Anda di halaman 1dari 12

PEMBAGIAN ISIM BERDASARKAN JUMLAHNYA

Makalah ini Disusun Untuk memenuhi Salah Satu Tugas

Dan Bahan Seminar Kelas Dalam Mata Kuliah

“Bahasa Arab”

Disusun Oleh:

Selly Milanda (2131099)

Tendri Warek (2131095)

Juanda Pratama (2131096)

Dio Cahyono (2131096)

Husna Aulya (2131123)

Dosen Pengampu

Muhamad, M Pd I

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SYAIKH ABDURRAHMAN SIDDIK

BANGKA BELITUNG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji sukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah Subhannahu Wa Ta’ala Tuhan
seluruh alam yang maha rahman dan rahim karena atas berkat rahmat dan kasih saying-Nya
makalah yang berjudul Pembagian Isim Berdasarkan jumlahnya dapat terselesaikan.

Dan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen pengampuh mata kuliah Ushul Fiqh, Bapak
Ahmad Irvani, M. Ag. yang telah mengarahkan dan membimbing pembuatan makalah yang
baik dan benar.

Dalam makalah ini dibahas materi tentang Pembagian Isim Berdasarkan Jumlahnya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan,walaupun penulis telah berusaha menyajikan yang terbaik bagi pembaca. Oleh
karena itu,kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini dengan senang hati penulis
terima.Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca .Aamiin.

Petaling, 1 November 2021

Penyusun

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kaum muslimin memaklumi, bahwa bahasa Arab adalah bahasa Al-Quran. Setiap
orang muslim yang bermaksud menyelami ajaran islam yang sebenarnya dan lebih
mendalam, tiada jalan lain kecuali harus mampu menggali dari sumber asalnya, yaitu Qur’an
dan Sunnah Rasulullah SAW. Oleh karena itu, menurut kaidah hukum islam, mengerti akan
ilmu Nahwu bagi mereka yang ingin memahami Al-Quran hukumnya Fardhu, ain.
Kaidah-kaidah bahasa Arab dibahas lebih rinci sehingga dapat membantu para
pembaca untuk lebih memahami kaidah-kaidah bahasa Arab dan diharapkan lebih membantu
dalam memahami Ayat-Ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu isim Mufrad ?
2. Apa itu isim Mutsanna ?
3. Apa itu isim Jamak ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahi apa itu isim Mufrad
2. Untuk mengetahui apa itu isim Mutsanna
3. Untuk mengetahui apa itu isim Jamak
BAB II
PEMBAHASAN

Pengelompokan Isim Berdasarkan Jumlahnya

Berdasarkan jumlah atau kuantitasnya, isim (kata benda) di bagi menjadi tiga: mufrad,
mutsanna, dan jamak.

A. Mufrad (ُ‫)ال ُم ْف َرد‬

Mufrad adalah isim (kata benda) yang menunjukkan satu (tunggal). Artinya
memiliki satu muatan saja, seperti‫قَلَم‬, ‫ر ُج ٌل‬,
َ ‫ ُم َح َّم ٌد‬   dan lain sebagainya. Sebagian ahli
gramatika arab mengatakan definisi isim mufrad adalah isim yang bukan mutsanna,
jamak,atau mulhaq kepada mutsanna atau jamak, bukan pula isim-isim yang lima (al
asma’ alkhomsah). Isim-isim yang lima itu adalah:‫ذو‬,  ‫ أب‬,‫ أخ‬,‫حم‬,‫فو‬. Isim-isim ini
memang berarti satu, tetapi tanda-tanda I’rabnya tidak seperti-isim mufrad. Isim-isim
ini ketika rafa’memakai waw (‫ )و‬pada akhirnya, ketika nasb memakai alif (‫ )ا‬ketika jar
memakai ya (‫)ي‬, dengan syarat keadaan isim-isim yang lima ini dimufradkan,
diidhofahkan, (disandarkan kepada isim lainya) dan mukabbar. Sedangkan mufrad
rafa’nya memakai dhomah, nasabnya memakai fathah dan jarnya memakai kasroh.

Jadi, isim mufrad adalah isim yang menunjukkan dan memiliki muatan satu
yang bukan isim-isim yang di kecualikan di atas.

