Anda di halaman 1dari 71

‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


‫الكمة واقسمها والكال م وشروته والكلم والقول‬

(PEMBAGIAN KALIMAT, KALAM DAN SYARAT-


SYARATNYA,SERTA KALIM DAN QOUL)

A. Pegertian kalimat
Kalimat dalam bahasa Indonesia disebut dengan kata , sedangkan
kalam dalam bahasa Indonesia disebut dengan kalimat. Dalam bahasa arab
kata itu ada 3 : Isim, Fi’il, dan Huruf1

Skema diagram 0.1

1
Abu Muhammad Agus Waluyo, panduan praktis belajar nahwu dan bahasa arab jlid 1, hal 5
Ilmu Nahwu (UNHAWA) |1
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


1. Kalimat isim
Kalimat isim adalah Isim adalah kata benda
seperti : ‫ حجر‬, ‫ مريم‬, ‫موسى‬
2. Kalimat fi’il
Kalimat Fi’il adalah kata yang menunjukan pekerjaan disertai
dengan keterangan waktu. contoh : ‫ )جلس‬dia telah duduk), ‫)یجلس‬dia sedang
duduk), ‫ )اجلس‬duduklah)2
3. Kalimat huruf
Kalimat huruf Adalah kata yang tidak bisa berdiri sendiri, dan tidak
punya makna secara jelas kecuali kalo bersambung dengan yang lain, dan
juga tidak bisa kemasukan tandatanda isim maupun fi’il. Contohnya : .min /
‫من‬
B. Kalam, Kalim, dan Qoul
1. Kalam
 “ Kalam3 (dalam bahasa Indonesia disebut dengan kalimat) adalah
lafadz yang tersusun yang punya pengertian sempurna dengan
disengaja dan menggunakan bahasa arab.
 Pertama : lafadh
Lafadh Artinya suatu kalam itu harus ada lafadz, dan yang
dimaksud dengan lafadz adalah suara yang mengandung huruf
hijaiyyah sehingga bisa ditulis dengan huruf hijaiyyah, misal lafadz ٌ‫زيد‬

dia mengandung huruf ‫ ي‬, ‫ ز‬dan ‫د‬. Apabila ada suara tapi dia tidak
bisa ditulis dengan huruf hijaiyyah seperti suara burung, suara bedug,
gitar, dan yang semacamnya, maka dia tak bisa dikatakan sebagai
lafadz.

2
Abu Muhammad Agus Waluyo, panduan praktis belajar nahwu dan bahasa arab jlid 1, hal 7
3
ibid
Ilmu Nahwu (UNHAWA) |2
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


 Kedua : murokkab/tersusun
Murokkab Artinya setelah ada lafadz, maka lafadz itu harus disusun,
minimal tersusun dari 2 kata misal,‫ام زيد‬RR‫ ق‬zaid telah berdiri), َ ‫د‬RR‫زي‬
‫قام‬zaid orang yang berdiri) .
 Ketiga : mufid/punya pengertian sempurna
mufid aksudnya adalah bahwa suatu ungkapan itu akan dikatakan
sebagai kalam apabila ungkapannya itu bisa difahami oleh kedua
belah, baik yang berbicara ataupun yang mendengarkan, misal : ‫ زيد قام‬.
Apabila ada ungkapan tersusun dari beberapa kata tapi maksudnya
tidak bisa difahami oleh yang mendengar maka tidak bisa disebut
sebagai kalam, misal ‫ )زید قام ْإ‬jika zaid berdiri), dan itu akan menjadi
kalam apabila disebutkan lanjutannya misal : ‫ قام محمد‬Muhammad juga
berdiri), sehingga menjadi :‫ام‬RR‫د ق‬RR‫ام محم‬RR‫د ق‬RR‫ ان زي‬jika zaid berdiri, maka
muhammad juga berdiri) .
 Keempat : bil wadh’i/di sengaja
Bilwadh’iDengan di sengaja dan menggunakan bahasa Sehingga
ucapannya orang gila, orang mabuk, orang mengigau, orang lupa, itu
bukan kalimat/kalam karena dalam keadaan tidak sadar/tidak dalam
keadaan sengaja. Demikian pula ucapannya orang ‘ajam seperti orang
Indonesia, inggris, cina, dan sebagainya yang tidak pakai bahasa arab

maka itu juga bukan kalam.


2. Kalim4
Kalim ialah susunan kalimat yang minimal harus terdiri dari tiga
kata (kalimat) baik memberikan pemahaman terhadap lawan bicaranya
atau tidak

4
ibid
Ilmu Nahwu (UNHAWA) |3
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Contoh kalim sempurna yang memberikan pengertian terhadap
lawan bicaranya:
‫رجع محمد من اامدرسة‬

(Telah pulang siapa muhammad dari sekolah)

Contoh tersebut adalah kalim yang sempurna karena terdiri lebih dari 3
kata dan memberikan pemahaman terhadap lawan bicaranya.

Contoh kalim yang tidak sempurna yang menimbulkan pertanyaan


kepada lawan bicaranya dan tidak dapat memberikan pemahaman
terhadapnya:
‫إن جاء محمد‬
Jika muhammad telah datangSusunan tersebut disebut sebagai
kalim yang kurang sempurna karena masih menimbulkan pertanyaan
dan membuat orang yang menjumpai kalim tersebut tidak faham.
3. Qoul
Qaul dalam ilmu nahwu adalah lafadz atau ucapan yang
mengandung arti secara mutlak baik tersusun dari beberapa kata atau
tidak, memberikan pemahaman atau tidak. qaul lebih umum maknanya
daripada kalim & kalam karena kalim & kalam itu termasuk qaul.
Contoh: ‫الجامعة االسالمية‬

Ilmu Nahwu (UNHAWA) |4


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


‫ الماصي والمضارع واالمر والنهي‬،‫الفعل واقسمه‬

(PEMBAGIAN FI’IL : FI’IL MADHI,

FIIL MUDHORI’, FI’IL AMAR, FI’IL NAHI)

A. Kalimat fi’il5 (kata kerja)


Fi’il adalah kata yang menunjukan pekerjaan disertai dengan keterangan
waktu. contoh : ‫ )جلس‬dia telah duduk), ‫)یجلس‬dia sedang duduk), ‫)اجلس‬
duduklah)
Kalimat fi’il di bagi menjadi 4 : fi’il madhi, fi’il mudhori’, fiil amar, fi’il
nahi

skema diagram 0.2


‫الكلمت الفعل‬

‫الفعل النا هي‬ ‫الفعل االمر‬ ‫الفعلل المضارع‬ ‫الفعل المضي‬

1. Fi’il madhi ( kata kerja lampau )


Fi’il madhi ( ‫ ماض فعل‬/ ( kata kerja lampau , dan tandanya adalah dibaca
fathah huruf akhirnya Contoh : ‫ ) الطفل نام‬anak laki-laki itu telah tidur ‫) ر رجع‬
Ammar telah pulang )Dan untuk perempuan tinggal tambahkan ta’ ta’nits ( ‫(ت‬
ْ Misal : ٌR‫ ْ )بنت نامت‬anak perempuan itu telah tidur)
2. Fi’il Mudhori’ ( kata kerja sedang )
Fi’il Mudhori’ ( ‫ فعل مضارع‬/ ( kata kerja sekarang atau yang akan
datang, dan tandanya adalah di awali dengan salah satu dari huruf mudhoro’ah
yaitu :
 hamzah nun ya dan ta, dan salah satu cirri-cirinya adalah berharakat
dhommah di akhirnya.

5
ibid
Ilmu Nahwu (UNHAWA) |5
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Contoh berawalan hamzah : ‫ أرجع‬/ ُ saya sedang pulangContoh
berawalan nun : ‫ العربیة اللغةم‬/ ُ kami sedang belajar bahasa arab

Contoh yang berawalan ya : ‫ ھاشم ُ یغتسل‬/ ُ hasyim sedang mandi

Contoh yang berawalan ta : ‫ مریم تجلس‬/ maryam sedang duduk

3. Fi’il Amr ( kata kerja perintah)


Fi’il amer ( ‫ أمر فعل‬/ ( kata kerja perintah , dan salah satu cirinya adalah
dibaca dengan sukun di akhirnya, misal ; ‫ ْ )اجلس‬duduklah) , ‫ ْ )ارجع‬pulanglah),
(masuklah (‫ادخل‬
4. Fi’il Nahi ( kata kerja larangan )
fi'il nahi adalah kata kerja yang menunjukkan arti larangan.
wazannya fi'il nahi
‫( ال تفعل‬laa taf'ul)
contohnya
‫( ال تنصر‬laa tanshur) jangan menolong
R‫( ال تكتب‬laa taktub) jangan menulis
‫'( ال تقرء‬laa taqro) jangan membaca.

‫الصحيح والمعتل‬
(mabni ma’lum, mabni majhul.
Bina. Shohih dan mu’tal)

A. pengertian Mabni Majhul dan Mabni Ma’lum


Fi’il mabni majhul adalah fi’il yang dibuang fa’ilnya dan maf’ul bih
َ ُ‫ق اإْل ِ ْن َسان‬
menempati fa’il dan dinamakan naibul fa’il. Contoh:‫ض ِع ْيفًا‬ َ ‫ُخ ِل‬
Fi’il mabni ma’lum adalah fi’il yang disebutkan fa’ilnya.
Contoh:‫ضعِْي ًفا‬
َ ‫َخلَ َق اهللُ اإْلِ نْ َسا َن‬

Ilmu Nahwu (UNHAWA) |6


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Perbedaan antara fi’il ma’lum dan majhul dari segi lafadznya tidak perlu
dijelaskan secara panjang lebar lagi karena sudah dijelaskan sebelumnya.
Dari segi makna fi’il ma’lum dan majhul bisa disamakan dengan konsep
kata kerja aktif dan pasif. Fi’il ma’lum sama dengan kata kerja aktif dan fi’il
majhul sama dengan kata kerja pasif yang apabila diterjemahkan biasanya
diawali “di”. Mari kita telaah kedua kalimat berikut:

‫ض ِع ْيفًا‬َ َ‫ق هللاُ اإْل ِ ْنسَان‬ َ َ‫خَ ل‬


َ ُ‫ق اإْل ِ ْن َسان‬
‫ض ِع ْيفًا‬ َ ِ‫ُخل‬
Skema diagram 0.3 ‫الفعل‬

‫المجهول‬ ‫المعلوم‬

َ‫ًخ ِلق‬ َ‫خلَق‬

B. Binak shohih dan Mu’tal


Fi’il shahih adalah fi’il yang terdiri dari huruf-huruf asli dan tidak
terdapat huruf ‘illah.
َ ‫َكت‬
Contoh : ُ‫َب – يدرس‬
Fi’il Mu’tal adalah fi’il yang didalamnya terdapat satu atau dua huruf
‘illaha
Contoh :
‫ يئس‬-‫وجد‬

Ilmu Nahwu (UNHAWA) |7


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman

‫ المذكر والمانث المنقوص والمقصور‬: ‫االسم واقسامه‬


( PEMBAGIAN ISIM : ISIM MUDZAKAR DAN
MUANNAS SERTA ISIM MANKUSH DAN MAQSUR)
A. Pengertian isim mudzakar dan muannas
Mudzakkar adalah isim (kata benda) yang menunjukan jenis laki-laki.
Contoh: ‫( َر ُج ٌل‬seorang laki-laki).

Skema diagram 0.4 ‫االسم الصاحيح‬

‫مئنث‬
‫مذكر‬

 Macam- macam mudzakar (‫) ُم َذ َّك ٌر‬


 Mudzakkar Haqiqi: semua isim yang menunjukan arti laki-laki,
baik dari golongan manusia maupun hewan. Contoh: ‫صبِ ٌّي‬ َ (seorang
َ
anak/balita laki-laki), ‫( َج َم ٌل‬unta), ٌّ‫( أب‬seorang ayah).
 Mudzakkar Majazi: isim yang dianggap mudzakkar (laki-laki)
sesuai kesepakatan orang Arab, baik dari benda mati maupun
tanaman. Contoh: ٌ‫( ِكتَاب‬buku), ‫( ش ََج ٌر‬pohon).
 Pengertian isim Muannas6
Muannats adalah isim yang menunjukan arti
perempuan, contoh: ٌ‫( إِ ْم َرأة‬wanita).
 Muannas dibagi menjadi 3 :

6
KH.  Moch. Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jurumiyyah dan ‘Imrthy, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1997) cet. ke-8, hal. 10.
Ilmu Nahwu (UNHAWA) |8
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


 Muannats Ma'nawi: isim yang menunjukan arti perempuan, tapi tidak
memiliki tanda muannats. Contoh: ٌ‫( زَ ْينَب‬nama seorang perempuan
'Zainab'), kata ' ٌ‫ 'زَ ْينَب‬tidak memiliki tanda muannats atau tidak
kemasukan huruf ta'marbuthoh, tapi kata tersebut menunjukan arti
perempuan karena memang nama perempuan.
 Muannats Haqiqi: isim yang menunjukan arti perempuan, baik dari
manusia atau hewan. Contoh: ٌ‫( ِإ ْم َرأة‬wanita).
 Muannats Majazi: isim yang beramal seperti amal perempuan
(disifati perempuan/dianggap perempuan). Contoh: ‫( َس َما ُء‬langit), ٌ‫َعيْن‬
B. Isim Maqsur
Isim maqsur adalah : Setiap isim mu’rob, yang akhirnya berupa alif
lazimah (menetap) yang hururf sebelumnya berharokat fathah.
Hukum Isim Maqshur
Semua I’rob isim maqshur baik rofa’, nashob atau jar ditaqdirkan
(dikira-kirakan) karena ada unsur ta’adzzur (kesulitan dalam
mengucapkan) sebab huruf akhir berupa alif yang tidak bisa diharokati
Contoh :

‫ َجاء ْالفَتَى‬: (Telah datang seorang pemuda)

‫ْت ْالفَتَى‬
ُ ‫ َرأي‬: (Saya melihat seorang pemuda)

‫ت بِ ْالفَتَى‬
ُ ْ‫ َم َرر‬: (Saya lewat bertemu dengan seorang pemuda)

Ilmu Nahwu (UNHAWA) |9


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 10


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


‫المفرد والتثيت والجمع‬
( MUFROD. TASTNIYAH, DAN JAMAK)
skema diagram o.4

‫جاماك‬ ‫تثنية‬ ‫مفرد‬


‫االسم‬
‫زيدون‬
‫زيدان‬
‫زيد‬

A. Mufrod
Semua isim yang menunjukan arti satu atau tunggal, tidak ada tanda
khusus untuk menentukan isim mufrad, karena bentuk isim mufrad adalah
bentuk pertama tanpa ada tambahan huruf sama sekali.
Contoh :

Buku
ٌ‫ِكتَاب‬
Skema diagram 0.6
Sekolah
ٌ‫َم ْد َر َسة‬

Pena
‫قَلَ ٌم‬ Perhatikanlah contoh
di atas, semuanya
merupakan bentuk asli, tanpa ada tambahan huruf, secara lafadz contoh-
contoh di atas sudah menunjukan arti satu, tanpa harus ditambah kata
bilangan 1 , tapi jika anda membaca tulisan Arab dan menemukan isim
mufrad yang disertai dengan bilangan, maka itu adalah taukid (penguat)
yang menunjukan bahwa jumlah barangnya adalah satu, contoh : ‫اح ٌد‬
ِ ‫ِكتَابٌ َو‬
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 11
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


artinya 'satu buku', kata kitabun merupakan isim mufrad, tapi disertai
dengan kata bilangan waahidun.
B. Isim Tasniyah
Semua isim yang menunjukan arti dua, tanda isim tasniyah adalah
kemasukan huruf alif+nun atau yaa+nun ( ‫ـان‬ 
ِ atau  ‫)ي ِْن‬, jadi, isim apapun
yang diakhiri dengan alif+nun atau yaa+nun, maka sudah termasuk isim
tasniyah dan mempunyai arti dua. Perhatikan contoh di atas ' ‫ ِكتَابَي ِْن‬/  ‫ان‬
ِ َ‫' ِكتَاب‬,
jika dibaca dengan huruf latin maka menjadi 'kitaabaani/kitaabaini'. yang
menunjukan isim tersebut menjadi tasniyah adalah karena ketambahan
huruf alif+nun dan yaa+nun, jika sudah ada tambahan huruf tersebut pada
suatu kata, maka sudah pasti kata itu mempunyai arti dua tanpa harus
diberi tamabahan kata bilangan dua.
Contoh :

