Kepemimpinan
Dikerjakan Oleh :
Nama : Chandra Wirawan
NPM : 2006505341
Peminatan : Mutu Layanan Kesehatan
Mata Kuliah : Pengembangan dan Prilaku Organisasi (PPO)
Dosen : Prof. DR. Dra. Evi Martha., M. Kes
Dalam mencapai tujuan organisasi, maka organisasi harus digerakkan oleh seorang pemimpin.
Seorang pemimpin dapat merupakan seorang manajer meskipun tidak perlu melaksanakan
seluruh fungsi manajemen, akan tetapi tidak semua manajer memiliki jiwa seorang pemimpin.
Keterampilan kepemimpinan sangat penting untuk untuk mencapai tujuan organisasi.
Sifat lain yang mungkin menunjukkan kepemimpinan yang efektif adalah kecerdasan
emosional (Emotional Intelligence/EI). Komponen inti EI adalah empati. Pemimpin yang
empatik dapat merasakan kebutuhan orang lain, mendengarkan apa yang dikatakan pengikut
(dan tidak dikatakan), dan membaca reaksi orang lain. Seorang pemimpin yang secara efektif
menampilkan dan mengelola emosi akan lebih mudah untuk mempengaruhi perasaan pengikut
dengan mengungkapkan simpati dan antusiasme yang tulus untuk kinerja yang baik.
Penelitian terbaru menarik dua kesimpulan. Pertama, kita dapat mengatakan bahwa
sifat dapat memprediksi kepemimpinan. Kedua, sifat melakukan pekerjaan yang lebih baik
dalam memprediksi munculnya pemimpin dan penampilan kepemimpinan dari pada
membedakan antara pemimpin yang efektif dan tidak efektif. Fakta bahwa seorang individu
menunjukkan sifat yang benar dan orang lain menganggap orang itu sebagai pemimpin tidak
selalu berarti dia atau dia akan menjadi orang yang efektif, berhasil membuat kelompok
mencapai tujuannya.
12.2 Teori Perilaku Kepemimpinan
Penelitian sifat memberikan dasar untuk memilih orang yang tepat untuk kepemimpinan. Teori
perilaku kepemimpinan, sebaliknya, menyiratkan bahwa kita dapat melatih orang untuk
menjadi pemimpin.
Teori perilaku kepemimpinan yang paling komprehensif dihasilkan dari Ohio State Studies,
yang berusaha mengidentifikasi dimensi independen dari perilaku pemimpin. Dimulai dengan
lebih dari seribu dimensi, studi mempersempit daftar menjadi dua yang secara substansial
menyumbang sebagian besar perilaku kepemimpinan yang dijelaskan oleh karyawan yaitu
struktur awal dan tenggang rasa.
Struktur awal adalah sejauh mana seorang pemimpin cenderung mendefinisikan dan
menyusun perannya dan peran karyawan dalam mencari pencapaian tujuan. Seorang
pemimpin dalam struktur awal adalah seseorang yang menugaskan para pengikutnya pada
tugas-tugas tertentu, menetapkan standar kinerja yang jelas, dan menekankan pada efektifitas
waktu.
Tenggang rasa adalah sejauh mana hubungan pekerjaan seseorang dicirikan oleh rasa saling
percaya, menghormati ide-ide karyawan, dan menghargai perasaan mereka. Seorang
pemimpin yang memiliki rasa tenggang rasa membantu karyawan dengan masalah pribadi,
ramah dan mudah didekati, memperlakukan semua karyawan secara setara, dan
mengungkapkan penghargaan dan memberikan dukungan pada karyawan (berorientasi pada
orang).
Jika skor LPC tinggi maka ini menggambarkan seseorang pemimpin berorientasi pada
hubungan antar karyawan. Sedangkan jika skor LPC rendah maka seseorang pemimpin
lebih berorientasi pada tugas (mengutamakan kinerja). Setelah gaya kepemimpinan
dasar individu dinilai melalui LPC kemudian penting untuk mencocokkan pemimpin
dengan situasi tersebut. Tiga faktor situasional atau dimensi kontingensi yang
diidentifikasi oleh Fiedler yaitu :
(1) hubungan pemimpin-anggota yaitu tingkat kepatuhan, kepercayaan dan rasa hormat
anggota terhadap pemimpin
(2) struktur tugas yaitu tingkat sejauh mana penempatan pekerjaan anggota terstruktur
atau tidak terstruktur dan
(3) posisi kekuasaan yaitu tingkat pengaruh seorang pemimpin pada variabel kekuasaan
seperti perekrutan, pemecatan, disiplin, promosi dan kenaikan gaji
Selain itu para pemimpin yang efektif semestinya bisa menunjukkan jalan
guna membantu pengikut-pengikut mereka mendapatkan hal-hal yang mereka
butuhkan demi pencapaian tujuan kerja dan mempermudah perjalanan serta
menghilangkan berbagai rintangannya.
2. Kepemimpinan Kharismatik
Tipe ini pemimpin berkomunikasi dengan membangkitkan empati dan emosi yang kuat
pada orang-orang sekitarnya. Pemimpin karismatik mengandalkan gaya berbahasa yang
fasih, pesona daya tarik, dan kemampuan “merayu” demi mencapai tujuan organisasi.