Contohnya:

ٌ‫ ِكتَاب‬: kitab

ٌّ‫ قِط‬: kucing

ٌ‫ ُكوْ ب‬: gelas


B. Mutsanna (‫)المثني‬
Mutsanna (tatsniah) adalah isim yang memuat dua (benda/orang) dengan
kesesuaian (kesamaan) lafadznya dan maknanya, dengan menambah alif dan nun atau
ya dan nun pada akhirnya dan tambahan tersebut memang pantas dihilangkan.
Dari devinisi diatas, dapatlah diuraikan keadaan mutsanna sebagai berikut:
1. Dua hal (baik orang/benda) yang dimuat oleh mutsanna haruslah sesuai lafadz
dan maknanya.
Contoh yang sesuai:

‫رجُل‬ diubah
َ menjadi  ‫َر ُجاَل ِن‬

‫قَلَ ٌم‬ diubah menjadi ‫قَلَ َمان‬

ٌ‫ ِكتَاب‬ diubah menjadi ‫ ِكتَابَان‬  

Contoh yang tidak sesuai lafadznya:

 ‫قَلَم‬ dan‫كتَاب‬  diubah menjadi ‫ ِكتَابَان‬ atau‫قَلَ َمان‬

Contoh yang tidak sesuai maknanya

‫أَ َس\\\د‬ (dengan makna hakiki: singa dan makna majazi lelaki: pemberani) diubah
ِ ‫أَ َسد‬
menjadi ‫َان‬

2. Tambahan alif-nun atau ya-nun (yang menjadi tanda mutsanna) memang pantas
dihilangkan. Maka jika tambahan tersebut tidak layak dihilangkan, tidak dinamakan
isim mutsanna (tatsniah), tetapi disebut mulhaq (yang dianggap sama) dengan isim
mutsanna.
Contohnya:

‫اِ ْثنَي ِ\ْن‬/‫َان‬


ِ ‫اِ ْثنَت‬ tidak boleh dibuang tambahannya menjadi  ‫ْاث ٌن‬

C.  Jama’ (‫)الجمع‬.
Jamak adalah isim yang memuat (benda atau orang) tiga atau lebih dengan
ُ \َ‫ َكاتِب‬, َ‫ َك\\اتِبُوْ ن‬dan lain sebagainnya
tambahan pada akhirannya seperti:  َ‫ ُم ْس\لِ ُموْ ن‬, َ‫ َس\الِ ِم ْين‬,‫\ات‬
atau bangunan kata (aslinya) mengalami perubahan, seperti: ‫ اَ ْقاَل ٌم‬,ٌ‫ ِر َج\\\ ال‬, ٌ‫ ُكتُب‬  dan
lainsebagainya.
           Jamak di bagi menjadi dua yaitu: Jamak taksir ( ‫ )جمع تكسير‬dan jamak salim ( ‫)جمع سالم‬
1. Jamak taksir ( ‫جمع تكسير‬ )
Jamak taksir adalah kata isim yang memuat lebih dari dua (orang atau benda)
dan bentuk mufradnya berubah tidak beraturan sebagaimana yang lazimnya (baku)
ketika dijamakkan.
Contohnya:

  ٌ‫ ِكتَاب‬ menjadi   ٌ‫ُكتُب‬

‫عَالِم‬ menjadi ‫ُعلَ َماء‬

‫اَ ْنبِيَاء‬ menjadi ‫نبي‬

‫قَلَم‬ menjadi ‫اَ ْقاَل م‬

Perubahannya adakalanya menambahi huruf, seperti ‫اَ ْقاَل ٌم‬ (jamak dari kata ‫)قَلَ ٌم‬,
ٌ‫قُلُوْ ب‬ (jamak dari kata  ٌ‫)قَ ْلب‬, ‫صابِ ْي ُح‬
َ ‫ َم‬ (jamak dari kata ٌ‫) ِمصْ بَاح‬.

