Anda di halaman 1dari 13

A.

PENDAHULUAN
Al-Qur`an adalah kitab suci umat Islam yang akan selalu terjaga
kesuciannya dan keotentikannya. Umat Islam dianjurkan agar membaca dan
mengamalkannya. Hal tersebut berdampak pada kebutuhan akan mushaf Al-
Qur`an. peredaran mushaf Al-Qur`an yang ada di Indonesia senantiasa
mengalami perkembangan. Hal demikian pula yang mendorong Departemen
Agama atau lebih tepatnya Lajnah Pentashih Al-Qur`an untuk membuat Al-
Qur`an Standar Indonesia yang terdiri dari tiga jenis sebagai acuan bagi para
penerbit yang ingin menerbitkan Al-Qur`an sehingga dapat mengontrol
stabilitas keamanan dalam bidang Al-Qur`an.
Makalah ini akan sedikit mengulas mengenai Mushaf Standar Al-
Qur`an. meliputi pengertiannya, latar belakang penulisannya, jenis-jenis
Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia disertai dengan uraiannya, tujuan yang
diharapkan dengan adanya Mushaf Al-Qur`an Standar , dan terakhir mengenai
variasi-variasi yang terdapat dalam AL-Qur`an cetakan yang tidak terdapat
dalam aturan penerbitan.
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Mushaf Al-Qur`an Standar
Berdasarkan dokumen hasil Muker Ulama Al-Qur`an, ada tiga definisi
tentang mushaf Al-Qur`an Standar1, yaitu :
- Pertama, definisi yang ditulis dalam frame (bingkai iluminasi
teks Al-Qur`an) cetak perdana Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
pada 1983. Dalam frame ini tertulis “Mushaf Standar hasil penelitian
Badan Litbang Agama dan Musyawarah Ahli Al-Qur`an dikeluarkan
oleh Departemen Agama Republik Indonesia tahun 1403 H/1983 M.”2
- Kedua, Mushaf Standar didefinisikan sebagai “Mushaf Al-
Qur`an yang dibakukan cara penulisannya dengan tanda bacanya
(harakat), termasuk tanda waqafnya, sesuai dengan hasil yang dicapai
dalam Musyawarah Kerja (MuKer) Ulama Ahli Al-Qur`an yang
berlangsung 9 tahun, dari tahun 1974 s.d. 1983, dan dijadikan pedoman
bagi Al-Qur`an yang diterbitkan di Indonesia.”3
- Ketiga, berdasarkan petikan Keputusan Menteri Agama (KMA)
No. 25 Tahun 1984 terkait penetapan Mushaf Al-Qur`an Standar. Di
1 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013) hlm. 9

2 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013) hlm. 9
sana disebutkan bahwa “Mushaf Standar adalah Al-Qur`an Standar
Usmani, Bahriyah, dan Braille hasil penelitian dan pembahasan
Musyawarah Ulama Al-Qur`an I s.d. IX.”4
Pengertian yang lebih komprehensif adalah “Mushaf Al-Qur`an yang
dibakukan cara penulisan, harakat, tanda baca, dan tanda waqafnya, sesuai
dengan hasil yang dicapai dalam Musyawarah Kerja (MuKer) Ulama Ahli Al-
Qur`an yang berlangsung 9 kali, dari tahun 1974 s.d. 1983 dan dijadikan
pedoman bagi Mushaf Al-Qur`an yang diterbitkan di Indonesia.”5
2. Latar belakang penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar
Menurut E. Badri Yunardi, ada setidaknya 6 alasan yang melandasi
lahirnya Mushaf Standar:6
a. Pedoman pentashihan bagi Lajnah
b. Adanya berbagai ragam tanda baca dalam Al-Qur`an
c. Kecendrungan masyarakat menggunakan satu model Al-Qur`an
d. Beredarnya Al-Qur`an terbitan luar negeri di Indonesia
e. Variasi tanda baca Al-Qur`an
f. Tanda-tanda waqaf Al-Qur`an

3. Jenis Mushaf Al-Qur`an Standar serta Spesifikasinya


Berdasarkan petikan KMA No. 25 Tahun 1984, Mushaf Al-Qur`an Standar
memiliki tiga jenis berdasarkan segmennya7 :
a. Mushaf Standar Usmani untuk orang awas,
b. Mushaf Standar Bahriyah untuk para penghapal Al-Qur`an, dan
c. Mushaf Standar Braille bagi para tunanetra.

