Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

KEPEMIMPINAN

( Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Manajemen )

Disusun oleh :

Ardisa Septa Wijaya 190810301056

Nurul Hidayah 190810301125

Novaltiano Budiansyah 190810301079

Dosen Pembimbing:

Drs. Sudarsih, M.Si.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah
yang berjudul “Kepemimpinan”ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

. Jember, 30 Agustus 2019

. Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …….……….…………………………………..……………i


KATA PENGANTAR ………………………………………………………...….ii
DAFTAR ISI …………….……………………………………………..………...iii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………....………...1

1.1 Latar Belakang ….…….……………………………………………....1

1.2 Rumusan Masalah ….………………………………..……………......1

1.3 Tujuan Pembahasan ……….…………………………….……………1

BAB II PEMBAHASAN ……..…..……………………………………...……….2

2.1 Definisi Kepemimpinan………….……………………………….......2

2.2 Teori-Teori Tentang Kepemimpinan………..………………………..2

2.3 Syarat-Syarat Kepemimpinan…..………………………..………......14

2.4 Tipe dan Gaya Kepemimpinan…..………………………..….………15

2.5 Fungsi-Fungsi Kepemimpinan…………………………………....….16

BAB III PENUTUP ………………………………..……………………….....…18

3.1 Simpulan ………………………………………..….……......……...18

DAFTAR PUSTAKA ..…………………………………………..……….…….19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Organisasi adalah kelompok dalam suatu wadah untuk mencapai tujuan
bersama. Di dalam sebuah organisasi terdapat beberapa komponen inti untuk
mencapai keberhasilan dalam berorganisasi yaitu shared value, strategy, systems,
structure, staff, skills, dan style. Namun semua komponen ini tidak dapat berjalan
dengan baik tanpa adanya seorang pemimpin yang baik.
Pemimpin yang baik adalah seseorang yang mampu mengarahkan dan
mengkoordinasi kelompoknya agar tercapai tujuan yang diinginkan.
Pada saat ini tidak banyak orang yang memiliki sifat kepemimpinan yang
baik, oleh karena itu sangat penting untuk kita mempelajari dan membiasakan diri
menjadi seorang pemimpin yang baik, karena manfaat mempelajari sifat
kepemimpinan yaitu untuk meningkatkan kredibilitas kita agar dapat bersaing di
dunia perekonomian saat ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan kepemimpinan ?
2. Bagaimana gaya dan jenis kepemimpinan ?
3. Apa saja syarat-syarat memiliki kepemimpinan?
4. Apa saja fungsi kepemimpinan ?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Menjelaskan definisi kepemimpinan
2. Menjelaskan gaya dan jenis kepemimpinan
3. Mengetahui syarat-syarat memiliki kepemimpinan
4. Mengetahui fungsi kepemimpinan
1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kepemimpinan


Ralp M. Stogdill mendefinisikan kepemimpinan manajerial sebagai proses
mengarahkan dan mempengaruhi kegiatan yang saling berhubungan dengan tugas
dari anggota kelompok. Ada tiga implikasi yang penting dari definisi tersebut, yaitu
pertama, kepemimpinan harus melibatkan orang lain, bawahan atau pengikut.
Kedua, pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan beberapa kegiatan
anggota kelompok, yang tidak dapat secara serupa mengarahkan kegiatan
pemimpin. Ketiga, pemimpin tidak hanya dapat mengatakan kepada bawahan
mereka apa yang harus dikerjakan tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana
bawahan melaksanakan perintah pemimpin.
Jadi kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu
kelompok menuju tercapainya tujuan-tujuan. Sedangkan pemimpin adalah orang
yang mampu mempengaruhi orang lain dan yang memiliki otoritas manajerial.
2.2 Teori-Teori Tentang Kepemimpinan
2.2.1 Model Fiedler Pertama
Model kontingensi Fiedler mengemukakan bahwa kinerja
kelompok yang efektif tergantung pada perpaduan yang memadai
antar gaya interaksi pemimpin dengan bawahannya dan sejauh mana
situasi memungkinkan kelompok itu untuk mengendalikan dan
mempengaruhi.
Fiedelr mengusulkan bahwa faktor kunci dalam kesuksesan
kepemimpinan adalah gaya kepemimpinan mendasar seseorang.

