Dalam bahasa Arab isim/kata benda mempunyai pembahasan yang khusus, di ilmu nahwu ini
isim menjadi pembahasan yang hampir di setiap bab itu ada, karena isim adalah pondasi suatu
kalimat dalam bahasa Arab, isim menurut kitab al-jurumiyah yaitu :
ٍَاٍوٍٍ َل ْمٍٍتَ ْقتَ ِر ْنٍٍب ِ َز َمن
َ َك ِل َمةٍٍ ٍَد َّلتٍٍْ َع َلىٍ َم ْع َنىٍفِيٍ َن ْف ِسه
"kata yang menunjukan suatu makna pada dirinya dan tidak terkait dengan waktu" , jadi jika
disimpulkan secara pemahaman kita, isim adalah semua jenis kata benda, baik itu benda mati
atau benda hidup, baik itu yang dapat dijangkau oleh panca indera (nampak) atau yang yang
bersifat abstrak (tidak nampak), dan tentunya tidak berkaitan dengan waktu.
Dalam bahasa indonesia tidak ada ciri-ciri khusus untuk mengenali kata benda, intinya selagi
kata tersebut tidak berkaitan dengan waktu maka itu disebut kata benda. Nah dalam bahasa Arab
kata benda (isim) mempunyai ciri-ciri khusus untuk mengenalinya
َ س ِج ٍِد َذ َه
Contoh : بٍٍ ُم َح َّمدٍٍإ َلى ْ ال َم
Ciri-ciri pertama adalah dibaca jer, apa itu jer? Jer adalah keadaan suatu kata yang umumnya
ditandai dengan menggunakan harakat kasroh di akhir katanya seperti kata ال َمس ِْج ِِد, secara
otomatis kata tersebut sudah tergolong kata benda (isim) dalam bahasa Arab.
2. Dibaca tanwin
Contoh : ع َلى
َ ٍالص َََّل ٍِة َهيَّا
ciri selanjutnya yaitu kemasukan alif dan lam ()ال, ciri ini sangat banyak ditemui pada teks Arab,
jadi semua kata yang didahului dengan alif dan lam ( )الmaka itu termasuk isim. Yang perlu
diperhatikan adalah tidak semua isim bisa kemasukan alif dan lam, diantaranya : nama orang,
ِ )ه َُوِِ ُه َماِهِيَِِأ ْنتَِِأ ْن, isim isyaroh (kata tunjuk seperti َِِه َذاِ ّه ِذ ِه
isim dhomir (kata ganti orang seperti تِِأنَا
َِ) تِ ْلكَِِ َذ ِلك.
Nah ciri yang terakhir adalah kemasukan atau sebelumnya ada huruf jer, yang kemudian
membuat kata tersebut dibaca jer. Perhatikan kata yang saya tandai merah “ ”إ َلى, itu adalah
huruf jer. Dan kata yang saya tandai hijau “ ”ال َجبَ ٍِلadalah isim.
“Ciri-ciri fi‘il adalah didahului oleh qad, huruf sīn, saufa, dan huruf tā’ yang di-sukūn dan
menunjukkan perempuan sebagai pelakunya.”
SYARAH
Fi‘il dapat dibedakan dari isim dan ḥurūf melalui empat ciri. Setiap kita dapati salah satu ciri ini
melekat pada satu kata, maka kata tersebut adalah sebuah fi‘il. Ciri-ciri tersebut adalah didahului
dengan (ِْ)قَد, (ُِسيْن ّ ِ )الhuruf sīn yang dibaca “sa” jika bergandeng dengan fi‘il, didahului (ِف
َ س ْو
َ ), (ِتَا ُء
ْ
)التَّأنِ ْيثِِالسَّا ِكنَ ِِةhuruf tā’ ta’nīts sākinah.
1. Qad (ِْ)قَد.
(ِ )قَ ْدdigunakan pada dua jenis fi‘il, yaitu pada fi‘il mādhī dan fi‘il mudhāri‘.
a. Jika (ِْ )قَدmasuk pada fi‘il mādhī, maka makna yang ditunjukkan olehnya adalah salah satu di
antara dua makna, yaitu at-taḥqīq (penegasan) atau at-taqrīb (kedekatan waktu/hampir).
