Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
Latar Belakang........................................................................................................................1
Rumusan Masalah...................................................................................................................1
Tujuan......................................................................................................................................1
BAB II........................................................................................................................................2
PEMBAHASAN........................................................................................................................2
.....................................................................................................................2
Pengertian pertumbuhan perkembangan alquran ..................................................................2
Tafsir pada masa nabi dan sahabat………………………………………………………….4
Tafsir pada masa tabi’in……….............................................................................................5
Tafsir pada masa pembukuan ……………............................................................................5
Tafsir pada masa tematik……………………………………………………………………5
Tabaqat (kelompok)Mufasir…………………………………………………………………5
Tafsir bil-ma’sur dan bir-ra’yi………………………………………………………………5
Isra’iliyat…………………………………………………………………………………….5
Tafsir sufi…………………………………………………………………………………….5
Tafsir isyari………………………………………………………………………………….5
Gara’ibut tafsir(tafsir yang janggal)…………………………………………………………5
BAB III.......................................................................................................................................6
PENUTUP..................................................................................................................................6
Kesimpulan..............................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................7
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Telah menjadi Sunnatullah bahwa ia mengutus setiap rasul dengan menggunakan Bahasa kaumnya.
Hal ini agar komunikasi antara mereka berjalan dengan sempurna. Allah berfirman
‘’Dan kami tidak mengutus seorang rasul pun melainkan dengan Bahasa kaumnya , supaya ia dapat
memberi penjelasan dengan terang kepada mereka” (Ibrahim[14]:4)
“Kitab yang diturunkan kepadanya juga dengan Bahasanya dan Bahasa kaumnya.apabila Bahasa
muhmmad adalah Bahasa arab,maka kitab yag diturunkan kepadanya dalam Bahasa arab”
(yusuf[12]:12)
“sesungguhnya kami menurunkannya berupa quran dengan Bahasa arab agar kamu memahaminya.”
(asyuara’[26]:192-195)
BAB II
PEMBAHASAN
Secara etimologi tafsir bisa berarti: االيضاح والبيان (penjelasan), ( الكشفpengungkapan) dan كشف المراد
عن اللفظ المشكل (menjabarkan kata yang samar ). Adapun secara terminologi tafsir adalah penjelasan
terhadap Kalamullah atau menjelaskan lafadz-lafadz al-Qur’an dan pemahamannya.[2]
Ilmu tafsir merupakan ilmu yang paling mulia dan paling tinggi kedudukannya, karena
pembahasannya berkaitan dengan Kalamullah yang merupakan petunjuk dan pembeda dari yang
haq dan bathil. Ilmu tafsir telah dikenal sejak zaman Rasulullah dan berkembang hingga di zaman
modern sekarang ini.[3] Tafsir Al-Qur’an adalah ilmu pengetahuan untuk memahami dan
menafsirkan yang bersangkutan dengan Al-Qur’an dan isinya berfungsi sebagai mubayyin (pemberi
penjelasan), menjelaskan tentang arti dan kandungan Al Qur’an, khususnya menyangkut ayat-ayat
yang tidak di pahami dan samar artinya, dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an diperlukan
bukan hanya pengetahuan bahasa Arab saja tetapi juga berbagai macam ilmu pengetahuan yang
menyangkut Al-Qur’an dan isinya, Ilmu untuk memahami Al-Qur’an ini disebut dengan Ushul Tafsir
atau biasa dikenal dengan Ulumul Qur’an, terdapat dua bentuk penafsiran yaitu at-tafsîr bi al-
ma’tsûr dan at-tafsîr bi- ar-ra’yi, dengan empat metode, yaitu ijmâli, tahlîli, muqârin dan maudhû’i.
Sedangkan dari segi corak lebih beragam, ada yang bercorak sastra bahasa, fiqh, teologi, filsafat,
tasawuf, ilmiyah dan corak sastra budaya kemasyarakatan.
Tafsir berasal dari kata al-fusru yang mempunyai arti al-ibanah wa al-kasyf (menjelaskan dan
menyingkap sesuatu). Menurut pengertian terminologi, seperti dinukil oleh Al-Hafizh As-Suyuthi dari
Al-Imam Az-Zarkasyi ialah ilmu untuk memahami kitab Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW, menjelaskan makna-maknanya, menyimpulkan hikmah dan hukum-hukumnya.
