ن
ٍ َّ معَي َّ َ ما د
ُ ل ع َلى َ
Lafadz yang menunjukan benda tertentu.
Jadi, yang dimaksud dengan isim ma’rifat adalah lafadz yang khusus
menunjukan benda tertentu, misalnya kata “rumah” tentu maknanya
berbeda dengan kata “rumah itu”, kata “rumah itu” maknanya jelas
menunjukan sebuah rumah ini yang dmaksud dengan isim ma’rifat, kalau
“rumah” saja berarti dia masih umum dan ini yang dimaksud dengan isim
nakirah yang mana penjelasan lebih lanjutnya akan dibahas pada tulisan
selanjutnya.
Adapun anggota dari isim ma’rifat tersebut ada lima, yaitu :
1. Isim mudhmar, seperti lafadz اَنَا (kamu) dan ت
َ ْ اَن (kamu).
2. Isim ‘alam (nama), seperti lafadz zaid (nama orang) dan Jakarta (nama
kota).
3. Isim mubham (samar atau belum jelas), seperti هذا (untuk menunjukan
perkara yang dianggap mudzakar), ه>>ذه (untuk menunjukan perkara yang
dianggap muannats), هؤالء (untk menunjukan jamak mudzakar). Selain itu,
iaim mubham juga mencakup isim isyarah dan isim mausul. Untuk
penjelasan kedua isim ini akan dibahas pada tulisan selanjutnya.
4. Isim yang diberi alif dan lam, seperti lafad ْ الس>>يّا َ َرة (sebuah
َ mobil)
ُ
dan منْزِل
َ ال (sebuah rumah).
5. Isim yang diidofatkan pada salahsatu diantara bagian yang empat di
atas, seperti ك َ ُ ارت
َ َّ سي َ ُ كِتَاب (bukumu).
َ (mobilmu) ك
3. Isim Isyaaroh ( )اسم اإلشارةatau kata tunjuk. Misal: ( هَذ َاini) | ( ذلكitu)
–> Misal: ُ ( !يَا أستاذYaa Ustadz!) Maksudnya sudah tertentu adalah, orang
yang dimaqsud itu sudah ada.
Inilah isim isim ma’rifat yang tertentu. Isim isim ini memiliki tingkat ke-
ma’rifat-an. Berdasarkan urutannya, isim paling ma’rifat adalah dhomir dan
selanjutnya. Namun ada ulama nahwu yang berpendapat bahwa Isim yang
paling ma’rifat adalah Allah karena seluruh makhluq pada fitrahnya
mengenali siapa penciptanya. [1]
Kata “al ‘usr (kesulitan)” yang diulang dalam surat Alam Nasyroh hanyalah
satu. Al ‘usr dalam ayat pertama sebenarnya sama dengan al ‘usr dalam
ayat berikutnya karena keduanya menggunakan isim ma’rifah (seperti kata
yang diawali alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Jika isim
ma’rifah diulang, maka kata yang kedua sama dengan kata yang pertama,
terserah apakah isim ma’rifah tersebut menggunakan alif lam jinsi ataukah
alif lam ‘ahdiyah.” Intinya, al ‘usr (kesulitan) pada ayat pertama sama
dengan al ‘usr (kesulitan) pada ayat kedua.
Sedangkan kata “yusro (kemudahan)” dalam surat Alam Nasyroh itu ada
dua. Yusro (kemudahan) pertama berbeda dengan yusro (kemudahan) kedua
karena keduanya menggunakan isim nakiroh (seperti kata yang tidak diawali
alif lam). Sebagaimana kaedah dalam bahasa Arab, “Secara umum, jika isim
nakiroh itu diulang, maka kata yang kedua berbeda dengan kata yang
pertama.” Dengan demikian, kemudahan itu ada dua karena berulang. Ini
berarti ada satu kesulitan dan ada dua kemudahan. [2]
2. Kaidah ushul fiqh: Jika Isim Nakiroh Terletak dalam Konteks
Penafian/Peniadaan, Larangan, Syarat, Pertanyaan Menunjukkan Keumuman.
Misalnya pada ayat berikut:
Nas’alullahal ikhlaas
alam ilmu bahasa Arab, isim dhamir itu secara umum terbagi menjadi dua:
1. ل ُ ص ِ َمنْف ُ ْ مي ْ ُر ال
ِ ض َّ ( اَلkata ganti yang tidak bersambung).
2. ل ُ ص ِ َّ مت ُ ْ مي ْ ُر ال
ِ ض َّ ( اَلkata ganti yang bersambung).