Masing-masing dari tiga jenis Mushaf Al-Qur`an Standar ini memiliki


spesifikasi yang dapat dikenali dari 4 unsur utama, yaitu cara penulisan
(rasm), harakat, tanda baca, dan tanda wakaf.
a. Rasm

3 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013) hlm. 10

4 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013) hlm. 10

5 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013) hlm. 11

6 Abdul Aziz Sidqi, “ Sekilas tentang Mushaf Standar Indonesia”, Katalog dalam Pameran pada
Musabaqah Fahmi Kutubit-Turats (Mufakat) terbitan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an Badan
Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, hlm. 4-5

7 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013) hlm. 12
Terkait rasm, hampir semua teks dalam Mushaf Al-Qur`an Standar
Usmani telah mengacu pada kaidah rasm Usmani. Adapun mengenai
catatan khususnya adalah bahwa pilihan rasm dalam mushaf ini tidak
melalui tarjihur-riwayat, sehingga dalam satu tempat terkadang
bersesuaian dengan mazhab Abu Amr ad-Daniy (w. 444 H) dan di
tempat lain dengan mazhab Abu Dawud Sulaiman bin Najah (w. 496
H), atau bahkan terkadang tidak mengacu pada keduanya.8dengan
demikian, penulisan Al-Qur`an Standar Indonesia tidak berkiblat
kepada salah satu Imam Rasm tersebut.9

Hal yang sama terjadi dalam Mushaf Al-Qur`an Standar


Bahriyah, akan tetapi terdapat tambahan pengecualian pada penulisan
ism (al-kitab) dan fi`il dengan alif tasniyah (tukazziban) dan
semisalnya, keduanya menggunakan alif mamdudah. Demikian pula,
setiap ada ya` di akhir kata maka ia tidak diberi titik. Terkait penulisan
hamzah di atas alif , ia hanya ditulis ketika dalam posisi saknah
(sukun). Adapun dalam Mushaf Standar Braille, lafal-lafal Rasm

8 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013) hlm. 12

9 Mazmur Sya`roni, “Prinsip-prinsip Penulisan dalam Al-Qur`an Standar Indonesia”, Lektur, Vol. 5 no.1,
hlm. 4
Usmani yang menyulitkan perabaan tunanetra dituliskan dengan rasm
imla`iyyah (nahwiyyah), seperti kata as-salah, az-zakah, dll.10
b. Harakat
Dalam hal harakat, semua jenis Mushaf Al-Qur`an Standar menganut
prinsip semua harakat menetukan bunyi secara utuh. Artinya, setiap
huruf yang berbunyi diberi harakat sesuai dengan bunyinya, termasuk
harakat sukun pada mad tabi`i. kaidah ini berfungsi secara penuh
dalam Mushaf Standar Usmani, sedangkan dalam Mushaf Standar
Bahriyah terdapat pengecualian. Penulisan mad tabi`I waw dan ya`
pada Mushaf Al-Qur`an Standar Bahriyah tidak mempergunakan
sukun. Pada mushaf ini harakat kasrah yang berada sebelum ya` yang
tidak bertitik diklasifikasi menjadi dua: diberi harakat berdiri ketika
tidak wasal, dan diberi harakat kasrah biasa ketika wasal. Adapun
dalam Mushaf Standar Braille, harakat tidak berfungsi penuh. Setiap
huruf yang diikuti huruf mad tidak diberi harakat, termasuk huruf mad-
nya.11
c. Tanda Baca
Mushaf Standar Usmani memberlakukan tanda baca secara penuh
sebagaimana memfungsikan harakat. Yang membedakan adalah pola
penulisan dalam Mushaf Al-Qur`an Standar Bahriyah, di mana tasydid
idgham dan mim iqlab tidak dituliskan. Selain itu, penempatan tanda
sifir mustadir (bulat bundar) pada setiap huruf waw pada kata ula, uli,
dan ula`ika juga berbeda. Begitupun dalam Mushaf Al-Quran Standar
Barille,hanya saja terdapat beberapa pengecualian, seperti peniadaan
mim iqlab dan sifir.12
d. Tanda Waqaf
Semua jenis Mushaf Standar mengacu pada hasil penyederhanaan
tanda waqaf dari 12 menjadi 7, sebagaimana diputuskan dlam MuKer

10 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013) hlm. 13

11 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013) hlm. 14

12 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013) hlm. 14
Ulama Al-Qur`an ke-IV tahun 1980, kecuali dalam Mushaf Al-Qur`an
Standar Braille.13

4. Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia


a. Mushaf Al-Qur`an Standar Usmani
Mushaf Al-Qur`an Standar Usmani adalah mushaf Al-Qur`an Standar
30 juz, yaitu mushaf Al-Qur`an yang biasa digunakan/dibaca oleh umat
Islam. Mushaf inilah yang sementara memiliki rating tertinggi dalam cetak
ulang dibandingkan dua mushaf standar yang lain. 14
Dari aspek penulisan, mushaf standar Usmani mengambil bahan baku
(model) dari Al-Qur`an terbitan Departemen Agama tahun 1960 (Mushaf
Al-Qur`an Bombay) yang sekaligus menjadi pedoman tanda baca. Mushaf
ini ditelaah akurasi rasm Usmaninya berdasarkan rumusan as-Suyuthi (w.
911 H). secara garis besar, rumusan as-Suyuthi dalam bidang rasm
Usmani dapat dikelompokkan ke dalam enam kaidah : (a) membuang
huruf (al-hazf); (b) menambah huruf (az-ziyadah); (c) penulisan hamzah
(al-hamz); (d) penggantian huruf (al-badal); (e) menyambung dan
memisah tulisan (al-fasl wal-wasl); dan (f) menulis kalimat yang emmiliki
versi bacaan (qira`ah) lebih dari satu sesuai dengan salah satu darinya (ma
fihi qara`atani wa kutiba `ala ihdahuma).15
Dari aspek harakat, Mushaf Standar Usmani Indoneisa mengacu pada
hasil MuKer II tahun 1976, yakni komparasi bentuk-bentuk harakat dari
berbagai Negara dan memilih bentuk yang sudah familiar dan diterima
luas di Indonesia. Menurut Mazmur Sya`roni, bentuk-bentuk harakat
tersebut berjumlah 7, yakni fathah, dhammah, kasrah, dan sukun yang
ditulis apa adanya (lengkap), demikian pula fathatain, kasratain, dan
dhammatain. Sukun ditulis dengan setengah lingkaran agar tidak serupa
dengan sifir mustadir. Selain tujuh bentuk di atas, Mushaf Standar Usmani
memiliki dua bentuk harakat lagi yang menunjukkan bacaan panjang,

13 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013) hlm. 14

14 Abdul Aziz Sidqi, “ Sekilas tentang Mushaf Standar Indonesia”, Katalog dalam Pameran pada
Musabaqah Fahmi Kutubit-Turats (Mufakat) terbitan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an Badan
Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, hlm. 6

15 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013) hlm. 92
yakni dhammah terbalik dan fathah tegak/berdiri. Dengan demikian,
harakat Mushaf Standar Usmani terdiri dari 9 bentuk.16
Mushaf Standar Usmani juga dilengkapi dengan tanda baca yang
dimaksudkan untuk membantu proses mambaca teks ayat Al-Qur`an agar
tepat bacaan (qira`at)nya sesuai hukum tajwid. Tanda baca tersebut adalah
idgam, iqlab, mad wajib, mad ja`iz, dan bacaan mad selain mad tabi`iy,
imalah, saktah, isymam dan tashil.
b. Mushaf Al-Qur`an Standar Bahriyah
Mushaf Standar Bahriyah adalah mushaf “Al-Qur`an Sudut” – setiap
halaman mushaf ini diakhiri dengan penghabisan ayat – yang biasa dipakai
oleh para penghapal Al-Qur`an. mushaf ini disebut juga “Al-Qur`an
Bahriyah”, Al-Qur`an Pojok”, atau “ Al-Qur`an lil-Huffaz”. Bahkan di
Jawa , karena yang biasa mencetak Al-Qur`an ini adalah CV Menara
Kudus, disebut juga “Al-Qur`an Kudus”. Mushaf Standar Bahriyah
memiliki ciri-ciri, yaitu (1) Setiap halaman Al-Qur`an (kecuali Surah Al-
Fatihah dan awal Surah Al-Baqarah) terdiri dari 15 baris (2) Ayatnya selalu
diakhiri pada setiap sudut pojok halaman sebelah kiri (3) setiap akhir ayat
tidak diberi nomor namun diberi tanda khusus [namun dewasa ini diberi
nomor] (4) setiap mad tabi`I tidak diberi tanda sakin (5) idgam tidak diberi
tanda tasydid, juga iqlab tidak diberi mim kecil/iqlab (6) Rasmnya ditulis
menurut rasm Usmani dan Imla`I (campuran) (7) ha` dhammir belum
menggunakan kasrah tegak dan dhammah terbalik.17
Pada aspek rasm, Mushaf Al-Qur`an Standar Bahriyah mengacu pada
Mushaf Al-Qur`an Bahriyah terbitan Turki. KH. Damanhuri (Malang)
pada MuKer I tahun 1974 mengatakan bahwa penggunaan mushaf ini
ditoleransi oleh para ulama di berbagai Negara Muslim untuk digunakan
oleh para penghapal Al-Qur`an . Dibandingkan dengan enam kaidah rasm
Usmani yang telah dijelaskan, Mushaf Bahriyyah Turki ini tidak dapat
dikatakan mengikuti rasm Usmani. Mushaf Bahriyah Turki ini hanya
mengikuti satu dari enam kaidah yang ada,yakni kaidah penggantian huruf
alias badal.
16 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013) hlm. 93

