Anda di halaman 1dari 17

KOMPETENSI DASAR 2

KEAUTENTIKAN AL-QUR’AN

Al-Quran Al-Karim memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat.


Salah satu di antaranya adalah bahwa ia merupakan kitab yang keautentikannya
dijamin oleh Allah, dan ia adalah kitab yang selalu dipelihara.

َ ُ‫إِنَّا نَحْ ُن نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر َوإِنَّا لَهُ لَ َحافِظ‬


)٩( ‫ون‬
Artinya

“Sesungguhnya Kami yang menurunkan Al-Quran dan Kamilah Pemelihara-


pemelihara-Nya” (QS 15:9)

Demikianlah Allah menjamin keautentikan Al-Quran, jaminan yang diberikan


atas dasar Kemahakuasaan dan Kemahatahuan-Nya, serta berkat upaya-upaya yang
dilakukan oleh makhluk-makhluk-Nya, terutama oleh manusia. Dengan jaminan ayat
di atas, setiap Muslim percaya bahwa apa yang dibaca dan didengarnya sebagai Al-
Quran tidak berbeda sedikit pun dengan apa yang pernah dibaca oleh Rasulullah saw.,
dan yang didengar serta dibaca oleh para sahabat Nabi saw.

Tetapi, dapatkah kepercayaan itu didukung oleh bukti-bukti lain? Dan,


dapatkah bukti-bukti itu meyakinkan manusia, termasuk mereka yang tidak percaya
akan jaminan Allah di atas? Tanpa ragu kita mengiyakan pertanyaan di atas, "Para
orientalis yang dari saat ke saat berusaha menunjukkan kelemahan Al-Quran, tidak
mendapatkan celah untuk meragukan keotentikannya."  Hal ini disebabkan oleh
bukti-bukti kesejarahan yang mengantarkan mereka kepada kesimpulan tersebut.

Bukti-bukti dari Al-Quran Sendiri/Keunikan Susunan Redaksi

Abdurrazaq Nafwal dalam buku atau kitab ”Al-I’jaz Al-Adabiy li Al Quran


Al Karim” mengemukakan berbagai contoh tentang keseimbangan ini. Ringkasannya
adalah:
1. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan antonimnya (lawan
katanya):

16 | B u k u A j a r A l - Q u r ’ a n H a d i t s K e l a s X S e m e s t e r G a s a l
 ”Al Hayah” (hidup) dan ”Al Mawt” (mati), masing-masing sebanyak
145 kali
 ”Al Naf’” (manfaat) dan ”Al Madharrah” (mudarat), masing-masing
sebanyak 50 kali
 ”Al Har” (panas) dan ”Al Bard” (dingin) masing-masing sebanyak 4
kali
 ”Al Shalihat” (kebajikan) dan ”Al Sayyi’at” (keburukan) masing-
masing sebanyak 167 kali
 ”Al Thuma’ninah” (kelapangan atau ketenangan) dan ”Al Dhiq”
(kesempitan atau kekesalan) masing-masing sebanyak 13 kali
 ”Al Rahbah” (cemas atau takut) dan ”Al Raghbah” (harap atau ingin)
masing-masing sebanyak 8 kali
 ”Al Kufr” (kekufuran) dan ”Al Iman” (iman) masing-masing sebanyak
17 kali dalam bentuk definite
 ”Kufr” (kekufuran) dan ”Iman” (iman) masing-masing sebanyak 8 kali
dalam bentuk indefinite
 ”Al Shayf” (musim panas) dan ”Al Syita’” (musim dingin) masing-
masing sebanyak 1 kali.
2.  Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau kesamaan
makna yang dikandungnya:
 ”Al Harts” dan ”Al Zira’ah” (membajak atau bertani) masing-masing
sebanyak 14 kali
 ”Al ’Ushb” dan ”Al Dhurur” (membanggakan diri atau angkuh) masing-
masing sebanyak 27 kali
 ”Al Dhallun” dan ”Al Mawta” (orang sesat atau mati jiwanya) masing-masing
sebanyak 17 kali
 ”Al Quran ”, ”Al Wahyu”, dan ”Al Islam” (Al Quran , wahyu, dan Islam)
masing-masing sebanyak 70 kali
 ”Al ’Aql” dan ”Al Nur” (akal dan cahaya) masing-masing sebanyak 49 kali
 ”Al Jahr” dan ”Al ’Alaniyah” (nyata) masing-masing sebanyak 16 kali
3. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah kata yang
menunjuk kepada akibatnya:
 ”Al Infaq” (infak) dan ”Al Ridha” (kerelaan) masing-masing sebanyak 73 kali
 ”Al Bukhl” (kekikiran) dan ”Al Hasarah” (penyesalan) masing-masing
sebanyak 12 kali
 ”Al Kafiruun” (orang-orang kafir) dan ”Al Naar atau Al Ahraq” (neraka atau
pembakaran) masing-masing sebanyak 154 kali
 ”Al Zakah” (zakat atau penyucian) dan ”Al Barakat” (kebajikan yang banyak)
masing-masing sebanyak 32 kali