Arti
Isim Tasniyah Bentuk
mufrad

Dua Buku
ٌ‫ِك َتاب‬
ِ ‫ ِك َتا َبي‬ /  ‫َان‬
‫ْن‬ ِ ‫ِك َتاب‬

Skema diagram 0.7

   c. Isim Jamak
Isim jamak adalah kata yang menunjukan arti lebih dari dua, nah
dalam bahasa Arab isim jamak dibagi lagi menjadi tiga, yaitu:
َّ ‫)ج ْم ٌع ال ُم َذ َّك ِر ال‬
 Jamak mudzakar salim ( ‫سا ِل ِم‬ َ
Sesuai namanya, jamak ini merupakan bentuk jamak yang
menunjukan arti banyak (lebih dari dua) teratur (‫ ) السَّالِ ِم‬dan dikhususkan
untuk laki-laki(  ‫ال ُم َذ َّك ِر‬ ).karena jamak ini teratur (‫) السَّالِ ِم‬, maka bentuk

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 12


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


jamak ini mempunyai tanda tertentu, yaitu ditandai dengan kemasukan

Arti Jamak Mudzakkar Bentuk


Salim Mufrad

Orang-orang kafir
َ‫ َكاف ِِر ْين‬ /َ‫َكافِر ُْون‬ ‫َكافِ ٌر‬

Orang-orang yang beriman


َ‫ م ُْؤ ِم ِن ْين‬ /  َ‫م ُْؤ ِم ُن ْون‬ ٌ‫م ُْؤمِن‬

Orang-orang yang bersyukur


َ‫ َشاك ِِر ْين‬/  َ‫َشا ِكر ُْون‬ ‫َشا ِك ٌر‬

huruf wawu+nun atau yaa+nuun ( َ‫ وْ ن‬ atau ‫) ي َْن‬, jika dilihat tanda


'yaa+nuun' sama dengan tanda isim tasniyah (yang menunjukan arti dua),
yang membedakan adalah huruf sebelum yaa berharakat fathah dan
huruf nuun padaisimtasniyahmempunyai harakat kasroh (contoh:
‫ ُم ْسلِ َمي ِْن‬ 'muslimaini'), sedangkan pada jamak mudzakkar salim, huruf
sebelum yaa berharakat kasroh dan huruf nuun nya mempunyai harakat
fathah (contoh:  َ‫ ُم ْسلِ ِميْن‬ 'muslimiina').
Contoh lain :

Skema diagram 0.8

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 13


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman

 Jamak Muannats Salim ( ‫سالِ ِم‬ ِ َّ‫)ج ْم ُع ال ُمؤَ ن‬


َّ ‫ث ال‬ َ
Bentuk jamak yang kedua adalah jamak muannats salim, yaitu
bentuk jamak teratur (‫ ) السَّا ِل ِم‬yang dikhususkan untuk perempuan (
Rِ َّ‫)ال ُمؤَ ن‬.karena jamak ini teratur (‫) السَّالِ ِم‬, maka bentuk jamak ini juga
‫ث‬
mempunyai tanda tertentu, yaitu ditandai dengan kemasukan huruf
alif+ta' ( ‫ت‬+‫)ا‬.
Contoh :

Arti
Jamak Muannats Salim Bentuk
Mufrad

Orang-orang yang beriman (pr)


5ٌ ‫م ُْؤ ِم َن‬
‫ات‬ ‫م ُْؤ ِم َن ٌة‬

Tanda-tanda (pr)
ٌ ‫عَ اَل م‬
‫َات‬ ‫عَ اَل م ٌَة‬

Pemikiran-pemikiran (pr)
ٌ َ‫ف ِْكر‬
‫ات‬ ٌ‫ف ِْكرَ ة‬

Skema diagram 0.9


Perhatikanlah contoh di atas, bentuk mufrad yang tadinya
mempunyai ta' marbuthoh (ٌ‫ )ـ ة‬di akhir kata, ketika menjadi jamak
muannats salim maka ta' marbuthohnya dihilangkan dan diganti dengan
tanda alif+taa'.

 Jamak Taksir (‫)ج ْم ُع ال َّت ْكسِ ْي ِر‬


َ

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 14


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Sesuai namanya, jamak ini adalah bentuk jamak yang tidak
beraturan, kata 'Taksir' dalam bahasa Arab mempunyai arti 'terpecah',
oleh karena itu jamak ini tidak mempunyai tanda dan ciri yang khusus,
jamak ini bisa berlaku untuk mudzakar (laki-laki) maupun muannats
(perempuan). bisa untuk benda mati atau benda hidup, jamak ini juga
termasuk sima'i, jadi pengucapannya mengikuti orang Arab, dan
tentunya tidak mempunyai ciri khusus, jamak ini hanya bisa dihafalkan
melalui kamus.
Contoh:

Arti
Jamak Taksir Bentuk mufrad

Buku-buku
ٌ‫ُك ُتب‬ ٌ‫ِك َتاب‬

Kewajiban-
kewajiban ٌ‫فُر ُْوض‬ ٌ‫َفرْ ض‬

Gigi-gigi
ٌ‫أَسْ َنان‬ ٌّ‫سِ ن‬

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 15


‫علم النحو‬

‫‪Muh Khofif Luthfi Rohman‬‬

‫‪ ASMAUL KHOMSAH‬‬

‫ذو مال‬ ‫فوك‬ ‫حموك‬ ‫اخوك‬ ‫ابوك‬

‫ابيك‬ ‫اباك‬
‫اال سماء الخمسة‬

‫اخخيك‬
‫اخاك‬

‫حميك‬ ‫حماك‬

‫فيك‬ ‫فاكا‬

‫ذيمال‬ ‫ذا مال‬


‫)‪Ilmu Nahwu (UNHAWA‬‬ ‫‪| 16‬‬
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman

A. Pengertian Asmaul Khomsah

"Asmaul khomsah adalah setiap isim mu'rab yang akhirnya


terdapat huruf ilat (yang ditambahkan) sebagai tanda i'rab." ... Contoh
bentuk asma'ul khomsah dalam keadaan i'rab rofa': ٌ‫ اَب‬ketika diidhofahkan
menjadi : َ‫ ~ أَبُوك‬ayahmu. ‫ أَ ٌخ‬ketika diidhofahkan menjadi: َ‫ ~ أَ ُخوْ ك‬saudaramu

Di dalam keterangan lain7 :

ِ ‫آخ ُرهُ َحرْ فُ ِعلَّ ٍة تُن‬


‫َاسبُ َحرْ َكةَ َما قَ ْبلَها‬ ِ ‫ب‬ٍ ‫ُكلُّ اس ٍْم ُمع َْر‬

Isim lima adalah setiap isim mu’rab yang diakhiri huruf ilat yang
menyesuaikan dengan harakat sebelumnya. Yang dimaksud dengan huruf
ilat yang menyesuaikan harakat sebelumnya adalah wawu bila sebelumnya
dhammah, alif bila sebelumnya fathah, dan ya’ bila sebelumnya kasrah.
Adapun kelima isim tersebut adalah:
  ْ‫ ُذو‬- ْ‫ َح ٌم – فُو‬ – ‫اَبٌ –اَ ٌخ‬
َ artinya paman, ( ْ‫)فُو‬
Kata ( ٌ‫ )اَب‬artinya ayah, (‫ )اَ ٌخ‬artinya saudara, (‫)ح ٌم‬
artinya mulut, dan ( ْ‫ ) ُذو‬artinya yang mempunyai.

7
Bilal, Asmabintu. 2014. “Asma’ al-Khamsah”, http://mudah-
belajarbahasaarab.blogspot.com/2014/07/asmaul-khomsah-isim-isim-yang-lima.html, diakses pada 16
januari 2020 pukul 15.05.
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 17
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Asma’ al-Khamsah artinya Isim Yang Lima. Yaitu satu kelompok
isim yang sama bentuknya dan perubahannya. Yaitu;
(Ayahmu) á َ‫أبَاك‬ َ‫أبِيْك‬ َ‫أبُوْ ك‬
(Saudaramu) á َ‫أخَ اك‬ َ‫أخيْك‬ ِ َ‫أ ُخوْ ك‬
(Iparmu) á َ‫َح َماك‬ َ‫َح ِميْك‬ َ‫َح ُموْ ك‬
(Mulutmu) á َ‫فَاك‬ َ‫فِيْك‬ َ‫فُوْ ك‬
(yang punya Harta) á ٍ ‫َذا َم‬
‫ـــال‬ ‫ــــال‬
ٍ ‫ِذى َم‬ ٍ ‫ُذوْ َم‬
‫ـــال‬

Keterangan:
1.      Isim- isim diatas disebut Isim Yang Lima, yaitu satu kelompok isim
yang sama bentuknya dan perubahannya. (lihat contoh diatas).
ٍ ِ‫أبُوْ طَال‬
2.      Akhiran isim tersebut tidak mesti  َ‫ك‬ (dhamir), boleh saja  ْ‫ب – أبُو‬
‫أ ُخوْ هُ ْم‬ – َ‫ َجه ٍْل – أ ُخوْ ك‬.
ٍ ‫ َم‬, boleh saja ‫ُذوْ ِع ْل ٍم‬
ٍ ‫ ُذوْ َم‬ tidak selamanya harus bersambung dengan ‫ــال‬
3.      ‫ــال‬
ٍّ‫– ُذوْ قُ َّو ٍة – ُذوْ لُب‬.

Syarat- syarat Isim yang Lima:


Terdapat tiga syarat untuk disebut Isim yang Lima:

1.  Hendaklah dalam bentuk mufrad, dan apabila dalam bentuk jama’ tidak
disebut Isim yang Lima. Seperti:
‫أبَا ُء‬ jama’ dari ٌ‫أب‬
ٌ‫إخ َوة‬ْ jama’ dari ‫أ ٌج‬

2. Hendaklah  diidhofatkan (disandarkan) kepada kalimat lain. Seperti; ,َ‫أبُوْ ك‬


َ‫أخُوْ ك‬. Apabila tidak diidhofatkan, maka tidak disebut Isim yang
Lima.  Seperti: ‫ أ ٌخ‬, ٌ‫أب‬.

3. Tidak diidhofatkan kepada ‫يَا ُء ال ُمتَ َكلِّ ِم‬. Seperti; ‫أخى‬


ِ ‫أبِى‬ dan seterusnya.

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 18


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


B.     I’rab Asmaul Khomsah8
Isim lima ketika marfu’ ditandai oleh huruf wawu. Contoh:
ٌ‫طَبِيْب‬  َ‫اَبُوْ ك‬

َ‫أَ ُخوْ ك‬  ‫هَ َذا‬

ِ َ‫َجا َء َح ُموْ ِعرْ ف‬


‫ان‬

َ‫فُوْ كَ نِ ْمرُك‬

‫ ِع ْل ٍم‬  ْ‫َعلِى ُذو‬


Isim lima ketika manshub ditandai oleh huruf alif. Contoh:
ٌ‫طَبِيْب‬  َ‫إِنَّ اَبَاك‬

‫أَخَ ا َع ِلي‬ ‫ْت‬
ُ ‫َرأَي‬

ِ َ‫ ِعرْ ف‬ ‫إِنَّ َح َما‬


ٌ‫ان ُمدَرِّس‬

َ‫إِنَّ فَاكَ نِ ْمرُك‬

‫ ِع ْل ٍم‬ ‫َكانَ َعلِى َذا‬

Isim lima ketika majrur ditandai oleh huruf ya’. Contoh:


َ‫هَ َذا ْال ِكتَابُ اِل َ ِب ْيك‬

‫هَ َذا ْال ِكتَابُ لِأ َ ِخ ْي َعلِي‬

8
Anwar, Moch. 1995.Ilmu nahwu terjemahan matan Al-Ajurumiyyah dan ‘Imrithy.Bandung:sinar baru
algensindo. Hal 27
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 19
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman

ُ ْ‫َم َرر‬
َ‫ت بِ َح َميْك‬

‫فِ ْي فِ ْيكَ طَ َعا ٌم‬

‫ ِع ْل ٍم‬  ْ‫ض ْيلَةُ لِ ِذي‬


ِ َ‫ْالف‬

‫اسماءاالستفهام‬

(ISIM ISTIFHAM)

A.pengertiam

Isim istifham (‫تِ ْفهَ ِام‬R ‫ ُم اإْل ِ ْس‬R ‫ )اِ ْس‬ialah isim mabni yang dipakai untuk
menanyakan mengenai sesuatu. Dalam bahasa Indonesia dinamakan
“kata tanya”.

Contoh :

Siapakah orang pria ini? = ‫َم ْن هَ َذا ال َّر ُج ُل ؟‬

Apa yang terdapat di tanganmu? = ‫َما الَّ ِذي ِبيَ ِدكَ ؟‬

Rَ ُ‫أَيْنَ بَ ْيت‬
Di manakah rumahmu? = ‫ك ؟‬

‫استفهام‬

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 20


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


‫اين‬ ‫ما‬ ‫من‬

 Istilah-ustilah dalan istifham :


a  menanyakan mengenai  isi kalimat dan guna  menanyakan tentang di
antara  dari dua atau sejumlah  hal, misal  :
Apakah Muhammad telah  datang? = ‫أَ َجا َء ُم َح َّم ٌد ؟‬
Apakah kamu  datang berkendaraan atau berlangsung  kaki? = ‫أَ َرا ِكبًا ِج ْئتَ َا ْم‬
‫اشيًا ؟‬
ِ ‫َم‬

- ْ‫( هَل‬apakah).
Dipakai guna  menanyakan mengenai  isi kalimat, misal  :
Apakah kamu  datang dengan berkendaraan? = ‫هَلْ ِج ْئتَ َرا ِكبًا ؟‬

- ‫( َم ْن‬siapa).
Dipakai guna  menanyakan yang berakal, misal  :
Siapakah orang yang berdiri di sana? = ‫َم ِن الَّ ِذي قَا َم هُنَاكَ ؟‬

- ‫( َما‬apakah).
Dipakai guna  menanyakan yang tidak berakal, misal  :
Apakah ini? = ‫َما هَ َذا ؟‬

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 21


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Biasanya ditambah akhiran ‫ َذا‬menjadi ‫ َما َذا‬, misal  :
َ ‫َما َذا الَّ ِذي َحد‬
Apakah yang sudah  terjadi? = ‫َث ؟‬

- ‫( َمتَى‬kapan).
Dipakai guna  menanyakan mengenai  waktu, misal  :
Kapan kau berangkat? = ‫َمتَى تُ َسافِ ُر ؟‬

- َ‫( أَيْن‬dimana).
Dipakai guna  menanyakan mengenai  tempat, misal  :
Dimana kantor pos? = ‫أَيْنَ َم ْكتَبُ ْالبَ ِر ْي ِد ؟‬

- َ‫( َكيْف‬bagaimana).
Dipakai guna  menanyakan keadaan, misal  :
ِ ‫َكيْفَ اَحْ َوا ُل الطَّ ْق‬
Bagaimana suasana  cuaca? = ‫س ؟‬

- ‫( َك ْم‬berapa).
Dipakai guna  menanyakan jumlah/bilangan, misal  :
َ ‫َك ْم ثَ َمنُ ال َّسي‬
Berapa harga mobil itu? = ‫َّار ِة ؟‬
Adakalanya kata tanya ‫ َك ْم‬didahului oleh kata depan (huruf   jarr) ‫ب‬
ِ ,
sampai-sampai  menjadi ‫( ِب َك ْم‬artinya tetap/berapa), misal  :
Rَ ‫بِ َك ْم اِ ْشت ََريْتَ هَ َذا ْال ِكت‬
Berapa kaubeli buku  ini? = ‫َاب ؟‬

- ُّ‫( أَي‬yang mana).


Dipakai guna  menanyakan satu dari dua atau banyak, misal  :
Buah-buahan yang mana yang kausuka? = ‫أَيُّ فَا ِكهَ ٍة تُ ِحبُّ ؟‬
Rٍ ‫ِفي أَيِّ بَ ْي‬
Di lokasi  tinggal  yang mana kautinggal? = ‫ت تَ ْس ُكنُ ؟‬

Semua isim istifham di atas ialah  mabni (artinya tidak berubah-ubah


Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 22
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


bunyi huruf   akhirnya) kecuali ُّ‫أَي‬, huruf   ini merasakan  perubahan
menurut  keterangan dari  perubahan jabatannya di dalam kalimat.