17 Abdul Aziz Sidqi, “ Sekilas tentang Mushaf Standar Indonesia”, Katalog dalam Pameran pada
Musabaqah Fahmi Kutubit-Turats (Mufakat) terbitan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an Badan
Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, hlm. 7
Mushaf Bahriyah dianggap sebagai perpaduan antara rasm Usmani dan
rasm Imla`I,. artinya , di satu sisi ada lafal-lafal tertentu yang ditulis
dengan rasm Usmani dan tidak berbeda dengan mushaf standar Usmani.
Di sisi lain, ada juga lafal yang berbeda dengan rasm usmanni karena
ditulis dengan rasm imla`i. dalam aspek harakat, mushaf bahriyah
menggunakan harakat yang sama dengan mushaf usmani. Sedang dalam
aspek tanda baca, sebagian besar mushaf standar bahriyah menganut tanda
baca yang sesuai dengan mushaf standar usmani, walaupun ada perbedaan
pada tanda baca idgam dan iqlab. Sementara itu,dari segi tanda waqaf
tidak ada perbedaan antara mushaf standar bahriyah dengan mushaf
standar usmani. Keduanya sama-sama menggunakan 7 tanda yang
merupakan penyederhanaan dari 12 tanda waqaf.18
c. Mushaf Al-Qur`an Standar Braille
Al-Qur`an Standar Braille adalah Al-Qur`an yang ditulis berdasarkan
symbol Braille, sejenis tulisan yang digunakan oleh para tunanetra atau
orang-orang yang mengalami gangguan penglihatan. Symbol Braille
terbentuk dari berbagai formasi 6 titik timbul yang tersusun dalam dua
kolom seperti susunan titik pada kartu domino19. Seperti pada gambar.

Mushaf Al-Qur`an Standar Braille menggunakan huruf Arab Braille


yang merujuk pada keputusan Konferensi Internasional UNESCO
tahun1951, yang dilengkapi dengan tanda-tanda baca Al-Qur`an yang
diterbitkan oleh tiga Negara Islam, yaitu Yordania, Mesir, dan Pakistan.
Nama huruf Braille Arab ini adalah al-Kitabah al-Arabiyyah an-Nafirah.20
Berikut contoh huruf , harakat dan tanda-tanda lain.21

18 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013) hlm. 98-100

19 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013) hlm. 104
20 Abdul Aziz Sidqi, “ Sekilas tentang Mushaf Standar Indonesia”, Katalog dalam Pameran pada
Musabaqah Fahmi Kutubit-Turats (Mufakat) terbitan Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an Badan
Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, hlm. 7

21 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Pedoman Membaca dan Menulis Al-Qur`an Braille (Jakarta:
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2012), hlm. 12-13
Dalam aspek tulisan, mushaf standar Braille ditulis berdasarkan rasm
Usmani, kecuali tulisan yang menyulitkan kaum tunanetra yang
dipermudah dengan rasm imla`I sebagaimana gambar berikut.22

22 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013) hlm. 105
Dalam aspek tanda baca, hanya ada dua tanda baca yang digunakan
dalam Al-Qur`an Standar Braille yaitu tanda tasydid untuk idgam dan
tanda mad untuk mad far`iy. Penggunaan tanda tasydid pun terbatas dalam
satu ayat dan tanda mad hanya satu baik untuk mad jaiz, mad wajib, dan
mad lazim. Selain itu, mushaf standar Braille juga tidak memberikan
symbol atau tanda baca bacaan iqlab. Pada tanda waqaf, Al-Qur`an standar
Braille menggunakan tanda waqaf yang sama dengan tanda waqaf dalam
Mushaf Standar Usmani. Namun ada beberapa penyederhanaan
sebagaimana gambar berikut.23

