Anda di halaman 1dari 30

A.

ISIM DAN CIRI-CIRINYA

Dalam bahasa Arab isim/kata benda mempunyai pembahasan yang khusus, di ilmu nahwu ini
isim menjadi pembahasan yang hampir di setiap bab itu ada, karena isim adalah pondasi suatu
kalimat dalam bahasa Arab, isim menurut kitab al-jurumiyah yaitu :
ٍ‫َاٍوٍٍ َل ْمٍٍتَ ْقتَ ِر ْنٍٍب ِ َز َمن‬
َ ‫َك ِل َمةٍٍ ٍَد َّلتٍٍْ َع َلىٍ َم ْع َنىٍفِيٍ َن ْف ِسه‬
"kata yang menunjukan suatu makna pada dirinya dan tidak terkait dengan waktu" , jadi jika
disimpulkan secara pemahaman kita, isim adalah semua jenis kata benda, baik itu benda mati
atau benda hidup, baik itu yang dapat dijangkau oleh panca indera (nampak) atau yang yang
bersifat abstrak (tidak nampak), dan tentunya tidak berkaitan dengan waktu.

Dalam bahasa indonesia tidak ada ciri-ciri khusus untuk mengenali kata benda, intinya selagi
kata tersebut tidak berkaitan dengan waktu maka itu disebut kata benda. Nah dalam bahasa Arab
kata benda (isim) mempunyai ciri-ciri khusus untuk mengenalinya

Berikut ini adalah ciri-ciri isim (kata benda) :


1. Dibaca jer (biasanya ditandai dengan dibaca kasroh atau kasrotain).

َ ‫س ِج ٍِد َذ َه‬
Contoh : ‫بٍٍ ُم َح َّمدٍٍإ َلى‬ ْ ‫ال َم‬

Ciri-ciri pertama adalah dibaca jer, apa itu jer? Jer adalah keadaan suatu kata yang umumnya
ditandai dengan menggunakan harakat kasroh di akhir katanya seperti kata ‫ ال َمس ِْج ِِد‬, secara
otomatis kata tersebut sudah tergolong kata benda (isim) dalam bahasa Arab.

2. Dibaca tanwin

Contoh : ‫ُم َح َمدٍ جَا ٍَء‬


Ciri yang kedua yaitu dibaca tanwin, tanwin adalah harakat yang dibaca di akhir kata, bentuknya
bisa pada dhomah (menjadi dhommatain), fathah (menjadi fathatain), atau kasroh (menjadi
kasrotain). Semua kata yang kemasukan tanwin maka dia termasuk isim.

3. Kemasukan alif dan lam (‫)ال‬

Contoh : ‫ع َلى‬
َ ٍ‫الص َََّل ٍِة َهيَّا‬

ciri selanjutnya yaitu kemasukan alif dan lam (‫)ال‬, ciri ini sangat banyak ditemui pada teks Arab,
jadi semua kata yang didahului dengan alif dan lam (‫ )ال‬maka itu termasuk isim. Yang perlu
diperhatikan adalah tidak semua isim bisa kemasukan alif dan lam, diantaranya : nama orang,
ِ ‫)ه َُوِِ ُه َماِهِيَِِأ ْنتَِِأ ْن‬, isim isyaroh (kata tunjuk seperti ِِ‫َه َذاِ ّه ِذ ِه‬
isim dhomir (kata ganti orang seperti ‫تِِأنَا‬
َِ‫) تِ ْلكَِِ َذ ِلك‬.

4. Kemasukan huruf jer.

Contoh : ٍُ‫ال َجبَ ٍِل إ َلى َن َظ ْرت‬

Nah ciri yang terakhir adalah kemasukan atau sebelumnya ada huruf jer, yang kemudian
membuat kata tersebut dibaca jer. Perhatikan kata yang saya tandai merah “ ‫ ”إ َلى‬, itu adalah
huruf jer. Dan kata yang saya tandai hijau “ ‫ ”ال َجبَ ٍِل‬adalah isim.

B. FI’IL DAN CIRI-CIRINYA

“Ciri-ciri fi‘il adalah didahului oleh qad, huruf sīn, saufa, dan huruf tā’ yang di-sukūn dan
menunjukkan perempuan sebagai pelakunya.”

SYARAH

Fi‘il dapat dibedakan dari isim dan ḥurūf melalui empat ciri. Setiap kita dapati salah satu ciri ini
melekat pada satu kata, maka kata tersebut adalah sebuah fi‘il. Ciri-ciri tersebut adalah didahului
dengan (ِْ‫)قَد‬, (ُِ‫سيْن‬ ّ ِ ‫ )ال‬huruf sīn yang dibaca “sa” jika bergandeng dengan fi‘il, didahului (ِ‫ف‬
َ ‫س ْو‬
َ ), (ِ‫تَا ُء‬
ْ
‫ )التَّأنِ ْيثِِالسَّا ِكنَ ِِة‬huruf tā’ ta’nīts sākinah.
1. Qad (ِْ‫)قَد‬.

(ِ‫ )قَ ْد‬digunakan pada dua jenis fi‘il, yaitu pada fi‘il mādhī dan fi‘il mudhāri‘.

a. Jika (ِْ‫ )قَد‬masuk pada fi‘il mādhī, maka makna yang ditunjukkan olehnya adalah salah satu di
antara dua makna, yaitu at-taḥqīq (penegasan) atau at-taqrīb (kedekatan waktu/hampir).

Contoh kalimat yangmenunjukkan pada makna at-taḥqīq adalah firman Allah ta‘ālā:
ْ ‫ – )قَدِْأَ ْفلَ َح‬Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. (al-Mu’minūn: 1).
(َِ‫ِال ُمؤْ ِِمنُ ْون‬
ْ ‫يِهللاُِ َع ِن‬
(َِ‫ِال ُمؤْ ِم ِنيْن‬ َ ‫ض‬ َ ‫ – )لَقَد‬Sungguh Allah telah ridha terhadap orang-orang yang beriman. (al-Fatḥ:
ِ ‫ِْر‬
18).

dan perkataan kita:

َ ‫ – )قَدِْ َح‬Muḥammad sungguh telah hadir.


(ِ‫ض َرِ ُم َح َّمد‬

َ ِْ‫ – )قَد‬Khālid telah melakukan perjalanan jauh.


(ِ‫سافَ َرِخَا ِلد‬

Contoh kalimat yang menunjukkan pada makna at-taqrīb adalah ucapan mu’adzdzin ketika
mengumangdangkan iqamat:

(ُِ‫ص ََلة‬
َّ ‫ – )قَدِْقَا َمتِِال‬Shalat hampir ditegakkan.

dan perkataanmu:

َّ ‫ – )قَدِْغ ََربَتِِال‬Matahari hampir terbenam.


(ِ‫ش ْم ِس‬

b. Apabila huruf qād (ِْ‫ )قَد‬masuk pada fi‘il mudhāri‘, maka makna yang ditunjukkan adalah salah
satu di antara dua makna, yaitu taqlīl (menunjukkan sedikit/jarang atau kadang-kadang)
atau taktsīr (menunjukkan sering).

Contoh kalimat yang menunjukkan makna taqlīl (ِ‫)الت َّ ْق ِل ْي ُل‬:


ْ ‫صد ُُق‬
(ُِ‫ِال َكذ ُ ْوب‬ ْ َ‫ – )قَدِْي‬Terkadang pendusta itu berkata jujur.
ْ ‫ – )قَدِْيَ ُج ْود‬Terkadang orang yang kikir bersifat dermawan.
(ِ‫ُِالبَ ِخ ْي ُل‬
ْ ‫ – )قَدِْيَ ْن َج ُح‬Terkadang orang yang dungu itu berhasil lulus.
(ُِ‫ِالبَ ِل ْيد‬

Contoh kalimat yang menunjukkan makna taktsīr (ِ‫)الت َّ ْك ِثي ُْر‬:


ْ ‫ – )قَدِْيَنَال‬Orang yang bersungguh-sungguh sering berhasil mencapai tujuannya.
(ُِ‫ُِال ُمجْ تَ ِهدُِبُ ْغيَتَه‬
ْ ‫ي‬
(ِ‫ِال َخي َْر‬ ُّ ‫ – )قَدِْ َي ْف َعلُِالتَّ ِق‬Orang yang bertakwa itu sering mengerjakan amalan kebaikan.

Sīn (ُِ‫سيْن‬
ّ ِ ‫ )ال‬dan saufa (ِ‫ف‬
َ ‫) َس ْو‬.