17 | B u k u A j a r A l - Q u r ’ a n H a d i t s K e l a s X S e m e s t e r G a s a l
”Al Fahisyah” (kekejian) dengan ”Al Ghadhb” (murka) masing-masing

sebanyak 26 kali
4. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan kata penyebabnya:
 ”Al Israf” (pemborosan) dan ”Al Sur’ah” (ketergesa-gesaan) masing-masing
sebanyak 23 kali
 ”Al Maw’izhah” (nasihat atau petuah) dan ”Al Lisan” (lidah) masing-masing
sebanyak 25 kali
 ”Al Asra” (tawanan) dan ”Al Harb” (perang) masing-masing sebanyak 6 kali
 ”Al Salam” (kedamaian) dan ”Al Thayyibat” (kebajikan) masing-masing
sebanyak 60 kali
5. Berbagai keseimbangan khusus:
 Kata ”Yawm” (hari) dalam bentuk tunggal, adalah sejumlah 365 kali (atau
adalah sama dengan jumlah hari-hari dalam satu tahun) di dalam Al Quran .
 Sedangkan kata ”hari” yang menunjuk kepada betuk plural (”Ayyam”) atau
dua (”Yawmayni”), jumlah keseluruhannya dalam Al Quran  adalah hanyalah
30 kali penyebutan, atau dalam hal ini adalah juga sama dengan jumlah hari
dalam satu Bulan dengan mengikuti kaidah Kalender Qamariyah atau
penanggalan sistem Bulan, sistem Islam atau Arab.
 Lalu, kata yang berarti ”Bulan” (”Syahr”) hanya terdapat 12 kali, atau sama
dengan jumlah bilangan Bulan dalam satu tahun (12 Bulan) rotasi.
 Ada 7 kali penjelasan tentang adanya 7 langit, yaitu antara lain dalam Al
Quran Surat (Qur’an Surat) Al Baqarah ayat 29, Al Quran Surat Al Isra’ ayat
44, Al Quran Surat Al Mu’minuun ayat 86, Al Quran Surat Al Fushshilat ayat
12, Al Quran Surat At Thalaq ayat 12, Al Quran Surat Al Mulk ayat 3, Al
Quran Surat Nuh ayat 15.
 Selain itu, penjelasan tentang penciptaan langit dan bumi dalam enam (6) hari
atau masa atau tahapan, disebutkan di dalam 7 ayat pula (dan tahapan
terbentuknya sebuah galaksi-planet dalam enam (6) tahapan yang memakan
waktu ratusan bahkan ribuan tahun ini, telah pula dibuktikan oleh ilmu-
pengetahuan saat ini, bahwa memanglah secara umum pembentukan Galaksi
adalah dalam enam (6) tahapan, bahkan saat inipun masih terbentuk Galaksi-
galaksi baru, yang masing-masing dalam (melalui) enam (6) tahapan, dalam
ruang angkasa yang bahkan memuai atau meluas ini.
 Sebagai catatan, angka 7 sendiri banyak sekali ditemukan di alam semesta, di
Al Quran  & di Hadits Nabi Muhammad bin ‘Abdullah sholollohu‘alaihi
wasallam. Bahkan pengulangan dari angka ini dalam Al Quran  juga
memunculkan sebuah sistem yang koheren. Beberapa fenomena angka 7
tersebut adalah, antara lain:
 Merupakan jumlah dari tingkatan langit & bumi (Al Quran Surat 65:12).

18 | B u k u A j a r A l - Q u r ’ a n H a d i t s K e l a s X S e m e s t e r G a s a l
 Atom tersusun dari 7 tingkatan elektron.
 Jumlah hari dalam satu minggu.
 Jenis atau jumlah tanda (not dasar) musik.
 Jenis atau jumlah warna-warni pelangi.
 Jenis dosa besar (HR Al-Bukhori & Muslim).
 Tanda bagi siksaan pada Hari Kiamat.
 Jumlah ayat dalam Surah Al Fatihah ("Tujuh ayat yang diulang-
ulang").
 Muslim bersujud dengan menggunakan 7 anggota badan dalam Shalat.
 Muslim melakukan Thawaf sebanyak 7 kali dalam ritual Haji.
 Muslim melakukan Sa'i antara Shafa & Marwah sebanyak 7 kali dalam
ritual Haji.
 Melempar jumrah sebanyak 7 kali dalam ritual Haji.
 Dalam kisah Nabi Yusuf (Josef) ‘alaihis salaam banyak menyebut
angka 7 (Al Quran Surat 12: 46-48).
 Kisah siksaan kaum Nabi Hud (Hood) ‘alaihis salaam ditimpa angin
topan selama 7 malam (Al Quran Surat 69:6-7).
 Kisah Nabi Musa (Moses) ‘alaihis salaam memilih 70 orang dari
kaumnya untuk bertobat (Al Quran Surat:17;155).
 Kata Kiamat disebut dalam Al Quran  sebanyak 70 kali.
 Kata "Jahannam" (Neraka) disebut dalam Al Quran  sebanyak 77 kali.
 Jumlah pintu-pintu "Jahanam" adalah 7 (Al Quran Surat 15:44).
 Terdapat 7 surah yang diawali dengan kalimat tasbih.

Demikianlah sebagian bukti keotentikan yang terdapat di celah-celah Kitab Suci


tersebut.

Bukti-bukti keautentikan al-Qur’an dilihat dari Kesejarahan

Al-Quran Al-Karim turun dalam masa sekitar 22 tahun atau tepatnya, menurut
sementara ulama, dua puluh dua tahun, dua bulan dan dua puluh dua hari.

Ada beberapa faktor yang terlebih dahulu harus dikemukakan yang


merupakan faktor-faktor pendukung bagi pembuktian otentisitas Al-Quran.

1) Masyarakat Arab, yang hidup pada masa turunnya Al-Quran, adalah masyarakat
yang tidak mengenal baca tulis. Karena itu, satu-satunya andalan mereka adalah
hafalan. Dalam hal hafalan, orang Arab --bahkan sampai kini-- dikenal sangat
kuat.

19 | B u k u A j a r A l - Q u r ’ a n H a d i t s K e l a s X S e m e s t e r G a s a l
2) Masyarakat Arab --khususnya pada masa turunnya Al-Quran-- dikenal sebagai
masyarakat sederhana dan bersahaja: Kesederhanaan ini, menjadikan mereka
memiliki waktu luang yang cukup, disamping menambah ketajaman pikiran dan
hafalan.

3) Masyarakat Arab sangat gandrung lagi membanggakan kesusastraan; mereka


bahkan melakukan perlombaan-perlombaan dalam bidang ini pada waktu-waktu
tertentu.

