Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KITAB – KITAB TAFSIR BERBAHASA INDONESIA

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Ulumul qur’an

Dosen Pengampu:

Sholihan, M.Pd.I

Di susun oleh:

1. Fenny Ulfianti
2. Hasinatun Najah

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM HASAN JUFRI

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SANGKAPURA BAWEAN 2022


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi


Maha Penyayang Puji syukur kami panjatkan kehadirat-Nya karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat memenuhi tugas untuk membuat makalah tentang Al-
qur’an ini dengan baik. Meskipun banyak kekurangan didalamnya. Kami
ucapkan terima kasih banyak kepada Bapak Sholihan, M.Pd.I selaku
Dosen mata kuliah Ulumul Qur’an yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka


menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penjelasan dan
pemahaman dalam mata kuliah Ulumul Qur’an yang akan kami uraikan
dalam makalah ini. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang


membacanya.Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon
maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan kami di masa
depan.

Bawean, 25 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................i

DAFTAR ISI.................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an..........................................................................3
B. Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Nabi dan Khulafa’ al-Rasyidin......4
C. Hikmah Diwahyukannya Al-Qur’an Secara Berangsur-angsur.........6

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tafsir merupakan ilmu syari‟at yang paling agung dan tinggi
kedudukannya. Ia merupakan ilmu yang paling mulia obejk
pembahasannya dan tujuannya, serta sangat dibutuhkan bagi umat Islam
dalam mengetahui makna dari Al-Qur‟an sepanjang zaman. Tanpa tafsir
seorang muslim tidak dapat menangkap mutiara-mutiara berharga dari
ajaran Ilahi yang kandung dalam Al-Qur‟an,Tafsir adalah salah satu upaya
dalam memahami, menerangkan maksud, mengetahui kandungan ayat-
ayat Al-Qur‟an. Upaya ini telah dilakukan sejak masa Rasulullah SAW,
sebagai utusan-Nya yang ditugaskan agar menyampaikan ayatayat tersebut
sekaligus menandainya sebagai mufassir awwal (penafsir pertama).
Sepeninggalan nabi hingga saat ini, tafsir telah mengalami banyak
perkembangan yang sangat bervariatif dengan tidak melepas kategori
masanya. Dan tak lepas keanekaragaman secara metode (manhaj thariqah),
corak (laun’) maupun pendekatan-pendekatan (alwan) yang digunakan
merupakan hal yang tidak dapat dihindari dalam sebuah karya tafsir hasil
manusia yang tak pernah sempurna. Indonesia sebagai negara dengan
penduduk muslim terbesar di dunia tentu memberikan andil yang besar
terhadap perkembangan studi Islam, termasuk dalam studi Al-Qur‟an.
Dalam studi Al-Qur‟an Indonesia banyak melahirkan karya-karya dalam
tafsir Al-Qur‟an. Lahirnya suatu tafsir dengan beragammetodologi dan
coraknya mengindikasikan behwa setiap tafsir memiliki karakteristik yang
berbeda-beda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kitab-kitab tafsir berbahasa indonesia ?
2. Apa tujuan ilmu tafsir ?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk memahami makna-makna al-qur’an
2. Untuk mengetahui tujuan ilmu tafsir
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kitab-kitab Tafsir Berbahasa Indonesia