(ُِ‫سيْن‬
ّ ِ ‫ )ال‬sīn dan (ِ‫ف‬
َ ‫س ْو‬
َ ) saufa hanya masuk pada fi‘il mudhāri‘. Kedua huruf ini menunjukkan
makna tanfīs, yang berarti di-istiqbāl (makna: masa yang akan datang). Ada perbedaan di antara
kedua huruf itu. Kata (ُِ‫ )ال ِ ّسيْن‬dipakai untuk masa akan datang yang sudah dekat, sedangkan (ِ‫ف‬ َ ‫س ْو‬
َ )
menunjukkan masa akan datang yang masih jauh.

Contoh kalimat yang menggunakan (ُِ‫سيْن‬


ّ ِ ‫ )ال‬adalah firman Allah ta‘ālā:

ِ َّ‫ِمنَ ِالن‬
(ِ‫اس‬ ُّ ‫سيَقُ ْولُِال‬
ِ ‫سفَ َها ُء‬ َ ) – Orang-orang yang dungu dari sebagian manusia akan berkata. (al-
Baqarah: 142).
ْ َ‫س َيقُ ْولُِلَك‬
(َِ‫ِال ُم َخلَّفُ ْون‬ َ ) – Orang-orang yang tertinggal itu akan berkata kepadamu. (al-Fatḥ: 11).

Contoh kalimat yang menggunakan (ِ‫ف‬


َ ‫س ْو‬
َ ) pada fi‘il mudhāri‘ adalah firman Allah ta‘ālā:

َ ‫ِربُّكَ ِفَت َْر‬


(‫ضى‬ َ َ‫فِيُ ْع ِطيْك‬ َ َ‫)وِل‬
َ ‫س ْو‬ َ – Rabbmu akan memberimu sehingga kamu ridha. (adh-Dhuḥā: 5).
(‫َارا‬ ْ ُ‫فِن‬
ً ‫ص ِل ْي ِه ْمِن‬ َ ‫س ْو‬
ُ ) – Kami akan melemparkan mereka ke dalam neraka. (an-Nisā’: 56).

(ِ‫فِيُؤْ تِ ْي ِه ْمِأ ُ ُج ْو َر ُه ْم‬


َ ‫س ْو‬
َ ) – Dia (Allah) akan memberikan pahala-pahala mereka. (an-Nisā’: 152).

3. Tā’ ta’nīts sākinah (ِ‫)ت َا ُءِالتَّأْنِ ْيثِِالسَّا ِكنَ ِة‬/huruf tā’ yang di-sukūn dan menunjukkan perempuan
sebagai pelakunya.

Huruf ini hanya masuk pada fi‘il mādhī. Tujuan diletakkan huruf ini pada fi‘il mādhī untuk
menunjukkan bahwa pihak yang melakukan pekerjaan itu adalah jenis perempuan, baik dia
berkedudukan sebagai fā‘il atau nā’ib-ul-fā‘il.

Contoh kalimat dengan tā’ ta’nīts sebagai fā‘il:


ْ ‫شةُِأ ُ ُّم‬
() َ‫ِال ُمؤْ ِم ِنيْن‬ ْ َ‫‘ – قَال‬Ā’isyah Umm-ul-Mu’minīn berkata.
َ ‫تِ َعا ِئ‬

Contoh sebagai nā’ib-ul-fā‘il:

ُ ُ‫ارنَاِ ِب ْالب‬
(ِ‫س ِط‬ ْ ‫ – )فُ ِرش‬Rumah kami digelari karpet.
ُ َ‫َتِد‬

Huruf tā’ yang di-sukūn merupakan asal penggunaannya. Berarti terkadang huruf tā’ ini bisa
berharakat jika bertemu dengan huruf yang di-sukūn. Contohnya pada firman Allah:
()‫ِِاخ ُرجْ ِ َعلَ ْي ِه َّن‬
ْ ‫ – َوِقَالَت‬Dia (istri al-‘Azīz) berkata: “Keluarlah, nampakkan dirimu kepada mereka.”
(Yūsuf: 31).

(َِ‫ِِام َرأَةُِفِ ْر َع ْون‬


ْ ‫)وِقَالَت‬
َ – Istri Fir‘aun berkata. (al-Qashash: 9).
َ ِ‫ – )قَالَتَاِأَتِ ْينَا‬Keduanya (langit dan bumi) menjawab: “Kami datang dengan suka
(َِ‫طائِ ِعيْن‬
hati.”(Fushshilāt: 11).

Setelah membaca penjelasan penulis di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri fi‘il ada
tiga:

Ciri yang hanya masuk pada fi‘il mādhī yaitu (ِ‫ )ت َا ُءِالتَّأْنِ ْيثِِالسَّا ِكنَ ِة‬tā’ ta’nīts sākinah.

Ciri yang hanya masuk pada fi‘il mudhāri‘ yaitu (ُِ‫سيْن‬


ّ ِ ‫ )ال‬huruf sīn dan (‫ف‬
َِ ‫س ْو‬
َِ ) saufa.

Ciri yang dapat masuk pada fi‘il mādhī dan mudhāri‘ yaitu (ِْ‫)قَد‬.

Pada pembahasan ini penulis tidak menyebutkan ciri fi‘il amr, yaitu menunjukkan makna ath-
ْ ‫ ) َيا ُء‬atau nūn
َ ‫ِال ُمخَا‬
thalab (tuntutan/permintaan) dan dapat memberima huruf yā’ mukhāthabah (ِ‫ط َب ِة‬
taukīd (ِ‫)نُ ْونُ ِالتَّ ْو ِك ْي ِد‬.

ُ ‫ )ا ُ ْن‬lihatlah. Keempat kata


Contoh fi‘il amr: (ِ‫ )قُ ْم‬berdirilah, (ِْ‫ )ا ُ ْقعُد‬duduklah, (ِْ‫ )ا ُ ْكتُب‬tulislah, (ِ‫ظ ْر‬
tersebut menuntut agar perbuatan yang disebutkan, yaitu berdiri, duduk, menulis, dan melihat
dilakukan oleh orang yang diperintah.

Seperti telah disebutkan, kata ini dapat menerima yā’ mukhāthabah. Contohnya pada kalimat:

(ِ‫ – )قُ ْو ِم ْي‬Berdirilah!

(apabila objek yang diperintah adalah seorang perempuan, maka kata (ِ‫ )قُ ْم‬yang di atas disisipkan
dengan huruf (‫ )ي‬yang disebut dengan huruf yā’ mukhāthabah, ed.)

ْ ‫ – )ا ُ ْقعُد‬Duduklah!
(ِ‫ِي‬

(objek yang diperintah adalah seorang perempuan).

Fi‘il amr dapat menerima nūn taukīd (huruf nūn yang disisipkan dalam fi‘il dan berfungsi untuk
mempertegas makna), seperti:

(ِ‫ – )ا ُ ْكتُبَ َّن‬Tulislah dengan sebenar-benarnya.


ُ ‫ – )ا ُ ْن‬Perhatikanlah dengan cermat segala sesuatu yang dapat mendatangkan
(َِ‫ظ َر َّنِ ِإلَىِ َماَِِي ْنفَعُك‬
manfaat bagimu.
Pengertian I’rab dalam Ilmu Nahwu
Pengertian I’rab
Para ulama’ Nahwu berbeda-beda dalam mendefinisikan i’rab. Tetapi dalam perbedaan pendapat tersebut antara
ulama’ satu dengaan yang lainnya mengarah ke pada satu tujuan dan maksud yang sama. Menurut Syekh Zaini
Dahlan dalam kitab Matan al-Jurumiyah menjelaskan, bahwa i’rab adalah perubahan keadaan akhir kata karena
perbedaan beberapa amil (penyebab perubahan akhir kata) yang menyertainya, baik secara lafal maupun
perkiraan.[1]

Sedangkan menurut pendapat Musthafa al-Ghalayain dan Ahmad al-Hasyimi. Mereka menyatakan bahwa i’rab
adalah perubahan akhir kata karena perbedaan amil-amil yang masuk pada kata yang dimaksud. Dari pengertian
tersebut, kita dapat memahami bahwa segala sesuatu yang berubah karena suatu amil maka disebut mu’ra.[2]

Di dalam buku Ilmu Nahwu Terjemahan Matan al-Jurumiyah dan ‘Imrithy di jelaaskan, bahwa I’rab adalah;

‫تقديرا او لفظا عليها الدّاخلة العوامل الختالف الكلم اواخر تغيير هو االعراب‬

“I’rab ialah perubahan akhir kalimat karena perbedaan amil yang memasukinya, baik secara lafazh ataupun secara
perkiraan.

Maksudnya; I’rab itu mengubah syakal (harakat) tiap-tiap akhir kalimat disesuaikan dengan fungsi amil yang
memasukinya, baik perubahan itu tampak jelas lafazhnya atau hanya secara diperkirakan saja keberadaannya.