Contoh kalimat yangmenunjukkan pada makna at-taḥqīq adalah firman Allah ta‘ālā:
ْ – )قَدِْأَ ْفلَ َحSungguh beruntunglah orang-orang yang beriman. (al-Mu’minūn: 1).
(َِِال ُمؤْ ِِمنُ ْون
ْ يِهللاُِ َع ِن
(َِِال ُمؤْ ِم ِنيْن َ ض َ – )لَقَدSungguh Allah telah ridha terhadap orang-orang yang beriman. (al-Fatḥ:
ِ ِْر
18).
Contoh kalimat yang menunjukkan pada makna at-taqrīb adalah ucapan mu’adzdzin ketika
mengumangdangkan iqamat:
(ُِص ََلة
َّ – )قَدِْقَا َمتِِالShalat hampir ditegakkan.
dan perkataanmu:
b. Apabila huruf qād (ِْ )قَدmasuk pada fi‘il mudhāri‘, maka makna yang ditunjukkan adalah salah
satu di antara dua makna, yaitu taqlīl (menunjukkan sedikit/jarang atau kadang-kadang)
atau taktsīr (menunjukkan sering).
Sīn (ُِسيْن
ّ ِ )الdan saufa (ِف
َ ) َس ْو.
(ُِسيْن
ّ ِ )الsīn dan (ِف
َ س ْو
َ ) saufa hanya masuk pada fi‘il mudhāri‘. Kedua huruf ini menunjukkan
makna tanfīs, yang berarti di-istiqbāl (makna: masa yang akan datang). Ada perbedaan di antara
kedua huruf itu. Kata (ُِ )ال ِ ّسيْنdipakai untuk masa akan datang yang sudah dekat, sedangkan (ِف َ س ْو
َ )
menunjukkan masa akan datang yang masih jauh.
ِ َِّمنَ ِالن
(ِاس ُّ سيَقُ ْولُِال
ِ سفَ َها ُء َ ) – Orang-orang yang dungu dari sebagian manusia akan berkata. (al-
Baqarah: 142).
ْ َس َيقُ ْولُِلَك
(َِِال ُم َخلَّفُ ْون َ ) – Orang-orang yang tertinggal itu akan berkata kepadamu. (al-Fatḥ: 11).
3. Tā’ ta’nīts sākinah (ِ)ت َا ُءِالتَّأْنِ ْيثِِالسَّا ِكنَ ِة/huruf tā’ yang di-sukūn dan menunjukkan perempuan
sebagai pelakunya.
Huruf ini hanya masuk pada fi‘il mādhī. Tujuan diletakkan huruf ini pada fi‘il mādhī untuk
menunjukkan bahwa pihak yang melakukan pekerjaan itu adalah jenis perempuan, baik dia
berkedudukan sebagai fā‘il atau nā’ib-ul-fā‘il.
ُ ُارنَاِ ِب ْالب
(ِس ِط ْ – )فُ ِرشRumah kami digelari karpet.
ُ ََتِد
Huruf tā’ yang di-sukūn merupakan asal penggunaannya. Berarti terkadang huruf tā’ ini bisa
berharakat jika bertemu dengan huruf yang di-sukūn. Contohnya pada firman Allah:
()ِِاخ ُرجْ ِ َعلَ ْي ِه َّن
ْ – َوِقَالَتDia (istri al-‘Azīz) berkata: “Keluarlah, nampakkan dirimu kepada mereka.”
(Yūsuf: 31).
Setelah membaca penjelasan penulis di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa ciri-ciri fi‘il ada
tiga:
Ciri yang hanya masuk pada fi‘il mādhī yaitu (ِ )ت َا ُءِالتَّأْنِ ْيثِِالسَّا ِكنَ ِةtā’ ta’nīts sākinah.
Ciri yang dapat masuk pada fi‘il mādhī dan mudhāri‘ yaitu (ِْ)قَد.