Alquran merupakan salah satu dari sejumlah kecil kitab suci yang telah memberikan pengaruh begitu
luas dan mendalam dalam jiwa dan tindakan manusia. Bagi kaum muslimin Alquran bukan saja
sebagai kitab suci (scripture) melainkan juga petunjuk (hudâ) yang menjadi pedoman sikap dan
tindakan mereka dalam memainkan peran sebagai khalifatullah di muka bumi. Ibarat katalog sebuah
produk barang, Alquran adalah guide bagi pengelola alam ini sehinga dapat berfungsi dengan baik.
Maka baik buruknya pengelolaan dan pendayagunaan alam sangat tergantung kepada tinggi
rendahnya intensitas komitmen manusia terhadap petunjuk Alquran. Karena itu, tafsir dan yang
berkaitan dengannya telah mendapat perhatian besar sejak masa awal perkembangan Islam sampai
masa kini hingga masa mendatang mengingat posisi sentral yang dimilikinya sebagai hudan.[4]
Pada saat al-Quran diturunkan, Rasul SAW, yang berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan),
menjelaskan kepada sahabat-sahabatnya tentang arti dan kandungan al-Quran, khususnya
menyangkut ayat-ayat yang tidak dipahami atau samar artinya. Keadaan ini berlangsung sampai
dengan wafatnya Rasul SAW, walaupun harus diakui bahwa penjelasan tersebut tidak semua kita
ketahui akibat tidak sampainya riwayat-riwayat tentangnya atau karena memang Rasul SAW sendiri
tidak menjelaskan semua kandungan Al-Quran. Kalau pada masa Rasul SAW, para sahabat
menanyakan persoalan-persoalan yang tidak jelas kepada beliau, maka setelah wafatnya, mereka
terpaksa melakukan ijtihad, khususnya mereka yang mempunyai kemampuan semacam ‘Ali bin Abi
Thalib, Ibnu ‘Abbas, Ubay bin Ka’ab, dan Ibnu Mas’ud.
2.Tafsir pada masa nabi dan sahabat
Allah telah memberikan jaminan kepada rasulnya bahwa ia akan memelihara quran dan
menjelaskannya:
Nabi memahami quran secara global dan terperinci.Dan adalah kewajibannya menjelaskannya
kepada para sahabatnya:
“Dan kamiturunkan kepadamu az-zikr,agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan.” (an-nahl[16]:44).
Para sahabatnya juga memahami quran karena quran diturunkan dalam Bahasa mereka tidak
memahami detail detailnya. Ibn Khaldun dalam muqaddimah-nya menjelaskannya: “quran di
turunkan dalam Bahasa arab dan menurut uslub ushlub balagahnya. Karena itu semua arab
memahami dan mengetahui makna maknanya baik kosa kata kita maupun susunan
kalimatnya.namun demikian mereka berbeda beda tingkat pemahamannya,sehingga apa yang tidak
diketahui oleh yang lain.
Diriwayatkan oleh abu ubaidah dalam al-fadail dari anas umar bin khatab pernah membaca diatas
mimbar ayat wafakihatawwaabba (‘abasa[80]:31) lalu ia berkata: “arti kata fakihah (buah) telah kita
Atas dasar itu ibn qutaibah berkata: “orang arab itu tidak sama pengetahuannya tentang kata kata
Gharib dan mutasyabih dalam quran tetapi dalam hal ini Sebagian mereka mempunyai atas yag lain
1.Quranul karim,sebab apa yang dikemukan secara global disatu tempat dijelaskan secaraterperinci
ditempat lain terkadang pula sebuah ayat dating dalam bentuk Mutlaq atau umum
Namun kemudian disusul oleh ayat lain yang membatasi atau mengkhususkannya.inilah yang
dinamakan “Tafsir Quran dengan quran”.penafsiran seperti ini cukup banyak contohnya.
Missalnya,kisah kisah dalam quran yang ditampilkan secara ringkas (mujaz) dibeberapa
tempat,kem(udian ditempat lain dating uraianya Panjang lebar (mushab).contoh lainnya,firman
allah:
“Dihalalkan bagimu binatang ternak kecuali yang akan dibaca kan kepadamu…”(al-maidah[5]:1).