Contoh perubahan secara lafadz;

‫زَ يْد جَا َء‬ = Zaid telah datang

‫ = زَ يدًا َراَيْت‬Aku telah melihat Zaid

‫بِزَ يْد َم َر ْرت‬ = Aku telaah bertemu dengan Zaid

‫يَض ِْرب‬ = Dia memukul

‫ب لَ ْن‬
َ ‫َيض ِْر‬ = Dia tidak akan dapat memukul

‫يَض ِْر ْب لَ ْم‬ = Dia tidak memukul

Contoh perubahan secara diperkirakan keberadaan;

‫َي ْخشَى‬ = Dia merasa takut.

‫ش لَ ْن‬
َ ‫يَ ْخ‬ = Dia tidak akan merasa takut.

‫يَ ْخشَى لَ ْم‬ = Dia tidak merasa takut.

‫ا ْلفَت َى جَا َء‬ = Telah datang seorang pemuda.

‫ا ْلفَت َى َراَيْت‬ = Aku telah melihat seorang pemuda.

‫بِا ْلفَت َى َم َر ْرت‬ = Aku telah bertemu dengan seorang pemuda.

‫علم لعامل لفظا او تقديرا * الكلم اخر تغيير اعرابهم‬

“I’rab Menurut mereka (Ahli Nahwu) ialah perubahan akhir kalimat, baik secara perkiraan maupun secara lafadz,
karena ada amil masuk yang dapat diketahui keberadaannya
Pembagian I’rab
“I’rab itu terbagi menjadi empat macam, yaitu i’rab rafa’, i’rab nasab, i’rab nasab, i’rab
khaffadz (jer), i’rab jazem.

Di antara contoh dari i’rab-i’rab tersebut ialah, sebagai berikut;

1. I’rab Rafa’, seperti; ‫َزيْد قَائِم‬

2. I’rab Nasab, seperti; ‫َراَيْت َز ْيدًا‬

3. I’rab Khafadh (jer), seperti; ‫َم َر ْرت بِ َزيْد‬

ْ ‫لَ ْم َي‬
4. I’rab Jazem, seperti; ‫ض ِر ْب‬

anda-tanda i’rab rafa’

Adapun ciri atau tanda dari i’rab rafa’ adalah, sebagai berikut;

1. Harakat Dhammah
Harakat dhammah menjadi ciri i’rab rafa’ terdapat di empat tempat, yaitu;

 isim mufrad, yaitu kata bend yang menunjukkan makna tunggal. Contoh;

ٍَ‫قَ َرٍأ ٍَ ُم َح َّمدٍٍالقرأن‬

 jamak taksir yaitu lafadz yang menunjukkan arti banyak dan tidak terikt pada objek
perempuan maupun laki-laki. Biasanya, bentuk ini merupakan sistem sima’i dari penutur
aslinya (orang-orang Arab). Jamak taksir juga dapat dimaknai suatu lafadz yang
menunjukkan arti banyak yang bentuk lafadznya berubah dari bentuk tunggalnya.
Misalnya; ‫ طلب‬menjadi ‫ طالب‬, contoh;

ٍ‫جاءٍالطَلبٍفيٍالمدرس ِة‬

 jamak mu’annast salim, yatu lafadz yang menunjukkan makna jamak (banyak) yang
dikhususkan pada objek perempuan. Dan biasanya di aakhiri dengan huruf alif dan ta’.
Contoh;

ٍ‫جائتٍٍْالمسلماتٍٍُفيٍالمسج ِد‬

 dan fi’il mudhari’ yang tidak bertemu dengan dhamir sya’an atau huruf ‘ilat yakni alif
tatsniyah, wawu jamak, dan yak mu’annast mukhtatabah). Contoh;[2]

ٍ‫ٍالىٍالسوق‬
ِ ‫يذهبٍفَلن‬
ٍُ
2. Huruf Wawu
Huruf wawu menjadi tanda atau ciri i’rab rafa’ pada hakikatnya adalah sebagai pengganti dari
tanda dhammah.Tanda wawu sebagai ciri dari i’rab rafa’ bertempat di dua tempat, yaitu;

1. Jamak mudzakar salim, yaitu suatu kata yang menunjukkan makna jamak yang
dikhusukan pada objek laki-laki, dan biasanya di akhiri dengan huruf wawu dan nun ( ‫و‬
‫ )ن‬pada tingkah rafa’ dan di akhiri ya’ dan nun (‫ )ين‬pada tingkah nasab dan jer. Contoh;

‫اولئكٍهمٍالمفلحون‬

2. Asma’ul khamsah, yaitu isim-isim lima yakni (‫ ذو‬،‫ فو‬،‫ حم‬،‫ اخ‬،‫)اب‬. Contoh;[3]

.‫ٍذُ ْوٍ َمال‬، َ‫ٍفُ ْوك‬، َ‫ٍ َح ُم ْوك‬، َ‫ٍا َ ُخ ْوك‬، َ‫جَا َءٍاَبُ ْوك‬

3. Huruf Alif
Huruf alif menjadi ciri atau tanda i’rab rafa’ pada hakikatnya sebagai pengganti dari tanda
harakat dhammah. Huruf alif sebagai tanda i’rab rafa’ bertempat di satu tempat, yaitu isim
tatsniyah.

Isim tatsniyah adalah suatu kata benda yang menunjukkan makna dua. Isim tatssniyah biasanya
di akhiri dengan huruf alif dan nun (‫ )أ ن‬ketika rafa’, dan di akhiri ya’ dan nun (‫ )ين‬ketikaa
tingkah nasab dan jer. Contoh;[4]

‫احمدٍوحسنٍٍطالبانٍجديدان‬
ِ
4. Huruf Nun
Nun menjadi tanda bagi i’rab rafa’ itu bertempat pada fi’il mudhari’ yang bertemu dengan;

1. Dhamir tastniyah, contoh;

‫ تفعالن‬،‫يفعالن‬

2. Dhamir jamak, contoh;

‫ تفعلون‬،‫يفعلون‬

3. Dhamir muannas mukhatabah, contoh;[5]

‫تفعلين‬
Bab 4
Pengertian Kalimat Fiil Madhi Serta Contohnya
Kalimat Fiil Madhi
– Bentuk kalimat fiil berdasarkan waktunya dibedakan ke dalam 3 kategori waktu, yaitu fiil
madhi, mudhari dan amar. Pada tulisan ini kita akan belajar mengenai bantuk fiil berdasarkan
waktunya yang pertama yaitu fiil madhi. Sebelum memahami kedua bentuk fiil selanjutnya, kita
hendaknya memahami apa itu yang dimaksud dengan fiil madhi, bagaimana pengunaannya
dalam bahasa arab dan bagaimana contoh-contohnya supaya kita lebih mudah untuk
memahaminya. Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya :

Materi Bahasa Arab Tentang Fiil Atau Kata Kerja


Pengertian kalimat fiil madhi secara bahasa adalah “kata kerja yang lampau”, maksudnya adalah
sebuah kata kerja yang menunjukan masa lampau. Pengertian fiil madhi secara bahasa ini sejalan
dengan pengertiannya menurut istilah ilmu nahwu dalam bentuk bahasa arab yaitu :
َ َ‫ضىِ َوا ْنق‬
‫ضى‬ َ ‫حدَثِِ َم‬ َِّ َ‫َماِد‬
َِ ِ‫لِ َعلى‬
Artinya : Lafadz yang menunjukan kejadian di masa lampau.
Jadi, setiap kejadian yang terjadi di masa lampau maka itulah yang dimaksud dengan fiil madhi.
Misalnya :
َ ‫قَ َرأْت ال ِكت‬
‫َاب‬
“saya membaca buku”
Kata “‫ ”قرأ‬pada kalimat di atas termasuk kalimat fiil madhi karena kegiatan membacanya
dilakukan pada masa yang sudah lewat dan sekarang sudah tidak sedang membaca lagi, jika
kegiatan membaca itu sedang terjadi maka namanya bukan fiil madhi akan tetapi fiil mudhari
(untuk penjelasan fiil mudhari akan kita bahas pada tulisan selanjutnya).
Lalu, Bagaimana caranya supaya kita mengetahui apakah itu fiil madhi atau fiil mudhari? ini
adalah salah satu pertanyaan yang penting dan banyak ditanyakan oleh teman-teman saya ketika
hendak belajar bahasa arab. Ada dua hal yang bisa kita lakukan untuk mengetahui apakah itu fiil
madhi atau fiil mudhari, yaitu :
Pertama, dengan mengetahui artinya berdasarkan konteks sebelumnya (siyaqul kalam).
Kedua, dilihat dari bentuk wazannya. Karena setiap kalimat fiil memiliki bentuk wazan masing-
masing yang berbeda-beda, akan tetapi untuk mengetahui bentuk wazan tersebut kita harus
mempelajari ilmu sharaf (insyaallah akan kita bahas pada tulisan selanjutnya).
A . Fi'il Tsulatsi Mujarrad

‫المجرد الثالثي الفعل‬

Fi'il Tsulatsi Mujarrod ‫ مجرد ثالثي فعل‬yaitu fi'il yang huruf-huruf asli pada fi'il madhi-nya terdiri
dari tiga huruf, dan tidak mendapatkan tambahan huruf apapun.