Pada pembahasan ini penulis tidak menyebutkan ciri fi‘il amr, yaitu menunjukkan makna ath-
ْ ) َيا ُءatau nūn
َ ِال ُمخَا
thalab (tuntutan/permintaan) dan dapat memberima huruf yā’ mukhāthabah (ِط َب ِة
taukīd (ِ)نُ ْونُ ِالتَّ ْو ِك ْي ِد.
Seperti telah disebutkan, kata ini dapat menerima yā’ mukhāthabah. Contohnya pada kalimat:
(apabila objek yang diperintah adalah seorang perempuan, maka kata (ِ )قُ ْمyang di atas disisipkan
dengan huruf ( )يyang disebut dengan huruf yā’ mukhāthabah, ed.)
ْ – )ا ُ ْقعُدDuduklah!
(ِِي
Fi‘il amr dapat menerima nūn taukīd (huruf nūn yang disisipkan dalam fi‘il dan berfungsi untuk
mempertegas makna), seperti:
Sedangkan menurut pendapat Musthafa al-Ghalayain dan Ahmad al-Hasyimi. Mereka menyatakan bahwa i’rab
adalah perubahan akhir kata karena perbedaan amil-amil yang masuk pada kata yang dimaksud. Dari pengertian
tersebut, kita dapat memahami bahwa segala sesuatu yang berubah karena suatu amil maka disebut mu’ra.[2]
Di dalam buku Ilmu Nahwu Terjemahan Matan al-Jurumiyah dan ‘Imrithy di jelaaskan, bahwa I’rab adalah;
تقديرا او لفظا عليها الدّاخلة العوامل الختالف الكلم اواخر تغيير هو االعراب
“I’rab ialah perubahan akhir kalimat karena perbedaan amil yang memasukinya, baik secara lafazh ataupun secara
perkiraan.
Maksudnya; I’rab itu mengubah syakal (harakat) tiap-tiap akhir kalimat disesuaikan dengan fungsi amil yang
memasukinya, baik perubahan itu tampak jelas lafazhnya atau hanya secara diperkirakan saja keberadaannya.
ب لَ ْن
َ َيض ِْر = Dia tidak akan dapat memukul
ش لَ ْن
َ يَ ْخ = Dia tidak akan merasa takut.
“I’rab Menurut mereka (Ahli Nahwu) ialah perubahan akhir kalimat, baik secara perkiraan maupun secara lafadz,
karena ada amil masuk yang dapat diketahui keberadaannya
Pembagian I’rab
“I’rab itu terbagi menjadi empat macam, yaitu i’rab rafa’, i’rab nasab, i’rab nasab, i’rab
khaffadz (jer), i’rab jazem.
ْ لَ ْم َي
4. I’rab Jazem, seperti; ض ِر ْب
Adapun ciri atau tanda dari i’rab rafa’ adalah, sebagai berikut;
1. Harakat Dhammah
Harakat dhammah menjadi ciri i’rab rafa’ terdapat di empat tempat, yaitu;
isim mufrad, yaitu kata bend yang menunjukkan makna tunggal. Contoh;
jamak taksir yaitu lafadz yang menunjukkan arti banyak dan tidak terikt pada objek
perempuan maupun laki-laki. Biasanya, bentuk ini merupakan sistem sima’i dari penutur
aslinya (orang-orang Arab). Jamak taksir juga dapat dimaknai suatu lafadz yang
menunjukkan arti banyak yang bentuk lafadznya berubah dari bentuk tunggalnya.
Misalnya; طلبmenjadi طالب, contoh;
ٍجاءٍالطَلبٍفيٍالمدرس ِة
jamak mu’annast salim, yatu lafadz yang menunjukkan makna jamak (banyak) yang
dikhususkan pada objek perempuan. Dan biasanya di aakhiri dengan huruf alif dan ta’.