Mari kita telaah penjelasan masing-masing dari kedua isim dhamir ini.
ُ ص
ل ِ ف ُ ْ مي ْ ُر ال
َ ْ من ِ ض َّ اَل (Kata Ganti yang Tidak Bersambung)
Dhamir munfashil terbagi menjadi 12:
1. َ( هُوDia [laki-laki]): untuk orang ketiga (yang dibicarakan),
tunggal (mufrad), mudzakkar.
2. ما َ ُ( هMereka berdua [laki-laki/perempuan]): untuk orang ketiga,
ganda (mutsanna), baik mudzakkar maupun muannats.
3. م ْ ُ( هMereka [banyak laki-laki]): untuk orang ketiga,
jamak, mudzakkar.
4. ي
َ ِ ( هDia [perempuan]): untuk orang ketiga, mufrad, muannats.
5. ن َّ ُ( هMereka [banyak perempuan]): untuk orang ketiga,
jamak, muannats.
6. ت َ
َ ْ ( أنKamu [laki-laki]): untuk orang kedua (lawan
bicara), mufrad, mudzakkar.
7. ما َ
َ ُ ( أنْتKalian berdua [laki-laki/perempuan]): untuk orang
kedua, mutsanna, baik mudzakkarmaupun muannats.
8. م َ
ْ ُ ( أنْتKalian [banyak laki-laki]): untuk orang kedua,
jamak, mudzakkar.
9. ت َ
ِ ْ ( أنKamu [perempuan]): untuk orang kedua, mufrad, muannats.
10. ن َ
َّ ُ ( أنْتKalian [banyak perempuan]): untuk orang kedua,
jamak, muannats.
11. ( أَنَاSaya [laki-laki/perempuan]): untuk orang pertama (si
pembicara) mufrad, baik mudzakkar maupun muannats.
12. ن ُ حْ َ ( نKami [laki-laki/perempuan]): untuk orang pertama, jamak,
baik mudzakkar maupun muannats; digunakan juga untuk orang
pertama tunggal (mufrad) yang mengagungkan dirinya.
ُ ص
ل ُ ْ مي ْ ُر ال
ِ َّ مت َّ اَل (Kata Ganti yang Bersambung)
ِ ض
Ada dhamir muttashil yang bersambung dengan isim dan ada yang
bersambung dengan fi’il. Contoh yang bersambung dengan isim:
Ri
ngkasan
o Secara umum, dhamir (kata ganti) terbagai menjadi dua, yaitu dhamir
munfashil (kata ganti yang tidak bersambung) dan dhamir muttashil (kata
ganti yang bersambung).
o Kata ganti (ن
َّ ُ ه,ما
َ ُ ه,ي
َ ِ ه,َ )هُوpada dhamir munfashil, dan (ن َّ ُ ه,ما
َ ُ ه, هَا,ُ)ه
pada dhamir muttashil bisa juga dipergunakan untuk selain manusia.
o Semua kata ganti ini adalah mabni (harakat akhirnya tidak berubah,
bagaimanapun kedudukan kata tersebut dalam kalimat).
o Secara umum, kata ganti ن َّ ُ هdipergunakan juga untuk
menggantikan jamak muannats salim(jamak
dengan alif dan ta’ tambahan) yang tidak berakal. Hal ini
membedakannya dengan kata ganti ي َ ِ هyang secara umum juga
digunakan untuk menggantikan jamak taksir yang tidak berakal.
o Jamak muannats salim yang tidak berakal dan jamak taksir yang tidak
berakal boleh diberi sifat (na’at) dalam bentuk
isim mufrad muannats atau jamak muannats.
o Ada dhamir muttashil (kata ganti yang bersambung) yang bersambung
dengan isim, dan ada yang bersambung dengan fi’il.
Kantong Kosakataku
Dhamir munfashil dan dhamir muttashil
Dhomir itu bahasa Indonesia nya ‘kata ganti’. Seperti ‘aku’, ‘kamu’, ‘kita’
dan ‘dia’. Dhomir dalam bahasa arab ada 14. Sedangkan dalam bahasa
inggris dan bahasa Indonesia jumlah kata ganti hanya 7 (bener gak?).
