Anda di halaman 1dari 13

RASM AL-QUR’AN STANDAR INDONESIA DAN MADINAH

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas “Studi Al-Qur’an”

Dosen Pengampu : Dr. Nasrullah, M.Th.I

Disusun Oleh :

Eva Fauziyyah (220104210047)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2022

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang
telah memberikan rahmat, taufik serta hidayahnya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berisi tentang “Rasm Al -Quran Standar
Indonesia dan Madinah”.

Makalah yang berisi tentang “Rasm Al-Qur’an Standar Indonesia dan


Madinah”, sudah kami selesaikan secara maksimal. Terlepas dari itu, kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari penyusunan kata
maupun penyusunan bahasa. Oleh karena itu, kami siap menerima kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca, sehinga kami bisa melakukan perbaikan
dalam makalah ilmiah ini dan bisa membuat makalah ilmiah dengan baik dan benar.

Akhiru kalam kami ucapkan terima kasih, semoga makalah yang berisi
tentang “Rasm Al-Qur’an Standar Indonesia dan Madinah” ini bisa menjadi
inspirasi bagi pembaca. Amin Ya Robbal Alamin.

Malang, 07 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………i

KATA PENGANTAR .......................................... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………….……...4-5

1.2 Rumusan Masalah ..........................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Rasm Al-Qur’an……………………... ……………………………………..6

2.2 Gambaran Rasm Al-Qur’an Standar Indonesia dan Madinah .................. 7-11

PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................13

iii
BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Negara Indonesia adalah negara yang dikenal sebagai pasar mushaf Al-Qur’an
yang memiliki beragam cetakan baik dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini
dimulai pada akhir abad ke-19 yang mana mushaf-mushaf cetakan Turki dan India
berdatangan. di Nusantara, seperti mushaf cetakan Palembang dan Singapura.
Mushaf-mushaf luar negeri tersebut banyak digunakan oleh masyarakat saat itu.1

Pada awal abad ke-20, mulai berkembang penerbitan Al-Qur’an di Indonesia.


Master mushaf yang digunakan oleh para penerbit adalah mushaf dari Turki
maupun India. Pada pertengahan abad ke-20, mulai marak penerbitan Al-Qur’an di
Indonesia dengan master naskah yang dibuat sendiri. Al-Qur’an tersebut
ditashihkan kepada institusi keislaman setempat. Sebagai contoh, sebuah mushaf
yang dicetak di Bukittinggi ditashih oleh Mahkamah Syar’iyah Sumatera Tengah.
Mushaf lainnya, terbitan Maktabah al-Misyriyah Cirebon ditashih oleh para ulama
pesantren Kaliwungu (Hakim 2012: 231-254). Mushaf-mushaf tersebut memiliki
kaidah rasm, ḍabṭ (tanda baca), syakl (baris penanda bunyi), dan waqf wa al-ibtidā’
(berhenti dan memulai bacaan) berbeda-beda.

Pada dasawarsa 1990-an terjadi dinamika baru dalam permushafan. Hal itu
terjadi ketika mushaf Al-Qur’an dari Arab Saudi masuk ke Indonesia secara massal,
terutama melalui jamaah haji Indonesia. Mushaf yang diba wa biasanya ada dua
macam, yaitu mushaf 30 juz (ayat saja), dan Al-Qur’an dan Terjemahnya bahasa
Indonesia. Mushaf terakhir berupa Al-Qur’an dengan rasm usmani versi Arab Saudi
disertai terjemahan bahasa Indonesia.

1
Abdul Hakim, Al-Qur’an Cetak di Indonesia, Tinjauan Kronologis Pertengahan
Abad ke-19 hingga Awal Abad ke-20, dalam SUHUF Vol. 5 No. 02, 2012, hlm.
231-254

4
Terjemahan yang dipakai dalam mushaf tersebut merupakan terjemahan
Departemen Agama (sekarang Kementerian Agama). Selain dibawa oleh jamaah
haji, mushaf tersebut juga didistribusikan melalui Kedutaan Arab Saudi serta
yayasan-yayasan mereka yang berada di Indonesia.