Contoh;
ٍجائتٍٍْالمسلماتٍٍُفيٍالمسج ِد
dan fi’il mudhari’ yang tidak bertemu dengan dhamir sya’an atau huruf ‘ilat yakni alif
tatsniyah, wawu jamak, dan yak mu’annast mukhtatabah). Contoh;[2]
ٍٍالىٍالسوق
ِ يذهبٍفَلن
ٍُ
2. Huruf Wawu
Huruf wawu menjadi tanda atau ciri i’rab rafa’ pada hakikatnya adalah sebagai pengganti dari
tanda dhammah.Tanda wawu sebagai ciri dari i’rab rafa’ bertempat di dua tempat, yaitu;
1. Jamak mudzakar salim, yaitu suatu kata yang menunjukkan makna jamak yang
dikhusukan pada objek laki-laki, dan biasanya di akhiri dengan huruf wawu dan nun ( و
)نpada tingkah rafa’ dan di akhiri ya’ dan nun ( )ينpada tingkah nasab dan jer. Contoh;
اولئكٍهمٍالمفلحون
2. Asma’ul khamsah, yaitu isim-isim lima yakni ( ذو، فو، حم، اخ،)اب. Contoh;[3]
.ٍذُ ْوٍ َمال، ٍَفُ ْوك، ٍَ َح ُم ْوك، ٍَا َ ُخ ْوك، َجَا َءٍاَبُ ْوك
3. Huruf Alif
Huruf alif menjadi ciri atau tanda i’rab rafa’ pada hakikatnya sebagai pengganti dari tanda
harakat dhammah. Huruf alif sebagai tanda i’rab rafa’ bertempat di satu tempat, yaitu isim
tatsniyah.
Isim tatsniyah adalah suatu kata benda yang menunjukkan makna dua. Isim tatssniyah biasanya
di akhiri dengan huruf alif dan nun ( )أ نketika rafa’, dan di akhiri ya’ dan nun ( )ينketikaa
tingkah nasab dan jer. Contoh;[4]
احمدٍوحسنٍٍطالبانٍجديدان
ِ
4. Huruf Nun
Nun menjadi tanda bagi i’rab rafa’ itu bertempat pada fi’il mudhari’ yang bertemu dengan;
تفعالن،يفعالن
تفعلون،يفعلون
تفعلين
Bab 4
Pengertian Kalimat Fiil Madhi Serta Contohnya
Kalimat Fiil Madhi
– Bentuk kalimat fiil berdasarkan waktunya dibedakan ke dalam 3 kategori waktu, yaitu fiil
madhi, mudhari dan amar. Pada tulisan ini kita akan belajar mengenai bantuk fiil berdasarkan
waktunya yang pertama yaitu fiil madhi. Sebelum memahami kedua bentuk fiil selanjutnya, kita
hendaknya memahami apa itu yang dimaksud dengan fiil madhi, bagaimana pengunaannya
dalam bahasa arab dan bagaimana contoh-contohnya supaya kita lebih mudah untuk
memahaminya. Tulisan ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya :
Fi'il Tsulatsi Mujarrod مجرد ثالثي فعلyaitu fi'il yang huruf-huruf asli pada fi'il madhi-nya terdiri
dari tiga huruf, dan tidak mendapatkan tambahan huruf apapun.
Contoh :
III فَعَ َل- َعلْْيَف فَت َ َح- يَ ْفت َح ِ فَتْ َحت
َان
Keterangan :
Penyebutan nama pola didasarkan pada harakat ain fi'il madhi dan ain fi'il mudharinya.
1 ب
َ ض َر
َ – يَض ِْرب Memukul
Keterangan :
- Apabila fa fi'ilnya hamzah atau wawu, maka kebanyakan menggunakan wazan II diatas.
1 َ يَذْهَب – ذَه
َب Duduk
2 ِض ُع
َ َِي-ِض َع
َ َوMeletakkan
4 ِسأ َ ُل
ِْ َِي-َِسأَل
َ Bertanya
Keterangan :
Untuk pola ini biasa terdiri dari fi'il-fi'il yang ain atau lam fi'ilnya adalah huruf-huruf
halqi ( خ– ح- غ – ع – ء- ) ه, sedangkan kalaupun ada selain dari itu, hal itu jarang sekali.