4) Al-Quran mencapai tingkat tertinggi dari segi keindahan bahasanya dan sangat
mengagumkan bukan saja bagi orang-orang mukmin, tetapi juga orang kafir.
Berbagai riwayat menyatakan bahwa tokoh-tokoh kaum musyrik seringkali
secara sembunyi-sembunyi berupaya mendengarkan ayat-ayat Al-Quran yang
dibaca oleh kaum Muslim. Kaum Muslim, disamping mengagumi keindahan
bahasa Al-Quran, juga mengagumi kandungannya, serta meyakini bahwa ayat-
ayat Al-Quran adalah petunjuk kebahagiaan dunia dan akhirat.

5) Al-Quran, demikian pula Rasul saw., menganjurkan kepada kaum Muslim untuk
memperbanyak membaca dan mempelajari Al-Quran dan anjuran tersebut
mendapat sambutan yang hangat.

6) Ayat-ayat Al-Quran turun berdialog dengan mereka, mengomentari keadaan dan


peristiwa-peristiwa yang mereka alami, bahkan menjawab pertanyaan-pertanyaan
mereka. Disamping itu, ayat-ayat Al-Quran turun sedikit demi sedikit. Hal itu
lebih mempermudah pencernaan maknanya dan proses penghafalannya.

7) Dalam Al-Quran, demikian pula hadis-hadis Nabi, ditemukan petunjuk-petunjuk


yang mendorong para sahabatnya untuk selalu bersikap teliti dan hati-hati dalam
menyampaikan berita --lebih-lebih kalau berita tersebut merupakan Firman-
firman Allah atau sabda Rasul-Nya.

Faktor-faktor di atas menjadi penunjang terpelihara dan dihafalkannya ayat-


ayat Al-Quran. Itulah sebabnya, banyak riwayat sejarah yang menginformasikan
bahwa terdapat ratusan sahabat Nabi saw. yang menghafalkan Al-Quran. Bahkan
dalam peperangan Yamamah, yang terjadi beberapa saat setelah wafatnya Rasul saw.,
telah gugur tidak kurang dari tujuh puluh orang penghafal Al-Quran.

Walaupun Nabi saw. dan para sahabat menghafal ayat-ayat Al-Quran, namun
guna menjamin terpeliharanya wahyu-wahyu Ilahi itu, beliau tidak hanya
mengandalkan hafalan, tetapi juga tulisan. Sejarah menginformasikan bahwa setiap

20 | B u k u A j a r A l - Q u r ’ a n H a d i t s K e l a s X S e m e s t e r G a s a l
ada ayat yang turun, Nabi saw. lalu memanggil sahabat-sahabat yang dikenal pandai
menulis, untuk menuliskan ayat-ayat yang baru saja diterimanya, sambil
menyampaikan tempat dan urutan setiap ayat dalam surahnya. Ayat-ayat tersebut
mereka tulis dalam pelepah kurma, batu, kulit-kulit atau tulang-tulang binatang.
Sebagian sahabat ada juga yang menuliskan ayat-ayat tersebut secara pribadi, namun
karena keterbatasan alat tulis dan kemampuan maka tidak banyak yang
melakukannya disamping kemungkinan besar tidak mencakup seluruh ayat Al-Quran.
Kepingan naskah tulisan yang diperintahkan oleh Rasul itu, baru dihimpun dalam
bentuk "kitab" pada masa pemerintahan Khalifah Abu Bakar r.a.

Ketika terjadi peperangan Yamamah, terdapat puluhan penghafal Al-Quran


yang gugur. Hal ini menjadikan 'Umar ibn Al-Khaththab menjadi risau tentang "masa
depan Al-Quran". Karena itu, beliau mengusulkan kepada Khalifah Abu Bakar agar
mengumpulkan tulisan-tulisan yang pernah ditulis pada masa Rasul. Walaupun pada
mulanya Abu Bakar ragu menerima usul tersebut --dengan alasan bahwa
pengumpulan semacam itu tidak dilakukan oleh Rasul saw. namun pada akhirnya
'Umar r.a. dapat meyakinkannya. Dan keduanya sepakat membentuk suatu tim yang
diketuai oleh Zaid ibn Tsabit dalam rangka melaksanakan tugas suci dan besar itu.

Dalam hal ini, Abu Bakar r.a. memberi petunjuk agar tim tersebut tidak
menerima satu naskah kecuali yang memenuhi dua syarat: Pertama, harus sesuai
dengan hafalan para sahabat lain. Kedua, tulisan tersebut benar-benar adalah yang
ditulis atas perintah dan di hadapan Nabi saw. Karena, seperti yang dikemukakan di
atas, sebagian sahabat ada yang menulis atas inisiatif sendiri.

Bukti-bukti keautentikan al-Qur’an ditinjau dari segi kemukjizatannya


Secara etimologi kata Mu’jizat berbentuk isim fw’il yang berasal dari kata:
ٌ‫ ُم ْع ِجزَ ة‬/ ‫اَ ْع َجزَ – يُ ْع ِج ُز – اِ ْع َجا ًز – ُم ْع ِج ٌز‬
yang berarti melemahkan atau mengalahkan lawan. Mu’jizat juga diartikan sebagai
sesuatu yang menyalahi tradisi atau kebiasaan (sesuatu yang luar biasa).
Secara terminologi, Manna’ Qahhan mendefinisikan mukjizat sebagai
berikut:

َ ‫ق لِ ْل َعـا َد ِة َم ْقرُوْ ٌن بِالتَّ َحدِّى َسالِ ٌم َع ِن ْال ُم َعا َر‬


‫ض ِة‬ ِ َ‫اَ ْل ُم ْع ِجزَ ةُ ِه َي اَ ْم ٌر خ‬
ٌ ‫ار‬
Mu’jizat adalah sesuatu yang menyalahi kebiasaan disertai dengan tantangan dan
selamat dari perlawanan.
Mu’jizat hanya diberikan oleh Allah Swt. kepada para Nabi dan Rasul-Nya
dalam menyampaikan risalah Ilahi terutama untuk menghadapi umatnya yang
menolak atau tidak mengakui kerasulan mereka. Mu’jizat berfungsi sebagai bukti atas