Dhomir adalah Isim Mabni, yaitu Isim yang tidak berubah harokat akhirnya
baik dalam keadaan rofa, nashob maupun jarr sehingga kalau di i’rob nanti
begini: “Fii mahalli rof’in/jarrin/nashbin” [menempati kedudukan rofa’/ jarr/
nashob]. Hanya menempati kedudukan, tapi harokat akhir tidak berubah
Dhomir ada yang terpisah/ berdiri sendiri yaitu dhomir munfashil ( مي ْ ٌر ِ ض
َ
لٌ ص ف
َ
ِ ْ ُ نم) misalnya ب ي
ٌ ِْ بَ ط و
َ ُ ه. Ada juga dhomir yang bersambung dengan
kalimat yaitu dhomir muttasil (ل ٌ ص
ِ َّ مت
ُ مي ْ ٌر
ِ ض
َ ) baik dengan fiil (cth:ت ُ ْ )كَتَبisim
(cth: ِ )كِتَاب ِهatau huruf (cth: ِ)فِيه.
Dhomir ada yang menempati kedudukan rofa’, nashob dan jarr.
Rofa’ sebagai mubtada’, khobar, fa’il atau naibul fa’il, isim kaana;
Nashobsebagai maf’ul bihi dan isim inna; dan jarr sebagai mudhof
ilayhi dan majrur karena didahului huruf jar. Tidak ada dhomir yang
menempati kedudukan Jazm karena dhomir adalah isim dan isim tidak ada
yang majzum. Apa itu rofa’, nashob, jarr, jazm? baca ini dulu.
Dhomir bisa tampak (مي ْ ٌر ظَاه ِ ٌر ِ ض
َ ) misalnya ت ُ ْ كَتَبada juga yang tidak tampak (
ستَت ِ ٌر
ْ مُ مي ْ ٌر
ِ ض
َ ) contohnya ب َ َ كَت.
Perinciannya bgini:
عل
ْ ف
ِ
FI’IL (Kata Kerja)
a. Bila Fa’il mendahului Fi’il maka perubahan bentuk dari Fi’il tersebut harus
mengikuti ketentuan Mudzakkar/Muannats dan Mufrad/Mutsanna/Jamak.
Contoh Jumlah Fi’liyyah dengan Fi’il Madhy yang terletak setelah Fa’il:
َجدِ س ْ م َ ْ َل ال َ دخ َ م ُ ِ سل ْ م ُ ْ اَل = muslim itu memasuki masjid
َجد ِ س ْ م َ ت الْ َ
ِ ة دَخَل ُ مَ ِ سل ْ م ُ ْ اَل = muslimah itu memasuki masjid
kَجد ِ س ْ م َ ْ ان دَخَال َ ال ِ م َ ِ سل ْ م ُ ْ اَل = dua muslim itu memasuki masjid
kَجد ِ س ْ م ْ َ
َ ان دَخَلتَا ال ِ َ مت َ ِ سل ْ م ُ ْ اَل = dua muslimah itu memasuki masjid
kَجد ِ س ْ م َ ْ دخَلُوا ال َ ن َ و ْ م ُ ِ سل ْ م ُ ْ اَل = kaum muslimin memasuki masjid
kَجد ِ س ْ م َ ن الْ ْ
َ ات دَخَل ُ م َ ِ سل ْ م ُ ْ اَل = kaum muslimat memasuki masjid
Contoh Jumlah Fi’liyyah dengan Fi’il Mudhari’ yang terletak setelah Fa’il:
b. Sedangkan bila Fi’il mendahului Fa’il, maka bentuk Fi’il tersebut selalu
Mufrad, (meskipun Fa’il-nya Mutsanna atau Jamak). Tetapi untuk bentuk
Mudzakkar dan Muannats tetap dibedakan dengan adanya huruf Ta Ta’nits
( ت تَأْنِيْث ) atau “Ta Penanda Muannats” pada Fi’il yang Fa’il-nya adalah
Muannats.
