Anda di halaman 1dari 5

Latar belakang

Alquran adalah kitab suci Umat Islam, diturunkan sebagai Mukjizat bagi Nabi Muhammad SAW,
Berpahala dan ladang ibadah bagi para Pembacanya, serta dicurahkan rahmat Bagi para penyimak
dan pentadabbur Kandungannya. Demikian pula Islam Sangat mengapresiasi siapa saja yang Belajar
Alquran dan mengajarkannya Dengan julukan sebaik-baik umat Nabi SAW. Hal itu sebagaimana
sabdanya, “Sebaik-baik kalian adalah orang yang Belajar Alquran dan mengajarkannya” (Al-Bukhori,
2002). Al-Qur’an Standar Braille adalah Al-Qur’an yang ditulis Menggunakan simbol Braille, sejenis
tulisan yang digunakanOleh para tunanetra atau orang-orang yang menderita gangguan Penglihatan
(visually impaired people). Simbol Braille dibentuk Dari berbagai formasi 6 titik timbul yang tersusun
dalam dua koLom seperti susunan titik pada kartu domino.

Alquran Braille telah mengangkat kedudukan para tunanetra di tengah-tengah masyarakat. Mereka
memiliki akses Yang sama untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan mendapatkan pahala keutamaan
membaca Alquran. Pada Tahun 1976, Mushaf Al-Qur’an Standar Braille disusun berdasarkan simbol
Braille Arab yang telah digunakan dalam Al-Qur’an Braille terBitan Yordania, Mesir, dan Pakistan,
karena dinilai cukup baik Untuk penulisan Al-Qur’an Braille. Selain itu, simbol Braille terSebut juga
telah berpijak pada hasil uniformisasi simbol Braille Arab (Arabic Braille Codes) pada konferensi
regional yang diseLenggarakan oleh UNESCO di Beirut, Lebanon, pada 1951.

Rumusan masalah.

1. Bagaimana sejarah dan perkembagan mushaf Braille standart Indonesia ?

2. Bagaimana spesifikasi dan karakteristik mushaf Braille standart Indonesia ?

3. Bagaimana perbedaan mushaf Braille dengan mushaf lain ?

. Tujuan

1. Memahami sejarah dan perkembagan mushaf Braille standart Indonesia ?

2. Memahami spesifikasi dan karakteristik mushaf Braille standart Indonesia ?

3. Memahami perbedaan mushaf Braille dengan mushaf lain ?


Karakteristik mushaf Standar Braille

Al-Qur’an Standar Braille adalah Al-Qur’an yang ditulis Menggunakan simbol Braille, sejenis tulisan
yang digunakan Oleh para tunanetra atau orang-orang yang menderita gangguan Penglihatan
(visually impaired people). Simbol Braille dibentuk Dari berbagai formasi 6 titik timbul yang tersusun
dalam dua koLom seperti susunan titik pada kartu domino.

Susunan titik pada simbol Braille

Berdasarkan hasil Muker Ulama Al-Qur’an II tahun 1976, Mushaf Al-Qur’an Standar Braille disusun
berdasarkan simbol Braille Arab yang telah digunakan dalam Al-Qur’an Braille terBitan Yordania,
Mesir, dan Pakistan, karena dinilai cukup baik Untuk penulisan Al-Qur’an Braille. Selain itu, simbol
Braille terSebut juga telah berpijak pada hasil uniformisasi simbol Braille Arab (Arabic Braille Codes)
pada konferensi regional yang diseLenggarakan oleh UNESCO di Beirut, Lebanon, pada 1951. Tidak
saja bentuk tulisannya yang berbeda, Mushaf Standar Braille juga mempunyai beberapa karakteristik
terkait rasm, Tanda baca, dan tanda waqaf.

Pada aspek rasm, Mushaf Standar Braille menggunakan rasm Usmani, berbeda dari beberapa
peNulisan Al-Qur’an Braille yang pernah ada sebelumnya, seperTi Al-Qur’an Braille cetakan Yordania,
Mesir, dan Pakistan yang Masih menggunakan rasm imlà’i. Preferensi penggunaan rasm Usmani
didasarkan pada musyawarah Ulama tahun 1977. Forum ini menegaskan bahwa Mushaf Standar
Braille ditulisBerdasarkan rasm Usmani, kecuali tulisan yang menyulitkan Kaum tunanetra. Pada
kasus ini, penulisan dipermudah dengan Mengikuti kaidah imlà’i, seperti kata aê-êalàh dan az-zakàh.

Berikut ini beberapa contoh kata yang ditulis dalam Mushaf Standar Braille yang tidak mengikuti
kaidah imlà’i.
Pada aspek harakat dan tanda baca, Mushaf Standar Braille Pada dasarnya mengikuti pola penulisan
mushaf-mushaf Al-Qur’an Braille sebelumnya. Penulisan tanda baca yang terkait Syakl (fathah,
kasrah, dammah, dan sukun) diletakkan setelah Huruf, bukan di atas atau bawahnya seperti
lazimnya penulisan Al-Qur’an awas. Adapun tanda tasydid ditulis sebelum huruf Yang
menyandangnya. Terkait penandaan huruf mad, ada seDikit kesamaan dengan Mushaf Standar
Bahriah; setiap huruf Mad dalam Mushaf Standar Braille tidak membutuhkan tanda Sukun. Bedanya,
kalau dalam Mushaf Standar Braille huruf yang Berada sebelum huruf mad tidak diberi harakat,
dalam Mushaf Standar Bahriah huruf tersebut tetap diberi harakat. Mushaf Standar Braille juga telah
menggunakan harakat isybà‘iyyah, Baik itu fathah, kasrah, maupun dammah. Penggunaan harakat
Isybà‘iyyah ini mengikuti pola yang berlaku dalam Mushaf StanDar Usmani

Pada aspek tanda baca yang berhubungan dengan hukum Tajwid, hanya ada dua tanda yang
digunakan dalam Mushaf Standar Braille, yaitu tanda tasydid untuk bacaan idgàm dan Tanda mad
untuk mad far‘iy. Penggunaan tanda tasydid untuk Bacaan idgàm pun terbatas pada kata dalam satu
ayat dan tidak Dipakai untuk bacaan idgàm di awal ayat yang disebabkan adanya Hubungan dengan
akhir ayat sebelumnya. Tanda untuk bacaan Mad juga hanya menggunakan satu simbol, baik yang
dipakai Untuk mad jà’iz, mad wàjib, maupun mad làzim. Selain itu, sama Dengan Mushaf Standar
Bahriah, Mushaf Standar Braille tidak Memberikan simbol/tanda pada bacaan iqlàb.

Pada aspek tanda waqaf, Mushaf Standar Braille menggunaKan tanda waqaf yang sama dengan
tanda waqaf dalam Mushaf Standar Usmani. Bedanya, beberapa tanda waqaf yang tersusun Lebih
dari satu simbol disederhanakan menjadi satu simbol sebaGaimana tergambar dalam tabel berikut.

Anda mungkin juga menyukai