21 | B u k u A j a r A l - Q u r ’ a n H a d i t s K e l a s X S e m e s t e r G a s a l
kebenaran pengakuan kenabian dan kerasulan mereka, bahwa mereka adalah benar-
benar para nabi dan rasul (utusan) Allah yang membawa risalah kebenaran dari Allah
Swt. Adapun tujuan diberikannya mu’jizat adalah agar para Nabi dan Rasul mampu
melemahkan dan mengalahkan orang-orang kafir yang menentang dan tidak
mengakui atas kebenaran kenabian dan kerasulan mereka.
Secara umum mu’jizat para Nabi dan Rasul itu berkaitan dengan masalah
yang dianggap mempunyai nilai tinggi dan diakui sebagai suatu keunggulan oleh
masing-masing umatnya pada masa itu. Misalnya, zaman Nabi Musa as. adalah
zaman keunggulan tukang-tukang sihir, maka mu’jizat utamanya adalah untuk
mengalahkan tukang-tukang sihir tersebut. Zaman Nabi Isa as. adalah zaman
kemajuan ilmu kedokteran, maka mu’jizat utamanya adalah mampu menyembuhkan
penyakit yang tidak dapat disembuhkan pengobatan biasa, yaitu menyembuhkan
orang yang buta sejak dalam kandungan dan orang yang berpenyakit sopak atau
kusta, serta menghidupkan orang yang sudah mati. Dan zaman Nabi Muhammad
Saw. adalah zaman keemasan kesusastraan Arab, maka mu’jizat utamanya adalah Al-
Qur’an, kitab suci yang ayat-ayatnya mengandung nilai sastra yang amat tinggi,
sehingga tidak ada seorang manusiapun dapat membuat serupa dengan Al-Qur’an.

Macam-macam Mu’jizat

Mu’jizat dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu :


a. Mu’jizat Hissi, ialah mu’jizat yang dapat dilihat oleh mata, didengar
oleh telinga, dicium oleh hidung, diraba oleh tangan, dan atau dirasa oleh lidah,
tegasnya dapat dicapai dan ditangkap oleh pancaindera. Mu’jizat ini sengaja
ditunjukkan atau diperlihatkan manusia biasa, yakni mereka yang tidak biasa
menggunakan kecerdasan akal fikirannya, yang tidak cakap padangan mata
hatinya dan yang rendah budi dan perasaanya. Karena bisa dicapai dengan panca
indera, maka mu’jizat ini bisa juga disebut mu’jizat inderawi. Mu’jizat hissi ini
dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya hanya diperlihatkan kepada umat tertentu
dan di masa tertentu.
b. Mu’jizat ma’nawi ialah mu’jizat yang tidak mungkin dapat dicapai
dengan kekuatan panca indera, tetapi harus dicapai dengan kekuatan “’aqli” atau
dengan kecerdasan pikiran. Karena orang tidak akan mungkin mengenal mu’jizat
ma’nawi ini melainkan orang yang berpikir sehat, cerdas, bermata hati, berbudi
luhur dan yang suka mempergunakan kecerdasan fikirannya dengan jernih serta
jujur. Karena harus menggunakan akal fikiran untuk mencapainya, maka bisa
disebut juga mu’jizat ‘aqli atau mu’jizat rasional.

Aspek-aspek Kemu’jizatan Al-Qur’an

22 | B u k u A j a r A l - Q u r ’ a n H a d i t s K e l a s X S e m e s t e r G a s a l
I’jaz Al-Qur’an sesungguhnya terdapat dalam dirinya sendiri. Tegasnya
kemu’jizatan Al-Qur’an ada dalam kandungannya, bukan di luarnya. Jadi, kitab suci
ini tidak membutuhkan keterangan lain di luar dirinya untuk membuktikan bahwa ia
adalah mu’jizat terbesar Nabi Muhammad Saw.
Secara garis besar ada dua aspek kemu’jizatan Al-Qur’an yaitu:
a. Gaya Bahasa (Uslub)
Al-Qur’an mempunyai gaya bahasa yang khas yang tidak dapat ditiru para
sastrawan Arab sekalipun, karena susunan yang indah yang berlainan dengan
setiap susunan dalam bahasa Arab. Mereka melihat Al-Qur’an memakai
bahasa dan lafaz mereka, tetapi ia bukan puisi, prosa atau syair dan mereka
tidak mampu membuat seperti itu (meniru Al-Qur’an). Mereka tidak pernah
mampu untuk menandinginya dan putus asa lalu merenungkannya, kemudian
merasa kagum dan menerimanya, lalu sebagian masuk Islam. Contoh dalam
sejarah diterangkan bahwa Umar bin Khattab ra. menyatakan diri masuk Islam
setelah mendengar ayat-ayat pertama surat Thwha, dan masih banyak contoh
lainnya. Inilah bukti kemu’jizatan Al-Qur’an dari segi bahasanya.
Uslub Al-Qur’an sangatlah indah. Keindahan uslub Al-Qur’an benar-
benar telah membuat orang-orang Arab dan atau luar Arab kagum dan
terpesona. Di dalam Al-Qur’an terkandung nilai-nilai istimewa di mana tidak
akan terdapat dalam ucapan manusia menyamai isi yang terkandung di
dalamnya.
Al-Qur’an dalam uslubnya yang menakjubkan mempunyai beberapa
keistimewaan-keistimewaan, di antaranya :
1) Kelembutan Al-Qur’an secara lafziah yang terdapat dalam
susunan suara dan keindahan bahasanya.
2) Keserasian Al-Qur’an baik untuk awam maupun kaum
cendekiawan, dalam arti bahwa semua orang dapat merasakan keagungan
dan keindahan Al-Qur’an
3) Sesuai dengan akal dan perasaan, di mana Al-Qur’an
memberikan doktrin pada akal dan hati, serta merangkum kebenaran dan
keindahan sekaligus
4) Keindahan dalam kalimat serta beraneka ragam bentuknya,
yaitu satu makna diungkapkan dalam beberapa lafaz dan susunan yang
bermacam-macam yang semuanya indah dan halus
5) Al-Qur’an mencakup dan memenuhi persyaratan antara
bentuk global (ijmal) dan bentuk yang terperinci (tafsil)
6) Dapat dimengerti sekaligus dengan melihat segi yang
tersurat (yang dikemukakan)
b. Isi Kandungannya

