Disusun Oleh :
2022
i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat, taufik serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berisi tentang “Rasm Al -Quran Standar
Indonesia dan Madinah”.
Akhiru kalam kami ucapkan terima kasih, semoga makalah yang berisi
tentang “Rasm Al-Qur’an Standar Indonesia dan Madinah” ini bisa menjadi
inspirasi bagi pembaca. Amin Ya Robbal Alamin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Gambaran Rasm Al-Qur’an Standar Indonesia dan Madinah .................. 7-11
PENUTUP
iii
BAB I
Pendahuluan
Pada dasawarsa 1990-an terjadi dinamika baru dalam permushafan. Hal itu
terjadi ketika mushaf Al-Qur’an dari Arab Saudi masuk ke Indonesia secara massal,
terutama melalui jamaah haji Indonesia. Mushaf yang diba wa biasanya ada dua
macam, yaitu mushaf 30 juz (ayat saja), dan Al-Qur’an dan Terjemahnya bahasa
Indonesia. Mushaf terakhir berupa Al-Qur’an dengan rasm usmani versi Arab Saudi
disertai terjemahan bahasa Indonesia.
1
Abdul Hakim, Al-Qur’an Cetak di Indonesia, Tinjauan Kronologis Pertengahan
Abad ke-19 hingga Awal Abad ke-20, dalam SUHUF Vol. 5 No. 02, 2012, hlm.
231-254
4
Terjemahan yang dipakai dalam mushaf tersebut merupakan terjemahan
Departemen Agama (sekarang Kementerian Agama). Selain dibawa oleh jamaah
haji, mushaf tersebut juga didistribusikan melalui Kedutaan Arab Saudi serta
yayasan-yayasan mereka yang berada di Indonesia.
5
BAB II
Pembahasan
Rasm berasal dari kata rasama, yarsamu, rasman yang berarti menggambar
atau melukis.2 Kata rasm ini juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang resmi atau
menurut aturan.3 Jadi rasm berarti tulisan atau penulisan yang yang mempunyai
metode tertentu. Adapun yang dimaksud rasm dalam makala ini adalah pola
penulisan Al-Qur’an yang digunakan oleh Usman bin Affan dan sahabat-
sahabatnya ketika menulis dan membukukan al-Qur’an. Sehingga istilah Rasm Al-
Qur’an dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang penulisan Mushaf
Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya
maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan.
Setiap penulisan Al-Quran memiliki kaidah yang berbeda-beda, dalam hal ini
para ulama meringkas kaidah itu menjadi enam istilah, yaitu :
2
Munawir, Kamus al-Munawir, (Yogyakarta: t.tp. 1954),h.533
3
Moenawir Khalil, al-Qur’an dari masa kemasa (Cet. IV; Soloh:CV RAmdani, 1985),h.27-28
6
2.2 Gambaran dan Perbedaan Rasm Al-Qur’an Standar Indonesia dan
Madinah
Penulisan ulang dilakukan oleh Baiquni Yasin, cucu dari penulis Mushaf
Standar 1984, Muhammad Syadzali Sa’ad. Dari aspek rasm, kedua Mushaf Standar
tersebut tidak ada perbedaan dan masih merujuk hasil Musyawarah Kerja Ulama
sepuluh tahun sebelumnya. Terkait rasm, hampir semua teks dalam Mushaf Standar
telah mengacu pada kaidah rasm usmani sebagaimana termaktub dalam kitab al-
Itqān fī Ūlūm al-Qur’ān karya as-Suyūṭī.
4
Hakim, Abdul, Al-Qur’an Cetak di Indonesia, Tinjauan Kronologis Pertengahan Abad ke-19
hingga Awal Abad ke-20, dalam SUHUF Vol. 5 No. 02, 2012, hlm. 231-254
7
Namun demikian, Mushaf Standar Indonesia ini tidak melalui tarjīḥ ar-riwāyat,
yaitu proses verifikasi penulisan dengan mengunggulkan salah satu riwayat,
sehingga dalam satu tempat terkadang bersesuaian dengan mazhab Abū ‘Amr ad-
Dānī dan di tempat lain dengan Abū Dāwūd Sulaimān bin Najāḥ, atau bahkan
terkadang tidak mengacu pada keduanya.
Rasm Al-Qur’an Standar Madinah adalah istilah yang dilekatkan pada mushaf
terbitan Mujamma‘ al-Malik Fahd, sebuah percetakan Al-Qur’an di Kota Madinah.
Mushaf Madinah merupakan salah satu mushaf yang menggunakan rasm, ḍabṭ,
dan syakl sendiri. Mushaf ini mulai marak sejak tahun 1984 karena disebarkan
secara cuma-cuma, baik melalui para jamaah haji dan umrah, maupun lewat
yayasan-yayasan yang memiliki afiliasi dengan pemerintah Arab Saudi.