4 َاف
َ خ- َيخَاف Takut
Menjadi
6 َ - يَ ْشبَع
شبِ َع
kenyang
8 َس ِود
َ - يَس َْود Menghitam
Keterangan :
- Untuk pola ini biasa terdiri dari fi'il-fi'il yang menunjuk rasa senang atau lawannya, penuh
atau kosong, warna, sesuatu yang cela, ciptaan yang tampak.
- Fi'il dengan pola ini lebih banyak yang bermakna lazim (pasif) daripada muta'addi
(aktif).
Keterangan :
- Untuk pola ini biasanya terdiri dari fi'il-fi'il yang menunjuk sifat, tabiat, prilaku.
1 ِب
َ يَحْ سِب – َحس Mengira
Fi’il mujarrad ruba’i mempunyai satu wazan, yaitu فَ ْعلَ َل.
Contoh:
Ketika mudhari’ huruf mudhara’ahnya selalu didhammah dan huruf sebelum terakhir dikasrah.
Contoh:
Fi’il Mazid
Fi’il mazid adalah setiap fi’il yang ditambahkan kepada huruf-huruf aslinya satu huruf atau lebih.
Contoh:
Contoh:
اِ ْستَ ْعلَ َم: (Asal fi’ilnya َع ِل َم, disandarkan padanya huruf-huruf dari سأ َ ْلتموني َها
َ )
َحر َم: (Asal fi’ilnya َحر َم, disandarkan padanya satu huruf dari jenis ‘ain fi’il)
صفَر َ , disandarkan padanya salah satu huruf dari سأ َ ْلتموني َها
ْ ِ ا: (Asal fi’ilnya ص ِف َر َ dan satu huruf dari
jenis lam fi’il)
Tsulatsi Mazid
Contoh:
سنَ – أَ ْك َر َم
َ ْأَ ْشعَ َل – أَح
فَا َع َل
Contoh:
فَع َل
Contoh:
Contoh:
طلَقَ
ف – اِ ْن َ اِ ْندَفَ َع – اِ ْن َ
ص َر َ
Contoh:
ص َر – اِ ْقت ََر َ
ب – اِجْ تَ َم َع اِ ْنتَ َ
اِ ْف َعل
Contoh:
اِحْ َمر
ا ِْخ َ
ضر
اِع َْوج
تَفَعلَ
Contoh:
ب – تَقَد َم
تَعَل َم – تَقَر َ
تَفَا َع َل
Contoh:
Contoh:
Contoh:
َاِ ْغ َر ْو َرق
اِ ْفعَال
Contoh:
2. Ruba’i Mazid
Fi’il ruba’i bisa ditambahkan satu huruf atau dua huruf dan fi’il mazid tidak lebih dari 6 huruf.[1]
Contoh:
اِ ْف َعلَل
Contoh:
ْ ا
َ ِط َمأَن – اِ ْق
ش َعر
Contoh:
اِحْ َر ْن َج َم
WAZAN MAUZUN
ا ْنفَعَ ٍَلٍيٍَ ْنفَ ِعلٍُا ْن ِفعَا ٍلا ارٍاا َ س ٍَرٍيَ ْن َكس ُِرٍا ْن ِك
ٍَ س َ ا ْن َك
WAZAN MAUZUN
ا ْفعَ ْنلَ ٍَلٍيَ ْفعَ ْن ِللٍا ْف ِع ْنَل ٍلا ٍاحْر ْنجَا َمٍا ا
ِ حْر ْن َج ُم
َ َاحْر ْن َج ٍَمٍي
َ
E. MACAM-MACAM BINA’
1.Bina’ Shahih
Bina’ Shahih adalah setiap kalimah yang fa’ fi’il, ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya bukan terdiri dari
Huruf Illat ( ) ي – ا – و, bukan Huruf Hamzah ( ) ﺀ, juga ‘ain fi’il dan lam fi’ilnya bukan huruf
kembar. Contoh:
Pengertian huruf-huruf tersebut diukur dan wazan fi’ilnya. Apabila kalimah tsb tergolong Fi’il
Tsulatsi, maka tersusun dari Fa’ Fiil, Ain Fiil dan Lam Fiil. Sedangkan golongan Fi’il Ruba’i,
tersusun dari Fa’ Fiil, Ain Fiil, Lam Fiil Pertama dan Lam Fiil Kedua.
