Disusun oleh :
Ahmad Rizal Alfani (1917403050)
Lu'luatun Nafisah(1917403059)
Zulvin umu ihanaf (1917403088)
4 PBA-B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PURWOKERTO 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bahasa arab, aturan gramatikal mempunyai perbedaan yang
sangat jauh terhadap bahasa indonesia. Karena gramatikal bahasa arab
yang begitu rumit sehingga para pembelajar bahasa arab merasa kesulitan
dalam mempelajarinya. Termasuk dalam hal ini salah satunya adalah yang
berkaitan dengan Isim Maushul, dalam gramatikal bahasa arab mempunyai
banyak varian makna, tetapi dalam bahasa indonesia mempunyai satu kata
yaitu "Yang". Tetapi kata tersebut dalam bahasa indonesia tidak terikat
dengan adanya aturan antara Mudzakkar dan Muannats. Sedangkan dalam
bahasa arab kata tersebut mempunyai lafazh yang sesuai dengan
konteksnya.
B.Rumusan Masalah
C.Tujuan Penulisan
PEMBAHASAN
1. Pengertian Isim Maushul
Isim Maushũl (Kata Sambung) adalah Isim yang berfungsi untuk
menghubungkan beberapa kalimat atau pokok pikiran menjadi satu
kalimat. Maksudnya, bahwa setiap isim ma’rifat itu akan menjadi jelas bila
bersambung dengan kalimat sesudahnya, yang dinamakan Shilah.
Shilah(anak kalimat) itu harus memiliki dhamir yang kembali pada
isim maushul, yang dinamakan a’id. Dalam bahasa Indonesia, Kata
Sambung semacam ini diwakili oleh kata: “yang”. Bentuk asal atau dasar
dari Isim Maushũl adalah: ْ( الَّ ِذيyang). Perhatikan contoh penggunaan Isim
1
Maushũl dalam menggabungkan dua kalimat di bawah ini:
Kalimat I ُ “ = َجا َء ْال ُمدَرِّ سdatang guru itu”.
Kalimat II َ “ = اَ ْل ُم َد ِّرسُ يَ ْدرُسُ ْالفِ ْقهguru itu mengajar fiqh”.
Kalimat IIIَ “ = َجا َء ْال ُم َد ِّرسُ الَّ ِذيْ يَ ْدرُسُ ْالفِ ْقهdatang guru yang mengajar fiqh”.
Kalimat III menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushũl: ْالَّ ِذي.
2. Isim Maushul dan Shillah
Isim Maushul pasti membutuhkan shillah, ‘aid dan mahal dalam
i’rab. Shillah adalah jumlah yang disebut setelah isim maushul untuk
menyempurnakan maknanya, seperti)َُﺟﺎﺀَ ﺍﻟَّ ِﺬﻱ ﺍَ ْﻛ َﺮ ْﻣﺘُﻪ
. ‘ Aid adalah dlamir yang kembali kepada isim maushul yang dlamir itu
dikandung oleh jumlah yang menjadi shillahnya isim maushul. Jika kita
mengucapkan ( ) ﺗَ َﻌﻠَّ ْﻢ ﻣﺎ َ ﺗَ ْﻨﻔَ ُﻊ ﺑِ ِﻪmaka yang menjadi ‘aid adalah dlamir ha’ ( ﻫـ
), karena dlamir itu kembali kepada ( َ ) ﻣﺎ
Disyaratkan untuk dlamir yang kembali kepada isim maushul khas,
adalah harus sesuai atau mencocoki kepada isim maushul itu secara
mutlak,
1
Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 136
2
Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 137
Faidah:
Shillahnya isim maushul harus jatuh setelah isim maushul,
sehingga tidak diperbolehkan untuk mendahulukannya. Begitu juga
tidak diperbolehkan mendahulukan sesuatu dari shillah atas isim
maushul. Sehingga tidak boleh diucapkan
( ً ) ْﺍﻟﻴَﻮ َﻡ ﺍﻟَّ ِﺬ ْﻳﻦَ ﺍﺟْ ﺘَﻬَﺪُﻭﺍ ﻳُ ْﻜ َﺮ ُﻣﻮﻥَ ﻏَﺪﺍtetapi diucapkan ﺍﻟَّ ِﺬ ْﻳﻦَ ﺍﺟْ ﺘَﻬَﺪُﻭﺍ ْﺍﻟﻴَﻮﻡ.