Ada kalanya mengurangi huruf, seperti ‫تُ ْخ ٌم‬ (jaak dari kata ٌ‫تُ ْخ َم\\ ة‬ ), ‫ُس\\ ٌل‬
ُ ‫ر‬ (jamak dari
َ dan adakalanya merubah harakat, seperti: ‫اُ ُس ٌد‬  (jamak dari kata ‫اَ َس ٌد‬ )
kata ‫)رسُوْ ٌل‬

2. Jamak salim ( ‫)جمع سالم‬


Jamak salim adalah kata (jamak) yang bentuk mufradnya selamat ketika
dijamakkan, hanya saja ada huruf tambahan pada akhirnya. Kata ‫( َسالِ ٌم‬bentuk mufrad)
dibuat jamak salim menjadi  َ‫س\\الِ ُموْ ن‬ hanya
َ menambahi dua huruf pada akhirnya,
sementara bentuk atau bangunan mufradnya tetap/masih utuh.
Jamak salim di bagi menjadi dua yaitu : jamak mudzakar salim dan jamak
muannats salim.
a. Jamak mudzakkar salim
Jamak mudzakkar salim adalah kata jamak dengan tambahan wawu-nun
(ketika rafa) seperti:  َ‫قَ \ ْد اَ ْفلَ َح ْال ُم ْؤ ِمنُ\\وْ ن‬. Atau ya-nun ( ketika nasab dan jar), seperti:
َ‫ اِ ْذهَبْ اِلَي الطَالِبِ ْين‬, َ‫اَ ْك َر َمال ُمدَرِّ ِس ْين‬
adapun kata-kata yang dijamakkan dengan jamak mudzakkar salim adalah:
 Isim alam (kata benda ) untuk mudzakkar áqil (mudzakkar yang berakal)
dengan syarat: sepi dari ta’ta’nits dan bukan bentuk tarkib.
Contoh : ‫ ُم ْسلِ ُم‬ menjadi ‫ُم ْسلِ ُموْ ن‬
 Sifat untuk mudzakkar áqil dengan syarat : sepi dari ta’marbutoh (‫ )ة‬tetapi
memang layak dimasuki ta’ atau menunjukkan makna tafdhil.
Seperti:  ٌ‫ َكاتِب‬ menjadi  َ‫َكاتِبُوْ ن‬
Dua syarat diatas memberi penjelasan bahwa:

 Kata nama untuk mudzakkar áqil tetapi meyandang ta’marbutoh diakhirnya


seperti:

‫حم\\\\\\زة‬ (nama seorang laki-laki), atau berupa isim murakkab,


seperti ‫س\\يبويه‬  )dari ‫س\\يب‬dan ‫)ويه‬, atau sepi dari ta’ta’nits tetapi umtuk nama
wanita, seperti ‫زينب‬ maka tidak boleh dijamakkan dengan jamak mudzakkar
salim.

 Sifat untuk mudzakkar áqil yang sepi rdari ta’nits tetapi tidak layak
menerimanya (ta’nits), seperti  tidak boleh dijamakkan dengan jamak
mudzakkar salim.
 Tafdhil maksudnya isim tafdhil. Ia berwazan tetapi yang muánnatsnya bukan .

Seperti: menjadi maka tidak boleh. Begitu juga wazan dan seperti atau atau
kata yang bisa digunakan untuk mudzakkar dan muannats. Seperti: (yang
terluka).

 Yang dimaksud dengan kata yang sepi dari ta’nits seperti: . dua contoh
tersebut muannatsnya karena bisa menerima ta’.

b. Jamak muánnats salim


      Jamak muánnats salim kata jamak dengan tambahan alif dan ta’pada
ُ ‫ ِه ْند‬,‫ات‬
akhirnya. Seperti:  ‫َات‬ ُ ‫صا لِ َح‬ ُ ‫ َم ْد َر َس‬ dll.
َ ,‫ات‬
Kata yang dijamakkan dengan jamak muánnats salim antara lain:

 Isim álam (kata nama) untuk muánnats, seperti:  ‫ َمرْ يَ ُم‬,ٌ‫ فَا ِط َمة‬,ٌ‫ َمائِ َدة‬,ٌ‫ ِهدَايَة‬ (semua
ُ ‫ َمرْ يَ َم‬,‫ات‬
nama untuk wanita), maka menjadi ‫ات‬ ُ ‫ فَا ِط َم‬,‫َات‬
ُ ‫ َمائِد‬,‫ات‬
ُ َ‫ ِهدَاي‬ dst.
 Kata benda (isim) yang diakhiri dengan ta’ta’nits, seperti:  ٌ‫(ش\\ َج َرة‬pohon),
َ
ٌ‫(ثَ ْم\\ َرة‬buah),  ٌ‫( َح ْم\\ َزة‬nama lelaki), dan sebagainya. Ada beberapa kata yang
diakhiri ta’ta’nits tetapi tidak boleh dibuat jamak muánnats salim, antara
lain:  ٌ‫ ِا ْم َراَة‬,ٌ‫ َشاة‬,ٌ‫ اُ َمة‬,ٌ‫ ِشفَه‬,ٌ‫ ِملَة‬ jamaknya  ‫ نِ َسا ٌء‬,‫ َغنَ ٌم‬/ٌ‫ ِشيَاه‬,‫اِ َما ٌء‬,‫ اُ َم ٌم‬,‫شفاه‬dan ‫ ِملَ ٌل‬.
 Sifat untuk muánnats yang diakhiri ta, seperti:  ٌ‫ضعض\\\\\\ة‬
ِ ْ‫( ُمر‬yang
menyusui), ٌ‫(ص\\\الِ َحة‬yang
َ solehah), dsb. Atau muánnats dari isim tafdhil,
seperti:  ‫(فُضْ لَي‬wanita yang utama). Jadi, walaupu sifat untuk muánnats tetapi
tidak diakhiri ta’seperti: ٌ‫(حائِض‬wanita
َ yang haid), ‫ َحا ِم ٌل‬  atau yang bisa dipskai
َ ,ٌ‫ َج ِر ْيح‬.
untuk muánnats dan mudzakkar, seperti: ٌ‫صبُور‬
 Sifat mudzakkar yang tidak berakal, seperti: ‫(جبل ش\\اهق‬gunung yang tinggi),
kata ‫جبل‬ hukumnya mudzakkar, jika dijamakkan maka hukumnya menjadi
muánnats. Maka kata menyifati  ٌ‫جبَ\\ل‬ juga
َ enjadi muánnats, jadilah:  ٌ‫َجبَ\\ال‬
ُ َ‫احق‬
‫ات‬ ِ ‫( َش‬gunug-gunung yang tinggi)
  Masdar yang terdiri lebih dari tiga huruf, yang bukan untuk penuat maksud
ُ ‫ اِ ْك َر َم‬,‫\ات‬
kata kerjanya (fiílnya). Seperti:  ‫\ات‬ ُ َ‫ْر ْيف‬ ُ َ‫تَرْ بِي‬dst. Sebab ada masdar
ِ ‫ تَع‬,‫ات‬
yang digunakan sebagai penguat kata kerjanya, seperti: ‫اَ ْك\ َر َم زَ يْ\\ ٌد اِ ْك َرا ًما‬ (zad
memulyakannya dengan benar-benar memulyakanya)
 Isim mushaghor(‫)مصغر‬ mudzakkar untuk benda yang tidak berakal, seperti: dst
ُ ‫ات ُد َر ْي ِه َم‬
‫ات‬ ُ ‫قُلَ ْي َم‬.
ُ َ‫ ُكتَيِب‬,‫ات‬
 Isim yang diakhiri dengan alif ta’nits mamdudah, sperti:   ‫َض \ َراء‬ ْ ‫خ‬ (sayuran)
menjadi  ‫ص\حْ َرا ُء‬ ُ ‫ض\ َرا َو‬
َ   ,‫ات‬ ْ ‫ َح‬ (gurun)‫ص\حْ َر َوات‬menjadi,  ‫اء‬
َ ْ \‫ َع‬ (perawan) menjadi
‫\ذ َر‬
‫عذ َر َوات‬ dst.
 Isim yang diakhiri dengan alif ta’nits maqshuroh, seperti:  ‫( ِذ ْك َري‬peringatan)
ُ \َ‫ ِذ ْك َري‬,‫فُضْ لَي‬ (yang lebih utama) menjadi ‫حُ ْبلَي‬  , ‫ات‬
menjadi  ‫\ات‬ ْ ُ‫(ف‬yang hamil)
ُ َ‫ض\لَي‬
ُ َ‫ ُح ْبلَي‬dst. Dikecualikan itu yang berwazan   ‫(فُ ْعلَي‬muánnats dari  ُ‫فُ ْعاَل ن‬ ),
menjadi  ‫ات‬
maka tidak boleh djamak muánnats salim.
   Nama untuk suatu yang tidak berkal (ghoiru áqil) yang didahului oleh
kata  ُ‫اِبْن‬atau  ْ‫ ِذي‬/ ْ‫ ُذو‬seperti:  ‫اِبْنُ اَ َوي‬ (serigla/anjing hutan) menjadi  َ‫ بَنَ\\\ات‬,‫ُذوْ القَعْ\\\ َد ِة‬
‫اَ َوي‬ (bulan dzulqo’dah) menjadi ‫ات القَ ْع َد ِة‬
ُ ‫َذ َو‬
 Isim ajam (yakni kata yang bukan dari bahasa arab) jamaknya denag jamak
muánnats salim seperti:   ُ‫\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\راف‬
َ ‫(تِلِ ْغ‬telegraph)
ُ َ‫تِلِ ْغ َرف‬ (telephon) ‫تِ ْلفُ\\وْ ن‬ menjadi ‫َ\\ات‬
menjadi  ‫\\ات‬ ُ ‫تِ ْلفُوْ ن‬ ,ُ‫(بَرْ نَ\\ا َمج‬jadwal) berasal dari
bahasa persia,ٌ‫ر ُْزنَا َمة‬  (kalender) berasal dari bahasa persia.
Jika ada isim atau sifat yang tidak sesuai dengan ketentuan diatas maka tidak
boleh dijamakkan muánnats salim, kecuali didengar langsunga dari orang arab
(simaí) seperti: ‫ َس\ َما ٌء‬, ٌ‫ اَرْ ض‬,‫ اُ ٌم‬,ٌ‫ ِس\جْ ل‬,ٌ‫اَ ْه\ل‬ jamaknya: ,‫ات‬
ُ \‫ض‬ ُ \َ‫ اُ َمه‬,‫ت‬
َ ْ‫ اَر‬,‫\ات‬ ُ ‫ ِس\جْ اَل‬,‫ت‬
ُ ‫اَهْاَل‬
ُ ‫او‬
‫ات‬ َ ‫ َس َم‬dst.
Kemudian kata yang mulhaq kepada jamak muánnats salim
ُ َ‫ص\\\\ا ِحب‬para
adalah ‫(اوْ اَل ت‬bermakna :‫ات‬ َ wanita yang memiliki)dan nama
(sesuatu)  yang memang bentuknya seperti jamak muánnats salim, seperti:
ُ َ‫(ع ََرف‬tempat wukuf) dan ‫اَ ْذ َرعَات‬ (sebuah kota dinegara syam).
‫ات‬