2. Bina’ Mudha’af
Bina’ Mudha’af adalah Kalimah yang A’in fi’il dan Lam fi’ilnya terdiri dari huruf kembar.
Contoh:
Adapun Mudho’af untuk Fi’il Ruba’iy adalah Kalimah yang Fa’ fiil dan Lam fi’il pertama terdiri
dari huruf kembar dan Ain fi’il dan Lam fi’il kedua juga terdiri dari huruf sama kembar. contoh:
3. Bina’ Mahmuz
Bina’ Mahmuz artinya: Kalimah yang asal huruf-hurufnya ada Huruf Hamzah. Apabila posisi
Huruf Hamzah menempati Fa’ Fi’il, maka dinamakan Bina’ Mahmuz Fa’ . Contoh:
لمَأ
َ َ
Apabila Huruf Hamzah berada pada ‘Ain Fi’il, dinamakan Bina’ Mahmuz ‘Ain . Contoh :
َلَأَس
Apabila Huruf Hamzah menempat posisi Lam Fi’il, maka disebut Bina’ Mahmuz Lam . Contoh :
َأَرَق
Perlu diingat :
1. Pengertian Huruf Hamzah, termasuk juga Alif yang mempunyai Harakah/syakal. Artinya,
setiap Alif yang diberi Harakat, menurut Ahli Nahwu juga dinamakan Hamzah.
2. Bentuk Bina’ pada Fi’il Ruba’i (Kalimah Asal empat huruf), hanya ada dua bentuk Bina’,
yaitu Bina’ Shahih dan Bina’ Mudho’af.
4. Bina’ Mitsal
Bentuk Kalimah Bina’ Mitsal adalah Kalimah yang fa’ fiilnya berupa Huruf ‘Illat. Apabila Huruf
‘Illat-nya berupa huruf wau ( ) وmaka dinamakan:
Apabila fa’ fi’ilnya berupa huruf illat Ya’ ( ) ي, maka dinamakan:
Pengertian Kalimah bentuk Bina’ Ajwaf adalah Kalimah yang ‘Ain Fiil nya berupa huruf ‘illah.
Bilamana pada Ain Fi’ilnya berupa Harf ‘Illah Wau ( ) وmaka dinamakan:
Bilamana Huruf Ain Fi’ilnya berupa Harf ‘Illah ya’ ( ) ي, maka disebut:
6. Bina’ Naqish
Macam-macam Kalimah Bina’ Naqis adalah: Apabila Lam Fi’il nya berupa huruf illah. Jika
huruf illat nya wau, dinamakan Bina’ Naqish Wawi contoh
Dan bilamana Huruf Illat nya dari Huruf Ya’, disebut Bina’ Nakis Ya’i contohnya:
7. Bina’ Lafif
Apa itu Kalimah Bina’ Lafif? Bina Lafif adalah setiap Kalimah yang kedua huruf nya terdiri dari
huruf ‘illah. Dua huruf illat tersebut, bilamana menempati pada Fa’ fiil dan Lam fi’il, dinamakan
Bina’ Lafif Mafruq contoh nya :
Apabila kedua huruf illah itu menempati pada ‘Ain fiil dan Lam fiil, disebut Bina’ Lafif Maqrun
contohnya
يوَق – ىَوَش
ِ َ – َيِوَرBentuk asal : شوي
BAB 5
MARFU’ATUL ASMA’
c. Taukid ()توكيد: yo
Taukid adalah kalimat isim yang dibaca rafa’ karena mengkuti muakkad yang dibaca
rafa’dengan kalimat tertentu. Yakni jumlahnya ada 4 :
أجمع,كل,عين,نَ ْفﺲ
نفسه زيد خاء
d. Badal ( )بدل: Rupane/ Suwijine
Badal adalah kalimat isim yang dibaca rafa’ karena mengikuti mubdal minhu yang dibaca
rafa’yang bertujuan untuk menerangkan mubdal minhu nya.jika, mubdal minhu berupa kalimat
isim maka badal juga harus berupa kalimat isim contoh : اخوك زيد جاء
Dan jika mubdal minhu berupa kalimat fiil maka, badal juga harus kalimat fiil. Contoh : بفعل ومن
العذاب له مضاعف اثاما يلف ذلك
BAB 6
Isim-isim yang marfu’ adalah isim-isim yang ber-i’rob rofa. Jama’ dari marfu’ adalah marfu’aat
Isim-isim yang manshub adalah isim-isim yang ber-i’rob nashob. Jama’ dari manshub adalah
manshubaat.