Contoh Jumlah Fi’liyyah dengan Fi’il Madhy yang terletak sebelum Fa’il:
َجدِ سْ مَ ْ م ال ُ ِ سل ْ م ُ ْ َل اَل َ دَخ = muslim itu memasuki masjid
د ج س
َ ِ ْ َ م ْ ال ة
ُ م ِ
َ ْ ُل س م ْ ال تِ َ دَخَل = muslimah itu memasuki masjid
kَجدِ سْ م ْ
َ ان ال ِ م َ ِ سلْ م ْ
ُ َل ال َ دَخ = dua muslim itu memasuki masjid
= dua muslimah itu memasuki
kَجدِ س ْ م َ ْ ال ان
ِ َ مت َ ِ سل ْ م ُ ْ ت ال ِ َ دَخَل
masjid
َجدِ س ْ م َ ْ ال ن
َ و ْ مُ ِ سل ْ م ُ ْ َل ال
َ دَخ = kaum muslimin memasuki masjid
kَجد ِ س ْ م َ ْ ال اتُ م َ ِ سل ْ م ْ
ُ ت ال ِ َ دَخَل = kaum muslimat memasuki masjid
Contoh Jumlah Fi’liyyah dengan Fi’il Mudhari’ yang terletak sebelum Fa’il:
kَجد
ِ س ْ م َ ْ ال م ُ ِ سل ْ م ُ ْ ُل اَل ُ يَدْخ = muslim itu memasuki masjid
kَجدِ س ْ م َ ْ ال ة
ُ م ِ
َ ْ ُ ل س م ْ ال ُ تَدْخ
ُل = muslimah itu memasuki masjid
kَجد ِ س ْ م َ ْ ال ان ِ م َ ِ سل ْ م ْ
ُ ُل ال ُ يَدْخ = dua muslim itu memasuki masjid
kَجد ِ س ْ م َ ْ ال ان ِ َ ت م ِ
َ ْ ُ ل س م ْ ال ُ تَدْخ
ُل = dua muslimah itu memasuki masjid
kَجد ِ س ْ م َ ْ ال نَ و ْ م ُ ِ سل ْ م ُ ُل الْ ُ يَدْخ = kaum muslimin memasuki masjid
kَجد ِ س ْ م َ ْ ال ات ُ َ ْ ُ م ِ ل س م ْ ال ُ
ُل تَدْخ = kaum muslimat memasuki masjid
A. Pengertian Fi’il
Fi’il adalah kata yang menunjukkan arti pekerjaan atau peristiwa yang
terjadi pada suatu masa atau waktu tertentu (lampau, sekarang dan yang
akan datang). Hampir seperti pengertian kata kerja dalam bahasa Indonesia,
namun ada perbedaan sedikit.
Contoh :
ْ ع
Bekerjalah = ــل ُ ف ْ ُا
Sedang/ akan bekerja = ــل ُ ع ُ فــ ْ َي
Telah bekerja = ــلَ ع َ ــ فَ
B. Macam-Macam Fi’il
1. Fi’il Madhi (Lampau)
Secara terpisah fi’il berarti kata kerja. Sedangkan madhi berarti yang
telah lampau atau lewat. Jadi, apabila digabung fi’il madhi ialah kata kerja
yang menunjukkan terjadinya suatu pekerjaan atau peristiwa pada waktu
lampau.
Contoh Fi'il Mudhari'
Dia akan menulis = ب ُ ُ يَكْت
Dia akan membuka = ح ُ َ فت ْ َي
Dia akan mengirim = سل ُ ِ ي ُ ْر
Dia akan membantu, menolong = ُعد ِ سا َ ُي
Contoh penggunaan fi'il mudhari' dalam kalimat
Anak itu membuka pintu = اب َ َ ولَدُ الْبَ ْ ح ال ْ َي
ُ َ فت
Ahmad mengirim surat = ٌسالة َ َ ُ
َ ر ِ kُمدَ ح ْ سل أ ِ ي ُ ْر
3. Fi’il Amr
Fi'il Amar atau Kata Kerja Perintah adalah fi'il yang berisi pekerjaan yang
dikehendaki oleh Mutakallim (pembicara) sebagai orang yang memerintah
agar dilakukan oleh Mukhathab (lawan bicara) sebagai orang yang
diperintah.
Dalam catatan sebelumnya, tepatnya pada kitab durusul lughah jilid satu.
Penulis menyinggung sedikit mengenai huruf jar di point pertama. Ada
beberapa huruf jar yang dikenalkan dan langsung dipraktekkan alias
langsung latihan.
Huruf jar adalah huruf-huruf tertentu yang membuat kata benda (isim)
menjadi majrur (contoh majrur untuk isim mufrad adalah tanda harakat
kasrah).
Lihat tanda majrur untuk jenis isim lainnya di i'rab (perubahan) pada isim
(kata benda) di:
Kaidah huruf jar
- Huruf jar itu setelahnya adalah isim, ia bersambung pada isim.
- Huruf jar itu tidak bersambung pada fi'il (kata kerja yang terikat waktu).
- Huruf jar merupakan tanda pengenal isim.
َ ر
فة ِ ع
ْ م
َ – نَك ِ َرة
Isim Nakirah merupakan bentuk asal dari setiap Isim, biasanya ditandai
dengan huruf akhirnya yang bertanwin ( ً ٍ ٌ ). Sedangkan Isim Ma’rifah
biasanya ditandai dengan huruf Alif-Lam ( ال ) di awalnya.