Ditafsirkan oleh:
2). Nabi saw, memgingatkan beliaulah yang bertugas untuk menjelaska quran karena itu wajarlah
kalau para sahabat bertanya kepadanya Ketika mendapatkan kesulitan dalam memahami sesuatu
ayat.
3.Tafsir pada masa tabi’in
Sebagaimana tokoh tokoh sahabat banyak yang dikenal dalam lapangan tafsir, Sebagian tokoh
tabi’in yang menjadi murid dan belajar kepada mereka pun terkenal dibidang tafsir.dalam hal
sumber tafsir,para tabi’in berpegang pada sumber sumber yang ada pada masa para pendahulunya
disamping ijtihad dan pertimbangan nalar mereka sendiri
Dalam memahami kitabullah,para mufasir dari kalangan tabi’in berpegang pada apa yang ada dalam
quran itu sendiri ,keterangan yang mereka riwayatkan dari para sahabat yang berasal dari
Rasulullah,penafsiran yang mereka terima dari para sahabat berupa penafsiran mereka sendiri
Keterangan yang diterima tabi’in dari ahli kitab yang bersumber dari isi kitab mereka, dan ijtihad
seta pertimbangan nalar mereka kepada kitabullah sebagaimana yang telah dianugerahkan allah
kepada mereka.
Kitab kitab tafsir menginformasikan kepada kita pendapat pendapat tabi’in tentang tafsir yang
mereka hasikan melalui ra’y dan ijtihad. Dan penafsiran mereka ini sedikit pun berasal dari
rasullulah atau dari sahabat.
Para ulama berbeda pendapat tentang tafsir yang berasal dari tabi’in jika tafsir tersebut
diriwayatkan sedikit pun dari rasullullah atau para sahabat; apakah pendapat mereka itu dapat
dipegangi atau tidak?
Qur’an,sehingga mereka dapat saja berbuat salah dalam memahami apa yang dimaksud.
Pendapat yang kuat ialah jika para tabi’in sepakat atas sesuatu pendapat.maka bagi kita wajib
menerimannya, tidak boleh meninggal kanya unyuk mengambil yang lain
Pada masa ini , tafsir tetapkonsisten dengan cara khas, penerimaan danperiwayatan (talaqqi wa
talqin).akan tetapi setelah banyak ahli kitab masuk islam ,para tabi’in banyak menukil dari mereka
cerita isra’illiyat yang kemudian dimasukkan ke dalam tafsir misalnya , yang diriwayatkan dari
Abdullah bin sallam , ka’bul ah bar,wahb bin munnabih dan abdulmalik bin abdul aziz bin juraij. Di
samping itu, pada masa ini mulai timbul silang pendapat mengenai status tafsir yang diriwayatkan
dari mereka karena banyaknya pendapat pendapat mereka
Dengan demikian perbedaan itu. hanya dari segi redaksional,bukan perbedaan yang saling
bertentangan dan kontradiktif
Pada masa masa selanjutnya ,penulisan tafsir mengikuti pola di atas melaui upaya golongan yang
muta’akkhirin yang diambil begitu saja penafsiran golongan mutaqaddimin
Tetapi dengan cara meringkasnya disuatu saat dan memberinya komentarnya disaat lain. Keadaan
demikian terus berlanjut sampai lahirnya pola baru dalamtafsir mu’assir (modern)
5.Tafsir tematik
pada masa pembukuan disamping tafsir bercorak biasa atau umum,tematik yang mengkaji masalah
masalah khusus berjalan beriringan dengannya. Misalnya, ibnul Qayyim menulis ktab at tibyan fi
Aqsamil quran , Abu ‘ubaidah menulis sebuah kitab tentang majazul quran,ar ragib al al-asfahani
Menyusun mufradatul quran abu ja’far an nahas menulis annasikh wal mansuk, abul hasan al wahidi
menulis asbanun nuzul dan al jasas menulis ahkamul quran dan kajian kajian qurani pada masa
modern tidak satu pun yng terlepas dari penafsira Sebagian ayat ayat quran untuk salah satu aspek
dari penafsiran Sebagian ayat ayat quran salah satu aspek dari aspek tersebut.
