A. Latar Belakang
Manakala Allah menciptakan makhluk, maka tiap-tiap mereka akan
dibekali syariat dan pegangan hidup.
Sejak jaman dulu bangsa Arab mempunyai dialek yang amat banyak, yang
mereka dapatkan dari fitrahnya dan sebagianya mereka ambil dari tetangga
mereka. Tidak dapat di pungkiri bahasa Quraisy sangatlah terkenal dan sangat
luas persebaranya. Hal ini terjadi karena latar belakang kehidupan bangsa Qurasy
yang memang ahli dalam berdagang, sehingga pada bulan-bulan tertentu mereka
berbondong-bondong untuk melakukan ekspansi perdagangan keluar dari daerah
mereka sendiri (Makah). Selain itu bangsa Quraisy merupakan tempat
berkunjungnya bangsa-bangsa lain untuk melaksanakan ibadah ke Baitullah, dan
mereka mempunyai tugas untuk memulyakan tamu-tamu Tuhan tersebut.
Orang-orang Quraisy mempunyai kegemaran untuk mengambil sebagian
dialek yang mereka kagumi dari bangsa-bangsa lain. Telah menjadi tabia bahwa
Allah menurunkan Al-Quran dengan bahasa yang dapat dipahami oleh bangsa
Arab seluruhnya, dengan tujuan supaya mudah memahaminya, membaca dan
menghafalnya. Serta mengandung nilai-nilai Ijaz serta mengajak bertanding para
pakar-pakar sastra yang saat itu yang sangat mereka banga-bangakan untuk
membuat satu surah yang membandinggi dengan keindahan isi Al-quran, jika
mereka tidak mampu untuk membuat satu surah maka, mereka diberi kemudahan
untuk membuat satu ayat pun tak mengapa. Karena bahasa al -Quran adalah
bahasa mereka jua.
Allah menegaskan dalam firmanNya
A. Fokus Kajian
Dari uraian singkat latar belakang diatas maka dapat ditarik beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pendapat para ulama dalam menyikapi pengertian tujuh ayat..?
2. Apakah kitab Al Quran yang sampai pada kita saat ini sudah sesuai
dengan Al Quran yang ada pada zaman Rasulullah...?
3. Apa hikmah yang dapat di ambil dari ayat tujuh yang terdapat dalam al
Quran...?
4. Apakah hingga kini tujuh huruf itu masih terdapat dalam Al Quran..?
BAB II
A. Dalil-dalil turunya Al Quran dengan Tujuh Huruf
1. Imam Bukhori dan Imam Muslim dalam kitab Sahih-nya
: ,
, : , :
,
, : ,
: . , ,
,
, ,
, : , :
, :
1
. , :
Artinya aku mendengar Hisyam bin Hakim membaca surat Al Furqan dimasa
hidup Rasulullah. Aku perhatikan bacaanya. Tiba-tiba ia membacanya
dengan huruf yang belum pernah dibacakan Rasulullah kepadaku,
hingga hampir saja aku melabraknya disaat ia shalat, tetapi aku
berusaha sabar menunggunya sampai salam. Begitu salam aku tarik
selendangnya
dan
bertanya:
siapakah
yang
membacakan
Hadits Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasi, Tirmidzi, Ahmad dan Ibn Jarir.
surah
tadi
wahai
Hisyam!
Hisyam
pun
kemudian
Artinya :Rasulullah berkata: jibril membacakan (Al Quran) padaku dengan satu
huruf, kemudian aku mengulanginya (setelah itu) senantiasa aku
meminta tambahan dan ia pun menambahiku sampai dengan tujuh
huruf2.
Hadits yang berkenaan dengan hal ini sangat banyak jumlahnya. Imam AsSuyuti mengatakan bahwa hadits-hadits tersebut diriwayatkan dari dua puluh
orang sahabat. Abu Ubaid Al Qosim menetapkan kemutawatiran mengenai
turunya Al Quran dengan tujuh huruf tersebut3
2
3
As-suyuti berkata: penafsiran ulama tentang makna hadits ini tidak kurang dari empat
puluh pendapat( Al itqan, jilid 1, halaman 45)
Yaman
2. Pendapat yang lain menyebutkan bahwa yang di maksud dengan tujuh
huruf adalah tujuh bahasa Arab tempat dimana Al-Quran diturunkan,
dengan pengertian bahwa Al-Quran tidak keluar dari tujuh bahasa
tersebut, yaitu bahasa yang paling banyak terpakai di kalangan bangsa
Arab. Meskipun kebanyakan yang di pakai adalah bahasa Quraisy, ada
pula yang merupakan bahasa Huzail, Tsaqif, Kinanah, Tamim dan
Yaman. Sebagian Ulama berargumen bahwa pendapat inilah yang
mendekati kebenaran kerena didukung oleh Al- Baihaqi dan dipilih oleh
Imam Bukhari serta pengarang kitab-kitab yang lainya. Karena itu maka
secara keseluruhan Al Quran mencangkup ketujuh bahasa tersebut.