Mushaf-mushaf Madinah dicetak oleh Mujamma‘ Malik Faḥd di Madinah,


Arab Saudi, dan didistribusikan secara cuma-cuma ke berbagai belahan dunia
Islam. Masyarakat Indonesia menyebutnya sebagai ‘Mushaf Madinah’. Mushaf ini
yang kemudian disandingkan dengan Mushaf Standar Indonesia dengan ditambahi
klaim bahwa Mushaf Madinah yang ‘paling usmani’, ditulis menggunakan rasm
usmani. Sedangkan mushaf Indonesia dianggap tidak usmani. Dalam hal ini penulis
ingin membahas terkas Rasm Al-Qur’an Standar Indonesia dan Madinah dengan
rumusan dan tujuan makalah dibawah ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Rasm Al-Qur’an ?
2. Bagaimanakah Gambaran dan Perbedaan Rasm Al-Qur’an Standar
Indonesia dan Madinah ?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui tentang Rasm Al-Qur’an
2. Untuk memahami terkait Gambaran dan perbedaan Rasm Al-Qur’an
Standar Indonesia dan Madinah

5
BAB II

Pembahasan

2.1 Rasm Al-Qur’an

Rasm berasal dari kata rasama, yarsamu, rasman yang berarti menggambar
atau melukis.2 Kata rasm ini juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang resmi atau
menurut aturan.3 Jadi rasm berarti tulisan atau penulisan yang yang mempunyai
metode tertentu. Adapun yang dimaksud rasm dalam makala ini adalah pola
penulisan Al-Qur’an yang digunakan oleh Usman bin Affan dan sahabat-
sahabatnya ketika menulis dan membukukan al-Qur’an. Sehingga istilah Rasm Al-
Qur’an dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang penulisan Mushaf
Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan lafal-lafalnya
maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan.

Setiap penulisan Al-Quran memiliki kaidah yang berbeda-beda, dalam hal ini
para ulama meringkas kaidah itu menjadi enam istilah, yaitu :

a. Al–Hadzf (membuang,menghilangkan,atau meniadakan huruf).


b. Al – Jiyadah (penambahan), seperti menambahkan huruf alif setelah wawu atau
yang mempunyai hukum jama dan menambah alif setelah hamzah marsumah
(hamzah yang terletak di atas lukisan wawu
c. Al – Hamzah, Salah satu kaidahnya bahwa apabila hamzah ber-harakat sukun,
ditulis dengan huruf ber-harakat yang sebelumnya
d. Badal (penggantian), seperti alif ditulis dengan wawu sebagai penghormatan
e. Washal dan fashl (penyambungan dan pemisahan),
f. Kata yang dapat di baca dua bunyi. Suatu kata yang dapat dibaca dua
bunyi,penulisanya disesuaikan dengan salah salah satu bunyinya. Di dalam
mushaf ustmani,penulisan kata semacam itu ditulis dengan menghilangkan alif,

2
Munawir, Kamus al-Munawir, (Yogyakarta: t.tp. 1954),h.533
3
Moenawir Khalil, al-Qur’an dari masa kemasa (Cet. IV; Soloh:CV RAmdani, 1985),h.27-28

6
2.2 Gambaran dan Perbedaan Rasm Al-Qur’an Standar Indonesia dan
Madinah

a. Rasm Al-Quran Standar Indonesia

Sebelum adanya keberadaan Rasm Al-Qur’an standar Indonesia, masyarakat


Indonesia menggunakan mushaf-mushaf dari dari berbagai negara yaitu India
cetakan Bombay, Pakistan, dan cetakan Turki. Mushaf-mushaf tersebut menjadi
model bagi penerbitan Al-Qur’an di Indonesia.4

Problematika yang didapatkan dari penggunaan mushaf-mushaf dari berbagai


macam negara tersebut ialah pada pola penulisan seperti tanda baca, harakat, dan
waqaf-ibtida’ yang bersifat tidak sama, dan dikhawatirkan akan menimbulkan
problem sosial keagamaan di kemudian hari. Oleh karena itu, pemerintah Indonesia
berkepentingan menyusun mushaf yang bisa dijadikan acuan bagi penerbitan Al-
Qur’an khususnya, dan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Melalui rangkaian Musyawarah Kerja Ulama I–IX, pemerintah juga memulai


program penulisan Mushaf Standar. Mushaf ini selesai ditulis pada tahun 1983 dan
diresmikan melalui Peraturan Menteri Agama pada tahun 1984. Pada tahun 2002
Mushaf Standar ditulis ulang. Hal tersebut dilakukan karena mushaf yang ditulis
pada 1983 itu khatnya dirasa terlalu tipis, berbeda dengan kebiasaan masyarakat
Indonesia yang sudah lama menggunakan khat berukuran tebal seperti dalam
mushaf cetakan Bombay dan Pakistan.