6 Tabaqat
1).mufasir dari kalangan sahabat. Diantara mereka yang paling terkenal adalah empat khalifah, ibn
mas’ud ,ibn abbas ,ubai bin ka’ab,zaidbin tsabit,abu musa al Asy’ari,Abdullah bin az-zubair anas bin
malik, abu Hurairah ,jabir dan Abdullah bin amr bin as diantara empat khalifah yang paling banyak
diriwayatkan tafsirnya adalah ali bin abi thalib,sedangkan periwayatan dari tiga khalifah lainnya
jarang sekali.hal ini karena mereka meninggal lebih dahulu,sebagaimana terjadi pada abu
bakar.ma’mar meriwayatkan dari wahb bin Abdullah,dari abu thufail,ia berkata :saya pernah
menyaksikan ali berkutbah,mengatakan .”bertanyalah kepadaku karena,demi allah,kamu tidak
menanyakan sesuatu kepadaku melainkan aku akan menjawabnya.
2.mufasir dari kalangan tabiin. Ibn taimiyah menjelaskan,orang yang paling mengetahui tentang
tafsir adalah penduduk mekkah,karena mereka adalah murid murid ibn abbas,seperti mujahid’ata ‘
bin abirabah ‘ikrimah maula (sahaya yang dimerdekakakan oleh)ibn abbas sa’id bin jubair,tawus dan
lain lain.
3).kemudian lahirlah generasi berikutnya. Sebagian besar mereka berusaha Menyusun kitab kitab
tafsir yang menghimpun pendapat pendapat para sahabat dan tabi’in seperti Sufyan bin “uyainah,
wki’ bin al jarrah dan lain lain
4).sesudah generasi ini muncullah Angkatan berikutnya.diantaranya adalah ali bin abi thalhah
,ibn jarir attabari, ibn abi hatim,ibnu majah dan lain lain
5). Generasi berikutnya Menyusun kitab kitab tafsir yang dipenuhioleh keterangan keterangan
Berguna yang dinukil dari para pendahulunya. Pola demikian terus berlangsung sampai dating masa
ke bangkitkan modern
6)kemudian golongan muta’akhhirin menulis pula kitab kiatab tafsir mereka meringkat sanad sanad
Riwayat dan mengutip pendapat pendapat secara terputus.
7).selanjutnya setap mufasir memasukkan begitu saja ke dalam tafsir pendapat yang diterima dan
apa saja yang terlintas dalm pikiran dipercayainya. Kemudian generasi sesudahnya mengutip apa
adanya semua yang tercantum disana dengan anggapan bahwa hal itu mempunyai dasar, tanpa
meneliti lagi tulisan yang dating adi ulama salaf yang shaleh dan mereka yang menjadi panutan
dalamhal ini akibatnya masuklah kedalam tafsir segala macam pendapat.
8.)sesudah itu banyak mufasir yang mempunyai keahlian dalam berbagai disiplin ilmumulai menulis
tafsir.mereka memenuhikitab nya dengan cabang ilmu tertentu dan hanya membatasi pada bidang
yang dikuasainya,seakan akan quran hanya diturunkan untuk ilmu tersebut , bukan untuk yang lain
9)kemudian datanglah masa kebangkitan modern .pada masa ini pra mufasir menempuh Langkah
dan pola baru dengan memperhatikankeindahan uslub dan kehalusan ungkapan serta menitik
beratkan pada aspek aspek sosial,pemikiran kontemporer dan aliran aliran modern,sehingga lahirlah
tafsir bercorak “sastra sosial”.diantara mufasir kelompok ini ialah Muhammad Abduh ,sayid
Muhammad Rasyid rida,Muhammad Mustafa al maragi,sayid qutub dan Muhammad izzah darwazah
ialah tafsir yang berdasarkan pada kutipan -kutipan yang shahih menurut urutan yang telah
disebutkan dimuka dalam syarat syarat mufasir.yaitu menafsirkan quran dengan quran,dengan
sunnah karena ia berfungsi menjelaskan kitabullah,dengan perkataan sahabat karena merekalah
yang paling mengetahui kitabullah dengannapa yang dikatakan tokoh tokoh besar tabi’in karena
pada umumnya mereka menerimanya dari para sahabat
mufasir yang menempuh cara seperti ini hendaknya menelusuri lebih dahulu asar asar yang ada
mengenai makna ayat kemudian asar tersebut dikemukan oleh tafsir ayat bersangkutan .dalam hal
ini ia tidak boleh melakukan ijtihad untuk menjelaskan sesuatu makna tanpa ada dasar,juga
hendaknya ia meninggalkan hal hal yang tidak ada riwayat shahih mengenainya.