‫انكره والمعرفة‬

(ISIM NAIROH DAN MA’RIFAT)

NAKIROH MA’RIFAT

ISIM

Menunjukkan Menunjukan makna


makna umum khusus

Munada
idhofah maqshud

Alif lam Isim


maushul

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 23


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman

Isim
isyaroh

Isim
dhomir

Isim alam

A. Pengertian Isim Ma’rifat dan nakiroh9


Isim makrifah adalah kata benda yang telah terdefinisikan dengan
pasti. Kata ‘makrifah’ sendiri artinya adalah ‘dikenal’.
Kata benda yang berada dalam bentuk ini berarti sudah dikenal
kepemilikan atau ciri-cirinya.
 Jenis-jenis ma’rifat
 Isim ‘alam bermakna kata benda nama. Semua nama orang,
gelar, dan lokasi tergolong dalam kategori ini, meskipun ada
yang bertanwin sebagaimana isim nakirah.
Berikut contohnya. ‫رئيس‬
 Kunyah (dibaca kun-iyah) adalah gelar yang biasa diberikan
kepada seseorang yang sudah memiliki anak atau orang-orang
yang memiliki ikatan orangtua-anak. Berikut ini tiga contoh
kunyah yang biasa digunakan.
Berikut contohnya : ُ‫اِبْن‬

9
KH.  Moch. Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jurumiyyah dan ‘Imrthy, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1997) cet. ke-8, hal. 13.
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 24
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


 Laqab adalah nama alias. Nama alias diambil dari sifat yang
menonjol dari diri seseorang, lantas Ia akan menggunakan
kata sifat.
Contohnya adalah sebagai berikut. ‫المختار‬

Isim adalah kata benda sejati selain gelaran seperti kunyah


dan laqab. Isim biasanya

 berbentuk mufrad, berasal dari bahasa Arab asli atau arabisasi


bahasa lain.
Contohnya adalah sebagai berikut. ‫لُ ْبنَان‬ 
 Isim dhomir dalam bahasa arab bermakna kata ganti. Kata
ganti adalah kata yang mewakili penyebutan suatu atau
sekelompok kata benda.
Contoh umumnya dapat dilihat dalam tabel berikut. ‫نتم‬ 
 Isim isyarah Bahasa Arab adalah kata yang digunakan untuk
menunjuk benda. Kata ini dibedakan berdasarkan jauh
dekatnya
posisibendayangdibicarakan,jumlahbenda(mufrad/tunggal, mu
tsanna/ ganda, dan jamak/ plural), dan jenis kelamin benda
(maskulin/ muannats dan mudzakkar /feminin).
Contohnya dapat dilihat dalam tabel berikut. Ini adalah contoh
kata tunjuk untuk muzakkar/ maskulin ‫ هذه‬,‫هذا‬
 Isim yang berfungsi untuk menghubungkan beberapa kalimat
atau pokok pikiran menjadi sebuah kalimat.Kata ini selaras
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 25
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


dengan ‘yang’ (‫الذ‬, alladzi) dalam Bahasa Indonesia. Contoh
penggunaannya adalah sebagai berikut.
‫يؤمنون ويفعلون‬ ‫الذين‬ ‫الناس‬
 jenis-jenis nakiroh
Isim nakirah ada dua jenis. Keduanya dibedakan berdasarkan posisi
kata.
 Isim nakirah dasar
Ciri-cirinya adalah isim ini dapat diubah menjadi isim makrifat
dengan menambahkan Alif lam di depan dan menghilangkan
tanwin di belakangnya.

Contoh isim ini dapat dilihat pada contoh isim nakirah pada
bagian sebelumnya.

 Isim nakirah yang menyatakan kepemilikan


Biasanya isim sejenis ini menjelaskan ‘seseorang memiliki
(suatu benda)’.
Contohnya adalah sebagai berikut. ‫ ِع ْل ٍم‬  ْ‫ُذو‬

‫اسم ظامر‬

‫متصل‬

‫منفصل‬

A Pengertian isim Dhomir10

10
Syekh Syamsuddin Muhammad Arra’ini, Ilmu Nahmu Terjemah Mutammimah Ajurumiyyah, (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2016) cet. ke-19, hal. 11-12.
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 26
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Dhomir adalah kata ganti. Kata ganti atau pronomina adalah kata yang
menggantikan orang atau benda untuk membuat penyampaian kalimat lebih
efektif. Dhomir juga merupakan wujud efektivitas bahasa yang
menjelaskan sudut pandang dan keterangan terhadap jumlah dan ‘jenis
kelamin’ benda.
Yang menariknya, dalam Bahasa Arab, dhomir dapat berwujud huruf.
Umumnya Dhomir berwujud kata, namun cukup simple untuk diucapkan.
Jika ingin menemukan fiil madhi, mudhari, amar yang cocok, terlebih dahulu
harus menentukan dhomir.Penting untuk diingat bahwa kata ganti dalam
Bahasa Arab juga dipengaruhi isim ‘jenis kelamin benda yaitu, mudzakkar
dan muannats.

 Jenis-jenis Dhomir

Di dalam Bahasa Arab ada tiga jenis dhomir yaitu dhomir munfashil, dhomir
muttashil, dan dhomir mustatir. Berikut penjelasan dari tiga jenis dhomir
tersebut.

 ِ ‫ا ْل ُم ْن َف‬ )
Dhomir Munfashil ( ‫ص ُل‬

Munfashil artinya terpisah. Maka dhomir munfashil adalah dhomir yang


mandiri, Ia berdiri sebagai satu kata.Seluruh dhomir munfashil dibagi pada
dua jenis: dhomir munfashil rofa’ dan dhomir munfashil I’rob. Berikut
penjelasannya.

 Dhomir Munfashil rofa’

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 27


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Dhomir Munfashil rofa’ adalah dhomir yang membuat bagian akhir dari kata yang
didampinginya akan memiliki tanda huruf akhir alif, waw, dan nun. Atau berharakat
fathah, dhommah, dan tanwin

Bahasa Arab Cara Baca Bahasa Indonesia

‫انا معلم‬ Anaa mu’alimun saya adalah seorang mu’alim/ guru

‫أنت معلم‬ Anta mu’alimun kamu adalah seorang mu’alim/ guru

‫هي معلمة‬ Hiya mu’alimatun beliau (pr) adalah seorang mu’alim/ guru

Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut:

Dapat dilihat pada tabel di atas, kata benda mu’alim (guru/ orang yang tahu)
tetap berakhiran dhammah kasrah.

Ada setidaknya 12 dhomir yang tergolong ke dalam dhomir munfashil rofa’.


Dapat dilihat dalam tabel berikut.

Dhomir Dhomir Dhomir

‫أنا‬ ‫أنت‬
‫أنت‬
Anaa-saya Anta- kamu
Anti- kamu (tunggal, pr)
(lk/pr) (tunggal, lk)

‫أنتم‬ ‫أَ ْنتُ َما‬ 


َّ‫أَ ْنتُن‬ 
Antum- kalian Antuma- kamu
Antunna- kalian (>2, pr)
(>2 lk) (dua pr/lk)

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 28


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman

‫هو‬ ‫هي‬ ‫هُ َما‬ 


Dia (lk) Dia (pr) Mereka  (dua orang, lk/pr)

ُ‫نَحْ ن‬ 
Kami (normal)/ saya (dalam
‫هُ ْم‬  َّ‫هُن‬  kondisi mengagungkan diri)
Mereka  (>2, Mereka (>2,
lk) pr)

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 29


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


 Dhomir Munfashil I’rob

Dhomir munfashil I’rob adalah dhomir yang membuat kata yang


didampinginya memiliki huruf akhir ‘ya’ dan harakat ‘kasrah’.

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 30


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman

Bahasa Arab Terjemahan

Dia (lelaki) adalah guru kimia baru dari ‘Almaniya/


‫هو مدرس كيمياء جديد من ألمانيا‬
Jerman).

‫انهم‬ .‫هذه الحقائب هما من فرنسا‬


Ini adalah dua tas dari Prancis. Mereka bagus-bagus.
‫جميالت‬

‫انت صديقي المفضل‬. Kamu adalah teman terbaikku

‫لطيف‬  ‫أنت‬ Kamu (pr) cantik

‫هي قوية‬ .‫إنها أختي‬ Dia (pr) adalah saudari peremuanku. Dia kuat

‫هم أفضل صديق‬ Mereka (lk) adalah teman akrab.

‫وجاءت هذه الفتيات من‬ .‫هم يا صديقي‬ Mereka(pr) adalah temanku. Mereka datang dari
‫الهند‬ India.

‫نحن يتحسن اآلن‬ Kami makin membaik saat ini.

‫هؤالء األوالد هم المفضلة‬ .‫نهم اقوياء‬. Mereka kuat. Kedua lelaki itu adalah favoritku.

‫نحن من بنغالديش‬ Kami dari Bangladesh.

Hanya satu kata ganti yang tergolong ke dalam dhomir munfashil yaitu iyya ( ‫)إيا‬.
Contoh penggunaannya adalah sebagai berikut.

 ‫إياك‬

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 31


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


 ‫إياي‬
 ‫إياكم‬ 

Contoh penggunaan dhomir munfashil dalam kalimat adalah sebagai


berikut.

 Dhomir Muttashil ( ‫ا ْل ُمت َِّص ُل‬  )

Dhomir muttashil adalah dhomir yang cukup praktis, karena merupakan satu
huruf yang melekat pada suatu kata.Biasanya dhomir muttashil dipakai
untuk menyatakan kepemilikan terhadap suatu objek.Adapun kata ganti
dhomir muttashil berasal dari dhamir munfashil. Akan tetapi, beberapa kata
ganti akan mengalami perubahan jika digandengkan dengan kata lain
seperti fi’il.Dhomir muttashil pun dibagi pada tiga jenis: dhomir rofa’,
nasob, dan jar.

 Dhomir muttashil rofa’


Sebagaimana pada dhomir munfashil, dhomir rofa’ adalah kata sambung
yang menjadikan suatu kata diakhiri harakat fathah, dhommah, atau
tanwin.Pada kasus dhomir muttashil rofa’, kata dhomir diganti menjadi satu
atau dua huruf yang merupakan rangkaian dari huruf alif, waw, atau huruf
lainnya yang berharakat fathah, dhommah, atau tanwin.Contohnya dapat
dilihat dalam tabel perubahan kata ‘nashr’ (menolong) berikut. Yang diberi
huruf merah adalah dhomir rofa’.

Latin Arab Terjemah

Nasharaa Mereka (lk, 2 orang) menolong

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 32


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman

Nasharataa Mereka (pr, 2 orang) menolong

Nashartu Aku menolong

Catatan: perubahan kata kerja ini tidak berlaku untuk beberapa dhomir (Dia laki-
laki/ huwa dan dia perempuan/ hiya)

 Dhomir muttashil nasob


Pada dhomir muttashil nasob, dhomir munfashil yang telah ditransformasi ke
dalam bentuk muttashil-nya dimasukkan bulat-bulat dan ditempelkan di bagian
akhir kata kerja.

Contohnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Latin Arab Terjemah

Nashrah Dia (lk) menolong

Nashraka Kamu (lk) menolong

Nasharaniy Aku menolong

 Dhomir muttashil jar

Perbedaan dhomir ini dengan kedua dhomir sebelumnya adalah terdapat


perubahan harakat pada huruf yang terletak pada bagian akhir kata kerja/ fi’il
sebelum dhomir muttashil-nya.
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 33
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Harakat huruf tersebut biasanya berganti menjadi dhommah. Contohnya
dapat dilihat dalam tabel berikut:

Latin Arab Terjemah

Baladuhu Negeri mereka (lk)

Baladuka Negeri kamu (lk)

Baladunaa Negeri kita

Contoh penggunaan dhomir muttashil dalam kalimat adalah sebagai


berikut. Perhatikan variasi kata ‘kitab’, bukan kata kerja.

Bahasa Arab Terjemah

‫قرأ كتابه‬ Dia (lk) membaca bukunya.

‫قرأت كتابها‬ Dia (pr) membaca bukunya.

‫اقرا كتابي‬ Aku membaca bukuku.

 R‫قرأت كتابك‬ Kamu membaca bukumu

R‫نقرأ كتابنا‬ Kami membaca buku kami

‫يقرأون كتبهم‬ Mereka (lk) membaca buku mereka.

‫األرض تهتز سطحه‬ Bumi mengguncangkan permukaannya.

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 34


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman

R‫أستاذي يكتب كتابها‬ Guruku menulis bukunya

‫أخي يقرأ كتابك‬ Abangku membaca bukumu.

Anak-anak semua, sudah baca buku kalian?

‫ هل قرأت كتابكم؟‬، ‫الصف‬

‫االسم االشارة‬

(ISIM ISYAROH )

A. Pengertian
Isim Isyarah adalah kata tunjuk, atau kata penghubung khusus 
menunjukan sesuatu. Jika dalam bahasa indonesia tidak jarang  kita sebut
“ini” dan “itu“. Namun bertolak belakang  dengan bahasa arab, kata tunjuk
disini me sti disusaikan peruntukannya khusus  apa dan jumlahnya berapa,
karena andai  salah dalam menunjukan atau tertukar kata penunjukan dijamin 
akan menciptakan  lawan bicara bakal  gagal faham

 Isim Isyarah khusus mudzakar : (INI)

 Tunggal : ‫هذا‬
Contoh kalimat : Ini guru (pria)-> ‫هذا مدرس‬
 Ganda : ‫هذا ِن‬

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 35


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Contoh kalimat : Ini 2 guru (pria)-> ‫هذان مدرسان‬
 Jamak : ‫هؤُاَل ِء‬
Contoh kalimat : ini 3 guru (pria)- > ‫هؤُاَل ِء مدرسون‬

 isim Isyarah khusus mudzakar : (ITU)


 Tunggal : َ‫ذلك‬
Contoh kalimat : tersebut guru (pria)-> ‫ذلكَ مدرس‬
 Ganda : ‫ذانك‬
Contoh kalimat : tersebut 2 guru (pria)-> ‫ذانك مدرسان‬
 Jamak : َ‫أُولئك‬
Contoh kalimat : tersebut 3 guru (pria) – > ‫أُولئكَ مدرسون‬

 Isim Isyarah khusus muanats: (INI)


 Tunggal : ‫هذه‬
Contoh kalimat : ini guru (wanita) -> ‫هذه مدرسة‬
 Ganda : ‫هاتا ِن‬
Contoh kalimat : ini 2 guru (wanita) -> ‫هاتان مدرستان‬
ِ
 Jamak : ‫هؤُاَل ِء‬
Contoh kalimat : ini 3 guru (wanita) ->

‫هؤُاَل ِء مدرسات‬

 Isim Isyarah khusus muanats: (ITU)


 Tunggal : َ‫ِت ْلك‬
Contoh kalimat : tersebut guru (wanita) -> ‫ِت ْلكَ مدرسة‬
 Ganda : َ‫تانِك‬

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 36


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Contoh kalimat : tersebut 2 guru (wanita) -> ‫تا ِنكَ مدرستان‬
 Jamak : َ‫أُولَئِك‬
Contoh kalimat : tersebut 3 guru (wanita) -> ُ‫أ‬