Sejarah tafsir dan awal mula kronologis penjelasan atas ayat-ayat
Al-Quran tidak terpaut jauh dengan awal penurunan wahyu. Nabi SAW,
selain sebagai penerima wahyu, juga penyampai (muballigh) yang
sekaligus menerangkan kandungan dan bahkan menjelaskan penerapannya
secara kauistik. Karena itu, dapat dikatakan bahwa tafsir merupakan satu
atau satu-satunya bidang ilmu yang pertama kali lahir dalam tradisi Islam.
Selanjutnya, kitab-kitab tafsir diusahakan pada masa sahabat dan
tabiin, ditulis masih dalam bahasa Arab karena mereka hidup dikalangan
orang-orang yang berbahasa Arab. Tentu saja, tafsir mereka hanya dapat
dipahami oleh orang yang punya, setidaknya, kemampuan berbahasa Arab.
Tujuan tafsir sendiri ialah mengungkap dan memperjelas makna teks Al-
Quran sehingga harus bisa dengan lebih mudah dipahami umat Islam
dengan berbagai latar belakang bahasa dan budaya.
Tafsir ulama Indonesia cenderung lebih mudah difahami oleh
masyarakat Indonesia dan orang-orang yang berbahasa Indonesia dan
Melayu. H. Kerja dan karsa penuh berkah ini patut dipertahankan sebagai
bagian dari pengembangan tradisi dan peradaban agung Islam yang
kontekstual dengan budaya dan kondisi lokal yang kian dinamis. Ini
merupakan salah satu cara menampilkan Al-Quran serba baru dan segar
Atas kesadaran ini pula usaha penerjemahan dan penafsiran Al-
Quran dengan Bahasa Indonesia juga dilakukan oleh para cendikia Muslim
yang berbahasa Indonesia, baik oleh perorangan maupun kelompok.
Penerjemahan dan penafsiran Al-Quran oleh mufasir Tanah Air tidak
hanya ditransfer ke dalam Bahasa Indonesia, tetapi juga dalam bahasa
daerah dan bahasa Melayu.
Penulisan kitab terjemahan dan tafsir Al-Quran dalam Bahasa
Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa Melayu sebenarnya sudah dimulai
pada abad ke-17 M. Pada masa itu, Syekh Abdur Rauf Singkily seorang
ulama asal Singkil di Aceh menyusun sebuah kitab tafsir pertama
berbahasa Melayu yang diberi judul Turjuman al-Mustafid.
Upaya penerjemahan dan penafsiran Al-Quran dalam bahasa
Melayu diteruskan pada periode selanjutnya oleh Muhammad bin Umar
yang terkenal dengan nama Syekh Nawawi al-Bantani al-Jawi. Kitab
Tafsir Al-Munir li Ma’alim Al-Tanzil Al-Musfir ‘an Wujuh Mahasin Al-
Ta’wil yang disusun Syekh Nawawi ini diterbitkan di Makkah pada
permulaan 1880-an. Hingga kini, sudah beberapa kali dicetak ulang dan
banyak beredar di kawasan Timur Tengah.
Sementara itu, pada abad ke-19 M hingga memasuki abad ke-20
M, mulai bermunculan berbagai macam kitab terjemahan dan tafsir Al-
Quran karya para ulama dalam negeri. Di antaranya, Al-Quran Al-Karim
dan Terjemahan Maknanya, karya Prof H Mahmud Yunus yang dirilis
pada 1967. Tafsir ini hanya terdiri atas satu jilid, namun penafsirannya
mencakup 30 juz.
Pada 1974, umat Islam di Indonesia mulai mengenal kitab tafsir
dalam bahasa daerah melalui Al-Kitab al-Mubin Tafsir Al-Quran
berbahasa Sunda yang disusun oleh KH MHD Ramli. Kemudian, di tahun
1977, muncul kitab tafsir dalam bahasa Jawa karya Prof KH R
Muhammad Adnan yang berjudul Tafsir Al-Quran Suci.
Penulisan tafsir Al-Quran dalam bahasa Indonesia secara lebih
lengkap dalam satu jilid baru dilakukan oleh H Oemar Bakry melalui kitab
Tafsir Rahmat yang terbit pada tahun 1981. Penafsiran dalam kitab ini
dilakukan berdasarkan urutan surah dan ayat dalam Al-Quran tanpa
mengelompokkan ayat sesuai dengan masalah yang dikandungnya. Yang
membedakan kitab tafsir ini dari kitab-kitab tafsir karya ulama Indonesia
sebelumnya adalah setiap surah yang akan ditafsirkan didahului oleh suatu
pendahuluan yang berisi uraian tentang nama atau nama-nama lain surah
tersebut, jumlah ayat, hubungan antarsurah, dan pokok isi surah.
Penafsiran surah diakhiri dengan penutup yang berisi kesimpulan
mengenai kandungannya.
Pada perkembangan berikutnya, masyarakat Muslim Indonesia
juga mengenal Tafsir Al-Azhar yang disusun oleh Hamka yang terbit pada
tahun 1983. Kitab ini terdiri atas 15 jilid dan setiap jilid berisi penafsiran
dua juz Al-Quran. Di setiap awal surah yang ditafsirkan, diuraikan lebih
dahulu beberapa hal yang berkaitan dengan surah dan pokok isinya. Selain
itu, setiap ayat juga disertai dengan terjemahannya. Masalah pokok yang
terkandung dalam ayat-ayat tertentu diuraikan dan ditafsirkan secara
panjang lebar.
Selain kitab tafsir yang disusun secara perorangan, Muslim di
Tanah Air juga mengenal karya tafsir yang dibuat secara kelompok atau
oleh lembaga. Di antaranya, Al-Quran dan Terjemahannya yang disusun
oleh Yayasan Penyelenggara Penerjemah Al-Quran atas penunjukan oleh
Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya terbit pertama kali
tahun 1971 dan sejak tahun 1990 terjemahannya telah mengalami revisi.
Dari panjangnya perjalanan usaha ulama indonesia dalam
menyusun karya penafsiran Al-Quran maka tahapan itu di kelompokkan
berdasarkan periode-periode tertentu, akan tetapi pada dasarnya periode
awal abad 20 sampai tahun 1960 an cukup memberikan kontribusi yag
sangat berharga dan dapat dikatakan penafsiran setelahnya merujuk pada
tafsir-tafsir yang mereka buat.
Dalam periode pertama ini, tradisi tafsir di Indonesia bergerak
dalam model dan teknis penulisan yang masih sederhana. Dari segi
material teks Al-Quran yang menjadi objek tafsir, literature tafsir pada
periode pertama ini cukup beragam. Pertama, ada literature tafsir yang
berkonsentrasi pada surat-surat tertentu sebagai subjek penafsiran,
misalnya Tafsir Al-Quranul Karim, Yaasiin (Medan: Islamiyah, 1951)
karya Adnan Yahya lubis; Tafsir Surat Yaasien dengan keterangan
(Bangil: Persis, 1951) karya A. Hassan. Kedua literature ini berkonsentrasi
pada surat Yaasiin.
Masih dalam konteks subjek tafsir surat tertentu, ada yang
berkonsentrasi pada surat Al-Fatihah, yaitu:
1. Tafsir Al-Quranul karim, surat Al-Fatihah (Jakarta: Widjaja, 1955)
karya Muhammad Nur Idris;
2. Rahasia Ummul Qur’an atau Tafsir Surat Al-Fatihah (Jakarta: Institute
Indonesia, 1956) karya A. Bahry;
3. Kandungan Al-Fatihah (Jakarta: Pustaka Islam, 1960) karya Bahroem
Rangkuti;
4. Tafsir Surat Al-Fatihah (Cirebon: Toko Mesir, 1969) karya H. Hasri.