b.tafsir bir-ra’yi
ialah tafsir yang ada didalam menjelaskan maknanya mufasir hanya berpegang pada pemahaman
sendiri dan penyimpulan (istinbat)yang didasarkan pada ra’yu semata.tidak termasuk kategori ini
pemahaman (terhadap alquran)yang sesuai dengan roh syariat dan didasarkan pada nas-
nasnya.ra’yu semata yang tidak disertai bukti bukti akan penyimpangan terhadap kitabullah. Dan
kebanykan orang yang melakukan penafsiran dengan semangat demikian adalah ahli bid’ah,
penganut madzab batil.mereka mempergunakan quran untuk ditakwilkan menurut pendapat pribadi
yang tidak mempunyai dasar pijakan berupa pendapat atau penafsiran ulama
salaf,sahabat,tabi’in.golongan ini telah menulis sejumlah kitab tafsir menurut pokok pokok madzab
merka,seperti tafsir(karya)Abdurrahman bin kaisan al ;asam, al-jubai’I, abdul jabbar,ar-
rummani,zamakhsyari dan lain sebagainya
8.Isra’illiyat
Orang yahudi mempunyai pengetahuan keagamaan yang bersumber dari taurat dan orang Nasrani
pun mempunyai pengetahuan ke agamaan yang bersumber dari injil.cukup banyak oaring yahudi
dan Nasrani bernaung dibawah panji-panji islam sejak islam lahir,sedang mereka tetap memelihara
baik pengetahuan keagamaannya itu.
Sementara itu quran banyak mencakup hal-hal yang terdapat dalam taurat dan injil.khususnya yang
berhubungan dengan kisah para nabi dan berita umat terdahulu.namun dalam quran kisah-kisah itu
hanya dikemukakan secara singkat dan menitikberatkan pada aspek- aspek nasihat dan
pelajaran,tidak menggungkapkan secara rinci dan mendetail seperti titimangsa peristiwa,nama-
nama negeri dan nama -nama pribadi.sedang taurat dan injil mengemukakan secara Panjang lebar
dengan menjelaskan rinciandan bagian bagiannya
Ketika ahli kitab masuk islam, mereka membawa pula pengetahuan keagamaan dan disaat membaca
kisah kisah dalam quran terkadan mereka paparkan rincian kisah itu yang terdapat dalam kitab kitab
mereka.bawakan sesuai pesan rasullullah:
9. tafsir sufi
Apabila yang dimaksud dengan tassawuf adalah perilaku ritual yang dilakukan untuk menjernihkan
jiwa dan menjauhkan diri dari kemegahan duniawi melalui zuhud,kesederhanaan dan ibadah,maka
yang demikian merupakan hal yang tidak diragukan lagi. Jika tidak dikatakan sangat disukai.akan
tetapi dewasa ini tasawwuf telah menjadi filsafat teoritis khususnya tidak ada hubungan dengan
wara’,takwadan kesederhanaan,serta fisafatnya pun telah mengandung gagasan-gagasan yang
bertentangan dengan islam dan aqidahnya inilah kami maksudkan dengan tassawwuf dalam
pembahasan ini,dan ini pula yang mempunyai pengaruh terhadap tafsir alquran
10.tafsir isyari
Diantara kelompok sufi adayang mendakwahkan bahwa riyadah (Latihan) rohani yang dilakukan
seorang sufi bagi dirinya akan menyampaikan nya ke suatu tingkatan dimana ia dapat
menyingkapkan isyarat-istyarat kudus yang terdapat dibalik ungkapan ungkapanquran akan tercurah
pula ke dalam hatinya,dari limpahan ghaib pengetahuan subhani yang dibawa ayat ayat.itulah yang
disebut tafsir isyari.