‫االسماء الموصولية‬

(ISIM MAUSHUL)11
A. Pengertian Isim Mausul (‫)اسم الموصول‬
Isim Maushũl (Kata Sambung) ialah Isim yang bermanfaat untuk
menghubungkan sejumlah kalimat atau pokok benak menjadi satu kalimat.
Maksudnya, bahwa masing-masing isim ma’rifat tersebut akan menjadi
jelas bila estafet dengan kalimat sesudahnya, yang disebut Shilah.
Shilah(anak kalimat) tersebut harus mempunyai dhamir yang berpulang
kepada isim maushul, yang disebut a’id. Dalam bahasa Kita, biasanya Kata
Sambung 'isim Mausul' ini diterjemah menjadi kata: "yang". Bentuk asal
atau dasar dari Isim Maushũl merupakan : ْ‫( الَّ ِذي‬yang).
Perhatikan misal pemakai an Isim Maushũl dalam menggabungkan dua
kalimat di bawah ini:
 Kalimat I ُ‫“ = َجا َء ْال ُمدَرِّس‬Guru itu datang”.
 Kalimat II َ‫“ = اَ ْل ُمدَرِّسُ يُ َعلِّ ُم اللُ َغةَ ال َع َربِيَّة‬guru tersebut mengajar Bahasa Arab”.
 Kalimat III َ‫ ةَ ال َع َر ِبيَّة‬R‫ ا َء ْالمُ دَرِّسُ الَّ ِذيْ يُ َعلِّ ُم اللُ َغ‬R‫“ = َج‬guru yang melatih Bahasa
Arab telah datang”.
 Kalimat III menghubungkan Kalimat I dan II dengan Isim Maushũl: ْ‫الَّ ِذي‬.
B. Pembagian Isim Maushũl
Dalam Bab ini Isim Maushũl terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

 Isim Maushũl Ismi

11
KH.  Moch. Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jurumiyyah dan ‘Imrthy, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1997) cet. ke-8, hal. 13.
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 37
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Isim Maushũl Ismi ialah Isim Maushũl isim yang selamanya perlu
kepada Shilah dan A’id.
Contoh : ُ‫ = َجا َء الَ ِّذي قَا َم اَبُوْ ه‬sudah datang seseorang yang ayahnya berdiri.
 Isim Maushũl Harfi
Isim Maushũl Harfi ialah semua huruf yang dengan shilahnya di ta’wili
dengan Masdar.
Sedangkan Isim Maushũl Harfi tersebut ada lima macam:

a. Huruf ْ‫“ أن‬An” dengan dibaca fathah, ini dapat masuk pada fi’il
madli, fi’il mudlori’, fi’il Amar.
contoh fi’il madli = ‫ْت ِم ْن اَ ْن قَا َم زَ ْي ٌد‬
ُ ‫عجب‬
ِ “saya heran dari sudah berdiriny
Zaid”.
contoh fi’il mudlori’= ‫ْت ِم ْن اَ ْن يَقُوْ َم زَ ْي ٌد‬
ُ ‫عجب‬
ِ “saya heran dari berdirinya Zaid”.
contoh fi’il Amar = ‫ت الَ ْي ِه ِبا َ ْن قُ ْم‬
ُ ْ‫“ اَشَر‬saya memberi isyarat dengan perintah
berdiri”

b. Huruf َّ‫“ أَن‬Anna”


contoh =
َ ‫أَ َولَ ْم يَ ْكفِ ِه ْم أَنَّا أَ ْنزَ ْلنَا َعلَيْكَ ْال ِكت‬
‫َاب يُ ْتلَ ٰى َعلَ ْي ِه ْم‬
“Dan apakah tidak cukup untuk mereka sesungguhnya Kami sudah
menurunkan kepadamu Al Kitab [Al Qur’an] sedang dia diucapkan
kepada mereka? Sesungguhnya dalam [Al Qur’an] tersebut ada rahmat
yang besar dan pelajaran untuk orang-orang yang beriman.”(Q.S. Al-
Ankabũt : 51)

c. Huruf ‫“ ك َْى‬Kai” hanya dapat masuk pada fi’il mudlori’ saja.


contoh =
ً‫ زَ يْدا‬Rَ‫َى تُ ْك ِرما‬ ُ ‫“ ِج ْئ‬saya datang supaya anda menghormati atas Zaid”
ْ ‫ت ِلك‬

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 38


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman

d. Huruf ‫“ َما‬Ma” ada yang berbentuk Masdariyah Dharfiyyah, dan


ada pula yang Masdariyah Ghairu Dharfiyyah.
Contoh Masdariyah Dharfiyyah =
ً ‫“ اَل اَصْ َحبُكَ ماَ ُد ْمتَ ُم ْنطَلِقا‬saya tidak dapat menemanimu selama anda pergi”
Contoh Masdariyah Ghairu Dharfiyyah =
ً‫ض َربْتَ زَ يْدا‬
َ َ‫ْت ِمما‬
ُ ‫عجب‬
ِ “saya heran mengenai pukulanmu untuk Zaid”
e. Huruf ‫ “ لَ ْو‬Lau” huruf ini dapat masuk pada fi’il Madli dan pun
fi’il Mudlori’.
Contoh fi’il Madli = ‫ت لَوْ قاَ َم زَ ْي ٌد‬
ُ ‫“ َو ِد ْد‬saya senang andai Zaid telah berdiri”
l Mudlori’ = ‫ت لَوْ يَقُوْ ُم زَ ْي ٌد‬
ُ ‫“ َو ِد ْد‬saya senang andai Zaid berdiri”
C. Bentuk-Bentuk Isim Maushũl
Bentuk Isim Maushũl Mufrad (tunggal) dan Mutsanna (menunjukan arti
dua)
ِ ِ‫ َو ْاليَـــــا إ َذا َما ثُنِّيَــــا الَ تُ ْثــــــب‬¤ ‫َموْ صُو ُل اال ْس َما ِء الَّ ِذي األُ ْنثَى الَّتِي‬
‫ت‬
“Adapun Isim Maushul yakni ‫( الَّ ِذي‬jenis laki; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil)
dan khusus jenis (perempuan; baik ‘aqil atau ghairu ‘aqil) yakni ‫الَّ ِتي‬. Jika
dua-duanya ditatsniyah-kan (dual), maka huruf Ya’nya jangan diputuskan
atau dibuang.
Contoh = ‫“ َجا َء ِن ْي الَ ِّذي قَا َم‬datang kepadaku seorang(laki-laki) yang berdiri”.
Contoh = ‫ا َم‬RRَ‫ ِّذي ق‬RRَ‫ ا َء ْتنِ ْي ال‬RR‫“ َج‬datang kepadaku seorang (perempuan) yang
berdiri”.
ْ ُ‫ َوالنُّوْ ن‬¤ ‫بَلْ َمــا تَ ِليْـ ِه أَوْ ِل ِه ْال َعالَ َمـــ ْه‬
‫إن تُ ْش َد ْد فَالَ َمالَ َم ْه‬
Akan tetapi, terhadap huruf yang awalnya diiringi oleh Ya’ yang
dilemparkan tersebut, kini iringilah! dengan (memasang) tanda Alamat
I’rob (menjadi: ‫ الذان‬dan ‫ التان‬saat mahal Rofa’. dan menjadi: ‫ ال َذيْن‬dan ‫التَين‬
saat mahal Nashab dan Jarr). Adapun Nun-nya andai ditasydidkan, maka
tidak ada cacian untuk itu.
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 39
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman

Contoh Mutsanna (menunjukan arti dua) dalam keadaan Rofa’ =


ِ ‫“ َجا َء الَل ِّذ‬Dua orang yang ayahnya berdiri itu telah datang”
َ‫ان قَا َم ابُوْ هُما‬

Contoh Mutsanna (menunjukan arti dua) dalam keadaan Nashab =


َ‫ْت اللَّ َذي ِْن قَا َم ابُوْ هُما‬
ُ ‫“ َراَي‬saya menyaksikan dua orang yang ayahnya telah
berdiri”

Contoh Mutsanna (dual) dalam keadaan Jarr =


َ‫ت بِللَّتَي ِْن قَا َم ابُوْ هُما‬
ُ ْ‫“ َم َرر‬saya bertemu dengan dua orang yang ayah dua-duanya
berdiri”
 Bentuk Isim Maushũl Jama’ (Banyak)
ِ ‫ضهُ ْم بِ ْال َو‬
‫او َر ْف َعا ً نَطَقَا‬ ْ ‫َج ْم ُع الَّ ِذي األلَى الَّ ِذيْنَ ُم‬
ُ ‫ َوبَ ْع‬¤ ‫طلَقَا‬
Jamak-nya lafadz ‫( الَّ ِذي‬Isim Mausũl tunggal laki-laki) ialah ‫ األلَى‬atau
َ‫الَّ ِذيْن‬secara mutlak (baik guna mahal Rofa’, Nashab dan Jarr). Ada sebagian
logat orang Arab berkata dengan memakai Wawu saat mahal Rofa’
(menjadi: َ‫) اَلَّ ُذوْ ن‬Z
‫ َوالَالَّ ِء كَالَّ ِذيْنَ ن َْز َراً َوقَ َعا‬¤ ‫ت َوالالَّ ِء الَّ ِتي قَ ْد ُج ِم َعا‬
ِ َّ‫ِبالال‬
Lafadz ‫( الَّتِي‬Isim Mausũl tunggal perempuan) sungguh dijamakkan
ِ َّ‫ الال‬atau ‫الالَّ ِء‬. Ditemukan pun ‫ الالَّ ِء‬dihukumi laksana َ‫الَّ ِذيْن‬
dengan menjadi ‫ت‬
(isim Mausũl jamak guna perempuan) namun jarang.
Contoh jamak dalam keadaan Rofa’ =
‫“ َجا َء نِ ْي الَّ ِّذيْنَ قا َ ُموْ ا‬datang kepadaku mereka yang semuanya berdiri”
Contoh jamak dalam keadaan Nashab =
‫ْت الَّ ِّذيْنَ قا َ ُموْ ا‬
ُ ‫“ َراَي‬saya menyaksikan mereka yang semuanya berdiri”
Contoh jamak dalam keadaan Jarr =
‫ت ِبالَّ ِّذيْنَ قا َ ُموْ ا‬
ُ ْ‫“ َم َرر‬saya bertemu dengan mereka yang semuanya berdiri”

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 40


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman

 Bentuk Isim Maushũl Mutlaq (Umum)


ِ ‫َو َم ْن َو َما َوأَلْ تُ َس‬
ْ‫اوي َما ُذ ِكر‬
Adapun Isim Mausũl ‫ َما‬,‫ َم ْن‬, dan ْ‫ أَل‬ialah menyamakan hukumnya
dengan Isim Mausũl yang sudah disebut sebelunnya. (artinya: dapat
digunakan guna Laki-laki, Perempuan, mufrad, mutsanna, atau Jamak).
Contoh =
َ‫ َو َم ْن قُمْن‬،‫ َو َم ْن قَا ُموْ ا‬،‫ َو َم ْن قَا َمتَا‬،‫ َو َم ْن قَا َما‬،‫ت‬
ْ ‫ َو َم ْن قَا َم‬،‫َجا َء نِ ْي َم ْن قَا َم‬
“datang kepadaku seorang (laki-laki) yang berdiri, (perempuan) yang
berdiri, (dua orang laki-laki) yang berdiri, (dua orang perempuan) yang
berdiri, mereka (laki-laki) yang berdiri, mereka (perempuan) yang berdiri”
 Bentuk Isim Maushũl Dza (‫) َذا‬

‫ أَوْ َم ْن إ َذا لَ ْم تُ ْل َغ فِي ْال َكالَ ِم‬¤ ‫ـام‬


ِ َ‫َو ِم ْث ُل َما َذا بَ ْع َد َما ا ْستِ ْفه‬
Isim Mausũl ‫ َذا‬statusnya sama dengan isim Mausũl ‫( َما‬dipakai guna
tunggal, dual, jamak, laki-laki dan perempuan), dengan kriteria (1) ‫ َذا‬jatuh
setelah ‫ ما‬Istifham atau ‫ من‬Istifham, (2); ‫ َذا‬tidak diurungkan didalam
Kalam (maksudnya: ‫ َذا‬dan ‫ ما‬atau ‫ من‬tersebut, tidak dijadikan satu kata
Istifham (kata tanya).
Contoh =
َ‫ َماذاَ ِع ْندَك‬- َ‫َم ْن ذاَ َجا َءك‬
“siapa orang yang datang kepadamu” – “tidak terdapat orang yang
disampingmu”
 Bentuk Shilah Isim Maushũl
‫ق ُم ْشتَ ِملَ ْه‬ ِ ُ‫َو ُكلُّهَــا يَ ْلـزَ ُم بَ َعــ َده‬
َ ‫ َعلَى‬¤ ‫صلَـ ْه‬
ٍ ِ‫ض ِمي ٍْر الَئ‬
Setiap Isim-Isim Mausũl diputuskan adanya Shilah (jumlah atau
kalimat keterangan) setelahnya, yang mencakupi atas Dhamir yang cocok
(ada Dhamir atau ’Aid yang berpulang pada Isim Mausũl).

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 41


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Contoh =
َ َ‫ الَ ِّذيْن‬R-‫ض َر ْبتُهُ َما‬
‫ض َر ْبتُهُ ْم‬ ِ ‫ والَ ِّذ‬- ُ‫ض َر ْبتُه‬
َ ‫ان‬ َ ‫َجا َء نِ ْي الَ ِّذي‬
“datang kepadaku seorang (laki-laki) yang saya pukul, dan (dua) orang
yang saya pukul, dan mereka yang saya pukul”
ٌّ َ‫ )أ‬dan Shilahnya
 Bentuk Isim Maushũl Ayyun (‫ي‬
ْ ‫ض ِم ْي ٌر ا ْن َح َذ‬
‫ف‬ َ ‫ص ْد ُر َوصْ لِهَا‬ ْ ‫ض‬
َ ‫ َو‬¤ ‫ف‬ ْ َ‫أَيُّ َك َما َوأُ ْع ِرب‬
َ ُ‫ت َما لَ ْم ت‬
Isim Mausul ّ‫“ أي‬Ayyun” dihukumi laksana Isim Maushũl “Ma” (bisa
guna Mudzakkar, Muannats, Mufrod, Mutsanna pun Jama’) selagi tidak
Mudhaf dan Shadar Silah-nya (‘A-id yang menjadi permulaan Shilah)
ialah berupa Dhamir yang terbuang.
ٌ َ‫ ا‬R‫ْجبُنِي‬
Contoh = ‫ي قَائِ ٌم‬ ِ ‫“ يُع‬manakah orang yang berdiri yang sudah
mengagumkanku”
Contoh = ‫ اَيٌهُ ْم ه َُو قَائِ ٌم‬R‫ْجبُنِي‬
ِ ‫“ يُع‬manakah kaum yang sudah mengherankanku
yang mana dia orang yang berdiri”
ٌ َ‫ ا‬R‫ْجبُنِي‬
Contoh = ‫ي ه َُو قَائِ ٌم‬ ِ ‫“ يُع‬manakah orang yang sudah mengherankanku
yang mana dia orang yang berdiri”
 Bentuk Pembuangan Shadar Shilah (‘Aid Majrur)
ٍ ‫اض بَ ْع َد أَ ْم‬
َ َ‫ـر ِم ْن ق‬
‫ضى‬ ٍ َ‫ كَأَ ْنتَ ق‬¤ ‫ضا‬ ٍ ْ‫َك َذاكَ َح ْذفُ َما بِ َوص‬
َ ِ‫ف ُخف‬
Seperti tersebut juga (banyak dipakai dan jelas) yaitu pengasingan ‘Aid
yang dikhofadkan atau dijarkan oleh kata sifat. Seperti lafadz ‫اض‬R ٍ Rَ‫أَ ْنتَ ق‬
ِ َ‫ ) أَ ْنتَ ق‬sesudah Fi’il Amarnya lafadz ‫ضى‬
( takdirannya: ‫اضيْه‬ َ َ‫ق‬.
Contoh =
ٍ َ‫ض َما أَ ْنتَ ق‬
‫اض‬ ِ ‫فَا ْق‬
“maka putuskanlah apa yang berkeinginan kamu putuskan..”(Q.S. Tha-
Hâ: 72)

ُ ْ‫ َك ُمـــ َّر بِــالَّ ِذي َم َرر‬¤ ْ‫َك َذا الَّ ِذي ُج َّر بِ َما ْال َموْ صُوْ َل َجر‬
َ ‫ت فَه‬
ْ‫ْــو بــَــر‬

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 42


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Demikian pun (sering melemparkan Aid pada Shilah Maushũl) yakni Aid
yang dijarkan oleh Huruf yang mengejarkan Isim Maushũlnya (dengan
‘Amil yang seragam).
Contoh =
ُ ْ‫( ُمـــ َّر بِــالَّ ِذي َم َرر‬takdirannya: ‫ت بِ ِه‬
‫ت‬ ُ ْ‫) ُمـــ َّر بِــالَّ ِذي َم َرر‬
“berjalanlah anda dengan orang yang mana saya sudah bertemu”