23 | B u k u A j a r A l - Q u r ’ a n H a d i t s K e l a s X S e m e s t e r G a s a l
Dilihat dari isi kandungannya, kemu’jizatan Al-Qur’an dapat dilihat dari
beberapa hal, yaitu
1) Al-Qur’an mengungkapkan berita-berita yang bersifat gaib.
Hal-hal yang bersifat ghaib yang diungkap dalam Al-Qur’an dapat
dipilah menjadi 2 (dua) yaitu :
Pertama, berita menyangkut masa lalu. Sebagai contohnya: kisah Nabi
Adam as., Nabi Nuh as., Nabi Ibrahim as. dan Nabi Ismail as, Nabi Musa
as. dan kisah lain di masa lalu. Salah satu contoh lainnya sebagaimana
diungkapkan dalam QS. Yunus [10]: 92
ۚٗ
‫اس َع ۡن‬
ِ َّ ‫ن‬ ‫ل‬ ‫ٱ‬ ‫ن‬
َ ‫م‬
ِّ ‫ا‬ ٗ
‫ير‬ ِ ‫ث‬‫ك‬َ َّ
‫ن‬ ِ ‫إ‬‫و‬َ ‫ة‬ َ َ‫ون لِ َم ۡن َخ ۡلف‬
َ‫ك َءاي‬ َ ‫ك لِتَ ُك‬ َ ‫فَٱ ۡليَ ۡو َم نُنَ ِّج‬
َ ِ‫يك بِبَ َدن‬
٩٢ ‫ون‬ َ ُ‫َءا ٰيَتِنَا لَ ٰ َغفِل‬
Artinya :
“Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengindahkan tanda-tanda (kekuasaan)
Kami.”. (QS. Yynus [10] : 92)

Ayat tersebut menceritakan tentang Fir'aun yang diawetkan dengan


cara dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang. Hal itu bersifat ghaib,
karena tidak ada orang yang mengenalnya. Akan tetapi berita Al-Qur’an
itu ternyata terbukti kebenarannya kemudian.
Kedua, berita tentang peristiwa-peristiwa yang akan terjadi baik di dunia
maupun di akhirat, misalnya:
َ ‫ض َوهُم ِّم ۢن بَ ۡع ِد َغلَبِ ِهمۡ َسيَ ۡغلِب‬ ‫أۡل‬
‫ُون‬ ِ ‫ فِ ٓي أَ ۡدنَى ٱ َ ۡر‬٢ ‫ت ٱلرُّ و ُم‬
ِ َ‫ ُغلِب‬١ ‫ا ٓل ٓم‬
Artinya :
“Alif Lām Mim. Bangsa Romawi telah dikalahkan, di negeri yang
terdekat dan mereka setelah kekalahannya itu akan menang.” (QS. ar- Ar-
Rūm [30]: 1-3)

Ayat tersebut menceritakan tentang kemenangan bangsa Romawi atas


bangsa Persia. Padahal ketika ayat ini diturunkan, belum terjadi
peperangan yang dimaksudkan ayat tersebut. Akan tetapi kebenaran berita
itu terbukti sembilan tahun kemudian.
Berita ghaib menyangkut masa yang akan terjadi lainnya, misalnya
berita tentang kemenangan umat Islam dalam perang Badar dijelaskan
dalam QS. Al-Qamar [54]: 45, peristiwa Fathu Makkah dijelaskan dalam
QS. Al-Fath [48]: 27, dan sebagainya.

24 | B u k u A j a r A l - Q u r ’ a n H a d i t s K e l a s X S e m e s t e r G a s a l
2) I’jazul ‘ilmi, yakni kemu’jizatan ilmu pengetahuan. Al-Qur’an
mengungkapkan isyarat-isyarat rumit terhadap ilmu pengetahuan sebelum
pengetahuan itu sendiri sanggup menemukannya. Kemudian terbukti
bahwa Al-Qur’an sama sekali tidak bertentangan dengan penemuan-
penemuan baru yang didasarkan pada penelitian ilmiah.
Hal ini seperti difirmankan Allah Swt.:
ُّ ۗ ‫اق َوفِ ٓي أَنفُ ِس ِهمۡ َحتَّ ٰى يَتَبَي ََّن لَهُمۡ أَنَّهُ ٱ ۡل َح‬
ۡ‫ق أَ َو لَم‬ ِ َ‫َسنُ ِري ِهمۡ َءا ٰيَتِنَا فِي ٱأۡل ٓف‬
٥٣ ‫ك أَنَّهۥُ َعلَ ٰى ُكلِّ َش ۡي ٖء َش ِهي ٌد‬ ِ ‫يَ ۡك‬
َ ِّ‫ف بِ َرب‬
Artinya:
“Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran)
Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah
bagi mereka bahwa Al-Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi
kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu?” (QS. Fussilat
[41]:53)
Banyak ayat Al-Qur’an yang mengungkapkan isyarat tentang ilmu
pengetahuan, seperti: terjadinya perkawinan dalam tiap-tiap benda,
perbedaan sidik jari manusia, berkurangnya oksigen di angkasa, khasiat
madu, asal kejadian alam semesta, penyerbukan dengan angin, dan masih
banyak lagi isyarat-isyarat ilmu pengetahuan yang bersifat potensial, yang
kemudian berkembang menjadi ilmu pengetahuan modern.
Salah satu isyarat ilmu pengetahuan tersebut adalah mengenai
perbedaan sidik jari manusia, firman Allah:
َ ‫ بَلَ ٰى ٰقَ ِد ِر‬٣ ‫أَيَ ۡح َسبُ ٱإۡل ِ ن ٰ َس ُن أَلَّن نَّ ۡج َم َع ِعظَا َمهُۥ‬
َ ‫ين َعلَ ٰ ٓى أَن نُّ َس ِّو‬
ُ‫ي بَنَانَهۥ‬
Artinya :
3. Apakah manusia mengira bahwa Kami tidak akan mengumpulkan
(kembali) tulang belulangnya?
4. (Bahkan) Kami mampu menyusun (kembali) jari jemarinya dengan
sempurna. (QS. Al-Qiyamah [75] : 3-4)
3) Al-Qur’an memberikan aturan hukum atau undang-undang yang bersifat
universal, mencakup segala urusan hidup dan kehidupan manusia.

