Adalah fi’il yang tidak membutuhkan objek.

Contoh :

‫ قَا َم‬       (qooma)=berdiri


‫ض َر‬
َ ‫ َح‬  (hadoro)=hadir

َ َ‫ َجل‬   (jalasa)=duduk
‫س‬
Contoh dalam kalimat :

‫( َجا َء ُم َّح َم ٌد‬jaa a muhammadun)= Muhammad datang


Kalimat di atas tidak membutuhkan objek, dan ini sama halnya
dengan bahasa Indonesia, kata berdiri, datang atau duduk memang
tidak membutuhkan objek.

2. Fi’il muta’addi

Adalah fi’il yang membutuhkan satu objek atau dua objek.

Contoh yang membutuhkan satu objek :

َ َ‫ َكت‬    (kataba)=menulis
‫ب‬
‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ  (dhoroba)=memukul
َ َ‫ ن‬   (nashoro)=menolong
‫ص َر‬
Contoh dalam kalimat
َ‫ب ُم َح َّم ٌد الرِّ َسالَة‬
َ َ‫( َكت‬kataba muhammadun arrisalata)=
Muhammad menulis surat

Contoh fi’il yang membutuhkan dua objek :

‫ َعلَّ َم‬    (‘allama)=mengajarkan


‫( أَ ْعطَي‬a’tho)=memberi
‫ َك َسا‬   (kasaa)=memakaikan
Contoh dalam kalimat

‫واتَّ َخ َذ هللاُ إِ ْب َرا ِه ْي َم َخلِيْال‬


(wattakhodzallaahu ibrohiima kholiila)= dan Allah menjadikan
ibrohim sebagai kholil

Jika kita melihat kata-kata yang dipakai, baik yang tidak


membutuhkan objek, atau membutuhkan objek satu atau dua, bisa
kita nalar dengan bahasa indonesia kita, sehingga untuk
menentukan dia butuh satu objek atau dua objek, bisa kita ketahui
dengan logika kita.

Lalu, adakah cara untuk membuat fi’il laazim menjadi fi’il muta’adi,
layaknya fi’il ma’lum menjadi majhul??
Jawabannya “ada” dan inilah salah satu uniknya bahasa arab, kata
dasarnya bisa sama, tapi artinya bisa berbeda-beda.

Caranya

1. Dengan menambahkan hamzah (‫ )أ‬di depan kata sehingga

membentuk pola ( ‫=أَ ْف َع َل‬af’ala)


Contoh :

‫ َخ َر َج‬  (khoroja)=keluar     menjadi    ‫أَ ْخ َر َج‬


(akhroja)=mengeluarkan

‫ َد َخ َل‬   (dakhola)=masuk    menjadi     ‫أَ ْد َخ َل‬


(adkhola)=memasukkan

2. Dengan menasdidkan ‘ain fi’ilnya menjadi ‫فَ َّع َل‬ (fa’ ‘ala)

Contoh :

‫َحس َُن‬(hasuna)= bagus      menjadi      ‫َحس ََّن‬


(hassana)=membaguskan

‫َخ َر َج‬
(khoroja)=keluar     menjadi      ‫َخ َّر َج‬
(khorroja)=mengeluarkan

3. Dengan menambahkan huruf jer pada objeknya.

Contoh :

َ َ‫( َذه‬dzahaballaahu binuurihim)=Allah


‫ب هللاُ ِبنُ ْو ِر ِه ْم‬
menghilangkan cahaya mereka

ُ ‫ ِج ْئ‬      (ji’tu bihasanin)=aku datang dengan hasan


‫ت ِب َح َس ٍن‬
Demikianlah cara mengubah fi’il laazim menjadi muta’addi, yang
ternyata hanya menambahkan satu huruf saja sudah merubah
makna dan jenis dari fi’ilnya. Inilah salah satu alasan mempelajari
bahasa arab dapat mencegah seseorang menjadi salah ucap (lahn).

*************

BAHASA ARAB 14 : PEMBAGIAN FI’IL MENURUT


SUSUNANNYA

Fi’il menurut susunannya terbagi menjadi 4, yakni :


- Fi’il tsulasi mujarrod
- Fi’il tsulatsi maziid
- Fi’il ruba’I mujarrod
- Fi’il ruba’I maziid

Adapun fi’il mujarrod ( ‫ )ا ْلفِ ْع ُل ال ُم َج َّر ُد‬adalah fi’il yang


keseluruhannya adalah huruf asli.
Contoh tsulatsi ( ‫)ثُالَثِي‬
‫َمنَ َع‬ (mana’a)=melarang

‫ فَ ِر َح‬ (faroha)=gembira
‫َحس َُن‬ (hasuna)=bagus

Contoh ruba’I ( ‫) ُربَا ِعي‬


‫( َدحْ َر َج‬dahroja)=menggelincirkan
‫( َز ْل َز َل‬zalzala)=menggoncangkan
‫تَرْ َج َم‬ (tarjama)=menerjemahkan

Sedangkan fi’il maziid ( ‫ا ْلفِ ْع ُل ال َم ِز ْي ُد‬


) adalah fi’il yang
ditambahkan pada huruf aslinya, berupa satu huruf atau
lebih.

Contoh tsulatsi maziid dengan penambahan satu huruf

َ‫َح َسن‬ (hasana) menjadi  ‫أَحْ َس َن‬  (ahsana)=memperbaiki


‫َك ُر َم‬ (karuma)  menjadi  ‫ َك َّر َم‬ (karroma)=memuliakan
َ‫َش ِهد‬ (syahida) menjadi  ‫ َشاهَ َد‬ (syaahada)=menyaksikan
Contoh tsulatsi maziid dengan penambahan dua huruf

َ‫طَلَق‬ (tholaqo) menjadi َ َ‫اِ ْنطَل‬ (intholaqo)=pergi


 ‫ق‬
َ‫َجهَد‬ (jahada) menjadi  ‫اِجْ تَهَ َد‬ (ijtahada)=bersungguh-
sungguh

َ ‫تَ َحا َد‬


‫ث‬ (tahaadatsa)=bercakap-cakap

Contoh tsulatsi maziid dengan penambahan tiga huruf

‫( َغفَ َر‬gofaro) menjadi ‫اِ ْستَ ْغفَ َر‬ (istagfaro)=meminta ampun


dan seterusnya..

َ ‫اِ ْغ َر ْو َر‬
‫ق‬ (igrouroqo)=bercucuran

‫اِحْ َما َّر‬ (ihmarro)=menjadi merah

Contoh ruba’I maziid dengan penambahan satu huruf

‫تَ َدحْ َر َج‬ (tadahroja)=menggelincirkan

‫تَبَ ْعثَ َر‬ (taba’tsaro)=terbalik

Contoh ruba’I maziid dengan penambahan dua huruf 

ْ ِ‫ا‬
‫ط َمأ َ َّن‬ (ithmaanna)=tentram

‫اِ ْف َر ْنقَ َع‬ (ifronqoa’)=menjauh

jika disimpulkan, maka akan menunjukkan pola sebagai berikut :


Kita mengetahui penambahan kata pada tsulatsi maziid atau
ruba'i maziid dengan melihat fi'il madhinya, sehingga ketika
kita telah mengetahui fi'il madhi dari fi'il tersebut, kita akan
mengetahui huruf ap saja yang menjadi tambahan pada
tsulatsi atau ruba'i maziid.

Dari hal ini, huruf dalam fi’il minimal ada tiga huruf dan
maksimal ada 6 huruf, adapun untuk isim, maka tidak
terbatas, karena banyak sekali kata serapan dari bahasa
asing yang masuk ke bahasa arab yang mempengaruhi
susunan kata bahasa arab. contohnya kota Jogjakarta, maka

jika di bahasa arabkan menjadi ‫جوجاكرت‬ (juujaakarta),


mempunyai huruf yang lebih dari enam.

************

BAHASA ARAB 15 : PEMBAGIAN FI’IL MENURUT


BANGUNANNYA

Perhatikan gambar berikut :


Fi’il menurut bangunannya terdiri dari 2, yaitu :

 - Fi’il shohih ( ِ ‫)اَ ْلفِ ْع ُل الص‬


‫َّح ْي ُح‬
Adalah fi’il yang susunan hurufnya terdiri dari huruf selain dari

huruf illat ( ‫ي‬,‫و‬,‫)ا‬

- Fi’il mu’tal ( ُّ‫)الفِ ْع ُل ال ُم ْعتَل‬


Adalah kebalikan fi’il shohih

Adapun fi’il shohih terbagi lagi menjadi 3 bagian, yakni :

- Fi’il mahmuuz ( ‫) َم ْه ُم ْو ٌز‬


Adalah fi’il shohih yang salah satu hurufnya adalah hamzah
Contoh:
‫َسأ َ َل‬ (sa ala)=bertanya

َ‫قَ َرأ‬ (qoro a)= membaca

- Fi’il mudo’af ( ٌ‫ض َّعف‬


َ ‫) ُم‬
Adalah fi’il shohih yang huruf kedua dan ketiganya adalah
sejenis.
Contoh :

‫َم َّد‬ (madda)=memanjangkan

َّ‫‘( َعض‬adhdho)= menggigit

‫فَ َّر‬ (faro)=berlari

- Fi’il saalim ( ‫سالِ ٌم‬


َ )
Adalah fi’il shohih selain mahmuz dan mudho’af
Contoh :

‫َس ِم َع‬ (sami’a)=mendengar

‫فَتَ َح‬ (fataha)=membuka

Sedangkan fi’il mu’tal terbagi menjadi 5, yakni

- Mitsaal ( ‫) ِمثَا ٌل‬


Adalah fi’il yang kata kerja pertamanya dimulai dengan huruf
illat (wau/ya).
Contoh :
‫َو َع َد‬ (wa’ada)=berjanji

َ َ‫َوث‬
‫ب‬ (watsaba)=melompat

‫يَ َس َر‬ (yasaro)=memudahkan

- Ajwaf ( ٌ‫)أَ ْج َوف‬


Adalah fi’il yang huruf keduanya merupakan huruf illat
(wau/ya).
Contoh :

َ ‫َخ‬
‫اف‬ (khoofa) asalnya َ ‫َخ َو‬
‫ف‬ (khowafa)=takut

‫َسا َر‬ (saaro) asalnya ‫َسيَ َر‬ (sayaro)=berjalan

- Naaqish ( ٌ ِ‫)نَاق‬
‫ص‬
Adalah fi’il yang huruf terakhirnya terdiri dari huruf illat
(wau/ya)
Contoh :

‫ض َي‬ِ ‫( َر‬rodhiya)=rela
‫( َغ َزا‬gozaa) asalnya ‫َغ َو َز‬ (gowaja)=perang

- Lafiif ( ٌ‫)لَفِ ْيف‬


Adalah fi’il yang huruf pertama dan terakhirnya adalah huruf
illat (wau/ya).
Contoh :

‫ َوقَى‬ (waqo)=memelihara

‫َو ِج َي‬ (wajiya)=gembira


- Multawi ( ‫) ُم ْلتَ ِوي‬
Adalah fi’il yang huruf kedua dan akhirnya adalah huruf illat
(wau/ya)
Contoh:

‫َش َوى‬ (syawa)=memanggang

َ ‫قَ ِو‬
‫ي‬ (qowiya)=kuat

Maksud dari penjelasan fi’il-fi’il yang ada baik fi’il menurut


susunannya, bangunannya, dll adalah untuk mengetahui
perubahan fi’il yang disebut dengan shorof.
Karena setiap kata dari fi’il tersebut mempunyai shorof
(tashrif) yang berbeda-beda, terutama pada fi’il yang mu’tal,
jika tidak diketahui asal katanya, sangat sulit untuk
merubahnya (mentashrif)

***********

BAHASA ARAB 16 : MU’ROBNYA FI’IL

Sebagaimana isim, fi’il pun mempunyai tanda-tanda I’rob,


sebagaimana pada gambar berikut.
Diantara fi’il-fi’il yang ada, fi’il yang mu’rob hanyalah fi’il mudhori
yang tidak bersambung dengan nun yang menunjukkan perempuan
dan nun taukid, adapun selain hal tersebut adalah mabni.

Contoh yang bersambung dengan nun yang menunjukkan


perempuan

‫( يَ ْكتُب َْن‬yaktubna)=mereka perempuan menulis


‫تَ ْكتُب َْن‬ (taktubna)=kalian perempuan menulis

Contoh yang bersambung dengan nun taukid (penegasan).

‫لَيَحْ بَطَ َّن‬ (layahbathonna)=sungguh akan hilang

Asal semua fi’il mu’rob adalah marfu, kecuali ada


penambahan alat-alat yang menyebabkannya mansub atau
majzum.

Alat-alat penashob fi’il mu’rob


ْ‫اَن‬ (an)=agar (tapi terkadang tidak diartikan)

Contoh:

َ َ‫ًًّدا َوهُ َو َخلَق‬FE ِ‫أَ ْن تَجْ َع َل هّلِل ِ ن‬


‫ك‬
Engkau menjadikan bagi Allah tandingan, padahal dia adalah yang
menciptakanmu.

