Di Susun Oleh :
Dosen Pengampu :
2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana telah memberikan rahmat, taufik dan
Hidayah-Nya, Sehingga kami mampu menyelesaikan tugas yang di berikan yang berjudul
“MEMPERAKTEKAN PENAFSIRAN REDAKSI AYAT DENGAN BENAR “ Tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Eko Zulfikar, S.Th.I, M.Ag pada Mata Kuliah Metode dan Praktek Pengajaran Tafsir. Selain
Itu pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
“Metode Takrir (Mengulang) Dalam Pengajaran Al-Qur’an.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Eko Zulfikar, S.Th.I, M.Ag selaku
Dosen Pengampu Mata Kuliah Metode dan Praktek Pengajaran Tafsir yang telah memberikan
Tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
Yang kami tekuni.
Kami menyadari, tentulah dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami memohon kritik dan saran untuk menyempurkan makalah yang kami
Buat.
Palembang, 26 Mei202
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................
Kesimpulan .........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Rumusan Masalah
a. Apa sejarah dan pengertian dari tafsir al-Qur’an?
b. Apa saja kaidah-kaidah yang diperlukan dalam menafsirkan ayat al-Qur’an?
c. Bagaimana metode dalam menafsirkan al-Qur’an ?
3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui hal-hal sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui sejarah dan pengertian tafsir al-Qur’an!
b. Untuk mengetahui kaidah-kaidah tafsir al-Qur’an!
c. Untuk mengetahui bagaimana metode tafsir tersebut!
d. Untuk mengetahui bagaimana cara menafsirkan redaksi ayat secara benar!
e. Dan untuk mengatasi supaya tidak salah tafsir mentafsir ayat Al-Qur’an !
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan, (QS. an Nahl: 44) Maka
tentunya, semua penjelasan dan keterangan yang dating dari Rasulullah Saw dengan
sanad dan shahih, adalah tidak diragukan lagi, bahwa ia merupakan kebenaran yang
wajib menjadi pegangan.
2
Imam Musbikin, Mutiara Al-Qur’an Khazanah Ilmu Tafsir Dan Al-Qur’an, (Yogyakarta, Jaya Star Nine,
2014), h. 29
3
Rosihon Anwar, dkk, Ilmu Tafsir, (Bandung: Pustaka Setia, Bandung, 2015), h. 167
6
saling saling digu-nakan secara bergantian. Dalam konteks pera-daban Islam
keduanya dipakai saat terjadi kontak intelektual pertama dunia Islam dengan Barat.
Kiranya tak berlebihan bila istilah kontemporer disini mengacu pada pengertian era
yang relevan dengan tuntutan kehidupan modern.4
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwaTafsir Kontemporer ialah Tafsir
atau penjelasan ayat Alquran yang disesuaikan dengan kondisi kekinian atau saat ini.
Pengertian seperti ini sejalan dengan pengertian tajdid yakni usaha untuk
menyesuaikan ajaran agama dengan kehidupan kontemporer dengan jalan
mentakwilkan atau menafsirkan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan serta
kondisi sosial masyarakat.
2. Pengertian Tafsir
Tafsir secara etimologi mengikuti wazan taf’il, berasal dari kata fasr yang
berarti al-idah, al-sharh} dan al-bayan(penjelasan atau keterangan). Ia juga berarti al-
ibanah (menerangkan), al-kashf (menyingkap) dan izhar al-ma’na al-
ma’qumenampakkan makna yang rasional). Ada yang mengatakan bahwa tafsir
berasal dari safru (dengan menukar tempatnya sin dengan fa’) sepertikata orang Arab,
“asfara al-subh idha ada’a” artinya apabila shubuh itu telah bersinar. Adapula yang
mengatakan ia berasal dari kata tafsirah, yaitu nama dari alat yang digunakan oleh
dokter untuk mengetahui keluhan pasiIbn Manzur dalam Lisan al-‘Arab menjelaskan
bahwa “fasr” adalah menyingkap sesuatu yang tertutup dan tafsir adalah menyingkap
makna yandikehendaki dari lafadz yang musykil.
Dari beberapa definisi di atas dapat dipahami bahwa tafsir secara etimologis
dapat dipakai untuk menyingkap sesuatu yang bersifat indrawi dan dapat pula
digunakan untuk menyingkap sesuatuyang bersifat maknawi (makna rasional dari
suatu teks).Namun demikian pemakaian tafsir untuk yang kedua lebih banyak dari
pada pemakaiannya untuk yang pertama.Adapun kata tafsir dengan makna keterangan
dan penjelasan terdapat dalam salah satu ayat al-Qur’an yang artinya:Tidaklah orang-
orang kafir itu datang kepadamu membawa sesuatu yang ganjil melainkan kami
datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (QS.
Al-Furqan [25] : 33).
Abu Hayyan mendefinisikan tafsir dengan “Ilmu yang membahas tentang tata
cara mengucapkan (membunyikan) lafadz-lafadz al-Qur’an, sesuatu yang
terindikasikan darinya, hukum-hukumnya baik mengenai kata-kata tunggal maupun
tarkib, makna-makna yang menjadi implikasi keadaan susunannya dan segala sesuatu
yang dapat menyempurnakannya (yang termasuk dalam hal ini dalah mengetahui
nasakh, sebab-sebab turunnya ayat, kisah-kisah yang dapat menjelaskan sesuatu yang
masih samar (mubham) dan segala sesuatu yang berkaitan dengannya).”