Abu Ubaid berkata: yang dimaksud bukanlah setiap kata boleh dibaca
dengan tujuh bahasa, tetapi tujuh bahasa tersebut yang bersebar dalam Al
Quran. Sebagianya bahasa Quraisy, sebagian yang lain berbahasa huzail,
hawazin, yaman, dan lain-lain. Dan katanya pula: sebagian bahasabahasa itu lebih beruntung karena dominan dalam Al Quran.
3. Yang dimaksud dengan tujuh ayat adalah tujuh macam (bagian) di dalam
Al Quran. Namun mereka berbeda pendapat dalam menentukan bagianbagian dan uslub pengungkapanya. Di antara mereka ada yang
mengatakan, bahwa yang dikehendaki adalah: Amar, Nahi, Halal,
Haram, Muhkam, Mutasyabih dan Amtsal. Sementara ulama yang lain
mengatakan Waad, Waid, Halal Haram, Mawaid, Amtsal dan Ihtijaj.
hal ini bersandar pada hadits nabi:
:
: , ,
,
) ( .
Dari Ibn masud, Nabi berkata: kitab umat terdahulu diturunkan dari
satu pintu dan dengan satu huruf. Sedang Al Quran diturunkan melalui
tujuh pintu dan dengan tujuh huruf, yaitu: zajr (halangan), amr, halal,
haram, muhkam, mutasyabih dan amsal.5
4. Segolongan ulama yang lain berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
tujuh ayat adalah Qiroah tujuh yang mashur.
D. Hikmah turunya Al quran dengan tujuh huruf
a. Untuk memudahkan bacaan dan hafalan bagi bangsa ummi, tidak bisa
baca dan tulis, yang setiap kabilah mempunyai bahasa dialek masingmasing.
Namun
belum
terbiasa
menghafal
syariat,
apalagi
huruf. Ibnu jarir menambahkan: seperti telah ditegaskan bahwa AlQuran diturunkan dari tujuh pintu dengan tujuh huruf, sedang kitabkitab sebelumnya diturunkan dari satu pintu dengan satu huruf. Hal ini
karena nabi sebelumnya hanya di peruntukan untuk satu kaum, sedang
nabi muhammad di utus untuk seluruh umat baik yang hitam legam,
maupun yang putih.
e. Menyatukan umat islam dalam satu bahasa Quraisy yang tersusun dari
berbagai bahasa pilihan dikalangan suku-suku Arab yang berkunjung ke
makkah pada musim haji dan lainya. al-Quran diturunkan dengan tujuh
huruf yang merupakan bahasa Qabilah qobilah pilihan. Hal ini luar biasa
karena menyatukan bahasa Nasional yang merupakan faktor dalam
menyatukan bangsa, khususnya bangsa yang baru berkembang.
- dapat di jawab bahwa, bahasa arab itu lebih banyak dari tujuh macam, walaupun
hidup dalam satu qobilah yang sama tidak menuntut kemungkinan adanya qiraat
berbeda seperti yang terjadi pada Umar dah Hisyam bin Hakim, keduanya sama
sama orang Quraisy yang mempunyai Qabilah dan bahasa yang sama pula. Tapi
Qiraat keduanya berbeda, mustahil Umar mengingkari bahasa Hisyam namun
ternyata Umar menginkarinya. Semua itu menunjukan bahwa yang di kehendaki
dengan tujuh huruf bukanlah apa yang mereka kemukakan, tetapi hanya
perbedaan lafat-lafat mengenai makna yang sama. Namun pada masa Utsam
menurut Tabari dalam tafsirya: keadaan menuntut agar bacaan ditetapkan dengan
satu huruf saja karena di takutkan akan timbul fitnah (bencana). Kemudian hal ini
diterima umat secara global, suatu umat yang di jamin bebas dari kesesatan.7
Pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud tujuh huruf adalah tujuh
macam hal (makna), yaitu: amr, nahyu, halal, haram, muhkam, mutasyabih dan
masal di jawab dengan mengunakan hadits. Bahwa zahir hadits-hadits tersebut
menunjukan tujuh huruf itu adalah suatu kata yang dapat dibaca dengan dua atau
tiga hingga tujuh macam sebagai keluasan bagi umat, padahal suatu yang satu
tidak mungkin di nyatakan halal dan haram di dalam satu ayat, dan keluesanya
pun tidak dapat direfleksikan dengan pengharaman yang halal dan menghalalkan
yang haram atau pengubahan suatu makna dari makna-makna tersebut.