2
Selain itu Fielder mengemukakan bahwa gaya seseorang itu
merupakan salah satu dari dua tipe: berorientasi tugas atau
berorientasi hubungan.
Fielder mengembangkan kuesioner LPC (Least Preferred
Coworker atau teman kerja yang paling tidak disukai) untuk
mengukur gaya seseorang pemimpin (gambar 1) . Kuesioner tersebut
memuat 16 pasangan kata sifat yang berlawanan. Para responden
diminta untuk menginat-ingat semua rekan kerja yang pernah mereka
miliki dan menggambarkan satu orang paling sedikit disukai dalam
bekerja dengan menilainya pada skala 1 sampai 8.
Fidler percaya bahwa jika rekan yang paling banyak disukai
digambarkan dengan istilah yang relative positif (skor LPC tinggi )
maka diberi cap berorintasi hubungan. Sebaliknya, jika paling sedikit
disukai digambarkan dengan istilah-istilah yang relative tidak
menguntungkan (skor LPC rendah), maka akan diberi cap berorientasi
tugas.

gambar 1

3
Setelah gaya kepemimpinan mendasar seseorang ditentukan
melalui LPC, perlulah mengevaluasi situasi untuk mencocokan
pemimpin itu dengan situasinya. Oleh karena itu Fiedler
mengadakan riset dan menyimpulkan 3 dimensi kontingensi yang
menetapkan faktor-faktor situasional utama untuk menentukan
efektifitas pemimpin yakni :
a. Hubungan pemimpin-anggota : tingkat kepercayaan,
keyakinan, dan rasa hormat yang dimiliki bawahan terhadap
pemimpin mereka yang nilai sebagai baik atau buruk
b. Struktur tugas : sejauh mana tugas-tugas kerja itu
diformalkan dan dijadikan prosedur yang dinilai sebagai
tinggi atau rendah
c. Kekuasaan posisi : tingkat pengaruh yang dimiliki seorang
pemimpin terhadap kegiatan-kegiatan berdasarkan
kekuasaan seperti memperkerjakan, memecat, menertibkan,
menaikkan pangkat, dan menaikkan gaji yang dinilai sebagi
kuat atau lemah.

Dengan mencampurkan variabel-variabel ini menghasilkan,


ada 8 kemungkinan situasi yang berbeda di mana seorang pemimpin
dapat menemukan dirinya. Fielder mengklasifikasi ke-8 situasi ini
sebagai sangat menguntungkan, agak menguntungkan, dan sangat
tidak menguntungkan (gambar 2). Fielder menyimpulkan bahwa
para pemimpin yang berorientasi tugas itu cenderung bekerja lebih
baik dalam situasi yang sangat menguntungkan bagi mereka dan
dalam situasi-situasi yang sangat tidak menguntungkan.

4
Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi hubungan itu
tampaknya bekerja lebih baik salam situasi yang agak
menguntungkan.

Gambar 2
Ada dua cara untuk memperbaiki efektivitas pemimpin,
Pertama, anda dapat membawa masuk seorang pemimpin baru yang
lebih cocok situasinya. Misalnya, apabila situasi kelompok itu
dinilai sangat tidak menguntungkan tetapi dipimpin oleh seorang
pemimpin yang berorientasi hubungan, kinerja kelompok itu dapat
diperbaiki dengan mengganti orang tersebut dengan pemimpin yang
berorientasi tugas. Alternatif kedua yaitu mengubah situasinya
hingga cocok dengan pemimpin itu. Dapat dilakukan dengan
merestrukturisasi tugas-tugas atau meningkatkan atau mengurangi
kekuasaan yang dimiliki si pemimpin terhadap faktor-faktor seperti
kenaikan gaji, kenaikan pangat dan timdakan-tindakan disipliner.