ٌ ْ بَي (= sebuah rumah), ٌولَد (=
Contoh Isim Nakirah: ت َ seorang anak)
Coba bandingkan dan perhatikan perbedaan makna dan fungsi antara Isim
Nakirah dan Isim Ma’rifah dalam dua buah kalimat di bawah ini:
= Itu sebuah rumah. Rumah itu baru. .ت كَبِي ْ ٌرُ ْ اَلْبَي.ت َ ِ ذَل
ٌ ْ ك بَي
= Datang seorang anak. Anak itu sopan. .ب ٌ ِّؤد ُ ُولَد
َ م َ ْ اَل.ٌولَدَ َجاء َ
Selain Isim yang berawalan Alif-Lam, yang juga termasuk Isim Ma’rifah
adalah:
Bahasa
Bahasa Indonesia Bahasa Inggris
Arab
Keluarga ُ َ عائِل
ة َ ْ اَل Family
ُ
Keluarga ْ اَأْل
ُس َرة Family
Bapak ٌ َا
ب Mother
Kakek ٌّجد
َ Grandfather
Nenek ٌجدَّة
َ Grandmother
Saudara ُ
ْت
ٌ أخ Brother
Perempuan
Younger
Adik laki-laki غيْر
ِ ص ُ َأ
َّ خ ال Brother
ْت ُ
Adik perempuan ُ أخ Younger Sister
ُغي ْ َرة ِ ص
َّ ال
kakak laki-laki خ كَبِي ْ ٌر ٌ َأ Older Brother
Bibi ة
ٌ م
َّ ع
َ Aunt
Paman َم
ٌّ ع Uncle
ة
ُ َ إِبْن/ن ُ ْ إِب
saudara sepupu ْ Cousin
مِّ ع
َ ال
Keponakan َ
ِ أبْنَاءُ اأْل ُخ
ْت Niece
perempuan
ُفيْدَةِ حَ
Cucu Perempuan َ Granddaughter
ة
ِ ط ب
ْ َس
Menantu Daughter in
ة
ٌ َ ختْن
َ
Perempuan law
Buyut ٌ ْ سب
ط َ Great Grand
Bayi ع
ٌ ْ ضي
ِ َر Baby
ٌ َ مل َ
Janda ة ٌ ِّ ثَي
َ أ ْر/ب Widow
Duda ُ م
ل َ
َ أ ْر Widower
Istri ج
ٌ و
ْ َز Wife
Suami ة
ٌ ج
َ و
ْ َز Husband
Pengantin س
ٌ و
ْ ع ُُر Bride
Perjaka ب َ
ٌ أع َْز Bachelor
Laki-laki ٌ ج
ل ُ َر Male
َ ْاَلْيَو
م Pada hari ini ة
ً م
َ َ عَت Waktu sore / isya
Pada waktu
َ َ اللَّيْل
ة Pada malam ini حا
ً صبَا
َ subuh
ً غُدْوَة Pada pagi hari ًساء
َ م
َ Pada waktu sore
ً بُك ْ َرة Waktu pagi اَبَدًا Selamanya
ح ًرا
َ س
َ Waktu sahur َ َا
مدًا Selamanya
غَدًا Besok حيْنًا
ِ ketika
ِ ْ االِثْنَي م
ن َ ْيَو ت
ُ م
ْ ص
ُ = Aku telah berpuasa pada hari senin
Zharaf Makan
Definisi zharaf makan menurut ilmu nahwu ialah sebagai berikut :
ى
ْ ِب بِتَقْدِيْرِ ف
ُ ْ صو
ُ ْ من ِ َ مك
َ ان ال َ م ال
ُ س ِ َ مك
ْ ان هُوَ ا ُ ظ َ ْر
َ ف ال
Artinya : Zharaf makan ialah isim yang menunjukan tempat (makan) yang
i’rabnya dinashabkan dengan memperkirakan makna fii (pada / dalam).
Jadi, setiap lafadz yang mengandung makna fii (pada/dalam) dan
menunjukan tempat maka itu adalah zharaf makan. Contoh :
Lafadz Terjemah Lafadz Terjemah
م َ َا
َ ما Di depan َ مع
َ Beserta
َ ْ خَل
ف Di belakang َا ِ َزاء Di muka
َ قُدَّا
م Di depan َحذ َاء
ِ Di dekat
َوَ َرآء Di belakang َتِلْقَاء Di hadapan
َفَوْق Di atas هُنَا Di sini
ت
َ ح
ْ َت Di bawah َّ َ ث
م Di sana
َ عنْد
ِ Di dekat