Perbedaan Bentuk Mu’jizat Nabi Muhammad SAW. dengan Mu’jizat Nabi-


Nabi Terdahulu

Berbeda halnya dengan Nabi Muhammad Saw. yang mendapat mu’jizat hissi dan
ma’nawi, para Nabi dan Rasul sebelum beliau umumnya mendapat mu’jizat hissi

25 | B u k u A j a r A l - Q u r ’ a n H a d i t s K e l a s X S e m e s t e r G a s a l
saja. Di dalam Al-Qur’an banyak digambarkan mengenai mu’jizat-mu’jizat yang
diberikan kepada para Nabi dan Rasul terdahulu tersebut. Di antaranya adalah :
a. Mu’jizat Nabi Nuh as. berupa kemampuan
untuk membuat kapal yang sangat besar untuk menampung dan menyelamatkan
kaum yang beriman dari banjir besar, padahal saat itu sama sekali belum dikenal
cara pembuatan kapal sesuai (QS. Hud [11]: 37-38)
b. Mu’jizat Nabi Ibrahim as. berupa keistimewaan
tidak hangus dibakar dalam api oleh raja Namruk. Hal ini digambarkan dalam
QS. al-Anbiyw’[21]: 68-69 sebagai berikut:
c. Mu’jizat Nabi Musa as. yaitu berupa tongkat
yang dapat berubah menjadi ular besar untuk mengalahkan tukang-tukang sihir
Fir’aun yang menyihir tali menjadi ular-ular kecil. Di samping itu tongkat beliau
tersebut juga bisa menimbulkan 12 sumber mata air yang memancar ketika
dipukulkan kepada sebuah batu pada saat beliau memohon air minum untuk
kaumnya sebanyak 12 suku. Sebagaimana digambarkan dalam QS. al-A’rwf [7]:
107 dan QS. al-Baqarah [2]: 60
d. Mu’jizat Nabi Dawud as. berupa kemampuan
untuk melunakkan besi dengan tangan beliau, sehingga bisa dibentuk sedemikian
rupa menjadi baju besi dan senjata untuk dapat mengalahkan raja Jalut. Hal ini
dijelaskan dalam QS. Sabw’ [34]:10-11.
e. Mu’jizat Nabi Sulaiman as. berupa kemampuan
untuk mendengar dan memahami bahasa binatang, seperti burung hud-hud dan
semut. Sebagaimana digambarkan dalam QS.an-Naml [27]: 16-18.
f. Mu’jizat Nabi Isa as. berupa kemampuan untuk
membuat burung dari tanah, menyembuhkan orang buta sejak lahir,
menyembuhkan penyakit sopak atau kusta, dan dapat menghidupkan orang yang
sudah mati atas izin Allah Swt. Seperti yang digambarkan dalam QS. Ali ‘Imron
[3]: 49
Demikian beberapa ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang mu’jizat para
Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad Saw. yang kesemuanya berbentuk
mu’jizat pissi.
Sejak diturunkan hingga akhir zaman kelak kemurnian dan kautentikan Al-
Qur’an akan senantiasa terjaga. Hal ini disebabkan karena kemu’jizatan yang
terkandung di dalam Al-Qur’an itu sendiri, baik dari aspek bahasa dan uslubnya
maupun dari aspek isi kandungannya yang memang terbukti tak satupun manusia
yang dapat meniru atau mendatang semisal-nya.
Dalam hal terjaganya kemurnian dan keotentikan Al-Qur’an ini, Al-Qur’an
mengajukan tantangan terutama kepada orang-orang kafir dan siapapun yang
meragukan kebenarannya. Mereka menuduh bahwa Al-Qur’an hanyalah sejenis

26 | B u k u A j a r A l - Q u r ’ a n H a d i t s K e l a s X S e m e s t e r G a s a l
mantera-mantera tukang tenung dan kumpulan syair-syair. Mereka mengira
bahwa Al-Qur’an adalah karangan Nabi Muhammad Saw. Tantangan Al-Qur’an
diberikan secara bertahap yakni sebagai berikut :
a. Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran Al-Qur’an untuk
mendatangkan semisalnya secara keseluruhan. Hal ini terkandung dalam QS.
at-Thur [52] ayat 33-34.
ْ ُ‫يث ِّم ۡثلِ ِهۦٓ إِن َكــان‬
‫وا‬ ْ ُ‫ فَ ۡليَـ ۡـأت‬٣٣ ‫ـون‬
ٖ ‫وا بِ َحـ ِد‬ َ ‫أَمۡ يَقُولُـ‬
َ ‫ـون تَقَ ـ َّولَهۥُۚ بَــل اَّل ي ُۡؤ ِمنُـ‬
٣٤ ‫ين‬ َٰ
َ ِ‫ص ِدق‬
Artinya :
33. Ataukah mereka berkata, ”Dia (Muhammad) mereka-rekanya.” Tidak!
Merekalah yang tidak beriman.
34. Maka cobalah mereka membuat yang semisal dengannya (Al-Qur'an) jika
mereka orang-orang yang benar. (QS. at- Thur [52]: 33-34)