‫العم مبني والمعرب‬


( MABNI DAN MU’ROB)12

12
KH.  Moch. Anwar, Ilmu Nahwu Terjemahan Matan Al-Jurumiyyah dan ‘Imrthy, (Bandung: Sinar Baru
Algensindo, 1997) cet. ke-8, hal. 25
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 43
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman

A. Pengertian Mabni dan Mu’rob


Isim mu’rab adalah isim yang berubah keadaan akhirnya sesuai dengan
keadaan i’rabnya. Tanda i’rab ada dua macam, yaitu harakat dan huruf.
 Harakat
a.  Isim Mufrad
Isim mufrad ditandai oleh dhammah pada rafa’, fathah pada nashab, dan
kasrah pada khafadh. Contoh:
‫ َج ِد ْي ٌد‬  ُ‫اَ ْل ِكتَاب‬
َ ‫اَ ْل ِكت‬  َّ‫إِن‬
‫ َج ِد ْي ٌد‬ ‫َاب‬
ِ ‫ ْال ِكتَا‬ ‫ق‬
‫ب‬ َ ْ‫اَ ْلقَلَ ُم فَو‬
Kata ( ُ‫ )اَ ْل ِكتَاب‬berubah harakat akhirnya sesuai dengan i’rabnya.
b. Jama’ Taksir
Jama’ taksir ditandai oleh dhammah pada rafa’, fathah pada nashab, dan
kasrah pada khafadh. Contoh:
ٌ‫ َج ِد ْي َدة‬  ُ‫اَ ْل ُكتُب‬
َ ُ‫اَ ْل ُكت‬  َّ‫إِن‬
ٌ‫ َج ِد ْي َدة‬ ‫ب‬
ِ ُ‫اَ ْل ُكت‬ ‫ق‬
‫ب‬ َ ْ‫اَ ْلقَلَ ُم فَو‬
Kata ( ُ‫ )اَ ْل ُكتُب‬berubah harakat akhirnya sesuai dengan i’rabnya.
c.  Jama’ Muanats Salim
Jama’ muanats salim ditandai oleh dhammah pada rafa’ dan oleh fathah
pada nashab dan khafadh. Contoh:
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 44
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman

ُ ‫ َو ْال ُم ْؤ ِمن‬  َ‫اَ ْل ُم ْؤ ِمنُوْ ن‬


ٌ‫إِ ْخ َوة‬ ‫َات‬
Rِ ‫ َو ْال ُم ْؤ ِمنَا‬  َ‫إن َْال ُم ْؤ ِمنِيْن‬
ٌ‫إِ ْخ َوة‬ ‫ت‬
ِ ‫ َو ْال ُم ْؤ ِمنَا‬  َ‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِ ْل ُم ْؤ ِمنِيْن‬
‫ت‬
d. Fi’il Mudhari Shahih Akhir
Fi’il mudhari shahih akhir adalah fi’il mudhari yang huruf terakhirnya
tidak terdiri dari huruf ilat yaitu alif, wawu, dan ya’. Fi’il mudhari shahih
akhir ditandai oleh dhammah pada rafa’, fathah pada nashab, dan sukun
pada jazm. Contoh:
ْ‫تَ ْد ُخل‬  ‫– اَل‬ ‫تَ ْد ُخ َل‬ ‫– لَ ْن‬ ‫تَ ْد ُخ ُل‬
e. Isim Ghair Munsharif
Isim ghair munsharif adalah isim yang tidak menerima tanwin. Isim ghair
munsharif ditandai oleh dhammah pada rafa’ dan oleh kasrah pada nashab
dan khafadh. Contoh:
‫أَحْ َم ُد‬ ‫َجا َء‬
‫أَحْ َم َد‬ ‫ْت‬
ُ ‫َرأَي‬
‫أِل َحْ َم َد‬  ُ‫هَ َذا ْال ِكتَاب‬
f.  Fi’il Mudhari’ Mu’tal Akhir
Adapun fi’il mudhari’ yang huruf akhirnya terdapat huruf ilat yaitu alif,
wawu, atau ya’ ketika jazm ditandai dengan membuang huruf ilat.
َ ‫يَ ْخ‬  ‫– اَل‬ ‫يَ ْخ َشى‬ ‫– لَ ْن‬ ‫يَ ْخشَى‬
‫ش‬
 Huruf
a. Isim Tatsniyah
Isim tatsniyah adalah isim yang menunjukkan makna dua. Isim tatsniyah
ditandai oleh alif pada rafa’ dan oleh ya’ pada nashab dan khafadh.
Contoh:

ِ َ‫اَ ْل ِكتَاب‬
ِ ‫ َج ِد ْيد‬ ‫ان‬
‫َان‬
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 45
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


ِ ‫ َج ِد ْيد‬ ‫اَ ْل ِكتَابَي ِْن‬  َّ‫إِن‬
‫َان‬
‫ ْال ِكتَابَي ِْن‬ ‫ق‬
َ ْ‫اَ ْلقَلَ ُم فَو‬
b. Jama’ Mudzakar Salim
Jama’ mudzakar salim adalah isim yang menunjukkan makna banyak
(lebih dari dua) dan dikhususkan untuk mudzakar. Jama’ mudzakar salim
ditandai oleh wawu pada rafa’ dan oleh ya’ pada nashab dan khafadh.
Contoh:

ُ ‫ َو ْال ُم ْؤ ِمن‬  َ‫اَ ْل ُم ْؤ ِمنُوْ ن‬


ٌ‫َات إِ ْخ َوة‬
ِ ‫ َو ْال ُم ْؤ ِمنَا‬  َ‫ َْال ُم ْؤ ِمنِيْن‬ ‫إن‬
ٌ‫ت إِ ْخ َوة‬
ِ ‫ َو ْال ُم ْؤ ِمنَا‬  َ‫ ِل ْل ُم ْؤ ِمنِيْن‬  ْ‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِر‬
‫ت‬
c. Isim Lima
Isim lima adalah
ْ‫– أَ ُخوْ كَ – َح ُموْ كَ – فُوْ كَ – ُذو‬  َ‫أَبُوْ ك‬
Isim lima ditandai oleh wawu pada rafa’, alif pada nashab, dan ya’ pada
khafadh. Contoh:

ٌ‫ َم ِريْض‬  َ‫أَبُوْ ك‬
ٌ‫ َم ِريْض‬  َ‫أَبَاك‬  َّ‫إِن‬
Rَ ‫أِل َ ِبي‬  ُ‫هَ َذا ْال ِكتَاب‬
‫ْك‬
d. Fi’il Lima
Fi’il lima adalah lima bentuk wazan fi’il mudhari yang diakhiri oleh alif
tatsniyah, wawu jama’ atau ya’ muanatsah dan juga nun.
‫هُ ْم‬ َ‫يَجْ لِسُوْ ن‬ َ‫يَ ْذهَبُوْ ن‬ ‫ن‬+‫و‬
‫أَ ْنتُ ْم‬ َ‫تَجْ لِسُوْ ن‬ َ‫ت َْذهَبُوْ ن‬ ‫ن‬+‫و‬
‫هُ َما‬ ِ ‫يَجْ ِل َس‬
‫ان‬ ِ َ‫يَ ْذهَب‬
‫ان‬ ‫ن‬+‫ا‬
‫ أَ ْنتُ َما‬،‫هُ َما‬ ‫ان‬ِ ‫تَجْ ِل َس‬ ‫ان‬ِ َ‫ت َْذهَب‬ ‫ن‬+‫ا‬
ِ ‫أَ ْن‬
‫ت‬ َ‫تَجْ لِ ِسيْن‬ َ‫ت َْذهَبِيْن‬ ‫ن‬+‫ي‬

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 46


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman

Fi’il lima ketika rafa’ ditandai oleh adanya nun dan ketika nashab dan
jazm nunnya dibuang. Contoh:
‫تَ ْد ُخلُوْ ا‬  ‫– اَل‬ ‫تَ ْد ُخلوْ ا‬ ‫– لَ ْن‬  َ‫تَ ْد ُخلُوْ ن‬
Agar lebih mudah dalam memahaminya. Silahkan perhatikan tabel
berikut!

B.  Isim Mabni
Isim mabni adalah isim yang tidak berubah harakat akhirnya pada semua
keadaan i’rab. Isim mabni ada 8 macam, yaitu:
 Isim Dhamir
Isim dhamir adalah isim yang digunakan untuk mewakili mutakallim,
mukhathab, dan ghaib atau disebut kata ganti. Isim dhamir ada 14, yaitu:

N Dhomir Arti No Dhomi Arti


o r
1 ‫أَنَا‬ Saya 8 ُ‫نَحْ ن‬ Kami

2 َ‫أَ ْنت‬ Kamu (lk) 9 ‫ه َُو‬ Dia (lk)

3 ‫أَ ْنتُ َما‬ Kalian (berdua/lk) 10 ‫هُ َما‬ Mereka (berdua/lk)

4 ‫أَ ْنتُ ْم‬ Kalian (lk) 11 ‫هُ ْم‬ Mereka (lk)

5 ِ ‫أَ ْن‬
‫ت‬ Kamu (pr) 12 ‫ِه َي‬ Dia (pr)

6 ‫أَ ْنتُ َما‬ Kalian (berdua/pr) 13 ‫هُ َما‬ Mereka (berdua/pr)


Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 47
7 َّ‫أَ ْنتُن‬ Kalian (pr) 14 َّ‫هُن‬ Mereka (pr)
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Isim dhamir tidak memiliki bentuk yang tetap ketika berdiri sendiri dan ketika
diidhafatkan. Contoh mabninya isim dhamir:
َ‫أَ ْنت‬  ‫اَل إِلَهَ إِاَّل‬
ُ‫نَ ْست َِعيْن‬  َ‫نَ ْعبُ ُد َو ِإيَّاك‬  َ‫إِيَّاك‬
َ َ‫الَّ ِذيْ خَ ل‬  َ‫اِ ْق َر ْأ بِاس ِْم َربِّك‬
‫ق‬
Kata ( َ‫ )أَ ْنت‬menempati i’rab rafa’, kata ( َ‫ )إِيَّاك‬menempati i’rab nashab, dan kata
َ akhirnya ada dhamir yang menempati i’rab jar.
( َ‫)ربِّك‬

 Isim Isyarah
Isim isyarah adalah isim yang digunakan untuk menunjuk atau disebut kata
ِ ‫ َذ‬Rَ‫ )ه‬dan (‫ان‬Rَ
tunjuk. semua isim isyarah hukumnya mabni kecuali ( ‫ان‬ ِ ‫ )هَت‬yang
hukumnya seperti isim mutsana. Diantara isim yang termasuk isim isyarah
adalah (‫)هَ َذا‬, (‫)هَ ِذ ِه‬, (َ‫) َذ ِلك‬, ( َ‫) ِت ْلك‬, ( َ‫)هُنَاك‬, dll. Contoh:
ٌ‫ َم ْد َر َسة‬ ‫هَ ِذ ِه‬
ٌ‫ ْال َم ْد َر َسةَ َو ِس ْي َعة‬ ‫هَ ِذ ِه‬  َّ‫إِن‬
ِ‫ ْال َم ْد َر َسة‬ ‫هَ ِذ ِه‬ ‫أَتَ َعلَّ ُم ِفي‬
Pada contoh pertama kata ( ‫ ِذ ِه‬Rَ‫ )ه‬berkedudukan sebagai mubtada’ dan berada
pada marfu. Pada contoh kedua (‫ ِذ ِه‬R َ‫ )ه‬berkedudukan sebagai isim inna dan
berada pada tempat manshub. Sedangkan pada contoh ketiga ( ‫ ِذ ِه‬RRRRَ‫)ه‬
berkedudukan sebagai majrur. Apabila kita perhatikan ketiga contoh di atas
maka akan didapati kata (‫ )هَ ِذ ِه‬tidak berubah harakat akhirnya meskipun berada
pada kedudukan i’rab yang berbeda.
 Isim Maushul
Isim maushul adalah isim yang digunakan untuk menghubungkan dua kalimat.
Diantara yang termasuk isim maushul adalah (‫) َم ْن‬, (‫) َما‬, ( ْ‫)الَّ ِذي‬, (‫)الَّتِ ْي‬, dll. Contoh:
َ َ‫ َجل‬ ‫ َم ْن‬ ‫قَا َم‬
‫س‬
ُ‫ َح ِم َده‬ ‫لِ َم ْن‬ ُ‫َس ِم َع هللا‬

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 48


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Meskipun dalam keadaan i’rab rafa’ maunpun khafadh kata ( ‫ ) َم ْن‬tetap
harakatnya yakni mabni sukun.
 Isim Syarat
Isim syarat adalah merupakan isim yang memerlukan “jawab”. Gunanya
menggabungkan 2 kalimat dimana kalimat yang pertama menjadi syarat dan
yang kedua adalah jawab. Diantara yang termasuk isim syarat adalah ( ‫) َم ْن‬, (‫) َما‬, (
‫) َمتَى‬, ( َ‫)أَيَّان‬, ( َ‫)أَيْن‬, (‫)أَ ْينَ َما‬, (‫)أَن َّى‬, (‫)ح ْيثُ َما‬,
َ (‫) َك ْيفَ َما‬, dan ( ُّ‫)أَي‬. Semua isim syarath adalah
mabni kecuali ( ُّ‫)أَي‬. Contoh:
‫ َج َّد َو َج َد‬ ‫ َم ْن‬ 
‫ َج َّد َو َج َد‬ ‫ َم ْن‬  َّ‫إِن‬
Meskipun menempati i’rab yang berbeda tetapi kata ( ‫ ) َم ْن‬tidak berubah
harakatnya.
 Isim Istifham
Isim istifham adalah isim yang digunakan untuk bertanya atau bisa disebut kata
tanya. Diantara yang termasuk isim istifham adalah ( ‫) َم ْن‬, (‫) َما‬, (‫) َمتَى‬, ( َ‫)أَيْن‬, ( َ‫) َكيْف‬, (
‫) َك ْم‬, dan ( ُّ‫)أَي‬. Semua isim istifham adalah mabni kecuali ( ُّ‫)أَي‬. Contoh:
‫بَ ْيتُكَ ؟‬  َ‫َأيْن‬
‫ ِج ْئتَ ؟‬  َ‫ِم ْن َأيْن‬
Kata ( َ‫ )أَيْن‬pada contoh pertama menempati i’rab rafa’ dan pada contoh kedua
menempati i’rab jar tetapi tidak ada perubahan harakat.
 Sebagian Zharaf
Isim zharaf ada yang mu’rab dan adapula yang mabni. Isim zharaf yang mabni
ُ ‫)حي‬,
adalah (‫ْث‬ َ (‫س‬ِ ‫)أَ ْم‬, ( َ‫)اآْل ن‬, (‫)إِ ْذ‬, (‫) ِإ َذا‬, ( َ‫)أَيْن‬, dan (‫)ثُ َّم‬.
ُ ‫ َحي‬ ‫ْت‬
‫ ُك ْنتَ َجالِسًا‬ ‫ْث‬ ُ ‫َجلَس‬
ُ ‫)حي‬
Kata (‫ْث‬ َ menepati i’rab nashab karena menjadi zharaf tetapi harakatnya tidak
berubah karena mabni dhammah.
 Isim Fi’il

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 49


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Isim fi’il adalah isim mabni yang menunujukkan makna fi’il akan tetapi tidak
mempunyai tanda seperti fi’il. Diantara yang termasuk isim fi’il adalah ( َ‫)هَ ْيهَات‬,
ْ َ‫)ق‬, ( َ‫)آ ِميْن‬, (‫)ح َّي‬,
(‫ط‬ َ dll. Contoh:
َّ ‫ َعلَى ال‬ ‫َح َّي‬
‫صاَل ِة‬
ْ َ‫ت ُخب ًْزا فَق‬
‫ط‬ ُ ‫أَك َْل‬
ْ َ‫ )ق‬bermakna (‫)يَ ْكفِى‬.
َ bermakna ( ْ‫ )أَ ْقبِل‬dan kata (‫ط‬
Kata (‫)ح َّي‬
 Adad Murakkab (11-19 kecuali 12)
Angka belasan dari 11-19 kecuali dua belas dalam bahasa Arab hukumnya
mabni fathah. Jadi apapun i’rabnya tetap berharakat fathah. Contoh:
‫طَالِبًا‬ ‫ثَاَل ثَةَ َعش ََر‬ ‫َجا َء‬
‫ ِكتَابًا‬ ‫أَرْ بَ َعةَ َعش ََر‬ ‫ْت‬
ُ ‫اِ ْشت ََري‬
‫طَالِبًا‬ ‫ ِستَّةَ َعش ََر‬ ‫َجا َء ْال ُمدَرِّسُ َم َع‬
Semua adad murakkab di atas semua mabni fathah pada keadaan i’rab apapun.