Penulisan ulang dilakukan oleh Baiquni Yasin, cucu dari penulis Mushaf
Standar 1984, Muhammad Syadzali Sa’ad. Dari aspek rasm, kedua Mushaf Standar
tersebut tidak ada perbedaan dan masih merujuk hasil Musyawarah Kerja Ulama
sepuluh tahun sebelumnya. Terkait rasm, hampir semua teks dalam Mushaf Standar
telah mengacu pada kaidah rasm usmani sebagaimana termaktub dalam kitab al-
Itqān fī Ūlūm al-Qur’ān karya as-Suyūṭī.

4
Hakim, Abdul, Al-Qur’an Cetak di Indonesia, Tinjauan Kronologis Pertengahan Abad ke-19
hingga Awal Abad ke-20, dalam SUHUF Vol. 5 No. 02, 2012, hlm. 231-254

7
Namun demikian, Mushaf Standar Indonesia ini tidak melalui tarjīḥ ar-riwāyat,
yaitu proses verifikasi penulisan dengan mengunggulkan salah satu riwayat,
sehingga dalam satu tempat terkadang bersesuaian dengan mazhab Abū ‘Amr ad-
Dānī dan di tempat lain dengan Abū Dāwūd Sulaimān bin Najāḥ, atau bahkan
terkadang tidak mengacu pada keduanya.

Gambar 1. Musḥaf Standar Indonesia

b. Rasm Al-Qur’an Standar Madinah

Rasm Al-Qur’an Standar Madinah adalah istilah yang dilekatkan pada mushaf
terbitan Mujamma‘ al-Malik Fahd, sebuah percetakan Al-Qur’an di Kota Madinah.

Mushaf Madinah merupakan salah satu mushaf yang menggunakan rasm, ḍabṭ,
dan syakl sendiri. Mushaf ini mulai marak sejak tahun 1984 karena disebarkan
secara cuma-cuma, baik melalui para jamaah haji dan umrah, maupun lewat
yayasan-yayasan yang memiliki afiliasi dengan pemerintah Arab Saudi.

Pada tahun itulah berdiri Mujamma‘ al-Malik Fahd, percetakan Al-Qur’an


terbesar di dunia. Pada mushaf tersebut tertulis ‘Musḥaf al-Madīnah an-
Nabawiyyah’ (mushaf dari kota Nabi). Mushaf ini ditulis oleh Usmān bin Abduh
Ṭāhā atau yang lebih dikenal dengan Syekh ‘Uṡmān Ṭāhā atau Syekh Halabi,
karena beliau dari Ḥalb (Aleppo), Syria.5

Pada bagian akhir Mushaf Madinah terdapat ‘identitas mushaf’ (ta‘rīf). Secara
gamblang diterangkan bahwa rasm Mushaf Madinah merujuk pada Imam ad-Dānī
dan Imam Abū Dāwūd dengan mentarjih pendapat Abū Dāwūd jika terdapat ikhtilaf

5
Al-Aufi, Muḥammad Sālim bin Syadīd, Taṭawwuru Kitābati Musḥaf asy-Syarīf wa Ṭibā‘atih, 2011

8
di antara keduanya. Berikut nukilan takrif Mushaf Madinah yang terkait dengan
kajian rasm.

Mushaf ini ditulis dan diberi tanda baca sesuai dengan riwayat (Imam) Ḥafṣ bin
Sulaimān bin Mugīrah al-Asadi al-Kuffi, dengan bacaan (Imam) Aṣim bin Abī an-
Najūd al-Kuffī at-Tābi’ī (seorang pengikut tabiin) dari ‘Abdurraḥmān ‘Abdullāh
bin Ḥubaib as-Sulami dari Usmān bin Affān, Alī bin Abī Ṭālib, Zaid bin Ṡābit,
Ubay bin Ka‘ab, dari Nabi Ṣallallāhu ‛alaihi wasallam. Ejaan hurufnya diambil dari
riwayat para ulama rasm yang bersumber dari mushaf-mushaf yang telah dikirim
Khalifah Usmān bin ‘Affān ke Mekah, Baṣrah, Kūfah, dan Syām, dan juga mushaf
yang beliau peruntukkan bagi penduduk Madinah, serta mushaf yang beliau
peruntukkan bagi dirinya sendiri serta mushaf-mushaf yang telah dimansukh
(dihapus), sebagaimana juga telah dinukil oleh dua orang syekh dalam ilmu rasm,
yaitu Imam Abu ‘Amr ad-Dānī dan Abū Dawūd Sulaimān bin Najāḥ dengan
mentarjih pada Imam Abū Dāwūd jika terjadi khilaf di antara keduanya. (Mushaf
Madinah, 2014)

