KEPEMIMPINAN
Disusun oleh :
Dosen Pembimbing:
2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
yang berjudul “Kepemimpinan”ini bisa selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.
. Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
2
Selain itu Fielder mengemukakan bahwa gaya seseorang itu
merupakan salah satu dari dua tipe: berorientasi tugas atau
berorientasi hubungan.
Fielder mengembangkan kuesioner LPC (Least Preferred
Coworker atau teman kerja yang paling tidak disukai) untuk
mengukur gaya seseorang pemimpin (gambar 1) . Kuesioner tersebut
memuat 16 pasangan kata sifat yang berlawanan. Para responden
diminta untuk menginat-ingat semua rekan kerja yang pernah mereka
miliki dan menggambarkan satu orang paling sedikit disukai dalam
bekerja dengan menilainya pada skala 1 sampai 8.
Fidler percaya bahwa jika rekan yang paling banyak disukai
digambarkan dengan istilah yang relative positif (skor LPC tinggi )
maka diberi cap berorintasi hubungan. Sebaliknya, jika paling sedikit
disukai digambarkan dengan istilah-istilah yang relative tidak
menguntungkan (skor LPC rendah), maka akan diberi cap berorientasi
tugas.
gambar 1
3
Setelah gaya kepemimpinan mendasar seseorang ditentukan
melalui LPC, perlulah mengevaluasi situasi untuk mencocokan
pemimpin itu dengan situasinya. Oleh karena itu Fiedler
mengadakan riset dan menyimpulkan 3 dimensi kontingensi yang
menetapkan faktor-faktor situasional utama untuk menentukan
efektifitas pemimpin yakni :
a. Hubungan pemimpin-anggota : tingkat kepercayaan,
keyakinan, dan rasa hormat yang dimiliki bawahan terhadap
pemimpin mereka yang nilai sebagai baik atau buruk
b. Struktur tugas : sejauh mana tugas-tugas kerja itu
diformalkan dan dijadikan prosedur yang dinilai sebagai
tinggi atau rendah
c. Kekuasaan posisi : tingkat pengaruh yang dimiliki seorang
pemimpin terhadap kegiatan-kegiatan berdasarkan
kekuasaan seperti memperkerjakan, memecat, menertibkan,
menaikkan pangkat, dan menaikkan gaji yang dinilai sebagi
kuat atau lemah.
4
Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi hubungan itu
tampaknya bekerja lebih baik salam situasi yang agak
menguntungkan.
Gambar 2
Ada dua cara untuk memperbaiki efektivitas pemimpin,
Pertama, anda dapat membawa masuk seorang pemimpin baru yang
lebih cocok situasinya. Misalnya, apabila situasi kelompok itu
dinilai sangat tidak menguntungkan tetapi dipimpin oleh seorang
pemimpin yang berorientasi hubungan, kinerja kelompok itu dapat
diperbaiki dengan mengganti orang tersebut dengan pemimpin yang
berorientasi tugas. Alternatif kedua yaitu mengubah situasinya
hingga cocok dengan pemimpin itu. Dapat dilakukan dengan
merestrukturisasi tugas-tugas atau meningkatkan atau mengurangi
kekuasaan yang dimiliki si pemimpin terhadap faktor-faktor seperti
kenaikan gaji, kenaikan pangat dan timdakan-tindakan disipliner.
5
Namun, teori ini memiliki kekurangan yaitu penalaran yang
melandasi LPC itu tidak dimengerti dengan baik dan studi-studi
telah menunjukkan bahwa skor responded LPC tidak satbil dari
waktu ke waktu. Selain itu, tidak realistis mengandaikan bahwa
seseorang tidak dapat mengubah gaya kepemimpinanya supaya
sesuai dengan situasi.
2.2.2 Teori Alur-Tujuan
Teori alur-tujuan yang dikembangkan oleh Robert House. Istilah
“alur tujuan” diambil dari keyakinan bahwa pemimpin yang efektif itu
memperjelas jalur untuk menolong pengikut mereka berangkat dari tempat
mereka berada guna mencapai tujuan-tujuan kerja mereka dan memuluskan
alur itu dengan mengurangi hambatan-hambatan dan jebakan-jebakan.