Contoh :

َ ‫د َ َعا – َمشَى – َع ِل َم – ذَه‬


َ‫َب – َحسن‬

Pola-pola/ wazan fi'il mujarrod tsulatsi / ‫! ثالثي مجرد فعل‬

Ada enam wazan. Perhatikan wazan/pola-pola berikut ini!

Pola Wazan Contoh Nama Pola

I ‫ فَعَ َل‬- ‫علْْيَف‬ َ َ‫ ن‬- ‫يَ ْنصر‬


‫ص َر‬ ‫ضم فَتْح‬
َ

II ‫ فَعَ َل‬- ‫ِعلْْيَف‬ ‫ب‬


َ ‫ض َر‬
َ - ‫ض ِرب‬
ْ َ‫ي‬ ‫َكسْر فَتْح‬

III ‫ فَعَ َل‬- ‫َعلْْيَف‬ ‫ فَت َ َح‬- ‫يَ ْفت َح‬ ِ ‫فَتْ َحت‬
‫َان‬

IV ‫ فَ ِع َل‬- ‫َعلْْ َيف‬ ‫ َع ِل َم‬- ‫َي ْعلَم‬ ‫فَتْح َكسْر‬

V ‫ فَع َل‬- ‫علْْ َيف‬ َ‫ َحسن‬- ‫َيحْ سن‬ ‫ضم‬


َ ‫ضم‬
َ

VI ‫ فَ ِع َل‬- ‫ِعلْْيَف‬ ‫ِب‬


َ ‫ َحس‬- ‫يَحْ ِسب‬ ِ ‫َكس َْرت‬
‫َان‬

Keterangan :
Penyebutan nama pola didasarkan pada harakat ain fi'il madhi dan ain fi'il mudharinya.

Contoh wazan I yaitu kaidah ‫ فتح‬- ‫! ضم‬

No Wazan Contoh Arti

1 َ‫يَ ْقعد – قَعَد‬ Duduk

2 َ‫ أ َ َخذ‬- ‫يَأْخذ‬ Mengambil

3 ‫ فَعَ َل‬- ‫ْفعل َْي‬ ‫ قَا َل‬- ‫يَق ْول‬ Berkata

4 ‫ غَزَ ا‬- ‫يَ ْغزو‬ Berperang

5 ‫َيـمر – َمـر‬ Melewati

Contoh wazan II yaitu kaidah ‫ فَتْح‬- ‫سر‬


ْ ‫! َك‬

No Wazan Contoh Arti

1 ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ – ‫يَض ِْرب‬ Memukul

2 َ‫ َو َعد‬- ‫يَ ِعد‬ Berjanji

3 ‫ فَعَ َل‬- ‫ْف ِعل َْي‬ ‫ار‬


َ ‫س‬َ - ‫يَ ِسيْر‬ Berjalan

4 ‫ َوقَى‬- ‫يَ ِقي‬ Menjaga

5 ‫يَأ ْ ِوي – أ َ َوى‬ Berlindung


6 ‫ أَت َى‬- ‫َيأ ْ ِتي‬ Datang

7 ‫ خَف‬- ‫َي ِخف‬ Ringan

Keterangan :

- Apabila fa fi'ilnya hamzah atau wawu, maka kebanyakan menggunakan wazan II diatas.

- Fi'il-fi'il mudhoaf yang pasif/lazim biasanya menggunakan wazan II ini.

Contoh wazan III yaitu kaidah ‫! فتحتان‬

No Wazan Contoh Arti

1 َ ‫يَذْهَب – ذَه‬
‫َب‬ Duduk

2 ِ‫ض ُع‬
َ َ‫ِي‬-ِ‫ض َع‬
َ ‫ َو‬Meletakkan

3 ‫ فَعَ َل‬- ‫ْفعَل َْي‬ ‫َي ْيفَع – يَفَ َع‬ Mendaki

4 ِ‫سأ َ ُل‬
ِْ َ‫ِي‬-َِ‫سأَل‬
َ Bertanya

5 َ ‫َي ْق َرأ – قَ َرأ‬ Melewati

Keterangan :
Untuk pola ini biasa terdiri dari fi'il-fi'il yang ain atau lam fi'ilnya adalah huruf-huruf
halqi ( ‫ خ– ح‬- ‫ غ – ع – ء‬- ‫) ه‬, sedangkan kalaupun ada selain dari itu, hal itu jarang sekali.

Ø Berikan contoh wazan IV yaitu kaidah ‫ فتح‬- ‫! كسر‬

No Wazan Contoh Arti

1 ‫يَ ْف َرح – فَ ِر َح‬ Gembira

2 َ ‫ قَ ِو‬- ‫يَ ْق َوى‬


‫ي‬ Kuat

3 َ‫ َح ِزن‬- ‫يَحْ زَ ن‬ Kering

4 ‫َاف‬
َ ‫ خ‬- ‫َيخَاف‬ Takut

‫ فَ ِع َل‬- ‫ْفعَل َْي‬ Menjadi buta


5 ‫يَ ْع َور – َع ِو َر‬
sebelah mata

Menjadi
6 َ - ‫يَ ْشبَع‬
‫شبِ َع‬
kenyang

7 ‫ش‬ َ ‫َي ْع‬


َ ‫ َع ِط‬- ‫طش‬ Haus

8 َ‫س ِود‬
َ - ‫يَس َْود‬ Menghitam

Keterangan :

- Untuk pola ini biasa terdiri dari fi'il-fi'il yang menunjuk rasa senang atau lawannya, penuh
atau kosong, warna, sesuatu yang cela, ciptaan yang tampak.

- Fi'il dengan pola ini lebih banyak yang bermakna lazim (pasif) daripada muta'addi
(aktif).

Contoh wazan V yaitu kaidah ‫ضم‬


َ – ‫ضم‬
َ
No Wazan Contoh Arti

1 َ ‫َي ْشرف – شَر‬


‫ف‬ Mulia

2 َ‫ يَمن‬- ‫َييْمن‬ Beruntung

3 ‫يَأْسل – أَس َل‬ Lemas

4 ‫َي ْكبر – كَب َر‬ Besar


‫ فَع َل‬- ‫ْفعل َْي‬
5 ‫صغ َر‬
َ – ‫صغر‬
ْ َ‫ي‬ Kecil

6 ‫يَ ْلؤم – لَؤ َم‬ Hina

7 ‫َي ْقبح – قَب َح‬ Buruk

8 َ‫ َحسن‬- ‫َيحْ سن‬ Baik

Keterangan :

- Untuk pola ini biasanya terdiri dari fi'il-fi'il yang menunjuk sifat, tabiat, prilaku.

Contoh wazan VI yaitu kaidah ‫!كسرتان‬

No Wazan Contoh Arti

1 ‫ِب‬
َ ‫يَحْ سِب – َحس‬ Mengira

2 ‫ فَ ِع َل‬- ‫ْف ِعل َْي‬ ‫َي ِرم – َو ِر َم‬ Bengkak

3 َ‫ َو ِمق‬- ‫َي ِمق‬ Mencintai


B. Fi’il Mujarrad Ruba’i

Fi’il mujarrad ruba’i mempunyai satu wazan, yaitu ‫فَ ْعلَ َل‬.

Contoh:

َ ‫زَ ْلزَ َل – دَ ْه َو َر – َب ْعثَ َر – َوس َْو‬


‫س – ت َْر َج َم‬

Ketika mudhari’ huruf mudhara’ahnya selalu didhammah dan huruf sebelum terakhir dikasrah.

Contoh:

‫يدَ ْه ِور – ي َب ْعثِر – ي َو ْس ِوس – يت َْر ِجم‬

Fi’il Mazid

Fi’il mazid adalah setiap fi’il yang ditambahkan kepada huruf-huruf aslinya satu huruf atau lebih.

Contoh:

‫صدقَ – قَاتَ َل‬ َ ‫تَقَا‬


َ – َ‫ضى – اِجْ تَاز‬

Huruf tambahan adalah salah satu dari huruf-huruf berikut:

‫سأ َ ْلتموني َها‬


َ

atau dari jenis ‘ain atau lam fi’il.