Contoh-contoh isim mufrad dalam kalimat :

‫تعب العامل‬                          pekerja itu kecapekan

 ‫حضرالمهندس‬                        telah hadir seorang dosen

ُ ‫نَا َدي‬                         saya memanggil seorang pedagang


‫ْت البَائِ َع‬

‫اب‬ ُ ْ‫فَتَح‬                        saya membuka sebuah jendela


َ َ‫ت الب‬

‫َاب‬ ُ ‫قَ َر ْأ‬                        saya membaca sebuah buku


َ ‫ت ال ِكت‬

Contoh-contoh mutsanna dalam kalimat:

‫ان َعلِ ٍي‬


ِ َ‫ ِكتَاب‬                          dua buku ali

‫ان اللُ َغ ِة‬


ِ ‫ َدرْ َس‬                          dua pelajaran bahasa

ِ َ‫ال َر ُجاَل ِن قَ ِوي‬                        dua orang laki-laki yang kuat


‫ان‬

‫ْجدَا ِن ال ُم ْسلِم‬
ِ ‫ال َمس‬                     dua masjid muslim

‫ت‬
ِ َ‫ان البي‬
ِ َ‫بَاب‬                          dua pintu rumah

ِ َ‫ان يَ ْل َعب‬
‫ان‬ ِ َ‫الص ْبي‬                        dua
ِ balita bermain

ِ ‫الوالِدَا ِن فِي البَ ْي‬                    dua


‫ت‬ َ orang tua dirumah

Contoh-contoh jamak taksir dalam kalimat:

‫لِاْل ُ ْستَا ِذ ثَاَل ثَةُ اَ ْقاَل ٍم‬                  seorang ustadz mempunyai tiga buah pena

ٍ ُ‫لِي خَ ْم َسةُ ُكت‬                       saya mempunyai lima buku


‫ب‬

ِ‫ ُر ُس ُل هللا‬                              utusan-utusan Allah

‫ َم َسا ِج ُد ال ُم ْسلِ ِم‬                       masjid-masjid muslim

‫اال ْساَل ِميَ ِة‬


ِ ‫س‬ َ ‫َار‬
ِ ‫ َمد‬                    sekolah-sekolah islam
Contoh-contoh jamak muzdakkar salim dalam kalimat:

َ‫الطَالِبُوْ نَ يَ ْق َرأُ القُرْ اَن‬                  para pelajar membaca alqurán

َ‫ُصلُوْ ن‬
َ ‫ال ُم ْسلِ َموْ نَ ي‬                     para muslim sedang shalat

َ‫ال َكاتِبُوْ نَ يَ ْكتُبُوْ ن‬                     para penulis sedang menukis

َ‫نَا َد ْيتَالبَائِ ِع ْين‬                          saya memanggil ara pedagang

َ‫ض َرال ُمهَ ْن ِدسُوءن‬


َ ‫ َح‬                      telah hadir para profesor

َ‫اضرُوْ ن‬
ِ ‫الح‬
َ ‫ض َر‬
َ ‫ َح‬                       telah hadir para audien

Contoh-contoh jamak muánnats salim dalam kalimat:

ُ ‫اَ ْثنَي‬               saya memuji para profesor


ُ ‫ْت َعلَي ال ُمهَ ْن ِد َس‬
‫ات‬

‫ات‬ ْ َ‫صل‬                     telah
ُ ‫ت ال ُم ْسلِ َم‬ َ shalat para muslimat

ْ ‫تَ َعلَ َم‬                     telah belajar para mahasiswi


ُ َ‫ت الطَالِب‬
‫ات‬

ُ ‫ت ال ًمؤ ِمن‬
‫َات‬ ُ ْ‫ َدعَو‬                      saya memanggil para mukminat

ُ ‫اط َم‬
‫ات‬ ْ ‫ضر‬
ِ َ‫ت الف‬ َ ‫ح‬                   telah
َ hadir para fatimah

ُ ‫ َجلَس‬             saya duduk dibawah pepohonan


ِ ‫ْت تَحْ تَ ال َش َج َرا‬
‫ت‬
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
            Jadi dalam pengelompokkan isim yang berdasarkan jumlahnya dibagi kedalam tiga
bagian yaitu mufrad, mutsanna dan jamak.

            Mufrad adalah isim (kata benda) yang menunjukkan satu (tunggal). Artinya memiliki
satu muatan saja.

            Mutsanna (tatsniah) adalah isim yang memuat dua (benda/orang) dengan kesesuaian
(kesamaan) lafadznya dan maknanya, dengan menambah alif dan nun atau ya dan nun pada
akhirnya.

            Jamak  adalah isim yang memuat (benda atau orang) tiga atau lebih dengan tambahan
pada akhirannya.

            Jamak di bagi menjadi dua, jamak taksir dan jamak salim. Sedangkan jamak salim
dibagi menjadi dua lagi yaitu jamak mudzakkar salim dan jamak muánnats salim.

B. Saran
Menyadari penulisan dalam makalah masih jauh dari kata sempurna, untuk ini
kedepan nya penulisan akan lebih baik lagi dalam menyusun makalah diatas dan dapat lebih
dipertanggung jawabkan lagi dalam membuat referensi.
Maka dari itu, penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun terhadap
penulisan makalah tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Nu’mah fuad, 2010, kaedah bahasa arab praktis, medan Darussalam Publishing. 

Ali Musthofa, 2005, nahwu wadih, PonorogoDarussalam Press.

Abu Sahro, 2003, kitab aishar mudah memahami bahasa arab dasar, Klaten, Wafa Press.

Anas Idhoh, 2009, Ilmu shorof lengkap,Pekalongan, Al-Asri.

Salimuddin, Tata Bahasa Arab Untuk Mempelajari Alqur’an, Sinar Baru Algensindo.

Anda mungkin juga menyukai