5
Namun, teori ini memiliki kekurangan yaitu penalaran yang
melandasi LPC itu tidak dimengerti dengan baik dan studi-studi
telah menunjukkan bahwa skor responded LPC tidak satbil dari
waktu ke waktu. Selain itu, tidak realistis mengandaikan bahwa
seseorang tidak dapat mengubah gaya kepemimpinanya supaya
sesuai dengan situasi.
2.2.2 Teori Alur-Tujuan
Teori alur-tujuan yang dikembangkan oleh Robert House. Istilah
“alur tujuan” diambil dari keyakinan bahwa pemimpin yang efektif itu
memperjelas jalur untuk menolong pengikut mereka berangkat dari tempat
mereka berada guna mencapai tujuan-tujuan kerja mereka dan memuluskan
alur itu dengan mengurangi hambatan-hambatan dan jebakan-jebakan.
Menurut teori alur-tujuan, perilaku seorang pemimpin itu dapat
diterima oleh bawahan sejauh mereka melihatnya sebagai sumber langsung
kepuasan atau sebagai saran kepuasan dimasa depan. Perilaku seorang
pemimpin itu memotivasi sejauh bahwa kelakuan itu (1) membuat
pencapaian kebutuhan bawahan tergantung pada kinerja yang efektif dan (2)
memebri pelatihan, bimbingan, dukungan, dan imbalan-imbalan yang perlu
bagi kinerja yang efektif. Untuk menguji pertayaan-pertanyaan ini, House
mengidentifikasi empat perilaku pemimpin:
a. Pemimpin yang direktif : membiarkan bawahan
mengetahui apa yang diharapkan dari diri mereka,
menjadwal pekerjaan ysang harus dilakukan, dan memberi
bimbingan spesifik mengenai bagaimana caranya
menyelesaikan tugas-tugas.

6
b. Pemimpin yang suportif : bersikap bersahabat dan
menunjukan perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan
bawahan.
c. Pemimpin yang partisipatif: berunding dengan bawahan
dan menggunakan saran-saran mereka sebelum membuat
keputusan.
d. Pemimpin yang berorientasi prestasi: mematok tujuan-
tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan untuk
bekerja pada tingkat yang paling tinggi.

Berbeda dengan pandangan Fiedler, House mengandaikan bahwa


pemimpin itu fleksibel, tergantung pada situasinya. Teori ini mengajukan
dua golongan variabel situasional atau kontingensi (gambar 3) yang
melunakan hubungan hasil-perilaku kepemimpinan: variable-variabel
dalam lingkungan yang berada di luar kedali bawahan (mencakup faktor-
faktor struktur tugas,sistem wewenang formal, dan kelompok belajar) dan
variabel-variabel yang merupakan bagian dari karakteristik pribadi
bawahan (tempat kendali, pengalaman, dan kemapuan yang disadari).
Faktor-faktor lingkungan menentukan jenis perilaku pemimpin yang
dibutuhkan seandainya hasil-hasil bawahan ingin dimaksimalkan,
sedangkan karakteristik pribadi bawahan menentukan bagaimana
lingkungan dan perilaku pemimpin ditafsirkan. Teori itu mengatakan
bahwa perilaku pimimpin akan menjadi tidak efektif jika perilaku itu
berlebih dengan sumber-sumber struktur lingkungan atau tidak sesuai
dengan karakteristik bawahan.

7
Gambar 3

2.2.3 Model Partisipasi Pemimpin

Model partisipasi pemimpin dikembangkan oleh Viktor


Vroom dan Philip Yetton. Model yang dikembangakan pada awal
1970-an itu mengatakan bahwa perilaku pemimpin harus
disesuaikan untuk mencerminkan struktur tuganya baik bersifat
rutin, non rutin, atau salah satu diantaranya. Model ini disebut
juga model normative sebab model ini menyajikan suatu
rangkaian aturan (norma-norma) berurutan yang harus diikuti oleh
pemimpin untuk menentukan bentuk dan jumlah partisipasi dalam
pengambilan keputusan, sebagaimana ditentukan oleh berbagai
jenis situasi.

8
Kemungkinan Gaya Kepemimpinan dalam Model Partisipasi Pemimpinan
Vrom-Yetton

Otokrasi I (AI) : Anda pecahkan masalah atau buat keputusan sendiri


menggunakan informasi yang tersedia bagi anda saat itu
Otokrasi II ( A II) : Carilah informasi yang diperlukan dari bawahan dan
kemudian putuskan sendiri jawaban atas permasalahan
tersebut. Anda boleh menceritakan kepada para bawahan
mengenai masalah yang dihadapi sehingga anda mencari
informasi kepada mereka. Peran bawahanan dalam
pembuatan keputusan jelas lebih kepada memberi informasi
yang anda perlukan daripada ikut memberikan atau
mengevaluasi alternatif-alternatif pemecah masalah.
Konsultatif I (CI) : Anda berbagi masalah dengan bawahan yang relevan secara
perseorangan, meminta gagasan-gagasan dan saran-saran
tanpa membawa mereka sebagai suatu kelompok. Kemudian
anda membuat keputusan yang mungkin mencerminkan atau
tidak mencerminkan pengaruh bawahan anda.
Konsultatif II (CII): Anda berbagi masalah dengan para bawahan anda sebagai
kelompok secara bersama-sama mencari gagasan dan saran
dari mereka. Kemudian anda membuat keputusan yang boleh
mencerminkan atau tidak mencerminkan pengaruh bawahan
anda
Kelompo I (GII) : Anda berbagi masalah dan mengevaluasi alternatif-alternatif
dan mencoba untuk mencapai kesepakatan (kosesus) pada
suatu jawaban persoalan.