‫لَ ْن‬ (lan)=peniadaan

ً‫ك َحتَّى نَ َرى هللاَ َج ْه َرة‬


َ َ‫لَ ْن نُ ْؤ ِم َن ل‬
Kami tidak akan beriman kepadamu (musa) sampai kami melihat
Allah dengan jelas (al-baqoroh 55)

ْ‫(اِ َذن‬idzan)=kalau begitu


Contoh :

‫( إِ َذ ْن تَ ْن َج َح‬idzan tanjaha)=kalo begitu kamu akan lulus


‫َك ْي‬ (kay)=agar/supaya

Contoh :

‫َك ْي تَرْ بَ َح‬ (kay tarbaha)=supaya kamu untung

‫( الَ ُم َك ْي‬lamu kay)=agar


Contoh:

ِ ِ‫إِالَّ ِليَ ْعبُ ُد ْوا هللاَ ُم ْخل‬


‫صي َْن لَهُ ال ِّدي َْن‬
kecuali supaya mereka menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus (al-
bayyinah 5)

‫(الَ ُم ا ْل ُج ُح ْود‬lam juhud)=lam untuk membantah, biasanya


sebelumnya didahului kata nafi (peniadaan)

Contoh :

‫لَ ْم يَ ُك ِن هللاُ لِيَ ْغفِ َر لَهُ ْم‬


Allah tidak akan mengampuni mereka (an-nisa 137)

ِ ‫َحتَّى‬ (hatta)=sampai

Contoh :

ِ َ‫َحتَّى يَلِ َج ْال َج َم ُل فِي َس ِّم ْال ِخي‬


‫اط‬
Sampai unta masuk ke dalam lubang jarum (al-a’rof 40)

Alat penjazm fiil yang menjazmkan satu fi’il

‫لَ ْم‬ (lam)=tidak

Contoh:

‫لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم ي ُْولَ ْد‬


Tidak beranak dan tidak diperanakkan

‫لَ َّما‬ (lamma)=belum
Contoh :

‫ان فِي قُلُ ْوبِ ُك ْم‬ ِ ‫َولَ َّما يَ ْد ُخ ِل‬


ُ ‫اإل ْي َم‬
Karena iman belum masuk ke dalam hatimu (al-hujurat 14)
‫ألَ ْم‬ (alam)=tidakkah
Contoh :

َ َ ‫ص ْد َر‬
‫ك‬ َ َ‫أَلَ ْم نَ ْش َرحْ ل‬
َ ‫ك‬
Bukankah kami telah melapangkan untukmu dadamu? (al-insyiroh
1)

‫ألَ َّما‬ (alamma)=belumkah

Contoh :

ُ ْ‫أَلَ َّما يَح‬


‫ضرْ ؟‬
Belumkah dia hadir??

‫( الَ ُم األَ ْمر‬lam amr)=perintah


Contoh :

‫فَ ْليَحْ َذ ِر الَّ ِذي َْن يُ َخالِفُ ْو َن َع ْن أَ ْم ِره‬


Hendaknya orang-orang yang menyelisihi perintah itu takut (an-nur
63)

ُ‫( الَ النََّا ِهيَة‬laa nahiyyah)=larangan


‫َوالَ تَجْ َعلْ َم َع هللاِ إِلَهًا آ َخ َر‬
Janganlah engkau menjadikan sesembahan yang lain bersama
Allah.

Alat yang menjazmkan dua fi’il

ْ‫( إِن‬in)=jika
Contoh:
‫َوإِ ْن تُ ِط ْيع ُْوهُ تَ ْهتَ ُد ْوا‬
jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk (an-
nur 54)

ْ‫َمن‬ (man)=barang siapa

Contoh :

ُ‫ًًّرا يَ َره‬EF ‫َو َم ْن يَ ْع َملْ ِم ْثقَا َل َذ َّر ٍة َش‬


Dan barang siapa yang melakukan amal kejelekan sebesar biji
dzarroh, niscaya dia akan melihatnya (al-zalzalah 8)

‫ َما‬ (maa)=apa saja
Contoh :

ُ‫َو َما تَ ْف َعلُ ْوا ِم ْن َخي ٍْر يَ ْعلَ ْمهُ هللا‬


Apapun perbuatanmu yang baik, Allah akan mengetahuinya

‫َم ْه َما‬ (mahma)=bagaimanapun

Contoh :

ً‫ْرفَة‬ َ ‫َم ْه َما تَ ْق َر ْأ يَ ِز ْد‬


ِ ‫ك َمع‬
Bagaimanapun kamu membaca akan bertambah kepadamu
pengetahuan

‫ َمتَى‬ (mata)=kapan saja
Contoh :

‫َمتَى تَرْ ِج ْع أَرْ ِج ْع‬


Kapanpun engkau kembali akupun kembali
‫أَيا َّ َن‬ (ayyaana)=setiap kali

Contoh :

َ ‫أَي‬
‫َّان تَ ُع ْد تَ ِج ْدنِي‬
Setiap kali engkau kembali, engkau akan menemukanku

‫أَ ْي َن‬ (aina)=dimana

Contoh :
ُ ‫أَ ْينَ َما تَ ُك ْونُ ْوا يُ ْد ِر ْك ُك ُم ْال َم ْو‬
‫ت‬
Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu

‫َح ْيثُ َما‬ (haitsuma)=dimanapun

Contoh:

ُ‫ب األَرْ ض‬ َ ‫َح ْيثُ َما يَجْ ِر النِّ ْي ُل تَ ْخ‬


ِ ‫ص‬
Dimanapun sungai mengalir, bumi akan subur

‫َك ْيفَ َما‬ (kaifama)=bagaimanapun

Contoh :

ْ‫َك ْيفَ َما تَجْ لِسْ أَجْ لِس‬


Bagaimanapun engkau duduk, aku akan duduk

ٌّ َ‫أ‬
‫ي‬ (ayyun)=mana saja

Contoh :

ْ‫ي آيَ ٍة تَ ْق َر ْأ تُ ْؤ َجر‬


َّ َ‫أ‬
Ayat mana saja yang engkau baca, engkau akan mendapat pahala
Ringkasnya untuk fi’il-fi’il yang mu’rob adalah sebagai
berikut

*************

BAHASA ARAB 17 : MABNINYA FI’IL

Fi’il-fi’il yang mabni ada 3, yakni

- Fi’il Madhi

- Fi’il Amr

- Fi’il mudhori yang bersambung dengan nun (yang menunjukkan


perempuan) dan nun taukid (menunjukkan penegasan)

Tanda-tanda mabninya fi’il dapat dikelompokkan sebagai


berikut :

1. Mabni dengan dhommah ( َّ ‫) َم ْبنِ ٌي َعلَى ال‬


‫ض َّم ِة‬
Contoh :

‫َكتَبُوا‬ (katabuu)
2. Mabni dengan fathah ( ‫) َم ْبنِ ٌي َعلَى الفَ ْت َح ِة‬
Contoh:

‫َكتَبَا‬ (katabaa)

‫َكتَبَتَا‬ (katabataa)

3. Mabni dengan sukun ( ُّ ‫) َم ْبنِ ٌي َعلَى ال‬


‫س ُك ْو ِن‬
Contoh :

َ ‫َكتَب‬
‫ْت‬ (katabta)

ُ ‫َكتَب‬
‫ْت‬ (katabtu)

4. Mabni dengan dihapusnya nun ( ِ ‫) َم ْبنِ ٌي َعلَى َح ْذ‬


‫ف النُّ ْو ِن‬
Contoh :

‫أُ ْكتُبَا‬ (uktubaa)

‫أُ ْكتُب ُْوا‬ (uktubuu)


5. Mabni dengan dihapusnya huruf illat ( ِ ‫َم ْبنِ ٌي َعلَى َح ْذ‬
‫ف‬
‫)ا ْل ِعلَّ ِة‬
Contoh :

ُ ‫ا ْد‬
‫ع‬ (ud’u) asalnya ‫ا ْد ُع ْو‬ (ud’uu) ada wau di akhirnya

‫إهد‬ (ihdi) asalnya ‫إهدى‬ (ihdii) ada ya di akhirnya


Mabni dengan fathah, dhommah dan sukun dilihat dari huruf
sebelum terakhirnya.
Karena huruf terakhir pada kata ‫ َكتَبُوا‬adalah dhommah, maka
dia mabni dengan dhommah, begitu pula ketika huruf
terakhir pada kata ‫ َكتَبَا‬adalah fathah, maka dia mabni dengan
fathah, begitu seterusnya. Sehingga tanda mabninya fi’il
dilihat dari kata dasarnya bukan dari dhomir (kata ganti)
yang bersambung dengan fi’ilnya

Latihan
1. Isilah kolom berikut!

2. Tentukan fi'il yang marfu', manshub, majzum dan mabni


pada ayat berikut

َ ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ ا ْعبُ ُدوا َربَّ ُك ُم الَّ ِذي َخلَقَ ُك ْم َوالَّ ِذ‬
‫ين ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم‬
‫ض فِ َرا ًشا‬ َ ْ‫) الَّ ِذي َج َع َل لَ ُك ُم اأْل َر‬21( ‫ون‬ َ ُ‫لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّق‬
‫َوال َّس َما َء بِنَا ًء َوأَ ْن َز َل ِم َن ال َّس َما ِء َما ًء فَأ َ ْخ َر َج ِب ِه ِم َن‬
( ‫ون‬ َ ‫ت ِر ْزقًا لَ ُك ْم فَاَل تَجْ َعلُوا هَّلِل ِ أَ ْن َدا ًدا َوأَ ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم‬ ِ ‫الثَّ َم َرا‬
)22
*****
BAHASA ARAB 18 : RANGKUMAN MENGENAI ISIM

Isim adalah kata yang mempunyai makna namun tidak terikat dengan
waktu

Jenis-jenis isim menurut gender :

Isim mudzakkar
Adalah isim yang menunjukkan laki-laki, baik hakiki atau majazi.

Contoh : ٌ‫أَب‬ = bapak

Isim muannats
Adalah isim yang menunjukkan perempuan, baik hakiki atau majazi,

Contoh : ‫أُ ٌم‬ = ibu

Jenis-jenis isim menurut ta’yinnya (pembahasan menyusul)

Isim nakiroh
Adalah isim yang menunjukkan sesuatu yang umum,

Contoh : ‫ُم ْسلِ ٌم‬ = muslim

Isim ma’rifat
Adalah isim yang menunjukkan sesuatu yang khusus,

Contoh : ‫ُع َم ُر‬ = umar

Jenis-jenis isim yang mu'rob:

Isim mufrod
Adalah isim yang menunjukkan bilangan satu,

Contoh : ‫َر ُج ٌل‬ = laki-laki

Isim mutsanna
Adalah isim yang menunjukkan bilangan dua,
Contoh : ‫َر ُجالَ ِن‬ = dua laki-laki

Isim jama’ mudzakkar salim


Adalah isim yang menunjukkan laki-laki yang lebih dari dua,

Contoh : ‫ُم ْسلِ ُم ْو َن‬ = banyak muslim

Isim jama’ muannats salim


Adalah isim yang menunjukkan perempuan yang lebih dari dua,

Contoh: ٌ ‫ُم ْسلِ َم‬


‫ات‬ = banyak muslimah

Isim jama’ taksir


Adalah isim jama’ yang berubah dari bentuk mufrodnya,

Contoh : ‫ِر َجا ٌل‬ = banyak laki-laki

Isim maqsur
Adalah isim yang diakhiri oleh alif lazimah yang sebelumnya fathah,

Contoh : ‫ُم ْو َسى‬ = musa

Isim mankus
Adalah isim yang diakhiri oleh ya lazimah yang sebelumnya kasroh,

Contoh: ‫ْالهَا ِدي‬ = orang yang memberi petunjuk

Isim la yanshorif
Adalah isim yang tidak dapat di tanwin,

Contoh : ‫ُع َم ُر‬ = umar

Asma’ul khomsal
Adalah isim yang khusus yang hanya mempunyai 5 kata,

Contoh : َ ‫أَب ُْو‬


‫ك‬ = bapakmu

Jenis-jenis isim menurut bina’nya

Isim dhomir
Adalah isim yang merupakan kata ganti,
Contoh : ‫ = هُ َو‬dia laki-laki

Isim isyarah
Adalah isim yang merupakan bentuk isyarat,

Contoh : ‫هَ َذا‬ = ini

Isim syarat
Adalah isim yang menunjukkan syarat,

Contoh : ‫َمتَى‬ = kapanpun

Isim istifham
Adalah isim yang menunjukkan kata Tanya,

Contoh : ‫َم ْن‬ = siapakah

Isim maushul
Adalah isim yang merupakan kata sambung,

Contoh : ْ‫اَلَّ ِذي‬ = yang

***********

BAHASA ARAB 19 : ISIM NAKIROH DAN MA’RIFAT

Ada satu pembahasan mengenai isim yang terlewatkan (tak kira


sudah dibahas), yakni mengenai pembagian isim menurut ta’yinnya,
yakni

- Isim nakiroh
- Isim ma’rifat

Isim nakiroh adalah isim yang menunjukkan sesuatu yang


umum, yang belum jelas maksud yang diinginkan.
Contoh :

‫ = ُم ْسلِ ٌم‬muslim

Isim di atas, menurut bahasa arab adalah kata yang umum, karena
belum menjelaskan “muslim yang mana yang dimaksud”

Adapun isim ma’rifat adalah isim yang menunjukkan sesuatu


yang tertentu dan khusus.
Contoh :
‫ = ال ُم ْسلِ ُم‬muslim itu

Isim di atas, dengan penambahan alif dan lam, menjadikannya


ma’rifat dan sudah jelas “muslim mana yang dimaksudkan”

Berikut jenis-jenis isim yang ma’rifat

1. Isim dhomir
Contoh :

ُ‫هُ َو أَ ْنتَ أَنَا نَحْ ن‬

2. Nama (baik nama orang, kunyah atau gelar)


Contoh :