Gambar 2. Musḥaf al­Madīnah an­Nabawiyyah.

c. Perbedaan Rasm Al-Qur’an Standar Indonesia dan Madinah

Mushaf yang beredar di Indonesia yang dikeluarkan pihak Kemenag RI


memang memiliki beberapa perbedaan penulisan di dalamnya. Hal ini bukan tanpa
alasan. Perbedaan ini berfungsi sebagai cara untuk memudahkan umat Muslim di
Indonesia dalam membaca Al-Quran. Adapun perbedaan tanda baca Mushaf
Madinah dengan Mushaf standar Indonesia yang dilansir dari laman resmi
lajnah.kemenag.go.id. :

9
1. Penulisan lafaz Allah memiliki perbedaan dalam harakatnya. Pada Mushaf
Madinah tidak memiliki tanda panjang. Sedangkan pada Mushaf Standar
Indonesia sudah diberi tanda panjang sebagai bentuk mad. Waluapun dalam
Mushaf Madinah tidak dituliskan tanda bacanya, namun cara membacanya
tetaplah panjang.
2. Mushaf Standar Indonesia mengguanakan tanda tasydid untuk setiap bacaan
idgham bi ghunnah yang totalnya ada 4, yaitu ya, wawu, nun, dan mim.
Sedangkan dalam Mushaf Madinah hanya terdiri dari huruf mim dan nun.
3. Tanda nun ikhfa dalam Mushaf standar Indonesia di beri tanda sukun,
sedangkan dalam Mushaf Madinah tidak diberi tanda apapun.
4. Huruf mad tabi’i alif, wawu, dan ya dalam Mushaf standar Indonesia diberi
tanda sukun. Sementara pada Mushaf Madinah tidak diberi tanda sama sekali.

10
5.6 Merupakan tanda untuk ha’ dhamir atau mad shilah. Pada Mushaf Standar
Indonesia menggunakan dhammah terbalik atau alif kecil. Sementara di Mushaf
Madinah menggunakan harakat dhammah dan kasrah dengan tambahan wawu kecil
dan ya’ kecil.

7.8 Merupakan tanda baca iqlab. Pada Mushaf standar Indonesia memberikan mim
berdiri ditambahi sukun. Sementara pada Mushaf Madinah akan memberikan mim
berdiri dan tidak memberikan tanda bacaa nun.

9, 10, 11 Merupakan tanda baca gharaib. Bacaan gharib yang dimaksud adalah
imalah, isymam, dan tashil. Pada Mushaf standar Indonesia akan diberikan tanda
berupa tulisan bahasa Arab di bawahnya. Di sisi lain, Mushaf Madinah akan
memberikan tanda seperti wajik pada imamah (di bawah) dan isymam (di atas).
Sedangkan untuk tashil diberi tanda dhommah.

11
BAB III

Penutup

3.1 Kesimpulan

1. Rasm berasal dari kata rasama, yarsamu, rasman yang berarti menggambar
atau melukis. Kata rasm ini juga bisa diartikan sebagai sesuatu yang resmi atau
menurut aturan. Jadi rasm berarti tulisan atau penulisan yang yang mempunyai
metode tertentu. Adapun yang dimaksud rasm dalam makala ini adalah pola
penulisan Al-Qur’an yang digunakan oleh Usman bin Affan dan sahabat-
sahabatnya ketika menulis dan membukukan al-Qur’an. Sehingga istilah Rasm
Al-Qur’an dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang penulisan
Mushaf Al-Qur’an yang dilakukan dengan cara khusus, baik dalam penulisan
lafal-lafalnya maupun bentuk-bentuk huruf yang digunakan.
2. Perbedaa Rasm Al-Qur’an Standar Indonesia dan Madinah adalah ada pada
penulisan dan penggunaan tanda baca yang berbeda. Hal ini bukan tanpa alasan.
Perbedaan ini berfungsi sebagai cara untuk memudahkan umat Muslim di
Indonesia dalam membaca Al-Quran.

12
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, Abdul. (2012). Al-Qur’an Cetak di Indonesia, Tinjauan Kronologis


Pertengahan Abad ke-19 hingga Awal Abad ke-20, dalam SUHUF Vol. 5 No. 02

Al-Aufi, dkk. (2001) Taṭawwuru Kitābati Musḥaf asy-Syarīf wa Ṭibā‘atih.

Munawir, Kamus al-Munawir, (Yogyakarta: t.tp. 1954),h.533

Khalil, Moenawir. (1985). Al-Qur’an dari Masa Kemasa. Soloh:CV RAmdani.

13

Anda mungkin juga menyukai