23 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an, 2013) hlm. 106
5. Harapan dengan keluarnya Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
Harapan-harapan dengan dibuatnya Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia di
antaranya ialah :
a. Menjadi benteng stabilitas Nasional di bidang Al-qur`an24
b. Sebagai penangkal yang mujarab untuk setiap persoalan/masalah Al-
Qur`an yang beredar di Indonesia25
c. Permulaan penertiban kembali semua Al-Qur`an yang dicetak di
Indonesia26
d. Peremajaan semua penerbitan Al-Qur`an yang beredar di Indonesia27
e. SK Menteri Agama mengatur penggunaan Mushaf Al-Qur`an Standar
Indonesia28
f. Memungkinkan adanya penertiban di bidang penerbitan Al-Qur`an di
Indonesia secara tuntas29
6. Variasi Al-Qur`an yang tidak terdapat dalam aturan penerbitan

24 Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Mengenal Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Badan Litbang Depag, 1995) hlm. 30

25 Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Mengenal Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Badan Litbang Depag, 1995) hlm. 30-34

26 Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Mengenal Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Badan Litbang Depag, 1995) hlm.34-35

27 Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Mengenal Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Badan Litbang Depag, 1995) hlm. 35-39

28 Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Mengenal Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Badan Litbang Depag, 1995) hlm. 39-40
Variasi-variasi yang muncul dalam penerbitan Al-Qur`an oleh masing-masing
penerbit bermacam-macam. Hal ini diusahakan agar menambah semaraknya
Al-Qur`an. Diantara variasi-variasi tersebut ialah :
a. Al-Qur`an diberi garis bawah
Variasi yang sudah tersebar dan dikenal masyarakat di Indonesia ialah
Mushaf Al-Qur`an yang ayat-ayatnya diberi baris seluruhnya. Dengan
maksud untuk memudahkan bagi pembaca untuk mengikuti baris-
barisnya,khususnya bagi yang masih belajar.30
b. Al-Qur`an yang diberi warna merah pada kalimat Allah/yang menyebut
Asma Allah.31
c. Al-Qur`an yang kertasnya berwarna-warni
Hal semacam ini menunjukkan bahwa ada usaha agar Al-Qur`an
dikeluarkan dengan gaya dan seni yang berbeda-beda yang semakin
menambah semaraknya penerbitan Al-Qur`an.32
d. Variasi lain, seperti :33
1) Format yang besar,sedang, sampai kecil (saku)
2) Ada yang ditulis dalam satu halaman
3) Mungkin ada yang ditulis dengan Khat selain Khat Nasakh

C. KESIMPULAN
1. Ditulisnya Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia oleh Lajnah Pentashih
Kementrian Agama RI dengan tujuan sebagai pedoman bagi penerbitan Al-
Qur`an yang ada di Indonesia di sisi lain juga agar memudahkan para
pembaca Al-Qur`an yang baru belajar sehingga ketika membaca mushaf
Al-Qur`an tidak kebingungan karena adanya perbedaan antara satu mushaf
Al-Qur`an dengan mushaf Al-Qur`an yang lain.
2. Adanya variasi-variasi yang bermunculan atau berkembang dalam
penerbitan Al-Qur`an semakin menunjukkan antusiasme yang tinggi dari

29 Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Mengenal Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Badan Litbang Depag, 1995) hlm. 40-42

30 Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Mengenal Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Badan Litbang Depag, 1995) hlm. 25

31 Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Mengenal Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Badan Litbang Depag, 1995) hlm. 25-27

32 Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Mengenal Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Badan Litbang Depag, 1995) hlm. 27

33 Badan Penelitian dan Pengembangan Agama, Mengenal Mushaf Al-Qur`an Standar Indonesia
(Jakarta: Badan Litbang Depag, 1995) hlm. 27
para penerbit untuk ikut berpartisipasi dalam trend penerbitan. Di samping
adanya motif dari sisi ekonomi.
3. Munculnya jenis-jenis mushaf Al-Qur`an Standar semakin
memudahkan umat Islam yang ingin membaca Al-Qur`an baik dari
golongan orang awas maupun para tunanetra yang memiliki gangguang
penglihatan.

DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Agama. 1995. Mengenal Mushaf Al-Qur`an
Standar Indonesia . Jakarta. Badan Litbang Depag.
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an. 2013. Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur`an
Standar Indonesia .Jakarta. Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an.
Abdul Aziz Sidqi. “ Sekilas tentang Mushaf Standar Indonesia”. Katalog dalam
Pameran pada Musabaqah Fahmi Kutubit-Turats (Mufakat) terbitan
Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur`an Badan Litbang dan Diklat
Kementrian Agama RI.
Mazmur Sya`roni. “Prinsip-prinsip Penulisan dalam Al-Qur`an Standar Indonesia”.
Lektur. Vol. 5 no.1.

Anda mungkin juga menyukai