‫ُع َم ُر‬

‫اَبُوْ َس ِع ْي ٍد‬

‫َش ْمسُ ال ِّدي ِْن‬

3. Isim isyaroh
Contoh :

‫هَ َذا هَ َذا ِن هَاؤُاَل ِء هَ ِذ ِه هَاتَا ِن هَاؤُاَل ِء‬

4. Isim maushul
Contoh :

ِ ‫ان اَلَّ ِذ ْينَ اَلَّتِى اَلَّت‬


ِ ‫َان اَلاَّل تِى\اَلاَّل‬
‫ئ‬ ِ ‫اَلَّ ِذيْ اَلَّ َذ‬

5. Penambahan alif dan lam


Contoh :

‫ْت اَ ْل َمس ِْج ُد‬


ُ ‫اَ ْلبَي‬

6. Disandarkan pada isim ma’rifat


Contoh :

‫( قَلَ ُم ُم َح َّم ٍد‬karena Muhammad adalah ma’rifat, maka qolamun yg


asalnya nakiroh menjadi ma’rifat)

**********
BAHASA ARAB 20 : RANGKUMAN FI’IL-FI’IL

Fi'il adalah kata yang mempunyai makna dan terikat dengan


waktu

Pembagian fi'il menurut waktunya

 Fi'il madhi

Fi'il yang menunjukkan waktu lampau,


contoh : َ َ‫َخل‬
‫ق‬

 Fi'il mudhori

Fi'il yang menunjukkan waktu sekarang atau akan


datang,
contoh : ُ ُ‫يَ ْخل‬
‫ق‬

 Fi'il amr

Fi'il yang menunjukkan tuntutan suatu perbuatan (kata


perintah),
contoh: ُ ُ‫اُ ْخل‬
‫ق‬

Pembagian fi'il menurut subjeknya

 Fi'il ma'lum

Adalah fi'il yang disebutkan pelakunya,


contoh : َ َ‫َكت‬
‫ب‬

 Fi'il majhul
Adalah fi'il yang dihapus pelakunya,
contoh : َ ِ‫ُكت‬
‫ب‬

Pembagian fi'il menurut objeknya

 Fi'il lazim

Adalah fi'il yang tidak membutuhkan objek,


contoh : ‫قَا َم‬

 Fi'il muta'addi

Adalah fi'il yang membutuhkan objek,


contoh : ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ

Pembagian fi'il menurut susunannya

 Fi'il tsulasi mujarrod

Adalah fi'il yang berjumlah 3 huruf dengan


keseluruhannya adalah huruf asli,
contoh : ‫َمنَ َع‬

Fi'il tsulatsi maajid

Adalah fi'il yang berjumlah 3 huruf yang mengalami


penambahan baik satu, dua atau tiga huruf,
contoh : َ َ‫اِ ْنطَل‬
‫ق‬

 Fi'il ruba'I mujarrod


Adalah fi'il yang berjumlah 4 huruf dengan
keseluruhannya adalah huruf asli,
contoh : ‫َدحْ َر َج‬

 Fi'il ruba'I maajid

Adalah fi'il yang berjumlah 4 huruf yang mengalami


penambahan baik satu atau dua huruf,
contoh : ‫تَ َدحْ َر َج‬

  Pembagian fi'il menurut bangunannya

 ٌ ‫) َم ْه ُم ْو‬
Fi'il shohih mahmuuz (‫ز‬

Adalah fi'il shohih yang salah satu hurufnya adalah


hamzah.
Contoh: ‫َسأ َ َل‬

 ٌ ‫ضع‬
Fi'il shohih mudo'af (‫َّف‬ َ ‫) ُم‬

Adalah fi'il shohih yang huruf kedua dan ketiganya


adalah sejenis,
Contoh : ‫َم َّد‬

 Fi'il shohih saalim (‫سالِ ٌم‬


َ )

Adalah fi'il shohih selain mahmuz dan mudho'af,


Contoh : ‫َس ِم َع‬

 ٌ ‫) ِمثَا‬
Fi'il mu'tal Mitsaal (‫ل‬
Adalah fi'il yang kata kerja pertamanya dimulai dengan
huruf illat (wau/ya),
Contoh : ‫َو َع َد‬

 ٌ ‫)أَجْ َو‬
Fi'il mu'tal Ajwaf (‫ف‬

Adalah fi'il yang huruf keduanya merupakan huruf illat


(wau/ya),
Contoh : َ ‫َخ‬
‫اف‬

 Fi'il mu'tal naaqish ( ٌ‫)نَاقِص‬

Adalah fi'il yang huruf terakhirnya terdiri dari huruf illat


(wau/ya),
Contoh : ‫ض َي‬
ِ ‫َر‬

 ٌ ‫)لَفِي‬
Fi'il mu'tal lafiif (‫ْف‬

Adalah fi'il yang huruf pertama dan terakhirnya adalah


huruf illat (wau/ya),
Contoh : ‫َوقَي‬

 ِ َ‫) ُم ْلت‬
Fi'il mu'tal multawi (‫وي‬

Adalah fi'il yang huruf kedua dan akhirnya adalah huruf


illat (wau/ya),
Contoh: ‫َش َوى‬

Jenis-jenis fi'il yang mu'rob

Hanya pada fi'il mudhori yang tidak bersambung dengan nun inats
(menunjukkan perempuan) dan nun taukid (penegasan)

Jenis-jenis fi'il yang mabni

 Fi'il madhi
 Fi'il mudhori yang bersambung dengan nun inats dan
nun taukid

 Fi'il amr

**************

BAHASA ARAB 21: PEMBAHASAN MENGENAI FA’IL

Keadaan suatu isim dikatakan marfu’ ada 7 keadaan, yaitu :

 ‫الفَا ِع ُل‬
 ‫نَائِبُ الفَا ِع ِل‬

ُ‫ال ُم ْبتَ َدأ‬
 ‫ال َخبَ ُر‬
 ‫ان‬َ ‫إِ ْس ُم َك‬
  ‫َخبَ ُر إِ َّن‬
 ‫تَ َوابِ ُع‬

Dari ketujuh keadaaan ini, ketika suatu isim menempati kedudukan


dari salah satu hal di atas, menyebabkan suatu isim menjadi marfu
yang perubahan isimnya sebagaimana yang terdapat pada tabel.

Fa’il

Fa’il adalah isim marfu’ yang terletak setelah fi’il ma’lum dan
menunjukkan atas orang yang melakukan perbuatan. Dalam bahasa
Indonesia, fa’il biasa disebut subjek.

Dari pengertian di atas, kita tekankan bahwa, tidaklah


disebut fa’il jika tidak terletak setelah fi’il ma’lum dan
tidaklah disebut fa’il jika tidak menunjukkan sesuatu yang
melakukan perbuatan. Sehingga suatu isim bisa dikatakan fa’il
jika terpenuhi dua syarat di atas.
Contoh :

‫( قَا َل نُ ْو ٌح‬qoola nuuhun) =Nabi nuh berkata


Kata ‫نُ ْو ٌح‬
marfu dengan dhommah karena isim mufrod, sebagai
fa’il karena setelah fi’il ma’lum.

َ ُ‫ك ال ُمنَافِق‬
‫ون‬ َ ‫( إِ َذا َجا َء‬idza jaa akal munaafiquuna)=Ketika para
munafik datang kepadamu.

Kata َ ُ‫ال ُمنَافِق‬


‫ون‬ marfu’ dengan tanda wau karena ia isim jama’
mudzakkar salim, sebagai fa’il karena didahului fi’il ma’lum.

Bentuk fa’il dalam kalimat terbagi dua, yakni


Bisa berupa isim dzhohir (bukan dhomir)
Contoh :

ٍ ‫( َد َخ َل ْال َجنَّةَ َر ُج ٌل فِي ُذبَا‬dakholal jannata rojulun fii


‫ب‬
dzubaabin)
Seorang laki-laki masuk surga disebabkan seekor lalat

Kata ‫َر ُج ٌل‬


isim dhzohir marfu dengan tanda dhommah yang
merupakan isim mufrod, sebagai fa’il karena terletak setelah fi’il
ma’lum.

Bisa berupa dhomir


Contoh :

‫( َوهللاُ َخلَقَ ُك ْم َو َما تَ ْع َملُ ْو َن‬wallahu kholaqokum wa maa


ta’maluun)
Dan Allah, dialah yang telah menciptakan kalian dan apa yang
kalian perbuat.

Dari kalimat di atas, lafadz jalalah ُ‫هللا‬ bukanlah merupakan fa’il,

karena terletak sebelum fi’il ma’lum, namun pada kata َ َ‫َخل‬


‫ق‬
terdapat fa’il yang berupa dhomir ‫هو‬ yang merupakan kata ganti

dari lafadz jalalah ُ‫هللا‬ (cek kembali tashrif fi’il madhi), sehingga

dhomir  ‫هو‬
adalah fa'ilnya. I’rob dari dhomir, mabni atas
fathah sebagai fa’il.

Ketentuan-ketentuan fa’il
1. Fa’il selalu marfu’ dan terletak setelah fi’il ma’lum, baik secara
langsung atau dipisahkan dengan isim yang lain.
Contoh :

‫ون ِم َن ْال َمس ِْج ِد‬


َ ‫َر َج َع ال ُم ْسلِ ُم‬
(roja’a almuslimuuna minal
masjidi)=para muslimin kembali dari masjid

َ ‫( َر َج َع ِم َن ْال َمس ِْج ِد ال ُم ْسلِ ُم‬roja’a minal masjidi


‫ون‬
almuslimuuna)= para muslimin kembali dari masjid

Kata َ ‫ال ُم ْسلِ ُم‬


‫ون‬ merupakan isim jama’ mudzakkar salim, marfu
dengan tanda wau, sebagai fa’il karena terletak setelah fi’il ma’lum.

2. Jika fa’il berupa isim mufrod, mutsanna atau jamak, maka fi’il
ma’lumnya tetap dalam keadaan mufrod.
Contoh :

‫( َجاء َر ُج ٌل‬jaa a rojulun)= satu orang laki-laki datang


‫( َجا َء َر ُجالَ ِن‬jaa a rojulaani)=dua orang laki-laki datang
‫( َجا َء ِر َجا ٌل‬jaa a rijaalun)=para laki-laki datang
3. Jika fa’il berupa isim muannats atau mudzakkar, maka fi’ilnya
juga harus muannats atau mudzakkar.
Contoh :

ٌ‫ت إِ ْم َرأَة‬ْ ‫( َجا َء‬jaa at imroatun)=seorang perempuan datang


‫بُ َمرْ يَ ُم‬ْ َ‫( تَ َْذه‬tadzhabu maryamu)= maryam pergi
ُ‫ت َعائِ َشة‬
ْ َ‫( قَال‬qoolat ‘aisyatu)=aisyah berkata
4. Fi’il wajib muannast jika

 Fa’il berupa isim dhohir yang merupakan muannast


haqiqi yang datang langsung setelah fi’il

          Contoh :

           ُ‫ت َخ ِد ْي َجة‬
ْ َ‫( قَال‬qoolat khodiijatu)=khodijah berkata
             ‫( تَجْ لِسُ ِه ْن ٌد‬tajlisu hindun)= hindun duduk

 Fa’il berupa dhomir yang kembali kepada isim


muannast

          Contoh :

           ْ ‫( إِ َذا ال َّس َما ُء ا ْنفَطَ َر‬idza assamaa unfathorot)= ketika


‫ت‬
langit terbelah

‫ت‬ْ ‫ ا ْنفَطَ َر‬terdapat dhomir ‫هي‬


           Dalam kata yang

merupakan kata ganti dari ‫ء‬ُ ‫ال َّس َما‬.


5. Fi’il boleh muannast atau mudzakkar jika

 Fa’il berupa isim muannast haqiqi yang terpisah dari


fi’ilnya atau diselingi oleh isim yang lain.

          Contoh :

           ُ َ‫إِ َذا َجا َء ُك ْم ال ُم ْؤ ِمن‬


‫ات‬ (idza jaa akum almuminaatu)=
ketika para wanita mu’min datang kepadamu

 Fa’il berupa muannats majazi


          Contoh :

       ُ‫ت ال َّش ْمس‬


ِ ‫ طَلَ َع‬/ ُ‫طلَ َع ال َّش ْمس‬
َ (thola’as syamsu /
thola’atis syamsu)=matahari telah terbit

 Fa’il berupa jama’ taksir

          Contoh :

           ْ ‫ َجا َء‬/ ‫( َجا َء الرُّ ُس ُل‬jaa arrusulu/jaa


‫ت الرُّ ُس ُل‬
atirrusulu)= para rosul datang

Kasus :
Jika kita melihat hal ini, maka kita akan merasa geli ketika ada
seorang yang mengaku nabi dan rosul padahal ia adalah seorang
wanita, mereka berdalil dengan surat ibrohim ayat 10 berikut :

‫ض‬ ْ‫ت َواأْل َر‬


ِBerkata ٌّ ‫ت ُر ُسلُهُ ْم أَفِي هَّللا ِ َش‬
ِ َ‫ك ف‬
ِ ‫اط ِر ال َّس َما َوا‬ ْ َ‫قَال‬
rasul-rasul mereka: "Apakah ada keragu-raguan terhadap
Allah, Pencipta langit dan bumi?