9
2.2.4 Teori Atribusi Tentang Kepemimpinan

Teori atribusi kepemimpinan mengatakan bahwa kepemimpinan itu


sekadar sebuah keterangan yang dibuat orang mengenai individu-individu
lain. Dengan menggunakan kerangka kerja atribusi. Para peneliti telah
menemukan bahwa orang cenderung mencirikan pemimpin sebagai
karakteristik seperti kecerdasan, kepribadian yang mudah bergaul,
ketrampilan verbal yang kuat, agresif, penuh pengertian dan rajin. Demikian
juga, pemimpin yang serba tinggi yang artinya tinggi dalam memprakarsai
struktur dan tinggi dalam perhatian, telah terbukti sesuai dengan keterangan-
keterangan ornag mengenai apa yang membuat seorang pemimpin baik.
Tanpa menghiraukan situasinya, suatu gaya kepemimpinan serba tinggi itu
cenderung dianggap paling baik.

2.2.5 Teori Kepemimpinan Karismatik


Teori kepemimpinan karismatik mengatakan bahwa para pengikut
menemukan penjelasan tentang kemampuan kepemimpinan yang heroic
atau luar biasa ketika mereka mengamati perilaku tertentu.
Beberapa penulis telah mencoba mengidentifikasi karakteristik
pribadi pemimpin karismatik. Robert House (teori alur-tujuan) telah
mengidentifikasi tiga ciri : rasa kenyakinan yang sangat tinggi, dominasi
dan keyakinan yang kuat akan pendapat-pendapatnya. Warren Bennis,
setelah mengamati 90 pemimpin yang paling efektif dan paling sukses di
Amerika Serikat menemukan bahwa mereka itu mempunyai empat
kompetensi yang sama yaitu mereka mempunyai suatu visi atau maksud
yang menyakinkan, mereka dapat menyampaikan visi itu dengan istilah-
istilah yang jelas sehingga para pengikutnya dapat dengan mudah
mengidentifikasi diri dengannya.

10
Namun analisis yang paling menyeluruh diselesaikan oleh Jay Conger
dan Rabindra Knungo di McGill University. Mereka mengatakan bahwa
para pemimpin kharismatik mempunyai tujuan yang diidealisir yang ingin
mereka capai dan mempunyai suatu komitmen pribadi yang kuat pada
tujuannya, dianggap sebagai tidak lazim, tegas dan percaya diri dan
dianggap sebagai agen-agen radikal daripada para manajer status quo.
Semakin banyak penelitian yang menunjukkan kaitan- kaitan
mengesankan antara pemimpin kharismatik dengan kinerja dan kepuasan
yang tinggi diantara pengikutnya. Orang yang berkerja bagi pemimpin-
pemmpin karismatik termotivasi untuk mengeluarkan usaha kerja ekstra,
karena mereka menyukai pemimpin mereka, mengungkapkan kepuasan
yang lebih besar.
Kepemimpinan karismatik itu tidak selalu diperlukan untuk mencapai
tingkat kinerja karyawan yang tinggi. Mungkin paling cocok bila tugas
pengikutnya itu mempunyai unsur ideologis. Hal ini menjelaskan mengapa
pemimpin-pemimpin karismatik kemungkinan besar muncul di bidang
politik, agama atau perusahan bisnis yang memperkenalkan suatu produk
yang sama sekali baru atau menghadapi krisis yang mengancam kehidupan.
Namun kenyataannya, pemimpin-pemimpin karismatik akan menjadi
bebean bagi suatu organisasi setelah suatu krisis dan kebutukan akan
perubahan dramatis itu mereda, karena sering kali keyakinan diri luar biasa
pemimpin karismatik itu menjadi masalah.