Pendapat yang berangapan bahwa tujuh huruf adalah tujuh qiraat, dapat di
jawab bahwa Al Quran bukanlah Qiraat, Al Quran adalah Kalamullah yang
diturunkan pada nabi Muhammad dengan perantara malaikat jibril sebagai bukti
risalah dan mukjizat. Sedang qiraat dalah perbedaan dalam cara melafatkan lafatlafat wahyu tersebut. Nampaknya apa yang menyebabkan terperosok dalam
kesalahan ini adalah adanya kesamaan bilangan tujuh( dalam hadits ini dengan
qiraat yang populer) sehinga permasalahnya menjadi kabur bagi mereka.
Jika kita kembalikan tujuh huruf ini dalam Rasm Utsmani dalam bacaan
yang tulisanya menurut apa adanya, maka Rasm Utsmani mencangkup tujuh
7
huruf, akan tetapi dengan artian bahwa masing-masing bahwa masing-masing dari
mushaf mengandung huruf yang sesuai denga Khat Usmani. Baik secara
Universal maupun hanya sebagian. Dan berarti secara tidak langsung bahwa
mushaf yang sampai pada kita saai ini tidak kurang dari satu huruf pun.
BAB III
A. Kesimpulan
Dengan demikian sudah menjadi jelas bahwa yang dikehendaki dengan
tujuh huruf adalah tujuh bahasa dari bahasa orang arab mengenai suatu makna
yang sama adalah pendapat yang mendekati pada dzahir nash dan di dukung
dengan bukti yang sahih.
Syaikh Syihabuddin Abu Syamah mengatakan: Apakah kumpulan dalam
mushaf yang sampai pada kita saat ini merupakan rangkupan seluruh huruf yang
tujuh yang menjadi standar bacaan atau hanya satu huruf saja? Qadhi Abu Bakar
mengatakan bahwa semuanya tercangkup. Selanjutnya Abu Jafar Al-Tabari
menjelaskan bahwa kumpulan mushaf itu hanya merupakan satu huruf saja. Asy
Syaikh As Shathibi cenderung kepada pendapat Qadhi Abu Bakar tentang mushaf
yang dikumpulkan pada masa Abu Bakar, dan pendapat At-tabari dalam hal
mushaf yang di himpun pada masa khalifah utsman yang di kenal dengan nama
Rasm Utsmani. Akan tetapi berbagai sumber menunjukan bahwa pengumpulan Al
Quran yang dilakukan utsman adalah menyalin kembali menurut satu huruf
diantara tujuh huruf itu untuk menyeragamkan kaum muslimin pada satu mushaf.
Utsman berpendapat, membaca Al Quran dengan tujuh huruf bertujuan
menghilangkan kesempitan dan kesulitan dimasa-masa awal, dan kebutuhan akan
hal itu pun sudah berakhir. Dan kebijaksanaan utsman ini disepakati oleh para
sahabat. Maka dengan adanya kesepakatan itu terjadilah ijma.
Andaikata huruf huruf itu masih berada dalam mushaf usmani, tentulah
mushaf tersebut tidak dapat meredam pertikaian dalam hal perbedaan bacaan.
Kalaulah tidak demikian maka perbedaan bacaan tetap ada dan tentunya tidak
adanya perbedaan antara motiv pengumpulan Al Quran pada masa kholifah Abu
Bakar dan Utsman.
Imam zarkasyi dalam karyanya Al-Burhan mengatakan Golongan
Mutakhirin mengatakan bahwa Qiraat-qiraat yang tujuh yang dibacakan oleh
para Qari yang tujuh semuanya adalah benar dari Rasulullah SAW. Itulah mushaf
yang dibukukan utsman r.a. tujuh qiraat yang ada itu adalah hasil dari seleksi dari
para qari, karena masing-masing dari mereka cendrung memilih bacaan yang
lebih baik dari beberapa qari yang ia kuasai, dan selalu membacanya dengan
bacaan tersebut. Ia meriwayatkanya dan membacanya sehingga qiraat itu mashur
dan di namai dengan namanya. Oleh karenanya kita sekarang familiar dengan
nama-nama ibnu Katsir, imam Nafi, yang masing-masing tidak ada yang
melarangnya
dan
tidak
saling
menyalahkanya
bahkan
sama-sama