Orang yang tidak mengerti bahasa arab akan mengatakan, “rosul


itu ada yang perempuan, karena fi’il yang digunakan berupa

perempuan yakni ْ َ‫قَال‬, sehingga dari hal ini, rosul perempuan itu
‫ت‬
ada”.

Kita jawab :
Inilah perkataan orang yang tidak mengerti bahasa arab, dan
menafsirkan bahasa arab hanya menurut hawa nafsunya.
Jika kita mempelajari sedikit hal mengenai pembahasan fa’il ini, kita

akan tahu bahwa kata ‫رسل‬ 


merupakan isim jama’ taksir,
sehingga jika ia berkedudukan sebagai fa’il, maka fi’ilnya boleh
muannats dan boleh mudzakkar, seperti pada ketentuan di atas.

Soal latihan
Tentukan fa'il dari ayat berikut beserta i'robnya!!
36 ‫ضى اهللُ َو َر ُس ْولُهُ أ َْمًرا[ األحزاب‬ َ َ‫]إِ َذا ق‬ .1
23 ‫ك اَالَّ َت ْعبُ ُدوا إِالَّ إِياهُ[ اإلسراء‬ َ ُّ‫ضى َرب‬ َ َ‫ ] َوق‬.2
56 ‫[ الذريات‬.... ‫س‬ ْ‫ن‬ ِ‫ت اجلِْ َّن َو اإْل‬ُ ‫ ] َو َما َخلَ ْق‬.3
َ
ِ
65 ‫[ الزمر‬... ‫ك‬ َ ُ‫ت لَيَ ْحبَطَ َّن َع َمل‬ َ ‫ ]لَئ ْن أَ ْشَر ْك‬.4
5 ‫اسَت َوى[ طه‬ ْ ‫ ]الرَّمْح َ ُن َعلَى الْ َع ْر ِش‬.5
100 ‫[ التوبة‬.... ‫ ] َر ِض َي اهللُ َعْن ُه ْم‬.6
ُ‫ك اهلل‬ َ ُ‫ َي ْرمَََح‬.7
***************

BAHASA ARAB 22 : PEMBAHASAN NAIBUL FA’IL

Naibul fa’il adalah isim marfu yang terletak setelah fi’il


majhul dan menunjukkan sesuatu yang dikenakan
perbuatan.

Naibul fa’il disebut naibul fa’il karena pada asalnya naibul fa’il
adalah maf’ul bih (objek), namun karena fa’ilnya dihilangkan, maka
maf’ul bih tadi menggantikan posisi fa’il, sehingga disebut naibul
fa’il (pengganti fa’il)
Contoh :

‫ب َعلَ ْي ُك ُم الصِّ يَا ُم‬


َ ِ‫ُكت‬
(kutiba alaikumusshiyaamu)=diwajibkan atas kalian berpuasa

Kata ‫صيَا ُم‬


ِّ ‫ ال‬isim mufrod, marfu dengan dhommah, sebagai naibul fa’il
karena setelah fi’il majhul

Asalnya

‫َب هللاُ َعلَ ْي ُك ُم الصِّ يَا َم‬


َ ‫َكت‬
(kataballahu alaikumusshiyaama)=Allah mewajibkan atas kalian
berpuasa

Kata ‫صيَا َم‬


ِّ ‫ ال‬isim mufrod, manshub dengan fathah, sebagai maf’ul bih

Perbedaan yang mencolok dengan fa’il, jika fa’il didahului


fi’il ma’lum, adapun naibul fa’il didahului fi’il majhul.
Sama halnya dengan fa’il, naibul fa’il dapat berupa
Isim dzhohir (bukan dhomir)
Contoh :

ُ‫( قُ ِرأَ ْال ِكتَاب‬qurial kitaabu)=buku dibaca

Kata ُ‫ ْال ِكتَاب‬isim mufrod, marfu dengan dhommah sebagai naibul fa’il
karena terletak setelah fi’il majhul.

Isim dhomir

َ ِ‫ُخل‬
ٍ ِ‫ق ِم ْن َما ٍء دَاف‬
‫ق‬
(khuliqo min maain daafiqin)=dia diciptakan dari air yang
dipancarkan

Kata ‫ ُخلِ َق‬mengandung dhomir ‫ هو‬yang merupakan naibul fa’il dari fi’il
majhul di atas.

Dari hal ini menunjukkan fi’il majhul mempunyai tashrif


lughowi sebagaimana dengan fi’il ma’lum. Adapun
perubahannya sebagaimana fi’il ma’lum, namun dimajhulkan
(cara memajhulkan fi’il ma’lum sudah dibahas pada
pelajaran sebelumnya).

Ketentuan-ketentuan naibul fa’il


1. Naibul fa’il selalu marfu dan terletak setelah fi’il majhul, baik
secara langsung atau diselingi kata lain.
Contoh :

ُ‫( قُ ِرأَ ْال ِكتَاب‬qurial kitaabu)=buku dibaca

‫ب َعلَ ْي ُك ُم الصِّ يَا ُم‬


َ ِ‫ُكت‬
(kutiba alaikumusshiyaamu)=diwajibkan atas kalian berpuasa

2. Jika naibul fa’il berupa isim mufrod, mutsanna atau jamak, maka
fi’il majhulnya tetap dalam keadaan mufrod.
Contoh :

‫( قُتِ َل كَافِ ٌر‬qutila kaafirun)=seorang kafir terbunuh

ِ ‫( قُتِ َل كَافِ َر‬qutila kaafirooni)=dua orang kafir terbunuh


‫ان‬

َ‫( قُتِ َل كَافِرُوْ ن‬qutila kaafiruuna)=para orang kafir terbunuh

3. Jika naibul fa’il berupa isim muannats atau mudzakkar, maka


fi’ilnya juga harus muannats atau mudzakkar.
Contoh :
ْ َ‫( ُكتِب‬kutibat risaalatun)=surat ditulis
ٌ‫ت ِر َسالَة‬

4. Fi’il wajib muannast jika

 Naibul fa’il berupa isim dhohir yang merupakan


muannast haqiqi yang bersambung dengan fi’il

          Contoh :

       ْ َ‫لُقِب‬
‫ت فَاط َمةُ بِال َّز ْه َرا ِء‬
          (luqibat faatimatu bizzahrooi)=fatimah diberi gelar azzahro

 Naibul fa’il berupa dhomir yang kembali kepada isim


muannast

          Contoh :

       ْ ‫ء َك ْيفَ ُرفِ َع‬Eِ ‫َو اِلَى ال َّس َما‬


‫ت‬
          (wa ilassamaai kaifa rufi’at)=Dan langit, bagaimana ia
ditinggikan.

          Dalam kata ‫ ُرفِ َع ْت‬terdapat dhomir ‫ هي‬yang merupakan kata


ganti ‫ال َّس َماء‬.

5. Fi’il boleh muannast atau mudzakkar jika

 Naibul fa’il berupa isim muannast haqiqi yang terpisah


dari fi’ilnya atau diselingi oleh isim yang lain.

          Contoh :

       ٌ‫ارقَة‬
ِ ‫قُتِ َل فِي السِّجْ ِن َس‬
          (qutila fissijni saariqoh)=pencuri perempuan dibunuh di
penjara

 Naibul fa’il berupa muannats majazi


          Contoh :

       ‫ء‬Eُ ‫ ُرفِ َع ال َّس َما‬/ ‫ت ال َّس َما ُء‬


ِ ‫ُرفِ َع‬
          (rufi’atissamaau/rufi’assamaau)=langit ditinggikan

 Naibul fa’il berupa jama’ taksir

          Contoh :

       ِ ‫أُقِ ْي َم‬/ُ‫صَانِع‬
َ ‫ت ْال َم‬
‫صَانِ ُع‬ َ ‫أُقِ ْي َم ْال َم‬
          (uqiimul mashooni’u/uqiimatil mashooniu)=bangunan-
bangunan ditegakkan

Catatan :
Naibul fa’il pada dasarnya adalah maf’ul bih, sehingga ketika
terdapat fi’il muta’addi yang membutuhkan dua maf’ul bih
(objek), maka maf’ul bih pertama menjadi naibul fa’il,
sedangkan maf’ul bih kedua tetap menjadi maf’ul bih.
Contoh :

‫أَ ْعطَى ُم َح َّم ٌد ْالفَقِ ْي َر ثَوْ بًا‬


(a’tho muhammadun alfaqiiro tsauban)=Muhammad memberikan
orang fakir baju

menjadi

‫( أُ ْع ِط َي ْالفِقِ ْي ُر ثَوبًا‬u’thiyal faqiiru tsauban)=orang fakir diberikan baju

Latihan :
Sebutkan naibul fa’il dari jumlah berikut!

1. ‫إِ َذا ُذ ِك َر هللاُ َو ِجلَ ْت قُلُوْ بُهُ ْم‬


2. َ َّ‫ت اَ ْن أُقَاتِ َل الن‬
‫اس‬ ُ ْ‫أُ ِمر‬

3. َ‫الَ يُسْأ َ ُل َع َّما يَ ْف َع ُل َوهُ ْم يُسْأَلُوْ ن‬

4. ٍ َ‫ُرفِ َع ْالقَلَ ُم ع َْن ثَال‬


‫ث‬

Terjemahkan ke dalam bahasa arab!


1. Sebuah surat telah ditulis
2. Seorang murid telah dipukul
3. Para murid sedang ditanya
4. Pintu telah dibuka
5. Sholat telah diwajibkan

***********************

BAHASA ARAB 23 : PEMBAHASAN MUBTADA DAN KHOBAR

Mubtada adalah isim marfu yang umumnya terletak pada


awal jumlah.
Adapun khobar adalah isim yang menyempurnakan makna
mubtada.
Contoh :

ِ‫ُم َح َّم ٌد َرس ُْو ُل هللا‬ (muhammadun rosulullah)=Muhammad


adalah rosulullah

Kata ‫ُم َح َّم ٌد‬


marfu’ dengan tanda dhommah yang merupakan isim
mufrod, sebagai mubtada.

Kata ‫َرس ُْو ُل‬


marfu’ dengan tanda dhommah yang merupakan isim
mufrod, sebagai khobar.

َ َ‫ان ُح َّجةٌ ل‬
‫ك‬ ُ ‫( القُرْ َء‬alqur aanu hujjatun laka)=alquran adalah
hujjah bagimu

Ketentuan-ketentuan mubtada dan khobar


1. Mubtada bisa berupa isim mu’rob atau mabni
Contoh :

‫( ال َحالَ ُل بَي ٌِّن‬alhalaalu bayyinun)=segala yang halal itu sudah


jelas

Kata ‫ال َحالَ ُل‬ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai
mubtada.

ِ‫ت َرس ُْو ُل هللا‬ َ ‫( أَ ْن‬anta rosuulullahi)=kamu adalah rosulullah


Kata ‫ت‬ َ ‫ أَ ْن‬mabni dengan fathah, isim dhomir sebagai mubtada.
2. Khobar bisa berupa
- Mufrod (bukan jumlah)
Contoh :

‫( ْال ِكتَابُ َج ِد ْي ٌد‬alkitaabu jadiidun)=kitab itu baru


Kata ‫َج ِد ْي ٌد‬ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai khobar.

- Jumlah ismiyyah
Contoh :

ُ ‫ ْالبَي‬ (albaitu baabuhu kabiirun)=rumah itu pintunya


‫ْت بَابُهُ َكبِ ْي ٌر‬
besar

Jumlah ‫بَابُهُ َكبِ ْي ٌر‬


merupakan jumlah ismiyyah, I’rob dari
jumlah ini adalah fii mahalli rof’in (menempati kedudukan rofa),
sebagai khobar. (ingat ini I’rob dari keseluruhan jumlah

ismiyyah, jika dipisah perkatanya maka ‫اب‬


ُ َ‫ب‬ marfu sebagai

mubtada sedangkan ‫َكبِ ْي ٌر‬ marfu sebagai khobar).

- Jumlah fi’liyyah
Contoh :

ُ‫( ال َمرْ أَةُ تَ ْذهَب‬almar`atu tadzhabu)=perempuan itu pergi


Jumlah ُ‫ذهَب‬ ْ َ‫ ت‬merupakan jumlah fi’liyyah, fii mahalli rof’in
(menempati kedudukan rofa) sebagai khobar.

- Susunan huruf jer dan isim majrur (termasuk syibhul


jumlah)
Contoh :

ِ َ‫( اَ ْلقَلَ ُم َعلَى ال َم ْكت‬alqolamu ‘alal maktabi)=pulpen itu di atas


‫ب‬
meja

Jumlah ِ َ‫َعلَى ال َم ْكت‬


‫ب‬ merupakan susunan jer majrur, menempati
kedudukan rofa, sebagai khobar.

- Susunan dhorof (kata keterangan) dengan mudhof ilaih


(termasuk syibhul jumlah)
Contoh :

‫اَألُ ْستَا ُذ أَ َما َم ْالفَصْ ِل‬ (alustaadzu amaamal fashli)=ustad itu di


depan kelas

Susunan kata ‫أَ َما َم ْالفَصْ ِل‬


menempati kedudukan rofa, sebagai
khobar. (penjelasan mengenai dhorof pada pelajaran selanjutnya).