Menurut teori alur-tujuan, perilaku seorang pemimpin itu dapat
diterima oleh bawahan sejauh mereka melihatnya sebagai sumber langsung
kepuasan atau sebagai saran kepuasan dimasa depan. Perilaku seorang
pemimpin itu memotivasi sejauh bahwa kelakuan itu (1) membuat
pencapaian kebutuhan bawahan tergantung pada kinerja yang efektif dan (2)
memebri pelatihan, bimbingan, dukungan, dan imbalan-imbalan yang perlu
bagi kinerja yang efektif. Untuk menguji pertayaan-pertanyaan ini, House
mengidentifikasi empat perilaku pemimpin:
a. Pemimpin yang direktif : membiarkan bawahan
mengetahui apa yang diharapkan dari diri mereka,
menjadwal pekerjaan ysang harus dilakukan, dan memberi
bimbingan spesifik mengenai bagaimana caranya
menyelesaikan tugas-tugas.
6
b. Pemimpin yang suportif : bersikap bersahabat dan
menunjukan perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan
bawahan.
c. Pemimpin yang partisipatif: berunding dengan bawahan
dan menggunakan saran-saran mereka sebelum membuat
keputusan.
d. Pemimpin yang berorientasi prestasi: mematok tujuan-
tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan untuk
bekerja pada tingkat yang paling tinggi.
7
Gambar 3
8
Kemungkinan Gaya Kepemimpinan dalam Model Partisipasi Pemimpinan
Vrom-Yetton
9
2.2.4 Teori Atribusi Tentang Kepemimpinan
10
Namun analisis yang paling menyeluruh diselesaikan oleh Jay Conger
dan Rabindra Knungo di McGill University. Mereka mengatakan bahwa
para pemimpin kharismatik mempunyai tujuan yang diidealisir yang ingin
mereka capai dan mempunyai suatu komitmen pribadi yang kuat pada
tujuannya, dianggap sebagai tidak lazim, tegas dan percaya diri dan
dianggap sebagai agen-agen radikal daripada para manajer status quo.
Semakin banyak penelitian yang menunjukkan kaitan- kaitan
mengesankan antara pemimpin kharismatik dengan kinerja dan kepuasan
yang tinggi diantara pengikutnya. Orang yang berkerja bagi pemimpin-
pemmpin karismatik termotivasi untuk mengeluarkan usaha kerja ekstra,
karena mereka menyukai pemimpin mereka, mengungkapkan kepuasan
yang lebih besar.
Kepemimpinan karismatik itu tidak selalu diperlukan untuk mencapai
tingkat kinerja karyawan yang tinggi. Mungkin paling cocok bila tugas
pengikutnya itu mempunyai unsur ideologis. Hal ini menjelaskan mengapa
pemimpin-pemimpin karismatik kemungkinan besar muncul di bidang
politik, agama atau perusahan bisnis yang memperkenalkan suatu produk
yang sama sekali baru atau menghadapi krisis yang mengancam kehidupan.
Namun kenyataannya, pemimpin-pemimpin karismatik akan menjadi
bebean bagi suatu organisasi setelah suatu krisis dan kebutukan akan
perubahan dramatis itu mereda, karena sering kali keyakinan diri luar biasa
pemimpin karismatik itu menjadi masalah.
11
Karakteristik Kunci dari Pemimpin Karimatik
12
Keterampilan keterampilan yang diperagkan oleh pemimpin visioner:
13
2. 3 Syarat - Syarat Kepemimpinan
1. Kekuasaan
2. Kewibawaan
3. Kemampuan
14
2.4 Tipe dan Gaya Kepemimpinan
1. Tipe Kharismatik
Tipe ini mempunyai daya tarik dan pembawaan yang luar biasa, sehingga
mereka mempunyai pengikut yang jumlahnya besar. Kesetiaan dan kepatuhan
pengikutnya timbul dari kepercayaan terhadap pemimpin itu. Pemimpin
dianggap mempunyai kemampuan yangdiperoleh dari kekuatanYang Maha
Kuasa.
2. Tipe Paternalistik
3. Tipe Otoriter
15
4. Tipe Militeristik
5. Tipe Demokrasi
16
2. Fungsi Juru Bicara
Peran ini sangatlah penting karena tidak ada organisasi yang dapat hidup
tanpa bantuan dari pihak lain.
3. Fungsi Komunikator
4. Fungsi Mediator
5. Fungsi Integrator
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
18
DAFTAR PUSTAKA
Stephen P Robins dan Mery Coulter. 1999. Manajemen Edisi Indonesia Jilid 1.
PT Perhelindo: Jakarta
19