Contoh:

‫ اِ ْستَ ْعلَ َم‬: (Asal fi’ilnya ‫ َع ِل َم‬, disandarkan padanya huruf-huruf dari ‫سأ َ ْلتموني َها‬
َ )

‫ َحر َم‬: (Asal fi’ilnya ‫ َحر َم‬, disandarkan padanya satu huruf dari jenis ‘ain fi’il)

‫صفَر‬ َ , disandarkan padanya salah satu huruf dari ‫سأ َ ْلتموني َها‬
ْ ِ‫ ا‬: (Asal fi’ilnya ‫ص ِف َر‬ َ dan satu huruf dari
jenis lam fi’il)

Tsulatsi Mazid

Fi’il tsulatsi bisa ditambahkan satu, dua atau tiga huruf.

– Tambahan satu huruf ada 3 wazan, yaitu:

‫أَ ْفعَ َل‬

Contoh:

‫سنَ – أَ ْك َر َم‬
َ ْ‫أَ ْشعَ َل – أَح‬
‫فَا َع َل‬

‫‪Contoh:‬‬

‫اردَ – شَا َهدَ‬


‫ط َ‬‫سا َم َح – َ‬
‫َ‬

‫فَع َل‬

‫‪Contoh:‬‬

‫َعل َم – كَر َم – قَد َم‬

‫‪– Tambahan dua huruf ada 3 wazan, yaitu:‬‬

‫اِ ْنفَعَ َل‬

‫‪Contoh:‬‬

‫طلَقَ‬
‫ف – اِ ْن َ‬ ‫اِ ْندَفَ َع – اِ ْن َ‬
‫ص َر َ‬

‫اِ ْفتَعَ َل‬

‫‪Contoh:‬‬

‫ص َر – اِ ْقت ََر َ‬
‫ب – اِجْ تَ َم َع‬ ‫اِ ْنتَ َ‬

‫اِ ْف َعل‬

‫‪Contoh:‬‬

‫اِحْ َمر‬

‫ا ِْخ َ‬
‫ضر‬

‫اِع َْوج‬

‫تَفَعلَ‬

‫‪Contoh:‬‬

‫ب – تَقَد َم‬
‫تَعَل َم – تَقَر َ‬

‫تَفَا َع َل‬

‫‪Contoh:‬‬

‫ارى – تَبَا َعدَ‬


‫اركَ – تَبَ َ‬
‫تَدَ َ‬

‫‪– Tambahan tiga huruf ada 3 wazan, yaitu:‬‬


‫اِ ْستَ ْف َع َل‬

Contoh:

‫اِ ْستَ ْغفَ َر‬

َ‫اِ ْستَ ْقبَل‬

‫اِ ْست َْخ َر َج‬

‫اِ ْستَ َحم‬

‫اِ ْفعَ ْو َع َل‬

Contoh:

َ‫اِ ْغ َر ْو َرق‬

َ‫ا ِْخش َْوشَن‬

‫اِ ْفعَال‬

Contoh:

‫صفَار – ا ِْخضار – اِحْ َمار‬


ْ ِ‫ا‬

2. Ruba’i Mazid

Fi’il ruba’i bisa ditambahkan satu huruf atau dua huruf dan fi’il mazid tidak lebih dari 6 huruf.[1]

– Tambahan satu huruf ada satu wazan, yaitu:

‫تَفَ ْعلَ َل‬

Contoh:

‫تَدَ ْه َر َج – تَدَ ْه َو َر – تَبَ ْعثَ َر‬

‫اِ ْف َعلَل‬

Contoh:
ْ ‫ا‬
َ ‫ِط َمأَن – اِ ْق‬
‫ش َعر‬

‫اِ ْفعَ ْنلَ َل‬

Contoh:

‫اِ ْف َر ْنقَ َع‬


(Bermakna َ‫)تَفَرق‬

‫اِحْ َر ْن َج َم‬

(Bermakna ‫)تَ َجم َع‬

C. Fi’il Tsulatsi Mazid:


Ada yang ditambah satu huruf, seperti ‫( أ َ ْف َع َل‬dengan ditambahi huruf Hamzah’ didepan Fa’ Fi’il).
‫( َفا َع َل‬ada tambahan Alif diantara Fa’ Fi’il dan ‘Ain Fi’il). ‫( فَع َل‬ada tambahan ‘Ain, menjadi
double ‘Ain). Maka disebut Fi’il Tsulatsi Mazid Ruba’i
Ada yang ditambah dua huruf, seperti ‫( تَفَا َع َل‬tambahan Ta’ sebelum Fa’ Fi’il dan Alif diantara Fa’
Fi’il dan ‘Ain Fi’il). ‫( ا ْن َفعَ َل‬tambahan Alif dan Nun sebelum Fa’ Fi’il). ‫( ت َ َفع َل‬tambahan Ta’ sebelum
Fa’ Fi’il dan Double ‘Ain). ‫( ا ْفت َ َع َل‬tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan Ta’ diantara Fa’ Fi’il dan
‘Ain Fi’il). ‫( ا ْف َعل‬tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan Double Lam). Maka disebut Fi’il Tsulatsi
Mazid Khumasi
Ada yang ditambah hingga tiga huruf, seperti: ‫( ا ْست َ ْفعَ َل‬ditambah Alif, Sin dan Ta’ sebelum Fa’
Fi’il). ‫( ا ْفعَال‬ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Alif sebelum ‘Ain Fi’il dan Double Lam). ‫ا ْفعَ ْو َع َل‬
(ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Wau sebelum ‘Ain Fiil dan ‘Ain sebelum Lam Fi’il). ‫ا ْفعَ ْن َل َل‬
(ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Nun sebelum Lam Fi’il dan Lam sesudah Lam Fi’il). ‫ا ْف َع ْن َلى‬
(ditambah Alif sebelum Fa’ Fi’il, Nun sebelum Lam Fi’il dan Alif Layyinah sesudah Lam Fi’il).
‫( ا ْفعَو َل‬tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il, Dua Wau sebelum Lam Fi’il). Maka disebut Fi’il
Tsulatsi Mazid Sudasi
Untuk lebih mudahnya kita lihat wazan-wazan tabel berikut:

WAZAN MAUZUN

‫أ َ ْفعَ ٍَلٍٍيُ ْف ِعلٍُإ ْف َعا ٍلا‬ ‫أَك َْرمٍٍيُك ِْرمٍإكْرامٍا ا‬

ٍ ‫فَعّ ٍَلٍٍيُفَ ِ ّعلٍُت َ ْفعي‬


‫َلا‬ ٍَ ‫فَ َّر‬
‫حٍٍيُفَ ِ ّرحٍُتَ ْف ِريحٍا ا‬

‫علَةاٍوفِ ٍَعا ٍلاٍوفٍِ ْي َعا ٍلا‬ َ ‫فَا‬


َ ‫ع ٍَلٍيُفَا ِعلٍُ ُم َفا‬ ٍ‫قَات َ ٍَلٍيُقَاتِلٍُ ُم َقاتَلَةاٍوقٍِت َا ٍلاٍوقِ ْيتَالا‬

‫ا ْنفَعَ ٍَلٍيٍَ ْنفَ ِعلٍُا ْن ِفعَا ٍلا‬ ‫ارٍاا‬ َ ‫س ٍَرٍيَ ْن َكس ُِرٍا ْن ِك‬
ٍَ ‫س‬ َ ‫ا ْن َك‬

ٍ‫ا ْفتَعَ ٍَلٍيٍَ ْفتَ ِعلٍُا ْفتِعَالا‬ ‫عٍا ا‬


ٍَ ‫اجْ ت َ َم ٍَعٍيَجْ ت َ ِم ُعٍاجْ تِ َما‬
D. Fi’il Ruba’i Mazid:
Ada yang ditambah satu huruf, seperti ‫( ت َ َف ْع َل َل‬dengan ditambahi Ta’ didepan Fa’ Fi’il).
Disebut Fi’il Ruba’i Mazid Khumasi
Ada yang ditambah dua huruf, seperti ‫( ا ْفعَ ْنلَ َل‬tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan Nun diantara
‘Ain Fi’il dan Lam Fi’il pertama). ‫( افعَلَل‬tambahan Alif sebelum Fa’ Fi’il dan Double Lam pada
Lam Fi’il kedua). Disebut Fi’il Ruba’i Mazid Sudasi.
Wazan Fiil Ruba’i Mazid ada 3 Bab, sebagaimana tabel berikut:

WAZAN MAUZUN

ٍ ُ‫تَفَ ْعلَ ٍَلٍيَتَفَ ْعلَلٍُتَفَ ْعل‬


‫َلا‬ ‫َحْر َجٍا ا‬
ُ ‫َحْرجٍُتَد‬
َ ‫جٍيَتَد‬ َ ‫تَد‬
ٍَ ‫َحْر‬

‫ا ْفعَ ْنلَ ٍَلٍيَ ْفعَ ْن ِللٍا ْف ِع ْنَل ٍلا‬ ‫ٍاحْر ْنجَا َمٍا ا‬
ِ ‫حْر ْن َج ُم‬
َ َ‫احْر ْن َج ٍَمٍي‬
َ

ٍ‫اف َعلَ ٍَّلٍ َي ْف َع ِللٍُّا ْف ِعَللا‬ ِ ‫ش ِع ُّرٍا ْق‬


‫ش ْع َر َارٍاا‬ َ ‫ا ْق‬
َ ‫ش َع ٍَّرٍ َي ْق‬

E. MACAM-MACAM BINA’

1.Bina’ Shahih

Bina’ Shahih adalah setiap kalimah yang fa’ fi’il, ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya bukan terdiri dari
Huruf Illat ( ‫) ي – ا – و‬, bukan Huruf Hamzah ( ‫) ﺀ‬, juga ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya bukan huruf
kembar. Contoh:

‫َحَتَف – َبَرَض – َ َرصَن‬

Pengertian huruf-huruf tersebut diukur dan wazan fi’ilnya. Apabila kalimah tsb tergolong Fi’il
Tsulatsi, maka tersusun dari Fa’ Fiil, Ain Fiil dan Lam Fiil. Sedangkan golongan Fi’il Ruba’i,
tersusun dari Fa’ Fiil, Ain Fiil, Lam Fiil Pertama dan Lam Fiil Kedua.

2. Bina’ Mudha’af

Bina’ Mudha’af adalah Kalimah yang A’in fi’il dan Lam fi’ilnya terdiri dari huruf kembar.
Contoh:

‫َلَد – َرَق – َدَم‬

Adapun Mudho’af untuk Fi’il Ruba’iy adalah Kalimah yang Fa’ fiil dan Lam fi’il pertama terdiri
dari huruf kembar dan Ain fi’il dan Lam fi’il kedua juga terdiri dari huruf sama kembar. contoh:

‫ﻃأَﻃ – َسَوْسَو – َلَ ْقلَق‬


ْ َ‫َأ‬
Demikian ini, di dalam Ilmu Tashrif ada Kalimah semisal contoh ‫ َحَرَف‬tidak dinamakan Bina’
Mudha’af sekalipun dua huruf yang sama berkumpul, karena huruf yang kedua adalah huruf
zaidah/tambahan. Jadi dapat disimpulkan: untuk menentukan Bentuk Bina’ pada tiap Kalimah,
harus dilihat dari sebelum ada huruf tambahan. sebagimana lafadz ‫ َحَرَف‬sebelum adanya
tambahan asal bentuknya adalah ‫َحَرَف‬

3. Bina’ Mahmuz

Bina’ Mahmuz artinya: Kalimah yang asal huruf-hurufnya ada Huruf Hamzah. Apabila posisi
Huruf Hamzah menempati Fa’ Fi’il, maka dinamakan Bina’ Mahmuz Fa’ . Contoh:

‫لمَأ‬
َ َ

Apabila Huruf Hamzah berada pada ‘Ain Fi’il, dinamakan Bina’ Mahmuz ‘Ain . Contoh :

‫َلَأَس‬

Apabila Huruf Hamzah menempat posisi Lam Fi’il, maka disebut Bina’ Mahmuz Lam . Contoh :

‫َأَرَق‬

Perlu diingat :

1. Pengertian Huruf Hamzah, termasuk juga Alif yang mempunyai Harakah/syakal. Artinya,
setiap Alif yang diberi Harakat, menurut Ahli Nahwu juga dinamakan Hamzah.

2. Bentuk Bina’ pada Fi’il Ruba’i (Kalimah Asal empat huruf), hanya ada dua bentuk Bina’,
yaitu Bina’ Shahih dan Bina’ Mudho’af.

4. Bina’ Mitsal

Bentuk Kalimah Bina’ Mitsal adalah Kalimah yang fa’ fiilnya berupa Huruf ‘Illat. Apabila Huruf
‘Illat-nya berupa huruf wau ( ‫ ) و‬maka dinamakan:

Bina’ Mitsal Wawi. contoh:

‫َلِجَو – َعَضَو – َدَعَو‬

Apabila fa’ fi’ilnya berupa huruf illat Ya’ ( ‫) ي‬, maka dinamakan:

Bina’ Misal Ya-i . contoh:

‫عَفَي – َﺲِبَي – َرَسَي‬


5. Bina’ Ajwaf

Pengertian Kalimah bentuk Bina’ Ajwaf adalah Kalimah yang ‘Ain Fiil nya berupa huruf ‘illah.
Bilamana pada Ain Fi’ilnya berupa Harf ‘Illah Wau ( ‫ ) و‬maka dinamakan:

Bina Ajwaf wawiy contohnya:

‫َفاَخ – َلاَق – َناَص‬

ِِْْAsal bentuk huruf nya adalah ‫خوف – قول – صون‬

Bilamana Huruf Ain Fi’ilnya berupa Harf ‘Illah ya’ ( ‫) ي‬, maka disebut:

Bina’ Ajwaf Yaiy contohnya:

‫َعاَب – َباَه – َراَس‬

Asal bentuk huruf nya adalah ‫بيع – هيب – سير‬.

6. Bina’ Naqish

Macam-macam Kalimah Bina’ Naqis adalah: Apabila Lam Fi’il nya berupa huruf illah. Jika
huruf illat nya wau, dinamakan Bina’ Naqish Wawi contoh

‫اَجَر – َورَس – اَزَغ‬

Asal bentuknya: ‫رجو – غزو‬

Dan bilamana Huruf Illat nya dari Huruf Ya’, disebut Bina’ Nakis Ya’i contohnya:

‫يضَر – ىَمَر – ىَرَس‬


ِ َ

Asal bentuk nya ‫رمي – سري‬

7. Bina’ Lafif

Apa itu Kalimah Bina’ Lafif? Bina Lafif adalah setiap Kalimah yang kedua huruf nya terdiri dari
huruf ‘illah. Dua huruf illat tersebut, bilamana menempati pada Fa’ fiil dan Lam fi’il, dinamakan
Bina’ Lafif Mafruq contoh nya :

‫ىَلَو – َيِجَو – ىَقَو‬

ِْAslnya : ‫ولي – وقي‬

Apabila kedua huruf illah itu menempati pada ‘Ain fiil dan Lam fiil, disebut Bina’ Lafif Maqrun
contohnya

‫يوَق – ىَوَش‬
ِ َ – ‫ َيِوَر‬Bentuk asal : ‫شوي‬
BAB 5

MARFU’ATUL ASMA’

ISIM – ISIM YANG DIBACA RAFA’

Kalimat yang dibaca rafa’ ada 7, yakni:


1. Fail (‫)فاعل‬, contoh: ‫زيد قام‬
2. Naibul Fail (Pengganti Fail) (‫ )الفاعل نائب‬contoh: ‫ب‬
َ ‫)عمرا زيد ضرب( عمرو ض ِر‬
3. Mubtada’ (‫ )مبتداء‬contoh : ‫قائم زيد‬
4. Khobar ‫قائم زيد‬,(‫ )خبر‬,
5. Isimnya ‫كان قلئما زيد كان‬
6. Khobarnya ‫إن قائم زيدا إن‬
7. Tabi’ 4
‫العاقل زيد جاء‬- (‫)نعت‬
‫عمرو و زيد جاء‬- (‫)عطف‬
‫نفسه زيد جاء‬- (‫)توكيد‬
‫ثلثه الوغيف اكلت‬- (‫)بدل‬
1. Fail asdalah kalimat isim yang dibaca rafa yang jatuh setelah fiil (pelaku pekerjaan
(subjek))‫ َع ْم ًرا زَ يْد‬. ‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ
Fiil yang mempunyai fail dinamakan fiil yang mabni fail
2. Naibul Fail (Pengganti) Fail adalah Maf’ul bih atau yang lainnya yang menempati tempatnya
fail yang dibuang dan diberi hukum2nya fail.
Fiil yang mempunyai naibul fail dinamakan fiil mabni maf’ul.
Cara membuat fiil mabni fail menjadi mabni maf’ul:
- Fiil Madhi yakni dengan membaca dzummah huruf awalnya dan membaca kasroh huruf
sebelum ahir. (‫)األخير قبل ما كسر و اوله ضم‬
‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ menjadi ‫ب‬
َ ‫ض ِر‬
- Fiil Mudhori’ yakni dengan membaca dzummah awalnya dan membaca fathah huruf sebelum
ahir. (‫) األخير قبل ما فتح و اوله ضم‬
‫ يَض ِْرب‬menjadi ‫يض َْرب‬
3. Mubtada’ yakni kalimat isim yang dibaca rafa yang sepi dari amil lafdhi. ‫قَائِم زَ يْد‬
Dan yang merafa’kan mubtada disebut dengan amil ma’nawi ibtida’.
4. Khobar yakni kalimat isim yang dibaca rafa’ yang jatuh setelah mubtada’
5. Isimnya ‫كان‬dan saudara – saudara nya.
‫ كان‬merupakan amil nawasih sughro yakni amil yang merusak tarkib mubtada’ dan khobar.
Jadi pengamalan‫ كان‬adalah merubah status mubtada’ menjadi isimnya ‫ كان‬yang dibaca rafa, dan
merubah status khobar menjadi khobarnya ‫ كان‬yang dibaca Nasob (tarfa’ul isma wa tansibul
khobar). ‫ قَائِم زَ يْد‬menjadi ‫كان قَائِما زَ يْد‬
6. Khobarnya ‫ إن‬sama dengan ‫ كان‬yang juga merupakan amil nawasih sughro. Tapi berbeda
dengan dengan ‫ كان‬pengamalan ‫ إن‬sebaliknya yakni menasobkan isimnya dan merafa’kan
khobarnya. (tansibul Isma wa tarfaul khobar). ‫ َقائِم زَ يْد‬menjadi ‫إن قَائِم زَ يْدا‬
7. Tabi’ lil Marfu’ yakni kalimat – kalimat isim yang dibaca rafa’ karena mengikuti matbuknya
yang juga dibaca rafa’
a. Na’at (‫ )نعت‬artinya “Kang“ merupakan sifat. ‫العاقل زيد جاء‬
Naat adalah kalimat isim yang dibaca rafa’ yang mengikuti man’utnya yang juga dibaca rafa’
Lafadz ‫ العاقل‬dibaca rafa’ sebagai naat yang mengikuti man’utnya lafadz ‫زيد‬
b. Athof (‫)عطف‬
Athof adalah kalimat isim yang dibaca rafa’ karena mengikuti ma’thufnya yang dibaca rafa’,
dengan menggunakan perantara huruf athof yang jumlahnya ada 10

c. Taukid (‫)توكيد‬: yo
Taukid adalah kalimat isim yang dibaca rafa’ karena mengkuti muakkad yang dibaca
rafa’dengan kalimat tertentu. Yakni jumlahnya ada 4 :
‫أجمع‬,‫كل‬,‫عين‬,‫نَ ْفﺲ‬
‫نفسه زيد خاء‬
d. Badal (‫ )بدل‬: Rupane/ Suwijine
Badal adalah kalimat isim yang dibaca rafa’ karena mengikuti mubdal minhu yang dibaca
rafa’yang bertujuan untuk menerangkan mubdal minhu nya.jika, mubdal minhu berupa kalimat
isim maka badal juga harus berupa kalimat isim contoh : ‫اخوك زيد جاء‬
Dan jika mubdal minhu berupa kalimat fiil maka, badal juga harus kalimat fiil. Contoh : ‫بفعل ومن‬
‫العذاب له مضاعف اثاما يلف ذلك‬
BAB 6

Mashubatul Asma Isim Isim Yang Di Baca Nasab

Isim-isim yang marfu’ adalah isim-isim yang ber-i’rob rofa. Jama’ dari marfu’ adalah marfu’aat
Isim-isim yang manshub adalah isim-isim yang ber-i’rob nashob. Jama’ dari manshub adalah
manshubaat.
Isim-isim yang majrur adalah isim-isim yang ber-i’rob jar. Jama’ dari majrur adalah majruroot.

Misal

Pada kalimat ‫( المسج ِد في العربيةَ اللغةَ أَح َمد تـَعَـلـ َم‬ta’allama Ahmadu al-lughutal ‘arobiyyata fil
masjidi ) = Ahmad belajar bahasa arab di masjid.

Kata ‫ أَح َمد‬ber-I’rob rofa’ sebab sebagai subjek (fa’il) dengan tanda dhommah (diakhir katanya).
Karena ber-I’rob rofa’, maka kata kata ‫ أَح َمد‬tersebut dikatakan marfu’. Isim menjadi marfu’
dalam 6 keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai subjek (fa’il).

Kata َ‫ اللغة‬ber-I’rob nashob sebab sebagai objek (maf’ul bih) dengan tanda fathah. Karena ber-
I’rob nashob, maka kata kata َ‫ اللغة‬tersebut dikatakan manshub. Isim menjadi manshub dalam 11
keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai objek (maf’ul bih).

Kata ‫ المسج ِد‬ber-I’rob jar sebab didahului huruf jar (yaitu ‫ )في‬dengan tanda kasroh. Karena ber-
I’rob jar, maka kata kata ‫ المسج ِد‬tersebut dikatakan majrur. Isim menjadi majrur dalam 2 keadaan,
diantaranya “didahului huruf jar”.

Keadaan-keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi marfu’, manshub, atau majrur
Isim-isim yang marfu’

Suatu isim menjadi marfu’ dalam 7 keadaan:

1. Mubtada’ (‫)المبتدأ‬
Yaitu isim marfu’ yang terletak di awal kalimat.

Misal : ‫( جديد الكتاب‬Alkitaabu jadiidun) = Buku itu baru


Kata ‫ =( الكتاب‬buku) merupakan mubtada’, karena terletak di awal kalimat.
2. Khobar Mubtada’ (‫)الخبر‬
Yaitu yang menyempurnakan makna mubtada’.
Pada kalimat ‫ جديد الكتاب‬di atas, kata ‫ =( جديد‬baru) merupakan khobar, karena
menyempurnakan makna mubtada’

3. Isim kaana ( ‫ )كان اسم‬dan saudara-saudaranya


Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudara-saudaranya.

Misal : ‫( جديدًا الكتاب كان‬Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu baru.

Kata ‫ =( الكتاب‬buku) merupakan isim kaana, karena kata tersebut awalnya mubtada’,
setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim kaana”.

4. Khobar Inna (‫ )إن خبر‬dan saudara-saudaranya


Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh inna dan saudara-saudaranya.

Misal : ‫لكتاب إن‬


َ ‫( جديد ا‬inna al kitaaba jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.

Kata ‫ =( جديد‬baru) merupakan khobar inna, karena karena kata tersebut awalnya khobar
mubtada’, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi
“khobar inna”

5. Fa’il (‫)الفاعل‬
Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il lil ma’lum (setelah kata kerja aktif) dan
menunjukkan pada orang atau sesuatu yang melakukan perbuatan atau yang mensifati
perbuatan tersebut. Dengan kata lain, Fa’il = subjek.

Misal : ‫( رسالةً الطالب قـَرأ‬Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.

Kata ‫ =( الطالب‬siswa) merupakan fa’il, karena terletak setelah kata kerja aktif (yaitu
membaca), dan yang orang yang melakukan perbuatan (yang membaca adalah siswa),
jadi siswa itu sebagai subjek.

6. Naibul Fa’il (‫)الفاعل نائب‬


Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il mabni lil majhul (setelah kata kerja pasif) dan
menempati kedudukan fa’il setelah dihapusnya fa’il tersebut.
ْ ‫( الرسالة قـ ِر‬Quri’at ar-Risaalatu) = Surat itu telah dibaca.
Misal : ‫أت‬

Kata ‫ =( الرسالة‬surat) merupakan naibul fa’il, karena terletak setelah kata kerja pasif (yaitu
dibaca)

Isim-isim yang manshub

Suatu Isim menjadi manshub dalam 11 keadaan:

1. Khobar Kaana (‫)كان خبر‬


Yaitu setiap khobar mubtada’ yang dimasuki oleh kaana atau saudaranya.

Misal : ‫ ( جديدًا الكتاب كان‬Kaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu baru.

Kata ‫ =( جديدًا‬baru) merupakan khobar kaana, karena kata tersebut awalnya khobar
mubtada’, setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi
“khobar kaana”.

2. Isim Inna (‫)إن اسم‬


Yaitu setiap mubtada’ yang dimasuki oleh inna atau saudaranya.

Misal : ‫الكتاب إن‬


َ ‫( جديد‬inna al kitaabu jadiidun) = Sesungguhnya buku itu baru.