3. Jika khobar berupa mufrod bukan jumlah, maka mubtada


dan khobar harus sama di dalam
- Bilangannya (mufrod, mutsanna atau jama’)
Contoh :

ٌ‫( اَلطَّالِبُ نَ ِشيْط‬atthoolibu nasyiithun)=murid itu rajin


ِ َ‫ان نَ ِش ْيط‬
‫ان‬ ِ َ‫الطَّالِب‬ (atthoolibaani nasyiithooni)=2 murid itu rajin
‫( اَلطَّالِب ُْو َن نَ ِش ْيطُ ْو َن‬atthoolibuuna nasyiithuuna)= para murid itu
rajin

- Jenisnya (mudzakkar atau muannast)


Contoh :

‫( ال َّر ُج ُل قَائِ ٌم‬arrojulu qooimun)=laki-laki itu berdiri


ٌ‫( ال َمرْ أَةُ قَائِ َمة‬almar`atu qooimatun)=perempuan itu berdiri
4. Khobar boleh didahulukan jika
- Khobar berupa syibhul jumlah dan mubtada berbentuk
ma’rifat
Contoh :
‫ ال َّر ُج ُل فِي ال ُغرْ فَ ِة‬/ُ‫فِي ال ُغرْ فَ ِة ال َّر ُجل‬
(fil gurfati arrojulu/arrojulu fil gurfati) =laki-laki itu di dalam rumah

5. Khobar wajib di depan jika


- Khobar berupa isim istifham
Contoh :

‫‘( أَي َْن هللاُ ؟‬ainallahu)=dimana Allah?


Kata ‫ْن‬َ ‫ أَي‬merupakan khobar yang wajib didahulukan, dan
dinamakan khobar muqoddam.

- Khobar berupa syibhul jumlah dan mubtada berupa isim


nakiroh yang tidak disifati dan tidak disandarkan.
Contoh :

‫ْر يُ ْس ٌر‬
ِ ‫( َم َع ال ُعس‬ma’al ‘usri yusrun)=bersama kesulitan ada
kemudahan

Kata ‫يُ ْس ٌر‬


merupakan mubtada yang wajib diakhirkan, dan
dinamakan mubtada muakhkhor.

- Khobar berupa isim isyarah yang menunjukkan tempat


Contoh :

َ ُ‫هُنَا ِكتَاب‬
‫ك‬ (hunaa kitaabuka)=disana kitabmu

Kata ‫ هُنَا‬merupakan khobar yang wajib didahulukan.


Catatan:

Diantara faidah mengetahui mubtada dan khobar adalah ketika


khobar yang boleh diakhirkan namun didahulukan atas mubtada,
maka menunjukkan sesuatu hal yang khusus atau pembatasan.
Hal ini sebagaimana dalam contoh :

‫هلل ْاألَسْ َمآ ُء ْالحُسْ َنى‬


ِ ‫و‬  
َ  
Jika diartikan secara bahasa, "dan kepunyaan Allah lah nama-nama
yang husna".
Namun jika kita mengartikan dengan kaidah di atas, kita dapatkan
bahwa dengan mendahulukan khobar dari mubtada, akan
menunjukkan pembatasan, sehingga arti yang benar dari jumlah di
atas adalah "dan hanya kepunyaan Allah lah nama-nama yang
husna"

***************

BAHASA ARAB 24 : ISIM KANAA DAN SAUDARA-


SAUDARANYA

Kaana dan saudara-saudaranya merupakan suatu fi’il, dimana


ketika ia masuk pada jumlah ismiyyah akan menyebabkan
marfunya mubtada dan disebut sebagai isim kaana, serta
manshubnya khobar yang dinamakan khobar kaana.
Contoh :

‫ُم َح َّم ٌد َغنِ ٌّي‬


(muhammadun goniyyun)=Muhammad itu kaya

Jumlah di atas merupakan jumlah ismiyyah yang tersusun dari


mubtada dan khobar. Ketika kemasukan kaana dan saudara-
saudaranya pada jumlah tersebut maka menjadi

ً ‫ان ُم َح َّم ٌد َغنِيّا‬


َ ‫ َك‬ 
(kaana muhammadun goniyyan)=dahulu Muhammad itu kaya

Dari hal ini, I’rob dari kalimat‫ُم َح َّم ٌد‬


adalah marfu’ dengan tanda
dhommah, karena isim mufrod, sebagai isim kaana.

Kaana mempunyai 3 arti yang berbeda-beda, sesuai dengan


konteks yang diinginkan, yakni

1. Bisa berarti terus menerus (istimror)


Contoh :

‫ان هللاُ َغفُورًا َر ِح ْي ًما‬


َ ‫( َو َك‬wa kaanallahu gofuurorrohiimaa)
Artinya : Allah senantiasa dzat yang maha pengampun lagi maha
pengasih

2. Bisa berarti menjadi


Contoh :

ً‫ان َوجْ هُهُ ُم ْس َو َّدة‬


َ ‫( َك‬kaana wajhuhu muswaddatan)
Artinya wajahnya (para orang musyrik) menjadi suram

3. Bisa berarti madhi (dulu)


Contoh :

َ ‫( َك‬kaana aliyyun mujtahidan)


‫ان َعلِ ٌّي ُمجْ تَ ِه ًدا‬
Artinya : Ali dahulunya adalah seorang mujtahid

Diantara saudara-saudara kaana yang mempunyai amal yang


sama dengan kaana adalah

1. Sebagai fungsi waktu

- ‫( أَصْ بَ َح‬ashbaha)=waktu subuh


- ‫حى‬ َ ْ‫( أَض‬adhha)=waktu dhuha
-‫ل‬ َّ ‫ض‬َ (dholla)=waktu siang
- ‫سى‬ َ ‫( أَ ْم‬amsa)=waktu sore
- ‫ات‬ َ َ‫( ب‬baata)=waktu malam
Contoh :

‫ات ْال َولَ ُد نَائِ ًما‬


َ َ‫ب‬
(baata alwaladu naaiman)=Anak itu tidur di malam hari

‫ ْال َولَ ُد‬marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim ‫ات‬
َ َ‫ب‬
2. Sebagai fungsi untuk meniadakan

- َ ‫لَي‬
‫ْس‬(laisa)=bukan/tidak
Contoh :

ً‫ْس النَّ َجا ُح َس ْهال‬


َ ‫لَي‬
(laisa annajaahu sahlan)=Kesuksesan itu tidaklah mudah

‫ النَّ َجا ُح‬marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim ‫ْس‬
َ ‫لَي‬
3. Sebagai fungsi perubahan

- ‫صا َر‬
َ (shooro)=menjadi
Contoh :

‫ًّا‬FE‫صا َر ُم َح َّم ٌد َشاًب‬


َ
(shooro muhammadun syaabban)=Muhammad telah menjadi
seorang pemuda

‫ ُم َح َّم ٌد‬marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim ‫صا َر‬
َ
4. Sebagai fungsi terus menerus

-‫( َمابَ ِر َح‬maabariha)=senantiasa


-‫ك‬َّ َ‫( َما ْنف‬manfakka)=senantiasa
-‫ئ‬ َ ِ‫( َمافَت‬maafati`a)=senantiasa
-‫ل‬ َ ‫( َما َزا‬maazaala)=senantiasa
Contoh :

‫ق ُم َك ِّدرًا‬
ُ ‫ار‬
ِ ‫َما َزا َل ْال َس‬
(maazaala assaariqu mukaddiron)=Pencuri itu senantiasa membuat
resah

‫ق‬ ِ ‫ ْال َس‬marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim


ُ ‫ار‬
‫َما َزا َل‬
5. Sebagai fungsi jeda waktu

- ‫َما َدا َم‬


(maadama)=selama
Contoh :

‫الَ تَ ْخ ُرجْ َما َدا َم ْاليَ ْو ُم ُم ْم ِطرًا‬


(laa takhruj maadama alyaumu mumthiron)=Jangan keluar selama
hari masih hujan

‫ ْاليَ ْو ُم‬marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai isim ‫َما َدا َم‬
Catatan
1. Ketentuan isim kaana atau saudara-saudaranya dan khobar
kaana atau saudara-saudaranya sebagaimana ketentuan pada
mubtada dan khobar.

2. Jika isim kaana dan saudara-saudaranya berupa isim muannats,


maka kaana dan saudara-saudaranya juga berbentuk muannats.
Hal ini karena kaana dan saudara-saudaranya merupakan fi’il.
Contoh :

َ ُ‫ت َعائِ َشة‬


ً‫صالِ َحة‬ ْ َ‫َكان‬
(kaanat ‘aisyatu sholihatan)= aisyah adalah wanita yang sholehah

Pembahasan rinci tentang kaana dan saudara-saudaranya


pada pelajaran manshubat, pada pembahasan khobar kaana.

**************

BAHASA ARAB 25 : KHOBAR INNA DAN SAUDARA-


SAUDARANYA

Jika suatu jumlah ismiyah (susunan mubtada dan khobar) didahului


oleh inna atau saudara-saudaranya, maka akan menyebabkan
mubtada menjadi manshub dan disebut isim inna, dan khobar tetap
marfu dan disebut khobar inna.
Contoh :

‫إِ َّن هللاَ َس ِم ْي ٌع‬ 


(innallaha samii’un) sesungguhnya Allah maha mendengar

Kata ‫َس ِم ْي ٌع‬


marfu dengan tanda dhommah, isim mufrod sebagai
khobar inna.

‫إِ َّن ال ِّدي َْن ِع ْن َد هللاِ اإْل ِ ْسالَ ُم‬


(inna addina ‘indallahi al islaamu) sesungguhnya agama (yg
diterima) disisi Allah adalah islam

Kata ‫اإْل ِ ْسالَ ُم‬ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod, sebagai
khobar inna.

Adapun saudara-saudara inna dan fungsi-fungsinya

1. Untuk penegasan dengan huruf َّ‫ أَن‬, َّ‫إِن‬


Contoh :

َ ‫إِ َّن اإْل ِ ْمتِ َح‬


‫ان َس ْه ٌل‬
(innal imtihaana sahlun) sesungguhnya soal itu mudah

Kata ‫َس ْه ٌل‬ marfu dengan dhommah, isim mufrod, sebagai khobar
inna.

2. Untuk penyerupaan dengan kata َّ‫َكأَن‬


Contoh :

‫ك أَ َس ٌد‬
َ َّ‫َكأَن‬
(kannaka asadun) Seakan-akan engkau singa

Kata ‫أَ َس ٌد‬ marfu dengan dhommah, isim mufrod, sebagai khobar
kaanna.

3. Untuk menyangkal, dengan kata َّ‫لَ ِكن‬


Contoh :

‫ َولَ ِكنَّ ُك ْم ُغثَا ٌء َك ُغثَا ِء ال َّسي ِْل‬ 


(wa lakinnakum gusaaun kagusaail sail) akan tetapi kalian adalah
buih, seperti buih di lautan.

Kata ‫ُغثَا ٌء‬ marfu dengan dhommah, isim mufrod, sebagai khobar
lakinna.

4. Untuk berangan-angan, dengan kata َ ‫لَ ْي‬


‫ت‬
Contoh :

َ َ‫ْت ال َّشب‬
‫اب يَعُو ُد‬ َ ‫لَي‬
(laita assabaaba ya’uudu) seandainya bisa muda kembali
Kata ‫يَعُو ُد‬
menempati kedudukan rofa (fii mahalli rof’in), sebagai
khobar laita.

5. Untuk pengharapan, dengan kata ‫لَ َع َّل‬


Contoh :

‫لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُ ْو َن‬ 


(la’allakum tattaquun) agar kalian bertaqwa

Kata ‫تَتَّقُ ْو َن‬


menempati kedudukan rofa (fii mahalli rof’in), sebagai
khobar la’alla.

Catatan :
1. Khobar inna sama halnya dengan khobar pada susunan
jumlah ismiyyah, bisa berupa

 Mufrod (bukan jumlah)

          Contoh :

       ‫ك أَ َس ٌد‬
َ َّ‫َكأَن‬
           (kannaka asadun) engkau seperti singa

           Kata ‫ أَ َس ٌد‬marfu dengan dhommah, isim mufrod, sebagai


khobar kaanna.

 Jumlah ismiyyah

         Contoh :

      ‫إِ َّن ا ْب َرا ِه ْي َم أَب ُْوهُ َكافِ ٌر‬


         (inna ibrohiima abuuhu kaafirun) sesungguhnya ibrohim itu
bapaknya seorang yang kafir

         Jumlah   ‫أَب ُْوهُ َكافِ ٌر‬ menempati kedudukan marfu' (fii


mahalli rof'in), sebagai khobar inna

 Jumlah fi’liyyah

         Contoh :

َ َ‫ْت ال َّشب‬
      ‫اب يَعُو ُد‬ َ ‫لَي‬
         (laita assabaaba ya’uudu) seandainya bisa muda kembali

          Kata‫يَعُو ُد‬
menempati kedudukan rofa (fii mahalli rof’in),
sebagai khobar laita.

 Jer majrur

          Contoh :

      ‫إِ َّن هللاَ فِي ال َّس َما ِء‬


         (innallaha fissamaai) Sesungguhnya Allah berada di atas
langit

 Dhorof majrur

         Contoh :

ِ ْ‫َوأَ َّن ْالفَ َر َج َم َع ْال َكر‬


      ‫ب‬
         (wa annal faroja ma’al karbi) Sesungguhnya jalan keluar
bersama dengan kesusahan

2. Kaidah penempatan isim inna dan khobar inna dan


saudara-saudaranya sebagaimana penempatan mubtada dan
khobar pada pelajaran sebelumnya.