Pada ayat lain ditegaskan bahwa manusia (dan jin) tidak akan pernah
mampu untuk mendatangkan semisal Al-Qur’an secara keseluruhan.
Sebagaimana ditegaskan dalam QS. al-Isra’ [17]: 88.
ۡ ُ‫وا بِ ِم ۡثـــ ِل ٰهَــ َذا ٱ ۡلق‬ ۡ َ‫ت ٱإۡل نسُ وٱ ۡلج ُّن َعلَ ٰ ٓى أَن ي‬
ْ ُ‫ـــأت‬
‫ـــر َءا ِن اَل‬ ِ َ ِ ِ ‫قُل لَّئِ ِن ٱ ۡجتَ َم َع‬
٨٨ ‫يرا‬ َ ‫ض‬
ٗ ‫ظ ِه‬ ٖ ‫ضهُمۡ لِبَ ۡع‬ ُ ‫ان بَ ۡع‬ َ ُ‫يَ ۡأت‬
َ ‫ون بِ ِم ۡثلِ ِهۦ َولَ ۡو َك‬
Artinya :
Katakanlah, ”Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat
yang serupa (dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang
serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.”.
(QS.Al- Isra’[17]: 88)

b. Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran Al-


Qur’an untuk mendatangkan 10 surah semisalnya. Hal ini terkandung dalam
QS. Hud [11] ayat 13
ْ ‫ت َوٱ ۡد ُعـ‬
‫ـوا َم ِن‬ ٖ َ‫ـر ٰي‬ ْ ُ‫ـون ٱ ۡفتَ َر ٰىـ ۖهُ قُـ ۡـل فَـ ۡـأت‬
َ ‫وا بِ َع ۡش ـ ِر ُس ـ َو ٖر ِّم ۡثلِ ِهۦ ُم ۡفتَـ‬ َ ‫أَمۡ يَقُولُـ‬
١٣ ‫ين‬ َ ِ‫ص ِدق‬َ ٰ ۡ‫ٱ ۡستَطَ ۡعتُم ِّمن ُدو ِن ٱهَّلل ِ إِن ُكنتُم‬
Artinya :
Bahkan mereka mengatakan, ”Dia (Muhammad) telah membuat-buat Al-
Qur'an itu.” Katakanlah, ”(Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surah
semisal dengannya (Al-Qur'an) yang dibuat-buat, dan ajaklah siapa saja di
antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”
(QS. Hyd [11] ayat 13)

27 | B u k u A j a r A l - Q u r ’ a n H a d i t s K e l a s X S e m e s t e r G a s a l
c. Al-Qur’an menantang siapapun yang meragukan kebenaran Al-
Qur’an untuk mendatangkan satu surah saja semisal Al-Qur’an. Hal ini
terkandung dalam QS. al-Baqarah [2] ayat 23.
ْ ‫ور ٖة ِّمن ِّم ۡثلِ ِهۦ َوٱ ۡد ُعـ‬
‫ـوا‬ ْ ُ‫ب ِّم َّما نَ َّز ۡلنَا َعلَ ٰى َع ۡب ِدنَا فَـ ۡـأت‬
َ ‫وا بِ ُس ـ‬ ٖ ‫َوإِن ُكنتُمۡ فِي َر ۡي‬
٢٣ ‫ين‬ َ ٰ ۡ‫ون ٱهَّلل ِ إِن ُكنتُم‬
َ ِ‫ص ِدق‬ ِ ‫ُشهَ َدٓا َء ُكم ِّمن ُد‬
Artinya :
Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba
Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.
(QS.al-Baqarah [2]: 23)

Dari ketiga tantangan tersebut terbukti bahwa ternyata tidak ada yang dapat
mendatangkan atau membuat yang serupa dengan Al-Qur’an, karena memang Al-
Qur’an bukan buatan manusia, Al-Qur’an adalah wahyu Allah Swt.
Dari informasi sejarah juga telah terbukti bahwa Al-Qur’an terjaga
kemurniannya. Al-Qur’an tidak dapat dipalsukan. Hal ini disebabkan karena banyak
diantara umat Islam yang menjaganya dengan kekuatan hafalan mereka. Dan ternyata
kekuatan hafalan ini pulalah yang menjadi jaminan penguat dalam menjaga
kemurnian dan keotentikan Al-Qur’an tersebut.
Al-Qur’an diturunkan selama lebih kurang 23 tahun secara berangsur-angur.
Kala itu banyak sahabat Nabi Saw. yang menghafal Al-Qur’an, di samping juga
setiap kali turun ayat, maka ayat tersebut ditulis dalam media yang sangat sederhana,
seperti: tulang, batu, pelepah daun kurma, kulit binatang, dan lain-lain. Sehingga pada
masa khalifah Usman bin ‘Affan ra. Al-Qur’an dikodifikasi dalam bentuk mushaf,
kekuatan hafalanlah yang menjadi satu unsur terpenting dalam menjaga kemurnian
dan keotentikan Al-Qur’an. Singkatnya, kemurnian dan keotentikan Al-Qur’an
terletak pada kemu’jizatan Al-Qur’an yang tidak bisa ditiru oleh siapapun, dan
adanya kekuatan hafalan orang-orang Islam yang juga berperan dalam menjaga
keoutentikannya. Sejarahpun telah membuktikannya.

EVALUASI

I. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, d, atau e pada jawaban yang benar!