‫الفاعل والنائب الفاعل‬


(FAIL DAN NAIBUL FA’IL)
A. FA’IL13
 Pengertian Fa’il
‫ من أوجد الفعل‬:‫]لغة‬
· Menciptakan, membuat, menjadikan (‫)الخلق‬
· Menyebabkan
· Mendatangkan
· Menguatkan
13
Abdul Haris, Metode Dasar Nahwu Sharaf, hal. 65.
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 50
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


· Menjadikan kaya
‫ هو اإلسم المرفوع المذكور قبله فعله‬:‫اصطالحا‬
‫ اسم مرفوع يقع بعد فعل التام المبني للمعلوم او شبهه واسند إليه‬:‫في كتاب األخر‬
Fa’il adalah isim yang dibaca rafa’ yang jatuh setelah fi’il mabni ma’lum
atau diserupakan fi’il mabni ma’lum.
‫ زَ ْي ٌد ُمنِيْرً ا َوجْ هُهُ نِ ْع َم ْالفَتَى نظم الفية‬# ‫َي أَتَى‬ ِ َ‫ْالف‬
ْ ‫اع ُل الَّ ِذيْ َك َمرْ فُوْ ع‬

 Syarat-syarat Fa’il
Syarat-syarat fa’il yaitu:
a.Berupa isim shorih (dhohir, dlomir baik bariz atau mustatir, isyaroh,
dan maushul) dan muawwal/ dita’wil baik dengan alat-alat mashdariah
ataupun َّ‫ إن‬، َّ‫أَن‬, seperti: َ‫ يَحْ سُنُ أَ ْن تَحْ فَظَ ْالقُرْ آن‬،ٌ‫َجا َء زَ ْيد‬
b. Hukumnya wajib rafa’ baik harakat maupun hurufnya, seperti: ‫َجا َء‬
َ‫ َجا َء زَ ْي ُدوْ ن‬،‫َان‬
ِ ‫ َجا َء زَ ْيد‬،ٌ‫زَ ْيد‬
c.Jatuh setelah fi’il yang sempurna, mabni ma’lum atau serupa fi’il
َ ‫ َكت‬،ُ‫هَ َذا َج ِم ْي ٌل َوجْ هُه‬
َ ْ‫َب زَ ْي ٌد الدَّر‬
mabni ma’lum, seperti: ‫س‬
d.Fa’il dhohir muannats haqiqi (nyata perempuan) madlinya harus
diberi ‫ الساكنة‬R‫تأتأنيث‬, seperti: ٌ‫اط َمة‬ ْ َ‫قَال‬
ِ َ‫ت ف‬
e. Fa’il dhohir, baik mufrod, tatsniyah maupun jama’, maka fi’ilnya
tidak boleh ada tanda tatsniyah dan jama’nya (fi’ilnya tetap mufrod/
tunggal), seperti:
ِ ‫ َجا َء ال َّز ْيد‬,‫يَفُوْ زَ ال ُّشهَدَا ُء‬
‫َان‬
f. Bila fa’ilnya berupa dlomir muannats, baik haqiqi ataupun
َّ
majazi, maka fi’il madlinya harus diberi ‫تأتأنيث الساكنة‬, seperti: ُ‫ ْمس‬R‫الش‬
ْ ‫ ْال ُم ْسلِ َمةُ قَا َم‬،‫ت‬
‫ت‬ ْ ‫طَلَ َع‬
Pembagian Fa’il
a. Fa’il isim shorih
1) Fa’il isim dhohir
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 51
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


‫وهو ما دل على مسماه بال قيد‬
Yaitu kalimat yang menunjukkan terhadap yang dinamainya tanpa disertai
qoyyid (ketentuan takallum khitob dan ghoib).
Contoh: ‫ب زَ ْي ٌد‬ َ ،ٌ‫يَضْ ِربُ زَ ْيد‬
َ ‫ض َر‬
Alasan/ dalil:
‫ فَالظَّا ِه ُر اللَّ ْفظُ الَّ ِذى قَ ْد ُذ ِك َرا نظم العمرطي‬# ‫َوقَ َّس ُموْ هُ ظَا ِهرً ا َو ُمضْ َم َرا‬
2) Fa’il isim dlomir
‫هو ما دل على متكلم أو مخاطب أو غائب‬
Yaitu lafadz yang menunjukkan kepada pembicara atau orang yang diajak
bicara atau orang yang dibicarakan.
Contoh: َ‫ض َربْت‬ ُ ‫ض َرب‬
َ ،‫ْت‬ َ
Alasan/ dalil:
‫ان ْستَتَرْ نظم الفية‬ َ َ‫ فَه َُو َوإِاَّل ف‬# ْ‫اع ٌل فَإ ِ ْن ظَهَر‬
ِ ‫ض ِم ْي ٌر‬ ِ َ‫َوبَ ْع َد فِع ٍْل ف‬
Macam-macam dlomir yang bisa dijadikan fa’il ada 2:
a) Dlomir Bariz
‫هو ما له صورة في الفظ كنحن ونحوها‬
Yaitu dlomir yang memiliki bentuk untuk diucapkan, seperti ‫ نحن‬dan
lainnya.

 Muttashil
‫هو الذى اليفتتح به النطق واليقع بعد إال اختيارا‬
Adalah dlomir yang tidak bisa dibuat permulaan dan tidak boleh jatuh
setelah ‫ إال‬selagi tidak dlorurot.
ُ ‫قُ ْم‬
Seperti dlomir ta’ (‫ )ت‬dari ‫ت‬
Alasan/ dasar:
ُ ‫قَا ُموْ ا َوقُمْنَ نَحْ ُو‬
.................. # ‫ص ْمتُ ْم عَا َما‬
‫ نظم العمرطي‬......................... # ‫صلَ ْة‬ ِ َّ‫ض َمائِ ُر ُمت‬
َ ‫َوهَ ِذ ِه‬
 Munfashil
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 52
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


‫ به النطق ويقع بعد إال‬R‫هو الذى يفتتح‬
Adalah dlomir yang bisa dibuat di permulaan atau boleh jatuh setelah ‫إال‬.
Seperti dlomir ‫ أنا‬yang jatuh setelah )‫إال (لَ ْم يَقُ ْم إِاَّل أَنَا‬.
Alasan/ dalil:
ِ َ‫ض َمائِ ُر ْال ُم ْنف‬
................... # ‫صلَ ْة‬ َّ ‫َو ِم ْثلُهَا ال‬
ِ َ‫ َو َغ ْي ُر َدي ِْن بِ ْالقِي‬# ‫َكلَ ْم يَقُ ْم إِاَّل أَنَا َوأ ْنتُ ُم‬
‫اس يُ ْعلَ ُم نظم العمرطي‬
Dlomir Mustatir
‫هو ماليس له صورة في اللفظ‬
Dlomir yang tidak memiliki bentuk ketika diucapkan.
Contoh: ‫ب‬ َ ‫زَ ْي ٌد‬
َ ‫ض َر‬
1. Jawaz
‫هو الذي يمكن أن يحل الظاهر محله‬
Dlomir yang mungkin bisa ditempati isim dhohir.
Contoh: ‫ب اى زَ ْي ٌد‬ َ ‫ زَ ْي ٌد‬dan ‫ب اى ه َُو‬
َ ‫ض َر‬ َ ‫ض َر‬
َ ‫ه َُو‬
2. Wujub
‫هو الذي اليمكن أن يحل الظاهر والالضمير البارز معلمه‬
Dlomir yang tidak mungkin bisa ditempati isim dhohir dan dlomir.
Contoh: َ‫إِضْ ِربْ اى أَ ْنت‬
Fa’il Isim Mubham (isim yang disamarkan ma’nanya)
 Isim isyaroh
‫وهو مايدل على معين بواسطة إشارة حسية باليد ونحوها‬
Isim yang menunjukan sesuatu yang jelas dengan perantara isyaroh hissy,
yakni menggunakan tangan atau semacamnya.
Contoh: ُ‫َب هَ َذا الطَّالِب‬
َ ‫َكت‬
Tingkatan musyar ilaih (yang di isharohi):
a) Musyar ilaih qorib (yang dekat), semacam ini menggunakan isim
isyaroh yang tidak kemasukan huruf kaf atau lam.
Contoh: ‫هَ َذا ال َّر ُج ُل‬
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 53
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


b) Musyar ilaih mutawasith (tidak jauh dan tidak dekat), semacam ini
menggunakn isim isyaroh yang kemasukan huruf kaf.
Contoh: ‫َذاكَ ال َّر ُج ُل‬
c) Musyar ilaih ba’id (yang jauh), semacam ini menggunakan isim
isyaroh yang kemasukan kaf dan lam atau isim isyaroh.
Contoh: ‫َذالِكَ ال َّر ُج ُل‬

2. Isim maushul
‫هو مايدل على معين بوسطة جملة أو شبه جملة‬
Adalah isim yang menujukan arti tertentu dengan perantara jumlah atau
syibh jumlah.
Contoh: َ‫َب الَّ ِذيْ يَ ْفطَن‬
َ ‫َكت‬
b. Fa’il muawwal bishorih
ّ ‫أن‬
‫أن كي ما لو‬ ْ ‫هو الفعل المضارع الذي تدخل عليه األدوات المصدرية وهي‬
Yaitu fi’il mudlori’ yang kemasukan perabot masdar, seperti ْ‫ َلو‬،‫ َما‬،‫َي‬ ْ
ْ ‫ ك‬، َّ‫ أن‬،‫أن‬
Contoh: َ‫أن تَحْ فَظَ ْالقُرْ أن‬
ْ ُ‫يَحْ سُن‬

B. NAIBUL FA’IL14
 Pengertian Naibul Fa’il
‫هو اسم مرفوع يقع بعد الفعل المتعدى المبني للمجهول أو شبهه‬.
Adalah isim yang dibaca rafa’ yang jatuh setelah fi’il mabni majhul atau
yang diserupakan dengan fi’il mabni majhul.
ِ َ‫يَنُوْ بُ َم ْفعُوْ ٌل ِب ِه ع َْن ف‬
‫ ِف ْي َما لَهُ َك ِن ْي َل خَ ْي ُر نَا ِئ ِل نظم الفية‬# ‫اع ِل‬
Dalam kitab lain disebutkan definisi dari naibul fa’il ialah:
‫هو المفعول الذي يقوم مقام فاعله في جميع أحكامه بعد حذف الفاعل لغرض من األغراض‬.

14
Syekh Syarifuddin Yahya, Syarh ‘Imrithi, bab marfu’atul asma’, hal. 32
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 54
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Ialah maf’ul yang menempati kedudukan fa’il dalam setiap hukum-
hukumnya setelah fa’ilnya dibuang karena maksud dan tujuannya sudah
diketahui.
َ ُ‫ق اإْل ِ ْن َسان‬
Contoh: ‫ض ِع ْيفًا‬ َ ِ‫ُخل‬
َ َ‫ان‬RR‫ق هللاُ اإْل ِ ْن َس‬
Asal dari kalimat diatas adalah ‫ ِع ْيفَا‬RR‫ض‬ َ RRَ‫خَ ل‬,lafadz ‫هللا‬yang
berkedudukan sebagai fa’il dalam kalimat tersebut dibuang karena
maksudnya sudah diketahui bahwa yang menciptakan manusia adalah
Allah, sedangkan lafadz ‫ اإلنسان‬yang awalnya sebagai maf’ul bih dan
dibaca nashob beralih status menjadi naibul fa’il (pengganti fa’il yang
dibuang) dan dibaca rofa’.
ِ ‫ َم ْفعُوْ لَه ِف ْي ُكلِّ َمالَهُ ع‬# ‫ف‬
ْ ‫ُر‬
‫ف نظم العمرطي‬ ِ َ‫أَقِ ْم َمقَا َم ْالف‬
ْ ‫اع ِل الَّ ِذيْ ُح ِذ‬
 Syarat-syarat Naibul Fa’il
Syarat-syarat naibul fa’il yaitu:
a. َ ْ‫تَ َعلَّ َم زَ ْي ٌد الدَّر‬
Fi’ilnya berupa muta’addi (butuh objek), seperti: ‫س‬
b. Fa’ilnya dibuang.
c. Fi’ilnya dimabnikan majhul, dengan ketentuan:
1. Jika fi’il madli mujarrod, maka huruf pertama di dlommah dan
huruf sebelum akhir di kasroh (‫ )ضم أوله وكسر ماقبل األخر‬, seperti:
‫ب‬
َ ‫ض َر‬
َ menjadi ‫ب‬
َ ‫ضُر‬
ِ
2.Jika fi’il mudlori’, maka huruf pertama di dlommah, sebelum
akhir di fathah (‫)ضمة أوله وفتح ماقبل األخر‬, seperti: ‫ يَ ْف ُع ُل‬menjadi ‫يُ ْف َع ُل‬
3. Jika berupa fi’il madli mazid, maka setiap huruf yang
berharakat di dlommah, sebelum akhir di fathah, dan huruf
terakhir sesuai kemabniannya, seperti: ‫ تَفَاع ََل‬menjadi ‫ إِ ْستَ ْف َع َل‬,‫تُفُوْ ِع َل‬
menjadi ‫أُ ْستُ ْف ِع َل‬

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 55


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


d. Menempatkan maf’ul bih (objek) ke tempat fa’il (subjek) yang
dibuang dan mengikuti hukum fa’ilnya yang dibuang (rafa’, baik harakat
ataupun hurufnya), seperti: ‫ب زَ ْي ٌد َع ْمرً ا‬
َ ‫ض َر‬
َ menjadi ‫ب َع ْم ٌر‬
َ ‫ُر‬
ِ ‫ض‬
 Pembagian Naibul Fa’il
a. Naibul Fa’il Isim Shorih
Naibul fa’il isim shorih dibagi menjadi 3, yaitu:
1) Naibul fa’il isim dhohir
Contoh: ‫ب َز ْي ٌد‬
َ ‫ُر‬
ِ ‫( ض‬Zaid telah dipukul)
‫( يُضْ َربُ زَ ْي ٌد‬Zaid sedang/ akan dipukul)
Dalil/ alasan:
ْ ‫َو َذاكَ إِ َّما ُمضْ َم ٌر أَوْ ُم‬
‫ ثَانِ ْي ِه َما َكيُ ْك َر ُم ْال ُمبَ َّش ُر نظم العمرطي‬# ‫ظهَ ُر‬
2) Naibul fa’il isim isyaroh
Contoh: ‫( ُك َر َم هَ َذا ْال َعالِ ُم‬Guru ini telah dimuliakan)
‫( يُ ْك َر ُم هَ َذا ْال َعا ِل ُم‬Guru ini sedang/ akan dimuliakan)
3) Naibul fa’il isim maushul
Contoh: ‫ب َم ْن يُ ْك ِر ُم‬
َ ‫ضُر‬
َ (Seseorang yang dimuliakan telah dipukul)
‫( يُضْ َربُ َم ْن يُ ْك ِر ُم‬Seseorang yang dimuliakan sedang/ akan
dimuliakan)
b. Naibul Fa’il Isim Dlomir
Naibul fa’il isim dlomir dibagi menjadi 2, yaitu:
1) Naibul fa’il isim dlomir bariz
Naibul fa’il isim dlomir bariz juga dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Dlomir muttashil
ُ ‫ د ُِعي‬،‫د ُِع ْينَا‬
Contoh: ‫ْت‬
b. Dlomir munfashil
Contoh: ‫ َماد ُِعى إِاَّل أَنَا‬، َ‫َمايُ ْد ِعى إِاَّل أَ ْنت‬
Dalil/ alasan:
‫ْت أُ ْدعى َما دُعى إِاَّل أَنَا نظم العمرطي‬ َّ ‫أَ َّما ال‬
ُ ‫ د ُِعي‬# ‫ض ِم ْي ُر فَه َُو نَحْ ُو قَوْ لِنَا‬
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 56
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