3. Hamzah pada kata ‫إن‬ di baca kasroh (inna) jika


 Pada awal kalimat (jumlah) sebagaimana yg ada pada
surat al-kautsar

 Setelah ‫قال‬

          Contoh :

       ‫قُلْ إِ َّن هُ َدى هللاِ هُ َو الهُ َدى‬


          (qul inna hudallahi huwal huda) katakanlah, sesungguhnya
petunjuk Allah adalah benar-benar petunjuk

 Setelah sumpah

          Contoh :

       ٌ‫َوهللاِ إِ َّن نَصْ َر هللاِ قَ ِريْب‬


          (wallahi inna nashrollahi qoriibun) demi Allah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu dekat

 Setelah isim maushul

          Contoh :

ِ َ‫َجا َء الَّ ِذى إِنَّهُ ن‬


       ‫اج ٌح‬
          (jaa alladzii innahu naajihun) datang orang yang
sesungguhnya dia orang yang beruntung

 Setelah kata ‫حيث‬ (haitsu)


Latihan: sebutkan khobar inna dan saudara-saudaranya

1. ‫إِ َّن هللاَ بِ ُكلِّ َش ْي ٍء َعلِ ْي ٌم‬


ِِ
2. . ٌ‫ريْب‬ ِ َ‫لَ َع َّل السَّا َعةَ ق‬
3. ِ‫د ِهلل‬ ِ ‫َوأَ َّن ْال َم َس‬
َ ‫اج‬
4. ‫إِ َّن هللاَ ِع ْن َدهُ ِع ْل ُم السَّا َع ِة‬
*********
BAHASA ARAB 26 : TAWABI’ – NA’AT

Tawabi adalah isim yang mengikuti isim sebelumnya dalam I’rob


Jenis tawabi ada 4, yaitu

Na’at (sifat)
Badal (pengganti)
Taukid (penegas)
Athof (penghubung)

Pada kesempatan ini, kita hanya cukupkan dalam membahas na’at.

Na’at (sifat)
Na’at adalah jenis tawabi yang disebutkan untuk menjelaskan sifat
dari isim syang disifati. Sehingga fungsi dari na’at adalah untuk
menerangkan sifat dari isim yang disifati.
Contoh :

‫َولَ َع ْب ٌد ُُم ْؤ ِم ٌن َخ ْي ٌر ِم ْن ُم ْش ِر ٍك‬


(wa la’abdun mu`minun khoirun men musyrikin)
Dan sungguh hamba yang mukmin lebih baik dari orang musyrik

Kata ‫َولَ َع ْب ٌد‬ marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai


mubtada.

Kata ‫ ُُم ْؤ ِم ٌن‬marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai na’at.


Kata ‫ر‬ٌ ‫ َخ ْي‬marfu’ dengan dhommah, isim mufrod sebagai khobar.
ُ ْ‫َم َرر‬
‫ت ِب َرج ٍُل َك ِري ٍْم‬
(marortu bi rojulin kariimin) aku berpapasan dengan laki-laki yang
terhormat

Kata ‫َك ِري ٍْم‬ majrur dengan kasroh, isim mufrod sebagai na’at

ً‫ْت ِكتَابًا َج ِديْدا‬


ُ ‫إِ ْشتَ َري‬ 
(isytaroitu kitaaban jadiidan) aku memebeli kitab yang baru

Kata ً‫َج ِديْدا‬ manshub dengan fathah, isim mufrod sebagai na’at.

Catatan

  Na’at atau sifat, mengikuti isim sebelumnya


dalam 4 hal, yaitu

           Dalam I’robnya, contoh :

        ‫ْال ِكتَابُ ْال َج ِد ْي ُد‬


            (alkitaabu aljadiidu)= kitab yang baru

ُ ‫َرأَي‬
        ‫ْت ِكتَابًا َج ِد ْي ًدا‬
            (roaitu kitaaban jadiidan)= aku melihat kitab yang baru
           Dalam jenisnya (mudzakkar atau muannats), contoh :

        ‫اَل َّر ُج ُل الصَّالِ ُح‬


            (arrojulu ashshoolihatu)=laki-laki yang sholeh

        ُ‫اَ ْل َمرْ أَةُ الصَّالِ َحة‬


            (almar`atu ashsholihatu)=wanita yang sholehah

           Dalam bilangannya (mufrod, mutsanna atau


jamak),contoh :

        ‫صالِ ٌح‬
َ ‫َر ُج ٌل‬
            (rojulun sholihun)=laki-laki yang sholeh

        ‫ان‬ َ ‫َر ُجالَ ِن‬


ِ ‫صالِ َح‬
            (rojulaani sholihaani)= dua laki-laki yang sholeh

        ‫صالِح ُْو َن‬ َ ‫ ِر َجا ٌل‬ 


            (rijaalun sholihuuna)=banyak laki-laki yang sholeh

            Dalam nakiroh atau ma’rifatnya, contoh :

        ‫( اَ ْل َمس ِْج ُد ْال َكبِ ْي ُر‬almasjidu alkabiiru)=masjid yang


besar

        ‫ َمس ِْج ٌد َكبِ ْي ٌر‬ (masjidun kabiirun)=masjid yang besar

 Setiap jumlah yang terletak setelah isim nakiroh,


maka jumlah tersebut adalah na’at

          Contoh :

‫ت تَجْ ِرى ِم ْن تَحْ تِهَا ااْل َ ْنهَا ُر‬


           ٍ ‫َجنَّا‬
           (jannaatin tajrii min tahtihal anhaaru)
            surga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai
            Jumlah fi’liyah ‫ تَجْ ِرى ِم ْن تَحْ تِهَا ااْل َ ْنهَار‬merupakan
na’at dari kata ٍ ‫ َجنَّا‬, sehingga diartikan “surga yang”.
‫ت‬

 Jika isim yang disifati berupa isim jamak yang


tidak berakal, maka na’at boleh berupa mufrod
muannats atau jamak muannats.

          Contoh :

       ُ‫( اَ ْل ِجبَا ُل ْال َعالِيَة‬aljibaalu al’aaliyatu)=gunung-gunung


yang tinggi
ُ َ‫(اَ ْل ِجبَا ُل ْال َعالِي‬aljibaalu al’aaliyaatun)=gunung-gunung
          ‫ات‬
yang tinggi

Latihan
Benarkan yang salah !

َ : ‫اَلت َّْم ِريْ ُن‬


! ‫ص ِّح ْح َما َتَراهُ َغلَطًا‬

‫ات‬ ‫ اَلْمؤ ِمنات َّ حِل‬.1


ُ َ ‫الصا‬ ُ َ ُْ

‫ب الْ ُم ْسلِ ُم ْو َن جُمْتَ ِه ُد ْو َن‬


َ ‫ َذ َه‬.2

‫ت كِتَ َابنْي ِ َكبِْيَر ِان‬ ِ


ُ ْ‫ ا ْشَتَري‬.3

‫صاحِلَةٌ اُ ْخُت َها‬ ِ


َ ‫ت بِالْ َم ْرأَة‬
ُ ‫ َمَر ْر‬.4

‫ت كِتَابًا اِ ْشَتَراهُ َعلِ ٌّي‬


ُ ْ‫ َقَرأ‬.5
***************
BAHASA ARAB 27 : TAWABI’ – ‘ATHOF

Athof adalah jenis tawabi yang terletak setelah huruf athof, yang
merupakan penghubung antara isim yang satu dengan yang
lainnya, atau fi’il yang satu dengan yang lainnya. Dalam bahasa
Indonesia, athof bisa dikatakan kata penghubung.
Contoh :

 ‫ارى‬
َ ‫ص‬َ َّ‫لَ َع َن هللاُ ْاليَه ُْو َد َوالن‬
(la’anallahu al-yahuuda wannashooro)
Allah melaknat yahudi dan nasrani

Kata ُ‫ هللا‬marfu dengan dhommah, isim mufrod, sebagai fa’il.


ْ manshub dengan fathah, isim mufrod, sebagai maf’ul
Kata ‫اليَه ُْو َد‬
bih (objek).
Kata ‫ارى‬
َ ‫ص‬َ َّ‫الن‬ manshub dengan fathah muqoddaroh, isim maqsur,
sebagai athof yang mengikuti kata ‫ ْاليَه ُْو َد‬.yang berkedudukan
manshub

Diantara huruf-huruf athof adalah


‫ حتى‬,‫ بل‬,‫ لكن‬,‫ ال‬,‫ أم‬,‫ أو‬,‫ ثم‬,‫ ف‬,‫و‬

1. Huruf ‫( و‬wau) digunakan untuk menghubungkan atau


menggabungkan dua kata, dan diartikan dengan “dan”.
Contoh :

‫َجا َء ُم َح َّم ٌد َو َح َس ٌن َو َس ِع ْي ٌد‬


(jaa`a muhammadun wa hasanun wa sa’iidun)
Muhammad dan hasan dan sa’id datang

Kata ‫َح َس ٌن‬ dan ‫َس ِع ْي ٌد‬ marfu dengan dhommah, kedua-duanya isim
mufrod. Kedudukannya sebagai athof, karena terletak setelah huruf
athof ‫و‬.

2. Huruf ‫ف‬ digunakan untuk urutan yang tanpa jeda, dan


biasa diartikan dengan “lalu" atau "kemudian”.
Contoh :
‫َد َخ َل ْال ُمتَّ ِه ُم فَ ْال ُم َحا ِمي‬
(dakholal muttahimu fal muhaami)
orang yang menuduh masuk kemudian pengacara masuk.

Kata ‫ْال ُم َحا ِمي‬ marfu dengan dhommah muqoddaroh, isim mankus,
sebagai athof.
Kalimat ini menunjukkan urutan tanpa jeda waktu, sehingga
maknanya, orang yang menuduh masuk seiring dengan masuknya
pengacara.

3. Huruf ‫ثم‬ (tsumma) digunakan untuk urutan dengan jeda


waktu, dan diartikan dengan “kemudian”
Contoh :

‫ات ال َّر ِش ْي ُد ثُ َّم ْال َمأْ ُم ْو ُن‬


َ ‫َم‬
(maatal rosyiidu tsummal ma’muunu)
rosyid meninggal kemudian ma’mun.

Kata ‫ْال َمأْ ُم ْو ُن‬ marfu dengan dhommah, isim mufrod, sebagai athof.

Kalimat ini menggunakan huruf ‫ثم‬ sehingga menunjukkan urutan


dengan jeda waktu, sehingga maknanya, rosyid meninggal
kemudian dalam waktu dekat atau lama baru ma’mun meninggal.

4. Huruf ‫أو‬ (au) digunakan untuk menunjukkan hal yang


berupa pilihan atau ragu, dan biasa diartikan dengan “atau”.
Contoh :

‫ب ُم َح َّم ٌد أَ ْو َعلِ ٌّي‬


َ ‫ب ال َك ْل‬
َ ‫ض َر‬
َ
(dhorobal kalba muhammadun au aliyyun)
muhammad atau ali yang memukul anjing

Kata ‫َعلِ ٌّي‬ marfu dengan dhommah, isim mufrod, sebagai athof.
Penggunakan huruf ‫أو‬ sama saja dengan penggunaan kata “atau”
dalam bahasa Indonesia.
5. Huruf ‫أم‬ (am) digunakan untuk meminta penjelasan, bisa
diartikan “apa/atau”.
Contoh :

‫ال َع ْم ٌر أَ ْم َمحْ ُم ْو ٌد؟‬ َ َ‫أَ ْكت‬


َ َ‫ب هَ َذا ال َمق‬
(aktaba hadzal maqoola amrun am mahmuud?)
yang menulis artikel ini amrun atau Mahmud?)

Kata ‫َمحْ ُم ْو ٌد‬ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai athof.
Penggunaan huruf ‫أم‬ biasanya dipakai untuk kalimat tanya yang
ditujukan untuk meminta kejelasan suatu hal.

6. Huruf ‫ال‬ (laa) digunakan untuk meniadakan hukum yang


sebelumnya, biasa diartikan dengan “bukan”.
Contoh :

ُ‫ض َج ْالبَ ِط ْي ُخ الَ ْال ِعنَب‬


ِ َ‫ن‬
(nadhijal bathiikhu lal ‘inabu)
yang matang semangka bukan anggur

Kata ُ‫ْال ِعنَب‬ marfu dengan dhommah, isim marfu sebagai athof,
karena terletak setelah ‫ال‬ yang merupakan huruf athof.

7. Huruf ‫لكن‬ (laakin) digunakan untuk memperbaiki atau


membetulkan. Diartikan dengan “akan tetapi” atau
“melainkan”.
Contoh :

ُ‫َما نَ َج َح َعلِ ٌّي لَ ِك ْن أَ ُخ ْوه‬


(maa najaha aliyyun laakin akhuuhu)
bukan ali yang lulus melainkan saudaranya

Kata ‫أَ ُخ ْو‬ marfu dengan wau, merupakan asmaul khomsah, sebagai
athof.

8. Huruf ‫بل‬ (bal) digunakan untuk memalingkan atau


menyelisihi hukum sebelumnya. Diartikan dengan “tetapi”
atau “bahkan”.
Contoh :

ٌ‫ق بَلْ بَا ِخ َرة‬ ِ ‫ظَهَ َر َعلَي ْاألَ ْم َو‬


ٌ ‫اج َز ْو َر‬
(dzhoharo ‘alal amwaaji zauroqun bal baakhirotun)
tampak di atas ombak sampan bahkan kapal besar

Kata ٌ‫اخ َرة‬


ِ َ‫ب‬ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai athof,
terletak setelah ‫بل‬.