Kemudian ia cenderung bersifat terbuka, percaya diri, dan memiliki tekad yang kuat untuk
mencapai hasil yang dia inginkan. Pemimpin kharismatik memiliki kriteria utama yaitu :
1. Memiliki visi dan kemampuan artikulasi
2. Mampu menanggung risiko
3. Peka akan kebutuhan pengikut
4. Memiliki prilaku yang tidak konvensional/biasa
Selain itu pemimpin kharismatik memiliki cara untuk mempengaruhi pengikutnya, yaitu :
- Menetapkan visi dan misi
- Mengkomunikasikan target kinerja dan meyakini bawahan bisa mencapainya
- Memberikan teladan untuk ditiru pengikutnya
Pemimpin Transaksional
1. Penghargaan Bersyarat : menjalankan pertukaran kontraktual antara penghargaan dan
usaha, menjanjikan penghargaan untuk kinerja yang bagus, dan mengakui pencapaian
yang diperoleh
2. Manajemen dengan Pengecualian (aktif) : mengamati dan mencari penyimpangan dari
aturan-aturan dan standar, serta melakukan tindakan perbaikan
3. Manajemen dengan Pengecualian (pasif) : dilakukan hanya jika standar tidak tercapai
4. Laissez-Faire : melepaskan tanggung jawab dan menghindari pengambilan keputusan
Pemimpin Transformasional
1. Pengaruh yang Ideal : memberikan visi dan misi, menanamkan kebanggaan,
menanamkan kebanggaaan, serta mendapatkan respek dan kepercayaan
2. Motivasi yang Inspirasional : mengkomunikasikan ekspektasi yang tinggi,
menggunakan simbol-simbol untuk berfokus pada upaya, dan menyatakan tujuan-
tujuan penting secara sederhana
3. Simulasi Intelektual : meningkatkan kecerdasan, rasionalitas, dan pemecahan masalah
yang cermat
4. Pertimbangan yang bersifat Individual : memberikan perhatian pribadi,
memperlakukan masing-masing karyawan secara individual, serta melatih dan
memberikan saran
Para pemimpin transformasional mendorng bawahannya agar lebih inovatif dan kreatif.
Para pemimpin yang transformasional lebih efektif karena mereka sendiri lebih kreatif,
tetapi mereka juga lebih efektif karena mampu mendorong para pengikutnya menjadi
kreatif pula. Para pengikut pemimipin transformasional cenderung mengejajar tujuan-
tujuan ambisius, memahami dan menyetujui tujuan-tujuan strategis organisasi, dan yakin
bahwa tujuan-tujuan yang mereka kejar itu memang penting. Hal yang lebih penting lagi
adalah memiliki orang-orang untuk diajak bekerja sama, yang memiliki keinginan,
komitmen, perhatian, dan keinginan bersaing yang sama untuk bersam-sama menggapai
tujuan yang sama.
Jadi secara garis besar, Authentic Leadership adalah tipe kepemimpinan yang
mengharuskan pemimpin bertindak otentik. Artinya, kepemimpinan yang dimilikinya
sejalanan antara perilaku dengan keyakinannya dan konsisten dalam menunjukkan pikiran,
sikap, dan tindakan. Seorang pemimpin otentik harus memiliki nilai-nilai, prinsip, moral
yang ia milliki sebagai dirinya sendiri, bukan imitasi atau meniru orang lain. Mereka akan
mendemonstrasikan nilai-nilai, prinsip, moral dan etika ke dalam perilaku
kepemimpinannya.
Kepemimpinan etis dirasa penting untuk menangani insiden moral dan mendorong perilaku
etis karyawan dalam organisasi dikarenakan pemimpin etis mampu memberikan contoh
moral yang baik bagi pengikut mereka. Kepemimpinan etis merupakan cara pemimpin
mempengaruhi karyawan dengan mempertimbangkan nilai etis sebagai landasan atau dasar
dalam hal pengambilan keputusan dan tindakan. Pemimpin bertanggung jawab atas konflik
anatara karyawan dan menjadi pembimbing dengan menunjukkan suatu landasan
pembimbing yang mengajarkan karyawan untuk berperilaku sesuai dengan landasan
tersebut. Selain itu pemimpin yang etis akan menerapkan nilai-nilai etis dalam organisasi
tersebut, yang menjadi dasar dan landasan pemimpin dalam pengambilan keputusan untuk
kepentingan organisasi.
Jadi, salah satu hal yang membuat servant leadership berbeda dengan jenis kepemimpinan
lainnya adalah tujuannya. Pemimpin yang menerapkan hal ini tidak ingin memperlakukan
orang lain sebagai bawahan. Tipe kepemimpinan ini mengubah interaksi manajemen
perusahaan dan karyawan jadi lebih sinergis.
12.6 Kepemimpinan Positif
Kepercayaan (Trust)
Kepercayaan adalah keadaan psikologis yang muncul ketika Anda setuju untuk membuat
diri Anda rentan terhadap orang lain karena Anda memiliki harapan positif tentang
bagaimana keadaan akan berubah. Meskipun Anda tidak sepenuhnya mengendalikan
situasi, Anda bersedia untuk mengambil kesempatan bahwa orang lain akan datang melalui
untuk Anda. Kepercayaan adalah atribut utama yang terkait dengan kepemimpinan;
melanggarnya dapat memiliki efek buruk yang serius pada kinerja grup.
Anak didik sering diuji dengan tugas yang sangat menantang. Jika kinerja dapat diterima,
mentor akan mengembangkan hubungan. Dalam pendampingan formal dan informal,
tujuannya adalah untuk menunjukkan kepada anak didik bagaimana organisasi benar- benar
bekerja di luar struktur dan prosedurnya.
Mentor harus melihat hubungan yang bermanfaat bagi diri mereka sendiri dan anak didik, dan
anak didik harus memiliki masukan ke dalam hubungan. Program pendampingan formal juga
paling mungkin berhasil jika mereka secara tepat sesuai dengan gaya kerja, kebutuhan, dan
keterampilan anak didik dan mentor.