2) Naibul fa’il isim dlomir mustatir jawaz
Contoh: ‫ب‬
َ ‫ضُر‬
ِ ‫ق‬ ِ ‫أَ َس‬
ُ ‫ار‬
c. Naibul Fa’il Masdar Muawwal
‫ إن كان نائب الفاعل مركبا من أن مصدرية والمضارع‬:‫شرطه‬
ْ masdariah dan fi’il
Syaratnya apabila naibul fa’il tersusun dari ‫أن‬
mudlori’.
Contoh: ‫أن تَ ْف َع َل‬
ْ ُ‫يُضْ َرب‬
d. Naibul Fa’il Syibh Jumlah
‫ إن كان الفعل الزما‬:‫شرطه‬
Naibul fa’il syibh jumlah dibagi 2, yaitu:
1) Jar Majrur
Huruf jer dan isim yang dijerkan (majrur) bisa dijadikan naibul fa’il
apabila memiliki 2 syarat, yaitu:
a. Muhtash
Yaitu apabila majrurnya berupa isim ma’rifat.
b. Huruf jernya tidak menujukan ma’na ta’lil
Contoh: ‫( ِسي َْر ِب َز ْي ٍد‬ditempuh perjalanan dengan bertemu Zaid)
2) Dhorof
Dhorof bisa dijadikan naibul fa’il dengan 2 syarat, yaitu:
a. Dhorof yang mutashorrif
Yaitu dhorof yang bisa keluar dari dibaca nashab dengan ditarkib dhorfiyah
(maf’ul fih).
Contoh: ‫س أَ َما ُم زَ ْي ٍد‬
َ ‫( ُج ِل‬depannya Zaid diduduki)
b. Dhorof yang muhtash
Yaitu dhorof yang ma’nanya sudah ditentukan, adakalanya dengan idlofah,
sifat, atau ‘alamiyah (dijadikan nama).
Contoh: ‫( ِسرْ يَوْ ُم ْال ُج ْم َع ِة‬ditempuh perjalanan pada hari jum’at)
َ‫س أَ َما ُمك‬
َ ِ‫( ُجل‬tempat di depanmu telah diduduki)
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 57
‫علم النحو‬

‫‪Muh Khofif Luthfi Rohman‬‬


‫‪Alasan/ dalil:‬‬
‫أَوْ َمصْ د ََر أَوْ ظَرْ فًا أَوْ َمجْ رُوْ رً ا ‪ #‬إِ ْن لَ ْم ت َِج ْد َم ْفعُوْ لَهُ ْال َم ْذ ُكوْ َرا نظم العمرطي‬
‫َر ‪ #‬أَوْ َحرْ ِ‬
‫ف َجرٍّ بِنِيَبَ ٍة َح ِرى نظم الفية‬ ‫ف أَوْ ِم ْن َمصْ د ِ‬
‫َوقَابِ ُل ِم ْن ظَرْ ِ‬

‫تدريبات‬ ‫ه‌‪.‬‬
‫!أجب عن األسألة األتية‬
‫َك ْم َسا َعةً هُ ْم يَ ْد ُخلُوْ نَ ؟‬
‫َك ْم َسا َعةً هُ ْم يَ ْخ ُرجُوْ نَ ؟‬
‫‪.‬‬ ‫ب؟‬ ‫َم ْن فِ ْي ْال َم ْكتَ ِ‬
‫ُ‬
‫ع ااْل َ ْع َم ِ‬
‫ال؟‬ ‫أ ْذ ُكرْ فُرُوْ ِ‬
‫َم ْن يَرْ أُسُ هَ َذا ْال َم ْكتَبُ ؟‬
‫َم ْن يَجْ لِسُ أَ َما َم َم ْكتَ ٍ‪R‬‬
‫ب خَ ا ٍ‬
‫ص؟‬

‫مبتدء خبر‬

‫)‪(MUBTADA’ DAN KHOBAR‬‬

‫)‪Ilmu Nahwu (UNHAWA‬‬ ‫‪| 58‬‬


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman

A. Pengertian
Mubtada’ secara bahasa artinya adalah 'yang berada di awal'
sedangkan secara istilah mubtada adalah setiap isim (kata benda) yang
berada pada awal kalimat,
contoh:
ٌ‫" ُم َح َّم ٌد ُم ْبت َِسم‬Muhammad tersenyum"
Dan hukum isim yang dimulai pada awal kalimat tersebut (
‫ )المبتدأ‬adalah Marfu’ (dibaca akhir katanya dengan harakah dhamma),
kecuali apabila isim tersebut didahului oleh huruf Jarr tambahan atau
yang menyerupainya maka hukumnya secara Lafadznya adalah Majrur
namun kedudukannya dalam kalimat tetaplah Marfu’. Contohnya
firman Allah SWT :
ُ ‫" َو َما ِم ْن إِلَ ٍه إِاَّل هَّللا‬Tidak ada Tuhan selain Allah"
kata Ilah pada ayat tersebut secara lafadza adalah majrur
(dibaca jar dengan kasroh) namun kedudukannya tetaplah Rafa’ dan
sebagai mubtada.
 Dan Mubtada terbagi menjadi dua, yaitu:

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 59


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Pertama, Mubtada Sharih/Mubtada yang jelas (‫ريح‬RRR‫دأ ص‬RRR‫ )مبت‬yang
mencakup semua isim dhahir (kata benda yang nampak) contoh:
‫" زَ ْي ٌد قَائِ ٌم‬Zaid berdiri"
dan juga terdiri dari isim dhamir (kata ganti), contohnya:
ٌ‫ه َُو ُمجْ تَ ِهد‬ "Dia bersungguh-sungguh"
ٌ‫أَ ْنتَ ُم ْخلِص‬ "Kamu ikhlas"
Kedua, adalah Mubtada Muawwal (‫ؤول‬RR‫ )م‬dari An (‫ )أن‬dan
ْ maka
fi’ilnya, maksudnya adalah mubtada yang terdiri dari ‫ فعل‬+ ‫أن‬
jadilah masdar muawwal atau fi'il (kata kerja) yang mempunyai
kedudukan seperti isim (kata benda), nah karena fi'il berawalan ‫ أن‬ini
sudah mempunyai kedudukan seperti isim maka dia berhak menjadi
mubtada yang mana syarat utamanya mubtada adalah harus berupa isim
(kata benda), contoh mubtada muawwal sebagaimana firman Allah
SWT:
ْ‫" َوأَ ْن تَصُوْ ُموْ ا خَ ْي ٌر لَ ُكم‬Dan berpuasa lebih baik bagimu
ْ , yang mana ‫ ان‬dan ‫تصوموا‬
mubtada pada contoh di atas adalah ‫أن تَصُوْ ُموْ ا‬
tersebut sudah menjadi masdar muawwal dan mempunyai kedudukan
sama seperti isim (kata benda). maka kata :
‫ أَ ْن تَصُوْ ُموْ ا‬sama saja dengan ‫صيَا ُم ُك ْم‬
ِ

 Hukum Mubtada
Asal dari Mubtada adalah Ma’rifah (Mar'rifah : kata
khusus/sudah diketahui, contoh nama orang yang sudah pasti tertuju
pada orang tersebut, atau benda yang kemasukan alif lam contoh ُ‫ال ِكتَاب‬
maka maksudnya adalah 'buku itu', langsung tertuju pada benda yang
khusus) atau mubtada haruslah isim yang ma’rifah sebagaimana pada
contoh-contoh di atas, kecuali apabila didahului oleh nafyu (kata
negatif) atau istifham (kata tanya) maka boleh mubtada itu nakirah
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 60
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


(kata umum/contoh 'seseorang' tidak diketahui siapa orangnya, masih
sangat umum, atau benda yang tidak kemasukan alif lam ' ٌ‫' ' ِكتَاب‬sebuah
buku' maka masih sangat umum) dengan catatan kenakirahannya
tidaklah mengurangi dan mempengaruhi makna yang dapat
diperincikan sebagai berikut:
a. Nakirah tersebut menunjukkan kekhususan baik dengan
menyebutkan sifat atau tidak, ataupun nakirah tersebut secara lafadznya
bersandar pada ma’rifat, contohnya:
(‫ )رجيل عندنا‬dan contoh yang idhaf (‫)خمس صلوات كتبهن هللا على العباد‬
b. Nakirah yang menunjukkan pada sesuatu yang umum, baik
mubtadanya adalah bentuk yang umum, contohnya (ُ‫َم ْن يَقُ ْم أَقُ ْم َم َعه‬
'barangsiapa yang berdiri, maka saya berdiri bersamanya'), kata man di
sini adalah bentuk nakirah yang umum. Maupun mubtada yang nakirah
tersebut terletak dalam kalimat yang didahului oleh nafyu (kata negatif)
atau istifham (kata tanya), contohnya :
(ِ‫' َما َر ُج ٌل ِفي الدَّار‬tidak ada seorang lelaki di dalam rumah') dan (ٌ‫أح ٌد قَا ِدم‬
َ ْ‫هَل‬
'adakah seseorang yang datang?').
c. Mubtada yang nakirah (umum) haruslah didahului oleh kalimat yang
terdiri dari jar majrurr atau dharf, contohnya (َ‫)فِي ْال َم ْد َر َس ِة زَائِرُوْ ن‬, mubtada
di sini adalah nakirah (umum) karena di dahului oleh jar majrur, dan (ٌ
‫ َجار‬R‫ر أَ ْش‬R
ِ R‫)حَوْ َل البِ ْئ‬, kata asyjar adalah nakirah (umum) karena didahului
oleh dzharf makaan (kata yang menyebutkan tempat).
d. Nakirah harus Athaf (mengikuti) pada ma’rifah atau diikutkan pada
ma’rifah, contohnya:
‫ ) ُم َح َّم ٌد َو َر ُج ٌل ِع ْن َدنَا‬kata rajul di sini nakirah (kata umum) karena ikut pada
Muhammad.dan (ِ‫)ر ُج ٌل َو يُوْ سُفُ ِفي ال َم ْن ِزل‬
َ kata rajul diikutkan pada yusuf.

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 61


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


e. Mubtada yang nakirah (umum) merupakan jawaban atas pertanyaan,
contohnya, ada yang bertanya (َ‫ َدك‬RR‫ ) َم ْن ِع ْن‬maka jawabannya (ٌ‫ ِد ْيق‬RR‫)ص‬
َ
dengan menggunakan nakirah, takdirnya adalah
(‫)صديق عندي‬.
f. Terletak setelah Laula (‫)لوال‬, contoh (‫)لوال رجل لهلك أخوك‬.
g. Jika khabarnya adalah sesuatu yang aneh yang keluar dari kebiasaan,
contohnya
(‫= شجرة سجدت‬pohon bersujud).
Apabila kita melihat dari contoh-contoh di atas dapat dilihat
perbedaan kedudukan mubtada yang kadang didahulukan (mubtada
muqaddam) dan kadang diakhirkan (mubtada muakkhar), kesemuanya
itu mempunyai aturan yang wajib didahulukan maupun boleh
didahulukan.
Wajib mendahulukan Mubtada
 Mubtada itu wajib didahulukan apabila:
1. Isim yang mempunyai kedudukan sebagai pendahuluan di dalam
kalimat, seperti isim syarat, atau istifham atau Ma yang menunjukkan
ketakjuban, contohnya (‫ه اللغوية‬RR‫عر ينم ثروت‬RR‫رأ الش‬RR‫= من يق‬barangsiapa yang
membaca syair maka akan bertambah kekayaannya dengan bahasa),
kata Man di sini adalah mubtada yang harus di dahulukan karena
posisinya dalam kalimat sebagai pembukaan dan pendahuluan, contoh
lain (‫= من مسافر غدا‬siapakah yang akan bepergian besok), kata man di
sini adalah kata Tanya yang harus selalu didahulukan dan ia adalah
mubtada, contoh lain (‫ل الربيع‬RR‫= ما أجم‬alangkah indahnya musim semi)
Kata Ma disini adalah Ma takjub yang mana harus dan wajib
didahulukan.

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 62


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


2. Mubtada yang menyerupai isim syarat, contohnya (‫الذي يفو ُز فله جائزة‬
=yang menang maka baginya piala), kata allazi dalam kalimat ini
menyerupai isim syarat.
3. Isim tersebut haruslah disandarkan kepada isim yang menempati
posisi dan kedudukan kata pendahuluan, contohnya (‫ )عمل من أعجبك‬kata
‘amal disandarkan pada Man yang kedudukannya sebagai pendahuluan.
4. Apabila khabarnya adalah jumlah fi’liyah dan fa’ilnya adalah dhamir
yang tersembunyi yang kembali kepada mubtada, contohnya (‫محمد يلعب‬
‫رة‬RR‫= الك‬Muhammad bermain bola) kata yal’ab adalah khabar jumlah
fi’liyah dan fa’ilnya dhamir tersembunyi kembali ke Muhammad.
5. Isim tersebut haruslah disertai dengan huruf Lam untuk memulai atau
Lam tauwkid, contoh (‫ون‬RR‫ذين يتق‬RR‫ )وللدار اآلخرة خير لل‬kata addar dimasuki
oleh lam ibtida, dan (‫ )ولذكر هللا أكبر‬dimasuki lam tawkid.
6. Mubtada dan khabarnya adalah Ma’rifat atau kedua-duanya nakirah
dan tidak adanya kata yang menjelaskannya, contohnya (‫ )أبوك محمد‬jika
ingin memberitahukan tentang bapaknya maka wajib didahulukannya,
dan (‫ )محمد أبوك‬jika ingin memberitahukan tentang Muhammad.
7. Mubtada teringkas khabarnya oleh Illa atau Innama, contohnya (‫ما‬
‫ )الصدق إال فضيلة‬dan (‫)إنما أنت مهذب‬.
Selain dari tujuh masalah di atas, maka boleh mendahulukan atau
mengakhirkan mubtada.

Wajib menghilangkan Mubtada


 Mubtada wajib dihilangkan dalam hal-hal sebagai berikut:

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 63


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


1. Apabila mubtada ikut kepada Sifat yang marfu’ dengan tujuan
memuji atau menghina atau sebagai rasa iba dan saying, contohnya (
‫ )مررت بزي ٍد الكري ُم‬mubtadanya dihilangkan karena disifati oleh sifat yang
rafa’, asalnya adalah (‫)هو الكريم‬. Contoh lain (‫= ابتعد عن اللئيم الخبيث‬jauhilah
dari orang jahat yang jelek sifatnya), asalnya adalah (R‫ )هو الخبيث‬mubtada
nya wajib dihilangkan karena disifati oleh sifat yang marfu”.
2. Jika menunjukkan jawaban terhadap sumpah, contohnya (‫تي‬RR‫في ذم‬
‫دق‬RRR‫ولن الص‬RRR‫ )ألق‬asalnya adalah (‫تي عهد‬RRR‫ )في ذم‬dengan menghilangkan
mubtadanya yaitu ‘ahd.
3. Jika khabarnya adalah mashdar yang mengganti fi’ilnya, contohnya (
‫ )صبر جميل‬asalnya adalah (‫ )صبري صبر جمل‬maka wajib menghilangkan
mubtadanya.
4. Jika khabarnya dikhususkan pada pujian atau cercaan setelah kata
Ni’ma (‫ )نعم‬dan Bi’sa (‫ )بئس‬dan terletak diakhir, contohnya (‫نعم الطالب‬
‫= محمد‬alangkah baiknya pelajar yaitu Muhammad) dan (‫بئس الطالب الكسول‬
=alangkah buruknya pelajar yang pemalas), muhammad dan kusul pada
contoh di atas adalah khabar dari mubtada yang dihilangkan, asalny
adalah (‫ )هو محمد‬dan (‫)هو الكسول‬.
Selain dari empat masalah ini, mubtada juga kebanyakan dihilangkan
jika terletak setelah kata qaul (berkata), contohnya (‫ون طاعة‬RRR‫)ويقول‬
mubtadanya dihilangkan, asalnya adalah (‫)أمرنا طاعة‬, contoh lain, (‫قالوا‬
‫ )أضغات أحالم‬dan (‫وز عقيم‬R‫الت عج‬R‫ )وق‬asalnya adalah (‫غات‬RR‫ )هي أض‬dan (‫ا‬R‫أن‬
‫)عجوز‬. Atau mubtadanya terletak setelah Fa sebagai jawban dari syarat,
contohnya (‫ )وإن يخالطوهم فإخوانكم‬asalnya adalah (‫)فهم إخوانكم‬.