Kedua, karya tafsir yang berkonsentrasi pada juz-juz tertentu. Pada


bagian ini yang muncul hanya juz 30 (Juz ‘Amma) yang menjadi objek
tafsir. Beberapa judul di antaranya:

1. Al-Burhan, Tafsir Juz ‘Amma (Padang : Al-Munir, 1922) karya H.


Abdul karim Amrullah;
2. Al-Hidayah Tafsir Juz ‘Amma (Bandung: Al-Ma’arif, 1930) karya A.
Hassan;
3. Tafsir Djuz ‘Amma (Medan: Islamiyah, 1954) karya Adnan Yahya
Lubis;
4. Tafsir Al-Quranul Karim: Djuz ‘Amma (Jakarta: Wijaya, 1955) karya
Zuber Usman;
5. Tafsir Juz ‘Amma dalam Bahasa Indonesia (Bandung: Al-Ma’arif,
1958) karya Iskandar Idris, Al-Abroor;
6. Tafsir Juz ‘Amma (Surabaya: Usaha Keluarga, 1960) karya Mustafa
Baisa;
7. Tafsir Djuz ‘Amma dalam Bahasa Indonesia (Bandung: Al-Ma’arif,
1960) karya M. Said.

Ketiga, ada karya-karya yang menafsirkan Al-Quran utuh 30 juz,


yaitu:
1. Tafsir Qur’an Karim (Jakarta: Pustaka Mahmudiyah, 1957 cetakan
VII) karya H. Mahmud Yunus yang untuk kali pertama diselesaikan
penulisannya pada tahun 1938;
2. Tafsir Al-Quran Al-Karim (Medan: Firma Islamiyah, 1956, edisi ke-9)
atau dikenal dengan nama Tafsir Tiga Serangkai, karya H. A. Halim
Hassan, H. Zainal Abbas, dan Abdurrahman Haitami;
3. Tafsir Al-Quran (Jakarta: Wijaya, 1959) karya H. Zainuddin Hamidy
dan Fachruddin HS;
4. Tafsir Qur’an Al-Furqan (Jakarta: Tintamas, 1962) karya Ahmad
Hassan;
5. Tafsir Al-Azhar (Jakarta: Pembina Mas, 1967, cetakan 1) karya Haji
Abdul Malik Abdul Karim Amrullah (Hamka);
6. Tafsir Al-Bayan (Bandung: Al-Ma’arif, 1966) karya T.M. Hasbi ash-
Shiddieqy;
7. Tafsir Qur’an Indonesia, terbit pada tahun 1932 karya Ahmad Surkati;