Pada bagian akhir Mushaf Madinah terdapat ‘identitas mushaf’ (ta‘rīf). Secara
gamblang diterangkan bahwa rasm Mushaf Madinah merujuk pada Imam ad-Dānī
dan Imam Abū Dāwūd dengan mentarjih pendapat Abū Dāwūd jika terdapat ikhtilaf
5
Al-Aufi, Muḥammad Sālim bin Syadīd, Taṭawwuru Kitābati Musḥaf asy-Syarīf wa Ṭibā‘atih, 2011
8
di antara keduanya. Berikut nukilan takrif Mushaf Madinah yang terkait dengan
kajian rasm.
Mushaf ini ditulis dan diberi tanda baca sesuai dengan riwayat (Imam) Ḥafṣ bin
Sulaimān bin Mugīrah al-Asadi al-Kuffi, dengan bacaan (Imam) Aṣim bin Abī an-
Najūd al-Kuffī at-Tābi’ī (seorang pengikut tabiin) dari ‘Abdurraḥmān ‘Abdullāh
bin Ḥubaib as-Sulami dari Usmān bin Affān, Alī bin Abī Ṭālib, Zaid bin Ṡābit,
Ubay bin Ka‘ab, dari Nabi Ṣallallāhu ‛alaihi wasallam. Ejaan hurufnya diambil dari
riwayat para ulama rasm yang bersumber dari mushaf-mushaf yang telah dikirim
Khalifah Usmān bin ‘Affān ke Mekah, Baṣrah, Kūfah, dan Syām, dan juga mushaf
yang beliau peruntukkan bagi penduduk Madinah, serta mushaf yang beliau
peruntukkan bagi dirinya sendiri serta mushaf-mushaf yang telah dimansukh
(dihapus), sebagaimana juga telah dinukil oleh dua orang syekh dalam ilmu rasm,
yaitu Imam Abu ‘Amr ad-Dānī dan Abū Dawūd Sulaimān bin Najāḥ dengan
mentarjih pada Imam Abū Dāwūd jika terjadi khilaf di antara keduanya. (Mushaf
Madinah, 2014)
9
1. Penulisan lafaz Allah memiliki perbedaan dalam harakatnya. Pada Mushaf
Madinah tidak memiliki tanda panjang. Sedangkan pada Mushaf Standar
Indonesia sudah diberi tanda panjang sebagai bentuk mad. Waluapun dalam
Mushaf Madinah tidak dituliskan tanda bacanya, namun cara membacanya
tetaplah panjang.
2. Mushaf Standar Indonesia mengguanakan tanda tasydid untuk setiap bacaan
idgham bi ghunnah yang totalnya ada 4, yaitu ya, wawu, nun, dan mim.
Sedangkan dalam Mushaf Madinah hanya terdiri dari huruf mim dan nun.
3. Tanda nun ikhfa dalam Mushaf standar Indonesia di beri tanda sukun,
sedangkan dalam Mushaf Madinah tidak diberi tanda apapun.
4. Huruf mad tabi’i alif, wawu, dan ya dalam Mushaf standar Indonesia diberi
tanda sukun. Sementara pada Mushaf Madinah tidak diberi tanda sama sekali.
10
5.6 Merupakan tanda untuk ha’ dhamir atau mad shilah. Pada Mushaf Standar
Indonesia menggunakan dhammah terbalik atau alif kecil. Sementara di Mushaf
Madinah menggunakan harakat dhammah dan kasrah dengan tambahan wawu kecil
dan ya’ kecil.
7.8 Merupakan tanda baca iqlab. Pada Mushaf standar Indonesia memberikan mim
berdiri ditambahi sukun. Sementara pada Mushaf Madinah akan memberikan mim
berdiri dan tidak memberikan tanda bacaa nun.
9, 10, 11 Merupakan tanda baca gharaib. Bacaan gharib yang dimaksud adalah
imalah, isymam, dan tashil. Pada Mushaf standar Indonesia akan diberikan tanda
berupa tulisan bahasa Arab di bawahnya. Di sisi lain, Mushaf Madinah akan
memberikan tanda seperti wajik pada imamah (di bawah) dan isymam (di atas).
Sedangkan untuk tashil diberi tanda dhommah.
11
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
1. Rasm berasal dari kata rasama, yarsamu, rasman yang berarti menggambar
atau melukis. Kata rasm ini juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang resmi atau
menurut aturan. Jadi rasm berarti tulisan atau penulisan yang yang mempunyai
metode tertentu. Adapun yang dimaksud rasm dalam makala ini adalah pola
penulisan Al-Qur’an yang digunakan oleh Usman bin Affan dan sahabat-
sahabatnya ketika menulis dan membukukan al-Qur’an. Sehingga istilah Rasm
Al-Qur’an dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang penulisan
Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan
lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan.
2. Perbedaa Rasm Al-Qur’an Standar Indonesia dan Madinah adalah ada pada
penulisan dan penggunaan tanda baca yang berbeda. Hal ini bukan tanpa alasan.
Perbedaan ini berfungsi sebagai cara untuk memudahkan umat Muslim di
Indonesia dalam membaca Al-Quran.
12
DAFTAR PUSTAKA
13