Isim-isim yang majrur adalah isim-isim yang ber-i’rob jar. Jama’ dari majrur adalah majruroot.
Misal
Pada kalimat ( المسج ِد في العربيةَ اللغةَ أَح َمد تـَعَـلـ َمta’allama Ahmadu al-lughutal ‘arobiyyata fil
masjidi ) = Ahmad belajar bahasa arab di masjid.
Kata أَح َمدber-I’rob rofa’ sebab sebagai subjek (fa’il) dengan tanda dhommah (diakhir katanya).
Karena ber-I’rob rofa’, maka kata kata أَح َمدtersebut dikatakan marfu’. Isim menjadi marfu’
dalam 6 keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai subjek (fa’il).
Kata َ اللغةber-I’rob nashob sebab sebagai objek (maf’ul bih) dengan tanda fathah. Karena ber-
I’rob nashob, maka kata kata َ اللغةtersebut dikatakan manshub. Isim menjadi manshub dalam 11
keadaan, diantaranya adalah keadaan sebagai objek (maf’ul bih).
Kata المسج ِدber-I’rob jar sebab didahului huruf jar (yaitu )فيdengan tanda kasroh. Karena ber-
I’rob jar, maka kata kata المسج ِدtersebut dikatakan majrur. Isim menjadi majrur dalam 2 keadaan,
diantaranya “didahului huruf jar”.
Keadaan-keadaan yang menyebabkan suatu isim menjadi marfu’, manshub, atau majrur
Isim-isim yang marfu’
1. Mubtada’ ()المبتدأ
Yaitu isim marfu’ yang terletak di awal kalimat.
Misal : ( جديدًا الكتاب كانKaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu baru.
Kata =( الكتابbuku) merupakan isim kaana, karena kata tersebut awalnya mubtada’,
setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim kaana”.
Kata =( جديدbaru) merupakan khobar inna, karena karena kata tersebut awalnya khobar
mubtada’, setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi
“khobar inna”
5. Fa’il ()الفاعل
Yaitu isim marfu’ yang terletak setelah fi’il lil ma’lum (setelah kata kerja aktif) dan
menunjukkan pada orang atau sesuatu yang melakukan perbuatan atau yang mensifati
perbuatan tersebut. Dengan kata lain, Fa’il = subjek.
Misal : ( رسالةً الطالب قـَرأQoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.
Kata =( الطالبsiswa) merupakan fa’il, karena terletak setelah kata kerja aktif (yaitu
membaca), dan yang orang yang melakukan perbuatan (yang membaca adalah siswa),
jadi siswa itu sebagai subjek.
Kata =( الرسالةsurat) merupakan naibul fa’il, karena terletak setelah kata kerja pasif (yaitu
dibaca)
Misal : ( جديدًا الكتاب كانKaana al kitaabu jadiidan) = (Adalah/dahulu) Buku itu baru.
Kata =( جديدًاbaru) merupakan khobar kaana, karena kata tersebut awalnya khobar
mubtada’, setelah dimasuki kaana, maka istilahnya bukan khobar mubtada’ lagi, tetapi
“khobar kaana”.
Kata الكتاب
َ (= buku) merupakan isim inna, karena karena kata tersebut awalnya mubtada’,
setelah dimasuki inna, maka istilahnya bukan mubtada’ lagi, tetapi “isim inna”
Misal : ( رسالةً الطالب قـَرأQoro-a at-Tholibu risaalatan) = Siswa itu telah membaca surat.
Kata ً =( رسالةsurat) merupakan maf’ul bih, karena yang dibaca adalah surat, jadi surat itu
sebagai objek (maf’ul bih).