11
Karakteristik Kunci dari Pemimpin Karimatik

1. Keyakinan diri : pemimpin karismatik memiliki keyakinan yang penuh


dalam penilaian dan kemampuannya
2. Visi : mereka memliki tujuan idealis yang mengusulkan masa depan yang
lebih baik daripada keadaan satus quo.
3. Kemampuan mengartikulasi visi : mereka mampu untuk menjelaskan dan
menyatakan visi itu dalam istilah-istilah yang dipahami orang lain.
4. Kenyakinan yang kuat akan visi : pemimpin yang karismatik merasa
sangat terikat dan bersedia menanggung risiko pribadi yang tinggi,
mengeluarkan biaya besar dan bersedia mengorbankan diri demi
mencapai visinya.
5. Perilaku yang lain dari yang biasa : mereka membawa perilaku yang
dianggapnya sebagai baru, tidak biasa dan melawan arus.
6. Penampilan sebagi agen : pemimpin kharismatik lebih dianggap sebagai
agen perubahan yang radikal daripada sebagai pengemban status quo.
7. Kepekaan lingkungan : mereka mampu melakukan penilaisn yang
realistik terhadap hambatan-hambatan lingkungan dan sumber daya yang
diperlukan untuk membawa perubahan.

2.2.6 Teori Kepemimpinan Visioner

Kemampuan untuk menciptakan dan menegaskan suatu visi yang


realistis, dapat dipercaya, dan menarik mengenai masa depan bagi sebuah
organisasi atau memilih organisasi yang tumbuh dari keadaan sekarang dan
memperbaiki keadaan sekaran.

12
Keterampilan keterampilan yang diperagkan oleh pemimpin visioner:

1. Kemampuan utnuk menjelaskan visi itu kepada orang lain


2. Kemampuan mengungkapkan visi itu bukan hanya secara verbal
melainkan juga melalui perilaku
3. Kemampuan memperluas dan menerapkan visi pada konteks
konteks kepemimpinan

2.2.7 Teori Kepemimpinan Tim

Teori Kepemimpinan Bersama adalah teori dimana semua anggota


ikut berpartisipasi dalam kegiatan memimpin agar tercapainya tujuan yang
diinginkan.

Kepemimpinan tim juga dapat membangkitkan jiwa kepemimpinan


semua pihak yang terlibat. prioritas prioritas peran kepemimpinan yang khas:

1. Pemimpin pemimpin tim adalah penghibung penghubung dengan


pihak luar
2. Penyelesai masalah
3. Manajer konflik
4. Pemimpin tim adalah Pembina.

2.2.8 Kepemimpinan Tranformasional dan Kepemimpinan


Transaksional

Teori kepemimpinan tranformasional merupakan teori dimana


seseorang mampu menginspirasi orang lain untuk melampaui kepentingan
pribadi dan memberi dampak yang luar biasa bagi pengikutnya, sedangkan
Teori transaksional merupakan teori dimana seorang pemimpin melakukan
hubungan pertukaran dengan pengikutnya, pertukaran tersebut didasarkan
oleh persyaratan peran dan tugas dalam bekerja.

13
2. 3 Syarat - Syarat Kepemimpinan

Ada tiga hal penting dalam konsepsi kepemimpinan antara lain:

1. Kekuasaan

Kekuasaaan adalah otorisasi dan legalitas yang memberikan wewenang kepada


pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu
dalam rangka penyelesaian tugas tertentu.

2. Kewibawaan

Kewibawaan merupakan keunggulan, kelebihan, keutamaan sehingga


pemimpin mampu mengatur orang lain dan patuh padanya.

3. Kemampuan

Kemampuan adalah sumber daya kekuatan, kesanggupan dan kecakapan secara


teknis maupun social, yang melebihi dari anggota biasa. Sementara itu Stodgill
yang dikutip James A. Lee menyatakan pemimpin itu harus mempunyai kelebihan
sebagai persyaratan, antara lain:

1. Kepastian, kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara, kemampuan


menilai.
2. Prestasi, gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu.
3. Tangggung jawab, berani, tekun, mandiri, kreatif, ulet, percaya diri, agresif.
4. Partisipasi aktif, memiliki stabilitas tinmggi, kooperatif, mampu bergaul.
5. Status, kedudukan social ekonomi cukup tinggi dan tenar.

14
2.4 Tipe dan Gaya Kepemimpinan

Kartini Kartono menjelaskan bahwa tipe kepemimpinan terbagi atas

1. Tipe Kharismatik

Tipe ini mempunyai daya tarik dan pembawaan yang luar biasa, sehingga
mereka mempunyai pengikut yang jumlahnya besar. Kesetiaan dan kepatuhan
pengikutnya timbul dari kepercayaan terhadap pemimpin itu. Pemimpin
dianggap mempunyai kemampuan yangdiperoleh dari kekuatanYang Maha
Kuasa.