Setiap ayat mempunyai makna zahir dan makna batin yang zahir adalah apa yang segera mudah
dipahami akal pikiran sebelum yang lain,sedang yang batin ialah isyarat isyarat yang tersembunyi
dibalik itu yang hanya nampak bagi ahli suluk.tafsir ini jika memasuki isyarat-isyarat yang samar akn
menjadi kesesatan,tetapi selama ia merpakan istinbat yang baik dan sesuai dengan apa yang
ditunjukkan oleh zahir Bahasa arab serta didukung oleh bukti kesahihnya ,tanpa
pertentangan,makai ia dapat diterima.
Dan makna mim dalah orang orang yang menentang dan ingkar ia mengigau karena sakit
(mima).”mim” berasal darikata “mum”yang berarti birsam (radang selaput dada),suatu penyakit
yang menyebabkan penderitanya mengigau.
Ha adalah harb (pertempuran) antara ali dengan muawiyyah mim adalah marwaniyah yakni
kekuasaan Marwan dari bani umayyah “ain” adalah kekuasaan ‘abbassiyah’ “SIN” kekuasaan
golongan sufyaniyah .dan ‘Qaf’ Adalah Qudwah (Kemimpipinan)mahdi.
3).pendapat yang dikemukakan ibn faurak tentang penafsiran firman allah, wa lakin li yatma ‘inna
qalbi(al-baqarah[2]:260):Ibrahim mempunyai teman yng digambarkan oleh nya bahwa teman itu
adalah hatinya.jadi pengertian ayat ini ialah “agar temannya itu merasa tenteran dengan
pemandangan seperti ini jika ia menyaksikan nya dengan mata kepala sendiri.
4).pendapat abu mu’az an-nahwi tentang firman allah :allazi ja’ala lakum minasyi syajaril akhdari
naran (yasn[36]:80).ia menafsirkan kata kata asyajar al-khadar dengan Ibrahim dan naran dengan
“nur” atau cahaya,maksudnya adalah Muhammad sedang fa iza antum minhu taqidun ditafsirksnnya
dengan: maka kamu mengambil agama dari padanya.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Yang dapat disimpulkan dari makalah ini, antara lain sebagai berikut:
1. Tafsir al Qur’an mengalami pertumbuhan dan perkembangan dari masa ke masa.
2. Pertumbuhan dan perkembangan tafsir al Qur’an itu sendiri dalam konteks historis,
metodologis, corak, dan geografis-nya.
3. Pemetaan pertumbuhan dan perkembangan tafsir al Qur’an dibagi menjadi beberapa
periode yaitu:
a. periode klasik, yang terdiri dari zaman Nabi Saw, zaman sahabat, dan zaman tabi’in
b. periode pertengahan, periode ini tafsir al Qur’an mulai dibukukan dengan melewati
lima tahapan masanya (dari periode I hingga periode V).
c. periode modern, pada periode ini tafsir al Qur’an semakin banyak terlahir dengan
dipengaruhi berkembangnya berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan
d. periode kontemporer, pada periode ini tafsir al Qur’an banyak dilakukan para
mufassir dengan menggunakan metode ijmaly (global) dan metode mawdu’iy
(tematik)
DAFTAR PUSTAKA
Ash Shiddieqy, Muhammad Hasbi. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Qur’an dan Tafsir. 2000.
Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.
Arifin, M. Zaenal. Pemetaan Kajian Tafsir: Perspektif Historis, Metodologis, Corak, dan
Geografis. 2010. Kediri: STAIN Kediri Press.
Mustaqim, Abdul. Studi Al Qur’an Kontemporer: Wacana Baru Berbagai Metodologi Tafsir.
2002. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya.
Rohimin. Metodologi Ilmu Tafsir dan Aplikasi Model Penafsiran. 2007. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Syurbasyi, Ahmad. diterjemah oleh Zufran Rahman. Study Tentang Sejarah Perkembangan
Tafsir Al Qur’anul Al Karim. 1999. Jakarta: Kalam Mulia.
Shihab, Quraish. Membumikan Al Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan
Masyarakat. 1994. Bandung: PT Mizan Pustaka.
Tim Forum Karya Ilmiah RADEN. Al Quran Kita: Studi Ilmu, Sejarah, dan Tafsir
Kalamullah. 2011. Kediri: Lirboyo Press.
HAK CIPTA TERJEMAHAN BAHASA INONESIA DIPEGANG OLEH PT.PUSTAKA LITERAANTARNUSA