Kata ً ( إكراماpenghormatan) merupakan maf’ul liajlih, karena menjelaskan sebab Ali hadir,
yaitu karena memuliakan ( ً )إكراماMuhammad.
Kata =( تغري َدkicauan) merupakan maf’ul ma’ah, karena didahului oleh huruf wawu
ma’iyah, yang bermakna kebersamaan.
ْ
Misal : سافرت ( ليال الطائرةsaafarot at-thooirotu lailan) = Pesawat itu mengudara di malam
hari.
Kata =( ليالmalam hari) merupakan maf’ul fih, karena menjelaskan zaman (waktu).
8. Haal ()الحال
Yaitu isim nakiroh lagi manshub yang menjelaskan keadaan fa’il atau keadaan maf’ul bih
ketika terjadinya suatu perbuatan (merupakan jawaban dari “bagaimana” terjadinya
perbuatan tersebut)
Misal : ( باكيا الولد جاءjaa-a al waladu baakiyan) = Anak itu datang dalam keadaan
menangis.
9. Mustatsna ()المستثنى
Yaitu isim manshub yang terletak setelah salah satu diantara alat-alat istitsna untuk
menyelisihi hokum sebelumnya. Dengan kata lain, mustatsna = pengecualian.
َ ( زيدا ً إال الطالب َحhadhoro at-Thulaabu illa Zaidan) = para siswa hadir kecuali
Misal : ض َر
Zaid
Kata ً =( زيداZaid) merupakan mustatsna, karena didahului oleh =( إالkecuali) yang
merupakan alat istitsna.
Kata =( رجالseorang lelaki) merupakan munada’, karena didahului oleh =( ياwahai) yang
merupakan salah satu alat nida’.
Misal : ( كتابا عشرين اشتريتIstaroitu ‘Isyriina kitaaban) = Saya membeli dua puluh buku.
Kata =( كتاباbuku) merupakan tamyiiz, karena buku tersebut menjelaskan ”dua puluh”,
jikalau tidak ada kata “buku”, maka kalimat menjadi tidak jelas, “Saya membeli dua
puluh”.
Isim-isim yang majrur
Kata =( المنز ِلrumah) merupakan isim majrur, karena didahului oleh ( ِمنmin = dari)
yang merupakan huruf jar.
Misal : ( حديد خاَتِ َم اشتريتIsytaroitu khotima hadiidin) = Saya membeli cincin besi.
Tambahan
Selain keadaan-keadaan tersebut, ada satu keadaan yang dapat menyebabkan suatu isim menjadi
marfu’, atau manshub, atau majrur, tergantung kata sebelumnya, jika kata sebelumnya marfu’
maka isim tersebut menjadi marfu’, jika manshub maka manshub, dan jika majrur maka majrur.
Keadaan tersebut dinamakan Taabi’ ()تابع.
Misal :
( كريم رجل جاءjaa-a rojulun kariimun) = Telah datang seorang lelaki yang mulia
( كريما ً رجالً رأئتra-aitu rojulan kariiman) = Saya melihat seorang lelaki yang mulia
( كريم برج ِل مررmarortu bi rajulin kariimin) = Saya berpapasan dengan seorang lelaki yang mulia.
Perhatikan setiap kata ( كريمkariim) pada tiga kalimat di atas, i'robnya sesuai dengan kata
sebelumnya.
Pada kalimat pertama i'robnya rofa' karena sebelumnya (yaitu ) رجلber-i'rob rofa'.
Pada kalimat kedua, i'robnya nashob' karena sebelumnya (yaitu ً )رجالber-i'rob nashob.
Demikian juga pada kalimat ketiga, i'robnya jar karena sebelumnya (yaitu ) رج ِلber-i'rob jar.
Taabi’ ( )تابعini dibagi menjadi empat jenis, yaitu na’at ()النعت, athof ()العطف, taukid ()التوكيد, dan
badal ()البدل.
Pada tiga contoh kalimat di atas, termasuk jenis na'at.
BAB 7
1. Mudlof ilaih
Contoh:
( َم َر ۡرت بِزَ ۡيد َو َعمۡ ریathof)