Boleh menghilangkan MubtadaMubtada boleh dihilangkan


dan dihapus sebagai jawaban atas pertanyaan orang yang bertanya (‫كيف‬
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 64
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


‫?)محمد‬, dan jawabnya (‫ )بخير‬aslinya adalah (‫)هو بخير‬, atau Mubtada itu
boleh dihilangkan apabila ada kalimat atau kata yang menunjukkan
tentangnya, contohnya firman Allah SWT (‫اء‬RR‫من عمل صالحا فلنفسه ومن أس‬
‫ )فعليها‬kata Falinafsihi kedudukannya rafa’ khabar dan dhamir Ha majrur
bil idhafah sedangkan mubtadanya mahzuf (dihilangkan) begitu juga
pada wa man asaa fa’alaiha, asalnya adalah (‫ )من عمل صالحا فعمله لنفسه‬dan
(‫)ومن أساء فإساءته عليها‬.
Dan boleh juga menghilangkan Mubtada dan khabarnya
apabila ada dalil yang menunjukkan kepadanya, contohnya (‫الذين فازوا في‬
‫ والذين ساهموا أيضا‬، ‫ )مسابقة اإللقاء لهم جوائز‬yang dihapus dari kalimat tersebut
adalah mubtada dan khabarnya yaitu (‫ )لهم جوائز‬aslinya haruslah (‫والذين‬
‫وائز‬RR‫ا لهم ج‬RR‫اهموا أيض‬RR‫ )س‬dihapus karena telah dijelaskan pada kalimat
sebelumnya.Khabar (‫)الخبر‬
Sebagaimana telah dijelaskan di atas mengenai Jumlah Ismiah
(‫ )الجملة االسمية‬yang terdiri dari dua bagian yang memberikan petunjuk
serta pemahaman kepada pendengar agar diterima. Para pakar Nahwu
menyebut bagian pertama dari jumlah ismiah ini dengan Mubtada
karena ia adalah bagian yang dimulai dalam pembicaraan, sedangkan
bagian keduanya dinamakan Khabar karena ia memberitahukan
keadaan yang ada pada mubtada, dan bisa saja terdiri dari segala bentuk
sifat baik ia isim fa’il, atau maf’ul ataupun tafdhil, contohnya, (‫محمد‬
‫ )فاضل‬dan (R‫)علي محبوب‬.

Hukum Khabar

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 65


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Para ahli nahwu menyebutkan hukum dari pada khabar adalah sebagai
berikut:
1. Wajib merafa’ (memberi harakah dhamma) khabar, penyebab
khabar itu marfu’adalah mubtada , contohnya (‫ )أنت كريم‬Karim adalah
khabar marfu’disebabkan oleh mubtada. Contoh lain (‫ )والصلح خير‬Khair
khabar mubtada marfu’.
2. Khabar pada dasarnya haruslah nakirah, contohnya (‫)محمد فاضل‬
fadhil adalah nakirah dan ia khabar mubtada.
3. Khabar haruslah disesuaikan atau ikut kepada mubtada dari
segi tunggalnya atau tasniyah (bentuk duanya) ataupun jamak,
contoh (‫)الطالب متفوق‬, (‫)الطالبان متفوقان‬, dan (‫)الطالب متفوقون‬.
4. Boleh menghilangkan khabarnya apabila ada dalil yang
menunjukkan kepadanya, dan masalah ini nanti akan dibahas pada
pembahasannya.
5. Wajib menghilangkan khabarnya, masalh ini pun akan dibahas nanti
pada pembahasannya.
6. Khabar boleh banyak dan beragam sedangkan mubtadanya hanya
satu, contohnya (‫د ذكي فطن‬RRR‫ )محم‬zakiyun dan fithn adalah khabar
mubtada, contoh lain (‫)أحمد شاعر خطيب كاتب‬.
7. Boleh dan wajib didahulukan khabar dari pada mubtada, dan
pembahasan ini pun akan di bahas pada pembahasannya.
Macam-macam Khabar
 Khabar terbagi menjadi tiga, yaitu:
1. Khabar Mufrad (‫ )المفرد‬yaitu khabar yang bukan berbentuk kalimat
atau yang menyerupai kalimat, akan tetapi terdiri dari satu kata baik
menunjukkan pada tunggal atau mutsanna (bentuk dua) ataupun jamak,
dan harus disesuaikan dengan Mubtada dalam pentazkiran (berbentuk
muzakkarf=lk) atau ta’nis juga dalam bentuk tunggal, mutsanna dan
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 66
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


jamak. Contoh (‫= القمر منير‬bulan bersinar), (‫ة مؤدبة‬RR‫= الطالب‬pelajar pr itu
sopan).
2. Khabar Jumlah (‫)جملة‬, yaitu khabar yang berbentuk kalimat baik
jumlah ismiah (‫مية‬RR‫ )اس‬maupun fi’liyah (‫)فعليه‬. Contoh khabar jumlah
ismiah (‫= الحديقة أشجارها خضراء‬taman itu pepohonannya berwarna hijau)
atau (‫ه ناصع‬RR‫وب لون‬RR‫= الث‬pakaian itu warnanya bersih), Atsaub =adalah
mubtada pertama, Lawn=Mubtada kedua dan mudhaf, dhamir
Hu=mudhaf ilaih, Nashi’=khabar mubtada kedua, Jumlah dari mubtada
kedua dan khabarnya menempati posisi rafa’ yaitu khabar dari mubtada
pertama. Adapaun contoh khabar mubtada dari jumlah fi’liyah, (‫األطفال‬
‫ون في الحديقة‬RR‫= يلعب‬anak-anak bermain di taman) yal’abun adalah fi’il
mudhari’marfu’karena khabar mubtada yang berbentuk jumlah fi’liyah.
Khabar jumlah baik ismiah maupun fi’liyah haruslah berhubungan
dengan mubtada.
3. Khabar syibhu jumlah (‫ )شبه الجملة‬yaitu khabar yang bukan mufrad
atau jumlah akan tetapi menyerupai jumlah, terdiri dari Jarr wal majrur
(‫ )جار ومجرور‬dan dharf =kata keterangan,(‫)ظرف‬. Contoh khabar dari jar
wal majrur (‫= الكتاب في الحقيبة‬buku di dalam tas), (‫= الماء في اإلبريق‬air di
dalam teko). Contoh khabar dari dharf makan (keterangan tempat), (
‫= الجنة تحت أقدام األمهات‬surga dibawah telapak kaki ibu), (‫الطائر فوق الشجرة‬
=burung di atas pohon), contoh dharf zaman (keterangan waktu), (‫الرحلة‬
‫= يو َم الخميس‬bepergian pada hari kamis), (‫= السفر بعد أسبوع‬akan bepergian
setelah seminggu).
 Wajib mendahulukan Khabar
Khabar wajib di dahulukan dari mubtada dalam keadaan sebagai
berikut:
1. Apabila mubtada nya adalah isim nakirah yang semata-mata tidak
untuk memberitahukan dan khabarnya adalah jar wal majrur atau dharf,
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 67
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


contohnya (‫= في المدرسة معلمون‬di sekolah ada para guru), (‫= عندنا ضيف‬ada
tamu). Jika mubtadanya nakirah dengan maksud untuk memberitahukan
maka hukumnya boleh didahulukan atau pada tempatnya semula,
contohnya (‫)صديق قديم عندنا‬.
2. Jika khabarnya adalah istifham (kata Tanya) atau disandarkan pada
kata Tanya, contohnya (‫ف حالك‬RR‫= كي‬bagaimana kabarmu), (‫ابن من هذا‬
=anak siapa ini) atau (‫= أي ساعة السفر‬jam berapa perginya).
3. Apabila ada dhamir yang berhubungan atau bergandengan dengan
mubtada sedangkan kembalinya dhamir tersebut kepada khabarnya atau
sebagian dari khabarnya, contohnya, (‫= في المدرسة طالبها‬di sekolah ada
murid-murid-nya), (‫ة أطفالها‬RRR‫= في الحديق‬di tama nada anak-anak-nya),
dhamir yang ada pada mubtada kembali kepada khabarnya.
4. Meringkas khabar mubtada dengan Illa (‫ )إال‬atau Innama (‫)إنما‬,
contohnya, (‫= ما فائز إال محمد‬tiada yang menang kecuali Muhammad), (‫إنما‬
‫= فائز محمد‬yang menang adalah Muhammad), dalam contoh ini kata faiz
diringkas atau dipendekkan sebagai sifat dari Muhammad.
Boleh mendahulukan atau mengakhirkan khabar apabila khabarnya
sebagai pengkhususan setelah kata Ni’ (‫ )نعم‬ma dan Bi’sa (‫)بئس‬,
contohnya (‫= نعم الرجل محمد‬alangkah baiknya lelaki itu muhammad), (‫بئس‬
‫= العمل الخيانة‬alangkah buruknya perbuatan khianat), Muhammad di sini
bisa saja mubtada muakkhar dan jumlah fi’liyah sebelumnya adalah
khabar muqaddam, dan bisa saja mubtadanya dihilangkan dan
Muhammad di sini adalah khabarnya, karena apabila pengkhususan
setelah ni’ ma dan bi’ sa didahulukan atas fi’ilnya maka ia adalah
mubtada dan jumlah fi’liyahnya adalah khabar muakhhar oleh sebab itu
boleh didahulukan atau diakhirkan.
 Boleh menghilangkan Khabar

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 68


‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


Khabar boleh dihilangkan apabila terletak setelah Iza al fajaiyah (tiba-
tiba), contohnya (‫= خرجت فإذا األسد‬saya keluar tiba tiba ada harimau), (
‫إذا المطر‬RR‫= وصلت ف‬saya sampai tiba-tiba hujan), khabarnya dihilangkan,
asli dari kalimat tersebut adalah (‫د حاضر‬RR‫ )إذا األس‬dan (R‫ر منهمر‬RR‫إذا المط‬RR‫)ف‬.
Apabila ada dalil yang menjelaskannya maka khabar pun boleh
dihilangkan, yang dapat ditemukan pada jawaban dari pertanyaan,
misalanya ada yang bertanya (‫= من غائب‬siapa yang alpa?), jawabannya (
‫)علي‬
ّ dengan menghapus khabarnya yaitu (‫ائب‬RRR‫)علي غ‬
ّ karena telah
dijelaskan pada pertanyaannya. Dan apabila jumlah ismiah mengikuti
(athf) pada jumlah ismiah yang tidak dihilangkan khabarnya, maka
boleh menghilangkan khabar pada jumlah ismiah yang ma’thuf,
contohnya (‫د وأحمد‬R‫د مجته‬R‫= محم‬muhammad rajin dan ahmad juga), asal
dari kalimat di atas (‫د مجتهد‬RR‫)وأحم‬, dihilangkan khabar jumlah ismiah
yang ma’tuf karena telah dijelaskan pada sebelumnya.
 Wajib menghilangkan Khabar
Adapun tempat-tempat dimana khabar itu wajib dihilangkan adalah
sebagai berikut:
1. apabila mubtadanya adalah isim yang sharih yang menunjukkan pada
sumpah, contohnya (‫هدن الحق‬RR‫رك ألش‬RR‫= لعم‬demi hidupmu saya bersaksi
dengan kebenaran), khabarnya wajib dihilangkan, asalnya adalah (‫لعمرك‬
‫)قسمي‬.
2. Khabarnya menunjukkan pada sifat yang mutlak artinya sifat tersebut
menunjukkan akan keberadaan dari sesuatu, dan hal itu terdapat pada
kata yang bergandengan dengan jar majrur atau dharf, contohnya (‫الماء‬
‫= في اإلبريق‬air berada di dalam teko), (‫= الكتاب فوق المكتب‬buku berada di
atas meja), yang menunjukkan khabarnya telah dihilangkan yaitu (
‫ود‬RR‫)موج‬. Dan apabila mubtadanya terletak setelah Lau la (‫وال‬RR‫ )ل‬maka
khabarnya yang berarti keberadaan pun wajib dihilangkan, contohnya (
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 69
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


‫يارة الطفل‬RR‫دمت الس‬RR‫وال هللا لص‬RR‫= ل‬jika tidak ada Allah, maka mobil akan
menabrak anak itu), khabar yang dihilangkan adalah kata (‫ )موجود‬pada
contoh ini.

3. Jika mubtadanya adalah mashdar atau isim tafdhil yang disandarkan


pada mashdar dan setelahnya bukanlah khabar melainkan hal yang
menduduki tempatnya khabar, contohnya (‫الب متفوقا‬RR‫جيعي الط‬RR‫= تش‬saya
mendukung pelajar yang berprestasi), (: ‫عا‬R‫د خاش‬R‫= أفضل صالة العب‬sebaik-
baik shalatnya sorang hamba dalam keadaan khusu’) asalnya adalah (
‫)أفضل صالة العبد عند خشوعه‬.
4. Khabarnya terletak setelah huruf Wau (‫ )واو‬yang berarti
dengan/bersama (‫)مع‬, contohnya, (‫الب وزميله‬RRR‫ل ط‬RRR‫= ك‬semua pelajar
bersama kawanya), wau di sini berarti bersama sehingga khabarnya
dihilangkan, dan khabar yang dihilangkan adalah kata (‫)مقرونان‬.
 Kesimpulan dan Perhatian
1. Asal dari pada mubtada adalah ma’rifah sedangkan khabar adalah
Nakirah, contohnya (‫)الطالب متفوقون‬, namun kadang ada mubtada datang
dalam bentuk ma’rifat dan khabarnya pun ma’rifat, contohnya (‫)هللا ربنا‬
dan (‫ )محمد نبينا‬mubtadanya ma’rifah dan khabarnya pun ma’rifah karena
idhafah. Contoh lain (‫ )والسابقون السابقون‬assabiqun yang pertama adalah
mubtada dan yang kedua adalah khabarnya, sama dengan (‫)أنت أنت‬,
terdiri dari mubtada dan khabar, tapi bisa juga assabiqun dan anta yang
kedua adalah taukid (menegaskan) pada yang pertama.
2. Jika mubtadanya adalah mashdar marfu’, maka mubtadanya boleh
didahulukan, contohnya (‫)سالم عليكم‬.
3. Asal dari khabar mubtada adalah satu, namun boleh saja khabar
terhadap mubtada menjadi banyak, contohnya (‫ )محمد شاعر كاتب قاص‬kata
penyair, penulis dan penulis kisah semuanya adalah khabar dari
Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 70
‫علم النحو‬

Muh Khofif Luthfi Rohman


mubtada yang menunjukkan bolehnya ta’addud khabar terhadap
mubtada.

4. Haruslah memperhatikan pnyesuaian antara khabar dan mubtada,


sebagaimana yang telah disebutkan pada hukum-hukum khabar di atas,
akan tetapi ada sebagian ayat-ayat Al Quran yang membingungkan dan
menimbulkan kesan bertentangan dengan hukum penyesuaian tersebut,
padahal jika dilihat dengan seksama ternyata semua itu ada kesesuaian
antar keduanya.
5. Khabar yang terdiri dari jarr dan majrur atau dharf pada dasarnya
bukanlah khabar, melainkan ia berhubungan dengan kata yang
dihilangkan, dan kata yang dihilangkan tersebutlah yang marfu’ yang
menunjukkan ia adalah khabar, contohnya, (‫ )الماء في اإلبريق‬jarr majrur di
sini hanyalah berhubungan dengan kata yang dihilangkan yaitu khabar
mubtada, takdirnya adalah (‫ )كائن‬atau (‫)موجود‬.
6. Khabar mufrad boleh diikutkan (athaf) kepada khabar jarr majrur,
contohnya (‫وة‬RRR‫د قس‬RRR‫ارة أو اش‬RRR‫ )فهي كالحج‬aysaddu qaswah khabar yang
diathafkan pada jar majrur yaitu kal hijarah.
7. Boleh memisahkan antara mubtada dan khabar, contohnya (‫وهم باآلخرة‬
‫)هم يوقنون‬, kata hum adalah mubtada, dan yuqinun adalah khabarnya,
dipisahkan oleh jar majrur yang berkaitan dengan khabarnya

Ilmu Nahwu (UNHAWA) | 71

Anda mungkin juga menyukai