1. Mushaf Al Qur’an diakhiri dengan surah ...

28 | B u k u A j a r A l - Q u r ’ a n H a d i t s K e l a s X S e m e s t e r G a s a l
a. al-Baqarah
b. al-Ikhlas
c. an-Nas
d. at-Taubah
e. al-Fatihah

2. Meyakini Malaikat Jibril sebagai perantara diturunkannya Al-Qur’an


termasuk salah satu …
a. pokok keislaman
b. pokok kebaikan
c. pokok kebenaran
d. pokok keikhlasan
e. pokok keimanan
3. Sahabat yang mengemukakan ide untuk mengumpulkan lafadz-lafadz Al-
Qur’an menjadi satu adalah …
a. Umar bin Khattab
b. Utsman bin Affan
c. Abu Bakar as-Siddiq
d. Zaid bin Haritsah
e. Ali bin Abi Thalib

4. Salah satu bukti keautentikan Al-Qur’an adalah mengungkap banyak hal gaib,
seperti kejadian masa lampau yang tidak diketahui lagi oleh manusia. Misalnya
peristiwa …
a. tenggelamnya Fir’aun
b. terbakarnya Nabi Ibrahim as.
c. Fathu Makkah
d. terbelahnya dada Nabi Muhammad saw.
e. perang yamamah

5. Al-Qur’an diturunkan dalam bentuk yang sempurna, tata kalimat Al-Qur’an


sangat …
a. indah, ringkas, padat, namun sangat mudah dibaca
b. terperinci dan disertai penjelasan masing-masing

c. mudah dibaca, ringkas, terperinci


d. indah, detail, dan terperinci
e. ringkas, padat, dan jelas

29 | B u k u A j a r A l - Q u r ’ a n H a d i t s K e l a s X S e m e s t e r G a s a l
6. Ayat Al-Qur’an di bawah ini yang tidak menjelaskan tentang tujuh langit
adalah Al-Qur’an surah …
a. al-Baqarah ayat 29
b. al-Isra’ ayat 44
c. al-Hujurat ayat 11
d. al-Mu’minun ayat 86
e. Fussilat ayat 12
7. Salah satu berita gaib yang menceritakan kejadian yang akan terjadi adalah …
a. tentang Perang Badar
b. tentang Nabi Nuh as. yang membuat bahtera
c. ditemukannya gulungan naskah Laut Mati
d. terpilihnya Nabi Muhammad saw. sebagai nabi terakhir
e. diawetkannya Fir’aun hingga masih utuh sampai sekarang
8. Surah ar-Rum ayat 1-3 merupakan bukti keautentikan Al-Qur’an, yaitu
menceritakan tentang peristiwa …
a. yang akan dialami Nabi Muhammad saw.
b. di masa sebelum Nabi Muhammad saw.
c. di masa setelah Khulafaurrasyidin
d. yang akan terjadi di akhirat
e. yang akan terjadi di dunia
9. kata al-bukhi dan al-hasrah di dalam Al-Qur’an diulang sebanyak … kali
a. 12
b. 75
c. 88
d. 115
e. 145
10. Al-Qur’an merupakan kitab yang di dalamnya terdapat ….
a. 110 surah
b. 114 surah
c. 121 surah
d. 212 surah
e. 234 surah
11. Mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW adalah …
a. dapat membelah bulan menjadi dua
b. keluar air dari celah-celah jarinya
c. dapat mencukupkan makanan yang sedikit
d. Al-Qur’an
e. peristiwa Isra’ Mi’raj

30 | B u k u A j a r A l - Q u r ’ a n H a d i t s K e l a s X S e m e s t e r G a s a l
12. Nabi Muhammad saw. mendapat mukjizat berupa mukjizat maknawi dan
hissi. Contoh mukjizat maknawi Nabi Muhammad saw. adalah …
a. dapat membelah bulan menjadi dua bagian

b. dapat mencukupkan makanan yang sedikit pada umatnya

c. diturunkannya Al-Qur’an pada beliau

d. diiringi awan pada setiap langkahnya

e. dibelah dadanya oleh dua malaikat

13. Al-Qur’an menentang siapapun yang meragukan kebenarannya untuk


mendatangkan semisalnya secara keseluruhan, hal ini terdapat di dalam
Al-Qur’an surah …
a. al-Hijr ayat 9
b. al-Hujurat ayat 9
c. Ali Imran ayat 49
d. at-Tur ayat 33-34
e. an-Naml ayat 16-18

14. Penulis ayat-ayat Al-Qur’an dalam kodifikasi mushaf Al_Qur’an yang


dilakukan oleh Utsman bin Affan adalah …
a. Zaid bin Tsabit
b. Zaid bin Haritsah
c. Bilal bin Rabbah
d. Ali bin Abi Thalib
e. Abdullah bin Umar
15. Surah dan ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang mukjizat Nabi Isa as.
adalah …
a. Ali Imran ayat 49
b. At-Tur ayat 33-34
c. An_naml ayat 16-18
d. Al-Hijr ayat 9
e. Al-Hujurat ayat 9

31 | B u k u A j a r A l - Q u r ’ a n H a d i t s K e l a s X S e m e s t e r G a s a l
II. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat!

1. Sebutkan tiga hal yang dapat membuktikan keautentikan Al-Qur’an !


2. Bagaimana cara mengimani kebenaran al-Qur’an ?
3. Jelaskan kandungan Al-Qur’an Surat Hud ayat 13 berikut ini ?
ِ ‫اس==تَطَ ْعتُ ْ=م ِمنْ د‬
‫ُون‬ ٍ ‫س َو ٍر ِم ْثلِ ِه ُم ْفتَ َريَا‬
ْ ‫ت َوا ْدعُوا َم ِن‬ ْ ‫أَ ْم يَقُولُونَ ا ْفت ََراهُ قُ ْل فَأْتُوا بِ َع‬
ُ ‫ش ِر‬
َ‫صا ِدقِين‬ َ ‫هَّللا ِ إِنْ ُك ْنتُ ْم‬

4. Apa saja yang termasuk kemukjizatan Al-Qur’an menurut isi


kandungannya ?
5. Apa tujuan dari kemukjizatan Al-Qur’an ?

32 | B u k u A j a r A l - Q u r ’ a n H a d i t s K e l a s X S e m e s t e r G a s a l

Anda mungkin juga menyukai