Catatan :
1. I’rob athof harus sesuai dengan ma’thuf (isim yang diathofi), jika
ma’thufnya manshub, athof juga manshub, jika ma’thufnya majrur
atau majzum, athof juga mengikuti. Namun boleh berbeda di dalam
nakiroh ma’rifatnya atau mudzakkar muannatsnya.

2. Athof pada fi’il sebagaimana athof pada isim.


Contoh :

َّ ‫ْا ِإل ِسالَ ُم أَ ْن تَ ْشهَ َد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوأَ َّن ُم َح َّمدًا َرس ُْو ُل هللاِ َوتُقِ ْي َم ال‬
َ‫صالَة‬
Fi’il َ‫ تُقِ ْيم‬manshub karena merupakan athof dari fi’il ‫شهَ َد‬ ْ َ‫ت‬

*********
BAHASA ARAB 28 : TAWABI’ -BADAL

Badal adalah jenis tawabi yang menunjukkan atas sesuatu yang diikuti
atau bagian darinya. Untuk jelasnya perhatikan contoh:

‫َح َّدثَنَا أَ ِم ْي ُر ْال ُم ْؤ ِمنِي َْن ُع َم ُر‬


(haddasanaa amiirul mu`miniina umaru)
amiirul mu`minin yaitu umar menceritakan kepada kami.

Kata ‫ُع َم ُر‬ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai badal.

Kata ‫ر‬ ُ ‫ُع َم‬ marfu karena mengikuti (taabi’) dari kata ‫أَ ِم ْي ُر‬ yang marfu.
Adapun kata ‫ْال ُم ْؤ ِمنِي َْن‬ merupakan mudhof ilaih dari ‫ أَ ِم ْي ُر‬.
Diantara ciri badal adalah dapat diselipkan kata “yaitu” seperti pada
contoh di atas atau juga dapat diketahui dengan menghilangkan salam
satu antara badal atau mubdal minhu nya, jika arti tidak rusak maka ia
merupakan badal.
“Umar menceritakan kepada kami” dengan “amiirul mu`minin
menceritakan kepada kami” mempunyai arti yang sama, sehingga cocok
jika dikatakan kata umar disini sebagai badal dari amiiru.

Jenis-jenis badal
Jenis badal ada 5, yaitu

1. ُ ِ‫ بَ َد ُل ا ْل ُمطَاب‬ (badalul muthoobiqu) adalah badal yang


‫ق‬
menggantikan secara keseluruhan sebagaimana contoh di atas.
Contoh yang lain :

‫اال َما ُم اَحْ َم ُد‬


ِ ‫َجا َء‬
(jaa al imaamu ahmadu)
imam ahmad datang

Kata ‫ اَحْ َم ُد‬marfu dengan dhommah, isim laa yanshorif sebagai badal.

2. ‫ض ِم َن ا ْل ُك ِّل‬
ِ ‫( بَ َد ُل ا ْلبَ ْع‬badalul ba’dhi minal kulli) adalah
badal yang menggantikan sebagian.
Contoh :

ُّ ‫َخ َر َج‬
‫الطالَّبُ نِصْ فُهُ ْم‬
(khoroja aththullaabu nisfuhum)
para murid keluar sebagiannya.

Kata ُ ْ‫نِص‬
‫ف‬ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai badal.

3. ‫ال‬ ْ ِ ‫( بَ َد ُل ااْل‬badalul isyti’maal) adalah badal yang


ِ ‫شتِ َم‬
menunjukkan cakupan dari yang dibadali.
Contoh :
ُ‫نَفَ َعنِي ااْل ُ ْستَا ُذ ِع ْل ُمه‬
(nafa’anii alustaadzu ‘ilmuhu)
ustadz itu bermanfaat untukku ilmunya.

Kata ‫ِع ْل ُم‬ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai badal.

4. ‫( بَ َد ُل ا ْل َغلَ ِط‬badalul golathi) adalah badal yang digunakan


untuk membenarkan kata sebelumnya.
Contoh :

ُ‫ت ْال ُمدَرِّ َسةُ الطَّالِبَة‬


ِ ‫َر َج َع‬
(roja’atil mudarrisatu aththoolibatu)
para guru kembali, eh para murid.

Kata  ُ‫الطَّالِبَة‬ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai badal


Maksudnya ia mengatakan para murid kembali, namun karena salah ucap,
maka dibenarkan dengan kata selanjutnya. Hal ini tidak jauh beda dengan
kalimat dalam bahasa Indonesia.

5. ‫ان‬ ْ ِّ‫( بَ َد ُل الن‬badalu annisyaani) adalah badal yang


ِ َ‫سي‬
digunakan ketika seseorang lupa.
Contoh :

َ‫َسافَ َر َعلِ ٌّي اِلَى َم َّكةَ َم ِد ْينَة‬


(saafaro ‘aliyyun ila makkata madiinata)
ali berpergian ke mekkah oh ke madinah
Kata َ‫ َم ِد ْينَة‬majrur dengan fathah, isim laa yanshorif sebagai badal.

Catatan :
1. I’rob badal harus mengikuti mubdal minhu (isim yang dibadali), jika
marfu, manshub atau majrur, maka badalnya harus marfu, manshub atau
majrur juga.

2. Beda antara badal golatho dengan badal nisyaan adalah untuk badal
golatho berkaitan dengan lidah, adapun badal nisyaan berkaitan dengan
hati.

3. Untuk badal ba’dhi minal kulli dan badal isyti’maal, maka setelah badal
harus diikuti oleh dhomir yang kembali kepada mubdal minhu (isim yang
dibadali) sebagaimana contoh di atas.

4. Badal biasa dijumpai setelah nama orang, yang menunjukkan gelar


atau selainnya sebagaimana contoh di atas.

5. Badal juga biasa dijumpai setelah isim isyarat, dimana jika terdapat
isim ma’rifat setelah isim isyarat, maka isim tersebut kemungkina besar
adalah badal.
Contoh :

‫َوهَ ِذ ِه ْالقَا ِع َدةُ َمأْ ُخ ْو ُذهُ ِم ْن قَ ْولِ ِه تَ َعالَى‬


(wa haadzihil qoo`idatu ma`khuudzuhu min qoulihi ta’ala)
Dan kaidah ini diambil dari firman Allah ta’ala

Huruf  ‫ َو‬merupakan wau ibtida, yang menunjukkan jumlah baru


Kata ‫ه‬
ِ ‫ هَ ِذ‬fii mahalli rof'in (menempati kedudukan rofa') mabni dengan
kasroh, isim isyaroh sebagai mubtada

Kata  ُ‫ْالقَا ِع َدة‬ isim ma'rifat, marfu dengan dhommah, isim mufrod


sebagai badal karena terletak setelah isim isyaroh.

Kata  ‫َمأْ ُخ ْو ُذ‬ marfu dengan dhommah, isim mufrod sebagai khobar.

****************

BAHASA ARAB 29 : TAWABI’ - TAUKID

Alhamdulillah, setelah sekian lama vakum, kita akan memulai


kembali pembahasan yang tertunda.
Pada pembahasan sebelumnya kita telah mempelajari diantara
jenis-jenis tawabi, yakni athof, badal dan na’at. Dan sekarang kita
akan membahas jenis tawabi terakhir, yaitu taukid.

Pengertian Taukid
Taukid adalah kata penegasan yang memberikan penekanan
akan sesuatu yang ingin disampaikan. Dalam istilah bahasa
Indonesia, kata taukid bisa berupa kata “sungguh” atau “benar-
benar”.
Dalam istilah bahasa arab, taukid merupakan tawabi (pengikut)
yang disebutkan setelah kata yang ingin ditekankan, yang
digunakan untuk menghilangkan keraguan dari pendengar.
Contoh:

‫ا‬FًّE‫صًف‬
َ ‫ا‬FًّE‫صًف‬ ُ َ‫ك َو ْال َمل‬
َ ‫ك‬ َ ُّ‫َو َجا َء َرب‬
(wajaa`a robbuka wal malaku shoffan shoffan)
Tuhanmu datang sedangkan malaikat dalam keadaan bershaf-shaf.

‫ا‬FًّE‫صًف‬
َ yang terakhir, manshub dengan fathah sebagai taukid.
Dari arti dalam bahasa indonesia, kata shoffan yang terakhir,
sepertinya tidak memberikan pengaruh terhadap pemahaman
makna. Akan tetapi ketika kita mengetahui bahwa shoffan yang
terakhir adalah taukid, maka kita tahu, makna asli dari ayat di atas
adalah “dan tuhanmu datang sedangkan malaikat dalam keadaan
benar-benar bershof”.
Contoh lain:

ِ ‫َجا َء ْالقَا‬
ُ‫ضى نَ ْف ُسه‬
(jaa`al qoodhi nafsuhu)
Hakim benar-benar datang
Kata ُ‫ نَ ْفس‬marfu dengan dhommah sebagai taukid.

Pembagian Taukid
Kata taukid terbagi menjadi 2, taukid lafdzi dan ma’nawi.
Taukid lafdzi adalah taukid yang diketahui dengan adanya
tambahan lafad yang sama dengan yang kata yang ingin
ditekankan.
Contoh:

‫َجا َء ُم َح َّم ٌد ُم َح َّم ٌد‬


(jaa`a muhammadun muhammadun)
Muhammad benar-benar datang
Kata ‫ ُم َح َّم ٌد‬yang terakhir, marfu dengan dhommah sebagai taukid.

‫َجا َء أَتَى ُم َح َّم ٌد‬


(jaa`a ataa muhammadun)
Muhammad benar-benar datang
Kata kerja ‫ أَتَى‬sebagai taukid.

Adapun taukid ma’nawi adalah taukid yang diketahui dengan


adanya penggunaan lafadz-lafadz taukid, seperti:

1. ‫س‬
ُ ‫( اَلنَّ ْف‬an-nafsu)
Contoh:

ُ‫ت أَ ِم ْي َر نَ ْف َسه‬
ُ ‫قَابَ ْل‬
(qoobaltu amiiro nafsahu)
Aku benar-benar bertemu presiden
Kata ‫س‬
َ ‫ نَ ْف‬, manshub dengan fathan sebagai taukid.

2. ُ‫( اَ ْل َعيْن‬al-‘ainu)
Contoh :

ُ‫َجا َء ْال َحا ِك ُم َع ْينُه‬


(jaa`al hakiimu ‘ainuhu)
Pak hakim benar-benar datang
Kata ‫ َعيْن‬, marfu dengan dhommah sebagai taukid.

3. َ‫( ِكال‬kilaa, digunakan untuk 2 orang laki-laki)


Contoh:

‫ع ُْث َمانُ َو َعلِ ٌّي ِكالَهُ َما فِي ْال َجنَّ ِة‬ 
(Utsmaanu wa ‘aliyyun kilaahuma fil jannati)
Utsmaan dan Ali, keduanya benar-benar di dalam surga
Kata َ‫ ِكال‬sebagai taukid.

4. ‫( ِك ْلتَا‬kilta, digunakan untuk 2 orang perempuan)


Contoh:

‫َان ِك ْلتَاهُ َما‬ َ ْ ‫َجائ‬


ِ ‫َت اِ ْم َرأت‬
(jaa`at imroataani kiltaahuma)
Dua orang perempuaan benar-benar datang
Kata ‫ ِك ْلتَا‬sebagai taukid.

5. ‫( ُك ُّل‬kullu)
Contoh:

‫اَ ْل َحيَا ُء ُكلُّهُ خَ ْي ٌر‬


(alhayaa`u kulluhu khoirun)
Malu itu seluruhnya baik
Kata ُ‫ ُكلُّه‬sebagai taukid.

6. ‫( َج ِم ْي ُع‬jamii’’u)
Contoh:

ُّ ‫َر َج َع‬
‫الطالَّبُ َج ِم ْي ُعهُ ْم‬
(roja’a atthullaabu jamii’uhu)
Para murid, semuanya kembali.

7. ُ‫‘( عَا َّمة‬aammatu)


Contoh:

‫اَحْ َس ْنتَ اِلَى ْالفُقَ َرا ِء عَا َّمتِ ِه ْم‬


(ahsanta ilal fuqoroo`I ‘aammatihim)
Kamu sangat baik kepada para fakir seluruhnya.

Catatan
Dari keseluruhan lafadz taukid ini, maka setelah taukid, harus
ditambahkan dhomir, yang kembali kepada kata yang ingin
ditekankan. Terlihat pada contoh-contoh di atas, setelah lafadz
taukid, ada dhomir yang mengikutinya.

Demikian pembahasan mengenai taukid dan tawabi, semoga dapat


dimengerti.

**************

BAHASA ARAB 30 : MAF’UL BIHI

Alhamdulillah, kita telah sampai pada pembahasan Manshubatul


Asma, pembahasan mengenai isim-isim yang manshub.

Sebelum membahas mengenai isim-isim ini, kami menghimbau


kepada para pembaca sekalian untuk kembali mengulang-ulang
pelajaran yang telah kami berikan. Seperti yang telah kami
nasehatkan sebelum-sebelumnya, belajar bahasa arab tidaklah
mudah. Bahasa arab seperti ilmu matematika, kita harus tahu
dasar-dasar dulu sebelum melangkah lebih lanjut. Kita perlu belajar
tambah-tambahan dulu sebelum berlanjut ke perkalian dan
pembagian, oleh karena itu, luangkanlah sedikit waktu untuk selalu
mengulang-ulang pelajaran yang ada.