Shillahnya isim maushul bisa berupa dzaraf atau jer-majrur, seperti
( َﺍﺭ ْﺍﻟ َﻌﺠﺰَ ِﺓ
ِ ) ﺍَ ْﻛ ِﺮ ْﻡ َﻣ ْﻦ ِﻋ ْﻨ َﺪﻩُ ﺍَﺩَﺏٌ َﻭ ﺍَﺣْ ِﺴ ْﻦ ﺍِﻟَﻰ َﻣ ْﻦ ﻓِﻲ ﺩ,
karena keduanya menyerupai jumlah, sehingga penakdirannya adalah
( َﺍﺭ ْﺍﻟ َﻌﺠﺰَ ِﺓ
ِ ) َﻣ ِﻦ ﺍ ْﺳﺘَﻘَ َّﺮ ﺍَﻭ ُﻭ ِﺟ َﺪ ِﻋ ْﻨ َﺪﻩُ ﺍَﺩَﺏٌ َﻭ َﻣ ِﻦ ﺍ ْﺳﺘَﻘَ َّﺮ ﺍَﻭ ُﻭ ِﺟ َﺪ ﻓِﻲ ﺩ.
Yang menjadi shillah sebenarnya adalah jumlah yang dibuang,
sedangkan dzaraf dan huruf jer adalah yang berta’alluq dengan
keduanya.
Diperbolehkan untuk membuang dlamir yang kembali kepada isim
maushul, jika dalam pembuangan itu tidak menjadikan kesamaran,
ُ َﺫﺭْ ﻧِﻲ َﻭ َﻣ ْﻦ َﺧﻠَ ْﻘartinya ُ َﺧﻠَ ْﻘﺘُﻪ.
seperti ًﺖ َﻭ ِﺣﻴْﺪﺍ
b) Huruf “ أَ َّنAnna”
ۡ ك لَ َر ۡح َم ۬ةً َو ِذ
contoh = ڪ َر ٰى لِقَ ۡو ۬ ٍم َ ك ۡٱلڪِتَ ٰـ
َ ِب ي ُۡتلَ ٰى َعلَ ۡي ِه ۚمۡ إِ َّن فِى َذٲل َ أَ َولَمۡ يَ ۡكفِ ِهمۡ أَنَّٓا أَنزَ ۡلنَا َعلَ ۡي
ي ُۡؤ ِمنُون
“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah
menurunkan kepadamu Al Kitab [Al Qur’an] sedang dia dibacakan
kepada mereka? Sesungguhnya dalam [Al Qur’an] itu terdapat rahmat
yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.”(Q.S. Al-
Ankabũt : 51)
3
Jami’ al-Durus al-‘Arabiyyah, juz 1 hlm. 138
BAB. III
PENUTUP
Kesimpulan :
1. Isim Maushul adalah isim yang membutuhkan Shilah (penghubung) dan
'aa-id (yakni Dhomir yang Zhohir atau Mustatir yang merujuk atau
kembali kepadanya.
2. Isim Maushul dibagi menjadi empat, yaitu :
a) Isim Maushul Nash/Maushul Ismi
b) Maushul harfi
c) Isim Maushul dengan lafazh Al ()ال
d) Maushul Musytarik
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ghulayayni, Mustafa. 2007. Jami' Ad-durus Al-'Arabiyyah.Beirut: Dar Al-fikr.
Husain, Syarafuddin, Minhatul Malik, Fitarjamati Al-Fiyyah Ibnu Malik Bi
Lughah Indonesia Juz I. Karya Toha Putra. Semarang. 1989.