Terkait dengan Tafsir Al-Furqan karya A. Hassan, penulisannya


berlangsung dalam kurun waktu 1920-1950-an. Kitab ini terbagi ke dalam
empat edisi penerbitan sampai sekarang. Edisi pertama diterbitkan pada
tahun 1928, akan tetapi dalam edisi pertama ini belum seperti yang
diharapkan, karena baru dapat memenuhi sebagian ilmu yang diharapkan
oleh umat islam Indonesia. Kemudian sebagai pemenuhan desakan
anggota Persatuan Islam, edisi kedua tafsir tersebut dapat diterbitkan pada
tahun 1941, namun ketika itu hanya sampai surat Maryam. Selanjutnya
pada tahun 1953, penulisan kitab tafsir tersebut dilanjutkan kembali atas
bantuan seorang pengusaha yang bernama Sa’ad Nabhan hingga akhirnya
Tafsir Al-Furqan dapat diselesaikan secara keseluruhan (30 juz) dan dapat
diterbitkan pada tahun 1956, yang kemudian pada tahun 2006, Tafsir Al-
Furqan kembali diterbitkan oleh Pustaka Mantiq bekerjasama Universitas
Al-Azhar Indonesia dalam satu jilid.
Pada masa Prof. H. Mahmud Yunus, boleh dibilang ia adalah satu-
satunya intelektual yang melakukan kegiatan penafsiran Al-Quran. Dia
memulai kegiatannya dengan menggunakan tulisan pego, yakni bahasa
melayu atau bahasa Indonesia yang berbentuk tulisan arab. Kerja keras
Mahmud Yunus ini pada tahun 1922 membuahkan karya terjemahan Al-
Quran, yang kelak menjadi dasar bagi karya tafsirnya yang berjudul Tafsir
Al-Quran Al-Karim dan Terjemahan Maknanya.

Metode tafsir periode pertama, awal abad 20 M sampai tahun


1950-an, ada yang ditulis dengan menggunakan metode ijmali (global)
atau tarjamah tafsiriyah (tarjamah maknawi). Di antaranya Tafsir al-
Furqan yang ditulis oleh A. Hassan itu dan Tafsir Al-Quran Karim karya
H. A. Halim Hassan, H. Zainal Arifin Abbas, dan Abdurrahman Haitami
pada tahun 1937. Tafsir ini pada mulanya ditulis dalam bentuk majalah 20
halaman, yang terbit tiap bulan.

Dan ada juga yang ditulis dengan menggunakan metode mawdhu’i


(tematik). Di antaranya, Tafsir Al-Quranul Karim, Yaasiin (Medan:
Islamiyah, 1951) karya Adnan Yahya lubis, dan Tafsir Surat Yaasien
dengan Keterangan (Bangil: Persis, 1951) karya A. Hassan.

Selain itu, rujukan ulama-ulama tafsir Indonesia ini merujuk


ulama-ulama periode klasik seperti: Ibnu Katsir dan Al-Suyuthi, juga
ulama-ulama periode pertengahan seperti: Muhammad Abduh, Sayyid
Quthb, dan Ahmad Mushtafa Al-Maragy.

Dan berikutnya, Tafsir Al-Misbah, karya Quraish Shihab, dengan


ketebalan 15 jilid, merupakan tafsir Al-Quran lengkap 30 juz pertama
dalam 30 tahun terakhir. Ke-Indonesia-an penulis memberi warna yang
menarik dan khas serta sangat relevan untuk memperkaya khasanah
pemahaman dan penghayatan kita terhadap rahasia makna ayat-ayat Allah.
Mari terangi jiwa dan keimanan kita dengan tafsir Al-Mishbah sekarang
juga. Salah satu rujukan dan referensi utama tafsir Quraish Shihab ini ialah
tafsir kontemporer karya Muhammad Husain Al-Thabathaba’i atau dikenal
dengan nama Allamah Thabathaba’i, yaitu tafsir Al-Mizan fi Tafsir Al-
Qur’an, berbahasa Arab 20 jilid.

Demikianlah usaha yang telah diawali dan dilanjutkan oleh ulama


mufasir Indonesia. Tentunya, penafsiran mereka cenderung lebih mudah
difahami oleh masyarakat Indonesia dan orang-orang yang berbahasa
Indonesia dan Melayu. H. Kerja dan karsa penuh berkah ini patut
dipertahankan sebagai bagian dari pengembangan tradisi dan peradaban
agung Islam yang kontekstual dengan budaya dan kondisi lokal yang kian
dinamis. Ini merupakan salah satu cara menampilkan Al-Quran serba baru
dan segar (dirangkum dari berbagai sumber).

Anda mungkin juga menyukai