Pembahasan mengenai isim-isim yang manshub merupakan


pembahasan yang butuh pemahaman yang lebih dibandingkan
pembahasan isim-isim yang marfu’, selain jumlahnya yang banyak,
kaidah-kaidah penggunaannya sulit untuk diterapkan jika kurang
memahami dasar-dasarnya terlebih dahulu.

Masalah yang biasa dihadapi para tholabul ‘ilmi dalam mempelajari


isim manshub ini adalah mereka sering salah dan terbalik-balik
dalam menentukan keadaan suatu isim. Karenanya kami
nasehatkan kembali kepada para pembaca untuk memahami apa
yang kami sampaikan dengan cermat dan seksama, sehingga dapat
memudahkan di dalam mempelajari bahasa arab.

Jenis-jenis isim-isim yang manshub

Diantara isim-isim yang manshub adalah sebagai berikut

‫منصوبات األسماء‬
َُ ‫الم ْفعُ ْو ُل بِ ِه‬
ُ‫الم ْفعُ ْو َُُُل َم َعه‬
َ َ
‫ال‬
ُ ‫الح‬ َ ‫المطْلَ ُق‬ ُ ‫الم ْفعُ ْو ُل‬
َ
‫الم ْستَ ْثنَى‬ ُ ‫َلجلِ ِه‬
ْ ‫الم ْفعُ ْو ُل ِأل‬َ
‫الت َّْميِِْي ُز‬ ‫الم ْفعُ ْو ُل فِ ْي ِه‬
َ
َ‫اس ُم ال‬
ْ ‫ادى‬ َ َ‫المن‬
ُ
‫َخَب ُر َكا َن‬ ‫اس ُم إِ َّن‬
ْ
‫َت َوابِ ُع‬

Setiap isim yang mempunyai keadaan salah satu dari keadaan di


atas, maka I’rob isim tersebut akan berubah menjadi manshub
sebagaimana perubahannya yg telah kita berikan pada pembahasan
isim-isim mu’rob.

Maf’ul bih

Maf’ul bih adalah isim manshub yang menunjukkan sesuatu yang


dikenai pekerjaan. Pengertian mudahnya adalah objek yang dikenai
pekerjaan.
Contoh:

َ َ‫]إِ َذا ق‬
36 ‫ضى اهللُ َو َر ُس ْولُهُ أ َْم ًرا[ األحزاب‬
"Apabila Allah dan rosulnya telah menetapkan suatu perkara"

Kata ‫أ َْم ًرا‬ isim manshub dengan fathah karena merupakan isim
mufrod, sebagai maf’ul bih
Kita bisa tahu kata ‫أ َْم ًرا‬ merupakan maf’ul bih dengan melihat
harokat akhirnya dan dari artinya kata tersebut merupakan objek
kalimat.

ِ ‫ت كِتَ َابنْي‬
ُ ْ‫َقَرأ‬
"Aku membaca 2 kitab"

Kata ‫كِتَ َاب ْي ِن‬ isim manshub dengan ya karena merupakan isim
mutsanna, sebagai maf’ul bih.

ِ ‫ضر‬
َ ‫ب َعل ٌّى َك ْلبِنْي‬
َ ََ
"Ali memukuli anjing-anjing"

Kata ‫َك ْلبِْي َن‬ isim manshub dengan ya karena merupakan isim jamak
mudakkar salim, sebagai maf’ul bih.

Jenis-jenis Maf’ul bih

Maf’ul bih ada yang mabni dan ada yang mu’rob.


Untuk Maf'ul bih yang mu’rob sebagaimana yang telah kami
contohkan di atas, sedangkan yang mabni dapat dilihat dari contoh
berikut:

ُ‫َجَزاهُ اهلل‬
"Semoga Allah membalasnya"

Dhomir ‫ ُه‬merupakan isim mabni dengan fathah, sebagai maf’ul bih

ُ‫َو َّف َق ُك ُم اهلل‬


"Semoga Allah memberi taufik kepada kalian"

Dhomir ‫كم‬ merupakan maf’ul bih

Posisi maf’ul bih dalam kalimat

Posisi maf’ul bih bermacam-macam, berbeda dengan bahasa


Indonesia yang objeknya berada setelah subjek predikat, dalam
bahasa arab, objek posisinya dapat berada pada keadaan berikut:

1. Di depan
Contoh:
َ َّ‫إِي‬
‫اك َن ْعبُ ُد‬
"Hanya kepadamu kami menyembah"

Kata َ َّ‫إِي‬
‫اك‬ merupakan maf’ul bih. 
Dalam kaidah bahasa arab, mendahulukan objek dari predikat
menunjukkan pembatasan dan dapat diselipkan kata
“hanya”. Sehingga makna ayat tersebut adalah “hanya kepada
Allah-lah kita beribadah dan tidak boleh tertuju kepada selainnya”.
Di 2. Antara fi’il dan fa’il
Contoh:

َ ‫َر ِح َم‬
ُ‫ك اهلل‬
"Semoga Allah menyayangimu"

Kata ‫ك‬ adalah maf’ul bih.


3. 3. Di belakang
Contoh:
‫الجن َِّة‬
َ ‫َّل اهللُ لَهُ طَ ِر ْي ًقا إِلَى‬
َ ‫َسه‬
"Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga"

Kata ‫طَ ِر ْي ًقا‬ merupakan maf’ul bih

Tambahan:
Dalam satu kalimat, maf’ul bih bisa lebih dari satu, tergantung kata
kerja (fi’il) yang digunakan.
Contoh:
        ً‫س ُُم َح َّم ًدا َجائَِزة‬ ُ ‫أَ ْعطَى‬
ُ ‫الم َد ِّر‬
"Guru memberikan Muhammad hadiah"

Dalam kalimat di atas, maf’ul bihnya ada dua, yakni ‫ُُم َح َّم ًدا‬ dan ً‫َجائَِزة‬
Fi’il-fi’il yang membutuhkan 2 maf’ul bih (objek) diantaranya adalah
‫س‬
َ َ‫اَلْب‬    (memakaikan)

‫ أَ ْخ َر َج‬  (mengeluarkan)

       ‫(أَ ْخَب َر‬mengabarkan)

 َ‫أَ ْنبَأ‬     (memberitakan)

  ‫أَ ْعطَى‬   (memberikan)

     ‫( َعلَّ َم‬mengajarkan)


Cara mudah mengetahui apakah fi’il tersebut butuh 2 maf’ul bih
atau tidak dengan melihat pola fi’il muta’addi seperti di atas atau
dengan mengetahui artinya.

Latihan: Tentukan maf’ul bih dari kalimat berikut!


59 ‫ول[ النساء‬
َ ‫الر ُس‬َّ ‫َطْيعُ ْوا‬ ِ ‫َطيعوا) اهللَ و أ‬ ِ
َ ْ ُ ْ ‫ ]أ‬.1
105 ‫ت َق ْو ُم نُ ْو ٍح امل ْر َسلِنْي َ [ الشعراء‬ ْ َ‫ ] َك َّذب‬.2
ُ
124 ‫ ]وإِ ِذ ْابَتلَى اِْبَر ِاهْي َم َربُّهُ[ البقرة‬.3
1 ‫ ]إِنَّا أَْنَزلْنَاهُ يِف لَْيلَ ِة الْ َق ْد ِر[ القدر‬.4
3 ‫ت لَ ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم[ املائدة‬ ُ ‫الي ْو َم أ ْك َم ْل‬
َ ] .5
Terjemahkanlah ke dalam bahasa arab!

1. Saya (telah) menulis surat


2. Dua orang lelaki sedang membuka pintu
3. Abu Bakar memerintah kaum muslimin
4. Seorang pemuda membaca Al Qur'an
5. Hanya kepada-Nya lah kita meminta pertolongan
6. Lelaki itu membunuh 'Umar
7. Seorang perempuan bertanya (kepada) Rosululloh

**************

BAHASA ARAB 31 : MAF’UL MUTLAQ

Maf'ul Mutlaq adalah isim manshub yang disebutkan untuk 3 keadaan:


 Untuk menegaskan suatu perbuatan
 Untuk menjelaskan bilangan perbuatan

 Untuk menjelaskan jenis/sifat perbuatan

Contoh sebagai penegas perbuatan

‫س ِح ْفظًا‬ ‫َّر‬
‫الد‬ ‫ت‬ْ‫ظ‬‫ف‬ِ‫ح‬
َ ْ ُ َ
“Aku telah menghafal pelajaran itu dengan sebenar-benarnya hafal”

Kata ‫ ِح ْفظًا‬merupakan isim manshub dengan fathah karena isim mufrod, sebagai
maf'ul mutlaq.
Kata tersebut berfungsi untuk menegaskan perbuatan.
Jika dilihat dari bentuk katanya, maf’ul mutlaq merupakan isim yang berasal dari
lafad fi’ilnya, dalam ilmu shorof dinamakan isim masdar. Sehingga untuk membuat
maf’ul bih suatu fi’il, dengan cara mengubah fi’il tersebut menjadi isim masdar.

Contoh untuk menjelaskan bilangan

ً‫ضْربَة‬
َ ُ‫ضَر ْبتُه‬
َ
Aku memukulnya dengan satu kali pukulan

Kata ً‫ض ) ْربَة‬


َ merupakan isim manshub dengan fathah, karena isim mufrod, sebagai
maf'ul mutlaq.
Pada kalimat ini, maf’ul mutlaq berfungsi sebagai penjelas bilangan dari perbuatan.

Jika kita belajar ilmu shorof, kita akan temukan bentuk isim masdar yang lebih dari
satu, seperti halnya pada contoh di atas. Kata ‫ ضرب‬dapat mempunyai isim masdar
yang lebih dari satu, dan penggunaannya bermacam-macam, ada yang untuk sebagai
penjelas perbuatan atau untuk menjelaskan bilangan, sehingga untuk dapat
membentuk suatu kalimat yang mempunyai maf’ul mutlaq, maka perlu adanya
pengetahuan tentang bentuk-bentuk isim masdar dari suatu fi’il.

Contoh untuk menjelaskan jenis/sifat

ً‫اهلِيَّة‬
ِ ‫ان ِشبرا مات ِميتةً ج‬
ِ ُّ ‫من خرج ِمن‬
َ َ َ َ ً ْ َ‫الس ْلط‬ ْ َ ََ ْ َ
"Barang siapa yang keluar dari ketaatan Sulthon sejengkal saja, kemudian ia
mati,maka seperti kematian jahiliyah"
pada kalimat di atas terdapat kata ً‫ ِميتَ ) )ة‬dalam keadaan manshub. Kata tersebut
merupakan maf’ul bih karena berfungsi sebagai penjelas jenis dari fi’il yang dipakai
yakni ‫ات‬
َ ‫ َم‬.
Pada kondisi ini, maf’ul bih harus diikuti oleh na’at. Sehingga maf’ul bih yang
berfungsi untuk menjelaskan jenis/sifat fi’il harus diikuti oleh na’at/sifat atau
disandarkan ke isim yang lainnya.

Untuk mempermudah pemahaman, perhatikan tabel berikut

‫ان َن ْو ِع ِه‬
ِ ‫لِبي‬
ََ ‫ َع َد ِد ِه‬ ‫ان‬
ِ ‫لِبي‬
ََ ‫لِتَأْكِ ْي ِد ال ِْف ْع ِل‬
Untuk menjelaskan Untuk menjelaskann Untuk penegas
jenis/sifat bilangan perbuatan
‫ض ْربًا َش ِديْ ًدا‬
َ ‫ت‬
ُ ْ‫ضَرب‬
َ ً‫ض ْربَة‬
َ ‫ت‬
ُ ْ‫ضَرب‬
َ ‫ض ْربًا‬
َ ‫ت‬
ُ ْ‫ضَرب‬
َ
Aku memukul dengan Aku memukul dengan Aku benar-benar
pukulan yang keras satu pukulan memukul
‫س الْعُلَ َم ِاء‬
َ ‫ت ُجلُ ْو‬
ُ ‫َجلَ ْس‬ ُ ْ‫َش ِرب‬
ً‫ت ُشْربَة‬ ُ ْ‫َش ِرب‬
‫ت ُش ْربًا‬
Aku duduk seperti Aku meminum dengan Aku benar-benar
duduknya ulama satu kali tegukan meminum

Latihan: Tentukan maf'ul mutlaq dari kalimat berikut

‫ ]يَاايُّ َها) الَّ ِذيْ َن َآمُن ْوا َّات ُق ْوا اهللَ َو ُق ْولُوا َق ْوالً َس ِديْ ًدا[ األحزاب‬.1
71
16 ‫ ]إِنَّ ُه ْم يَ ِكْي ُد ْو َن َكْي ًدا[ الطارق‬.2
18 ‫ضا َح َسنًا[ احلديد‬ ً ‫ضوا اهللَ َق ْر‬ ُ ‫ ] َوأَْقَر‬.3
14 ‫ت لَهُ مَتْ ِهْي ًدا[ املدثر‬ ُ ‫ ] َو َم َّه ْد‬.4
Latihan : Terjemahkan ke dalam bahasa Arab !

1. Aku telah memukul dengan pukulan yang keras


2. Aku telah menulis benar-benar menulis
3. Aku makan sekali makan
4. Aku benar-benar sudah makan

****************

BAHASA ARAB 32 :

BAHASA ARAB

BAHASA ARAB

BAHASA ARAB

BAHASA ARAB

BAHASA ARAB

BAHASA ARAB

BAHASA ARAB
BAHASA ARAB

BAHASA ARAB

BAHASA ARAB

BAHASA ARAB

Anda mungkin juga menyukai