Kata ‫الكتاب‬
َ (= buku) merupakan isim inna, karena karena kata tersebut awalnya mubtada’,
setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim inna”

3. Maf’ul Bih (‫)به المفعول‬


Yaitu isim manshub yang menunjukkan pada orang atau sesuatu yang dikenai suatu
perbuatan. Dengan kata lain, maf’ul bih = objek.

Misal : ‫( رسالةً الطالب قـَرأ‬Qoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.

Kata ً‫ =( رسالة‬surat) merupakan maf’ul bih, karena yang dibaca adalah surat, jadi surat itu
sebagai objek (maf’ul bih).

4. Maf’ul Muthlaq ( ‫)المطلق المفعول‬


Yaitu isim manshub yang merupakan isim mashdar yang disebutkan untuk menekankan
perbuatan, atau menjelaskan jenis atau bilangannya.

Misal : ‫الدرس حفظت‬


َ ً ‫( حـِفظا‬hafizhtu ad darsa hifzhon) = Saya benar-benar menghafal
pelajaran.

Kata ً ‫( حـِفظا‬penghafalan) merupakan maf’ul muthlaq, karena merupakan isim masdar


yang berfungsi untuk menekankan perbuatan, bermakna “benar-benar menghafal”

5. Maf’ul Li ajlih ( ‫)ألجله المفعول‬


Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah fi’il untuk menjelaskan sebab terjadinya
perbuatan (merupakan jawaban dari “mengapa” perbuatan itu terjadi)

َ ‫( ِلمحمد إكراما ً علي َح‬hadhoro ‘Aliyyun ikrooman li Muhammadin) = Ali hadir


Misal : ‫ض َر‬
karena memuliakan Muhammad.

Kata ً ‫( إكراما‬penghormatan) merupakan maf’ul liajlih, karena menjelaskan sebab Ali hadir,
yaitu karena memuliakan ( ً ‫ )إكراما‬Muhammad.

6. Maf’ul Ma’ah ( ‫)معه المفعول‬


Yaitu isim manshub yang disebutkan setelah wawu yang maknanya bersama untuk
menunjukkan kebersamaan.

Misal : ‫( الطيور تغريدَ و استيقظت‬istaiqozhtu wa tagriida at-Thuyuuri) = Saya bangun


bersamaan dengan kicauan burung-burung.

Kata ‫=( تغري َد‬kicauan) merupakan maf’ul ma’ah, karena didahului oleh huruf wawu
ma’iyah, yang bermakna kebersamaan.

7. Maf’ul Fih ( ‫)فيه المفعول‬


Yaitu isim manshub yang disebutkan untuk menjelaskan zaman (waktu) atau tempat
terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari “kapan” atau “dimana” perbuatan
tersebut terjadi).

ْ
Misal : ‫سافرت‬ ‫( ليال الطائرة‬saafarot at-thooirotu lailan) = Pesawat itu mengudara di malam
hari.

Kata ‫ =( ليال‬malam hari) merupakan maf’ul fih, karena menjelaskan zaman (waktu).
8. Haal (‫)الحال‬
Yaitu isim nakiroh lagi manshub yang menjelaskan keadaan fa’il atau keadaan maf’ul bih
ketika terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari “bagaimana” terjadinya
perbuatan tersebut)

Misal : ‫( باكيا الولد جاء‬jaa-a al waladu baakiyan) = Anak itu datang dalam keadaan
menangis.

Kata ‫=( باكيا‬menangis) merupakan haal, karena menjelaskan keadaan subjek.

9. Mustatsna (‫)المستثنى‬
Yaitu isim manshub yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat istitsna untuk
menyelisihi hokum sebelumnya. Dengan kata lain, mustatsna = pengecualian.

َ ‫( زيدا ً إال الطالب َح‬hadhoro at-Thulaabu illa Zaidan) = para siswa hadir kecuali
Misal : ‫ض َر‬
Zaid

Kata ً ‫ =( زيدا‬Zaid) merupakan mustatsna, karena didahului oleh ‫=( إال‬kecuali) yang
merupakan alat istitsna.

10. Munada’ (‫)المنادى‬


Yaitu isim yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat nida’ (kata panggil).

Misal : ‫( رجال يا‬yaa rojulan) = Wahai seorang lelaki!

Kata ‫ =( رجال‬seorang lelaki) merupakan munada’, karena didahului oleh ‫ =( يا‬wahai) yang
merupakan salah satu alat nida’.

11. Tamyiiz (‫)التمييز‬


Yaitu isim nakiroh lagi mansub yang disebutkan untuk menjelaskan maksud dari kalimat
sebelumnya yang rancu.

Misal : ‫( كتابا عشرين اشتريت‬Istaroitu ‘Isyriina kitaaban) = Saya membeli dua puluh buku.

Kata ‫ =( كتابا‬buku) merupakan tamyiiz, karena buku tersebut menjelaskan ”dua puluh”,
jikalau tidak ada kata “buku”, maka kalimat menjadi tidak jelas, “Saya membeli dua
puluh”.
Isim-isim yang majrur

Suatu isim menjadi majrur dalam 2 keadaan:

1. Di dahului oleh huruf jar (‫)جر حرف سبقه‬

Misal : ‫( المنز ِل من خرجت‬khorojtu minal manzili) = Saya keluar dari rumah.

Kata ‫ =( المنز ِل‬rumah) merupakan isim majrur, karena didahului oleh ‫( ِمن‬min = dari)
yang merupakan huruf jar.

2. Mudhof Ilaih (‫)إليه مضاف‬


Yaitu isim yang disandarkan ke isim sebelumnya.

Misal : ‫( حديد خاَتِ َم اشتريت‬Isytaroitu khotima hadiidin) = Saya membeli cincin besi.

Kata ‫ =( حديد‬besi) merupakan mudhof ilaih, karena disandarkan kepada ‫ =( خا َ ِت َم‬cincin)


yang maknanya cincin yang terbuat dari besi.

Tambahan

Selain keadaan-keadaan tersebut, ada satu keadaan yang dapat menyebabkan suatu isim menjadi
marfu’, atau manshub, atau majrur, tergantung kata sebelumnya, jika kata sebelumnya marfu’
maka isim tersebut menjadi marfu’, jika manshub maka manshub, dan jika majrur maka majrur.
Keadaan tersebut dinamakan Taabi’ (‫)تابع‬.

Misal :
‫( كريم رجل جاء‬jaa-a rojulun kariimun) = Telah datang seorang lelaki yang mulia

‫( كريما ً رجالً رأئت‬ra-aitu rojulan kariiman) = Saya melihat seorang lelaki yang mulia

‫( كريم برج ِل مرر‬marortu bi rajulin kariimin) = Saya berpapasan dengan seorang lelaki yang mulia.
Perhatikan setiap kata ‫( كريم‬kariim) pada tiga kalimat di atas, i'robnya sesuai dengan kata
sebelumnya.
Pada kalimat pertama i'robnya rofa' karena sebelumnya (yaitu ‫ ) رجل‬ber-i'rob rofa'.
Pada kalimat kedua, i'robnya nashob' karena sebelumnya (yaitu ً‫ )رجال‬ber-i'rob nashob.
Demikian juga pada kalimat ketiga, i'robnya jar karena sebelumnya (yaitu ‫ ) رج ِل‬ber-i'rob jar.

Taabi’ (‫ )تابع‬ini dibagi menjadi empat jenis, yaitu na’at (‫)النعت‬, athof (‫)العطف‬, taukid (‫)التوكيد‬, dan
badal (‫)البدل‬.
Pada tiga contoh kalimat di atas, termasuk jenis na'at.

BAB 7

Isim-Isim Yang Dibaca Jar


–Setelah di bab-bab sebelumnya kita mengenal dan mempelajari posisi-posisi kalimah isim
dibaca rafa’‘ dan nashob, sekarang kita mempejari kelompok isim yang dibaca jar.
Tidak seperti marfu’atul asma atau manshubatul asma, jumlah mahfudhotul asma terhitung lebih
sedikit, yakni hanya ada tiga macam:

1. Mudlof ilaih

Contoh: ‫بَ ۡيت م َحمد‬

2. Majrur oleh huruf jer

Contoh: ‫َكت َۡبت بِ ۡالقَلَ ِم‬

3. Tabi’ kepada isim yang dibaca jer

Contoh:
‫( َم َر ۡرت بِزَ ۡيد َو َعمۡ ری‬athof)

‫( َكت َۡبت بِالقَلَ ِم اَ ۡل َجد ِۡي ِد‬naat)

‫(مَْ َررت ِبزَ ۡيد ن َۡف ِس ِه‬taukid)


َ

َ‫( َم َر ۡرت بِزَ ۡيد اَ ِب ۡيك‬badal)

Anda mungkin juga menyukai