PENGANTAR MANAJEMEN
MOTIVASI DALAM ORGANISASI
MANAJEMEN IB
KELOMPOK 3
OLEH
1. OKTAVIANO JUNAEDI PASETIO [ 2310030059 ]
2. HILLARY STEFANY TALLO [ 2310030060 ]
3. GILBERTUS NORMAN BABONG [ 2310030058 ]
4. ADEODATUS JOSVIC BRILYAN PHYMA [ 2310030099]
5. MARSHANDA IRNEL C. NARA KAHA [ 2310030100 ]
6. NORMALINDA NABUASA [ 2310030134 ]
7. MEGAWATI SUKARNO Y. BAPANG [ 2310030135 ]
8. CHENY SANGGRYLA BABU DAO [ 2310030136 ]
Dengan menyebut nama Tuhan Yang Maha Esa, kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkannya Rahmat kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ilmiah tentang Motivasi Dalam Organisasi.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembautan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang Perencanaan Strategis ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………………………. 4
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………….. 4
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………. 4
BAB II. PEMBAHASAN………………………………………………………………. 5
2.1 Pengertian Motivasi Dalam Organisasi………………………………………………. 5
2.2 Pekembangan Teori dan Pandangan Manajer………………...……………………….5
2.3 Mengkaji Hubungan Motivasi dan Kepemimpinan………………………………….. 8
BAB III. PENUTUPAN………………………………………………………………….16
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………………………16
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Jadi secara ringkas, penemuan penting dari penelitian Herzberg dan kawan-
kawannya adalah bahwa manajer perlu memahami faktor- faktor apa yang
dapat digunakan untuk memotivasi para karyawan. Faktor-faktor
pemeliharaan sebagai faktor negatif (yang ekstrinsik) dapat mengurangi dan
menghilangkan ketidak puasan kerja dan menghindarkan masalah, tetapi
tidak akan dapat digunakan untuk memotivasi bawahan. Hanya faktor-faktor
positiflah, "motivaton" (yang intrinsik), yang dapat memotivasi para
karyawan untuk melak- sanakan keinginan para manajer.
3) Teori Prestasi dari McClelland
David McClelland dan para peneliti lainnya mengemukakan bahwa ada
korelasi positif antara kebutuhan berprestasi dengan prestasi dan sukses
pelaksanaan. McClelland, melalui riset empirik nya, menemukan bahwa para
usahawan, ilmuwan dan profesional mempunyai tingkat motivasi prestasi di
atas rata-rata. Motivasi seorang pengusaha tidak semata-mata ingin mencapai
keuntungan demi keuntungan itu sendiri, tetapi karena dia mempunyai
keinginan yang kuat untuk berprestasi. Keuntungan (laba) hanyalah suatu
ukuran sederhana yang menunjukkan seberapa baik pekerjaan telah
dilakukan, tetapi tidak sepenting tujuan itu sendiri
McClelland juga menemukan bahwa kebutuhan prestasi tersebut dapat
dikembangkan pada orang dewasa. Orang-orang yang berorientasi prestasi
mempunyai karakteristik-karakteristik tertentu yang dapat dikembangkan,
yaitu:
a. Menyukai pengambilan risiko yang layak (moderat) sebagai fungsi
ketrampilan, bukan kesempatan; menyukai suatu tantangan; dan
menginginkan tanggung jawab pribadi bagi hasil hasil yang dicapai.
b. Mempunyai kecenderungan untuk menetapkan tujuan-tujuan prestasi
yang layak dan menghadapi risiko yang sudah diperhitungkan. Salah
satu alasan mengapa banyak perusahaan berpindah ke program
management by objectives (MBO) adalah karena adanya korelasi
positif antara penetapan tujuan dan tingkat prestasi.
c. Mempunyai kebutuhan yang kuat akan umpan balik tentang apa yang
telah dikerjakannya.
d. Mempunyai ketrampilan dalam perencanaan jangka panjang dan
memiliki kemampuan-kemampuan organisasional.
Teori Keadilan
Teori lain tentang motivasi sebagai hasil dari berbagai peneli tian adalah teori
keadilan dan ketidak-adilan. Teori ini mengemuka kan bahwa orang akan
selalu cenderung membandingkan antara 1) masukan masukan yang mereka
berikan pada pekerjaannya dalam bentuk pendidikan, pengalaman, latihan dan
usaha, dengan 2) hasil hasil (penghargaan-penghargaan) yang mereka terima,
seperti juga mereka membandingkan balas jasa yang diterima karyawan lain
de- ngan yang diterima dirinya untuk pekerjaan yang sama.
Keyakinan, atas dasar pembandingan, tentang adanya ketidak- adilan, dalam
bentuk pembayaran kurang atau lebih, akan mempu nyai pengaruh pada
perilaku dalam pelaksanaan kegiatan. Faktor kunci bagi manajer adalah
mengetahui apakah ketidak adilan dirasa- kan, dan bukan apakah ketidak-
adilan secara nyata ada. Ketidak- adilan ini akan ditanggapi dengan
bermacam-macam perilaku yang berbeda, misal dengan menurunkan prestasi,
mogok, minta berhen ti, dan sebagainya. Bagi manajer, teori keadilan
memberikan impli basi bahwa penghargaan sebagai motivasi kerja harus
diberikan se- suai yang dirasa adil oleh individu-individu yang bersangkutan.
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
. Manajer dapat membeli waktu karyawan; manajer dapat mem- beli kemampuan
phisik karyawan, dan sebagainya; tetapi manajer tidak dapat membeli antusiasme,
inisiatif, kesetiaan, penyerahan hati, jiwa dan akal budinya. Manajer harus memperoleh
hal-hal tersebut. Pernyataan di atas menggambarkan bahwa motivasi adalah lebih
inklusif dari sekedar aplikasi berbagai peralatan atau cara tertentu untuk mendorong
peningkatan keluaran. Motivasi adalah juga filsa- fat, atau pandangan hidup yang
dibentuk berdasar kebutuhan dan ke- inginan karyawan. Jadi, penting diperhatikan oleh
manajer bahwa teori-teori motivasi harus digunakan secara bijaksana. Berbagai teori
tidak memadai atau mencukupi untuk diterapkan secara meluas dan bahkan dapat
menghasilkan konsekuensi-konsekuensi yang negatif. Manajer yang dapat melihat
motivasi sebagai sistem, yang men- cakup sifat-sifat individu, pekerjaan, dan situasi
kerja, dan memahami hubungan antara insentif, motivasi dan produktifitas, mereka akan
mampu memperkirakan perilaku bawahan. Hanya manajer yang me ngetahui hal ini dan
mengetahui bagaimana menerapkannya dapat mengharapkan realisasi peningkatan
produktifitas dari para karya- wan.
DAFTAR PUSTAKA