2. Tipe Paternalistik

Tipe Kepemimpinan dengan sifat-sifat antara lain;

a. Menganggap bawahannya belum dewasa

b. bersikap terlalu melindungi

c. Jarang memberi kesempatan bawahan untuk mengambil keputusan

d. Selalu bersikap maha tahu dan maha benar.

3. Tipe Otoriter

Pemimpin tipe otoriter mempunyai sifat sebagai berikut:

a. Pemimipin organisasi sebagai miliknnya

b. Pemimpin bertindak sebagai dictator

c. Cara menggerakkan bawahan dengan paksaan dan ancaman.

15
4. Tipe Militeristik

Dalam tipe ini pemimpin mempunyai siafat sifat:

a. menuntut kedisiplinan yang keras dan kaku

b. lebih banyak menggunakan system perintah

c. menghendaki keputusan mutlak dari bawahan

d. Formalitas yang berlebih-lebihan

e. Tidak menerima saran dan kritik dari bawahan

f. Sifat komunikasi hanya sepihak

5. Tipe Demokrasi

Tipe demokrasi mengutamkan masalah kerja sama sehingga terdapat


koordinasi pekerjaan dari semua bawahan. Kepemimpinan demokrasi
menghadapi potensi sikap individu, mau mendengarkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun. Jadi pemimpin menitikberatkan pada aktifitas setiap
anggota kelompok, sehingga semua unsure organisasi dilibatkan dalam
akatifitas, yang dimulai penentuan tujuan,, pembuatan rencana keputusan,
disiplin.

2.5 Fungsi-fungsi Kepemimpinan


Fungsi kepemimpinan menurut Sondang P. Siagian dapat dibagi lima yaitu,

1. Fungsi Penentu Arah

Seorang pemimpin berfungsi sebagai penentu kemana arah yang


hendak dicapai oleh organisasi dengan mengoptimalkan pemanfaatan dari
segala sarana dan prasarana yang ada.

16
2. Fungsi Juru Bicara

Seorang pemimpin harus dapat menghubungkan antara organisasi


dengan pihak-pihak luar yang berkepentingan.

Peran ini sangatlah penting karena tidak ada organisasi yang dapat hidup
tanpa bantuan dari pihak lain.

3. Fungsi Komunikator

Seorang pemimpin harus dapat berkomunikasi dengan baik kepada


bawahannya,semakin baiknya komunikasi yang dilakukan pemimpin dan
bawahannya semakin sedikit kesalahan yang akan terjadi.

4. Fungsi Mediator

Seorang pemimpin berfungsi juga sebagai penengah jika terjadinya


konflik di dalam organisasi,pemimpin yang dapat menengahi dan bahkan
menyelesaikan konflik yang terjadi akan menambahkan kepercayaan
bawahannya, fungsi ini merupakan salah satu indicator efektivitas seorang
pemimpin.

5. Fungsi Integrator

Seorang pemimpin berfungsi untuk menetapkan pembagian tugas


bawahannya dan menetapkan beberapa peraturan dengan tegas yang mampu
mengatur bawahannya agar tidak bingung apa saja hal yang harus dilakukan.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok


menuju tercapainya tujuan-tujuan. Perilaku setiap pemimpin pasti tidak sama ,
tetapi pada akhirnya dapat mengelola kemampuan setiap anggota menjadi lebih
baik dan berhasil mencapai tujuannya. Salah satu fungsi pemimpin adalah sebagai
penentu kemana arah yang hendak dicapai oleh organisasi dengan mengoptimalkan
pemanfaatan dari segala sarana dan prasarana yang ada. Oleh karena itu,
kepemimpinan sangatlah penting dan patut untuk dikembangkan dalam sebuah
studi materi khususnya dalam manajemen agar seorang pemimpin mampu
meminimalisir kegiatan negatif dan terus mendorong anggotanya untuk berperilaku
positif, menemukan pemecahan masalah, serta dapat merencanakan suatu hal yang
berorientasi pada tujuan masa depan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Stephen P Robins dan Mery Coulter. 1999. Manajemen Edisi Indonesia Jilid 1.
PT Perhelindo: Jakarta

James A.F. Stoner, A. S. (1996). Manajemen. (H. K. Agus Maulana, Penerj.)


Erlangga.

Thoha Miftah.2009.Kepemimpinan dalam Manajemen.Rajawali Pers/Raja


Grafindo Persada

19

Anda mungkin juga menyukai