Dari definisi yang dikemukakan di atas, perlu digarisbawahi bahwa tafsir
adalah upaya untuk menjelaskan tentang arti atau maksud dari firman-firman Allah
SWT sesuai dengan kemampuan manusia (mufassir),” dan sebagai konsekwensi dari
4
Fatihuddin, Sejarah Ringkas Al-Qur’an Kandungan Dan Keutamaannya, (Yogyakarta: Kiswatun Publishing,
2015), h. 18
7
perbedaan latar belakang keilmuan dan kemampuanyang terdapat pada masing-
masing mufassir, maka keanekaragaman penafsirantidak dapat terelakkan. Dalam hal
ini, para sahabat Nabi SAW sekalipun, yang secara umum menyaksikan turunnya
wahyu, mengetahui konteksnya, serta memahami secara alamiah struktur bahasa dan
arti kosakatanya, tidak jarang berbeda pendapat dalam pemahaman mereka tentang
maksud firman-firman Allah SWT yang mereka dengar atau yang mereka baca itu.
Dengan demikian pernyataan yang menegaskan bahwa “yang paling paham
dan mengerti tentang maksud dari suatu perkataan adalah orangnya
sendiri”,nampaknya juga berlaku bagi al-Qur’an. Sedangkan yang bisa dilakukan
olehorang yang mengkaji dan menelaahnya adalah sebatas berupaya dengan sungguh-
sungguh serta mengerahkan segenap kemampuan yang dimiliki untuk memahami
maksud-maksud yang terkandung dalam ayat-ayatnya. Kemudian apakah pemahaman
yang telah dihasilkan dari upaya maksimal tersebut benar atau salah, hal itu berada di
luar kemampuan manusia.
B. Kaidah-kaidah Tafsir
a) Ayat-Ayat Al-Qur'an
Upaya pertama yang harus dilakukan dalam memahami dan menafsirkan ayat
al-Qur'an adalah dengan menengok dan mengkaji tentang ayat-ayat lainnya yang
memiliki keterkaitan. Sebab, ayat-ayat yang ada di dalam al-Qur'an saling
membenarkan dan menjelaskan. Allah berkalam:
Apa yang diungkapkan secara global diperinci pada ayat lain, apa yang
tampak samar pada satu tempat dijelaskan di tempat lain, apa yang diungkapkan
secara mutlak pada suatu tempat dipersempit pada tempat lain, dan apa yang diungkap
umum pada suatu tempat dikhususkan pada ayat lain. Karenanya, ayat-ayat dan nash-
nash harus senantiasa dikonfirmasikan satu sama lain, sehingga pemahamannya
menjadi sempurna, dan dapat ditangkap pamahaman yang dimaksud dari nash itu.(3)
1. Hadist/Sunnah Nabi
8
َّل ا ِٰلهَ اِ ََّّل ه َۗ َُو
ْٓ َ ّٰللا َوالْ َم ِسيْ َح ابْنَ َمرْ يَ َۚ َم َو َمآْ اُ ِم ُر ْْٓوا ا ََِّّل ِليَعْبُد ُْْٓوا ا ِٰلها َّواحِ د َۚا
ِ ارهُ ْم َو ُر ْهبَانَ ُه ْم اَرْ بَابا ِِّم ْن د ُْو ِن هَ َاِتَّ َخذُ ْْٓوا اَ ْحب
ُ
َع َّما يُ ْش ِرك ْون
َ سُبْحٰ نَ ٗه
{Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai
Tuhan selain Allah, dan mereka juga mempertuhankan al-Masih putera
Maryam (QS al-Taubah/9: 31)}.
2. Tafsir Sahabat
Para sahabat adalah murid madrasah Rasul Allah. Dari madrasah inilah para
Sahabat mendapatkan ilmu dan memperoleh pemahaman. Maka jika ada riwayat
Yang shahih dari sahabat ra tentang tafsir tertentu, kita harus membuka pendengaran
kita dengan serius. Sebab, mereka menyaksikan langsung sebab turunnya ayat-ayat al-
Qur’an, mengetahui qarain atau indikator yang menyertainya dan mereka mendengar
apa yang tidak didengar oleh orang selain mereka. Di samping juga karena ketinggian
kemampuan bahasa mereka yang terakumulasi dari pergaulan dan lingkungan hidup
mereka, kejernihan pemahaman mereka, dan kekuatan keyakinan mereka. Ibnu
Mas’ud berkata: Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain Dia, tidak ada satu ayat pun
yang turun kecuali aku mengetahui untuk siapa diturunkan dan di mana diturunkan.
Sekiranya aku mengetahui ada seseorang yang lebih pandai tentang Kitabullah
daripada aku yang dapat didatangi dengan mengendarai kendaraan niscaya aku akan
mengunjunginya.5 Terhadap Ibnu ‘Abbas, Rasul Allah mendo’akannya: {Ya Allah,
berilah ia pemahaman dalam urusan agama, dan ajarkanlah dia takwil atau tafsir (HR
Ahmad).
3. Memperhatikan Konteks
Konteks dilihat dari latar belakang turun (asbab nuzul) suatu ayat/surat dari al-
Qur’an. Sebagaimana diakui para ulama, ada ayat-ayat al-Qur'an yang diturunkan
setelah adanya kejadian-kejadian tertentu atau menjawab suatu pertanyaan yang
diajukan kepada Rasul Allah . Peristiwa atau pertanyaan itulah yang disebut sebagai
asbab al-nuzul. Meskipun suatu ayat diambil berdasarkan umumnya lafal dan bukan
khususnya sebab, tapi pengetahuan terhadap sabab nuzul tetap merupakan suatu hal
5
Ahmad Asy-Syirbashi, Sejarah Tafsir Al-Qur’an, h. 67
9
yang penting. Karena, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Taymiyyah bahwa
pengetahuan sabab nuzul dapat membantu memahami al-Qur'an.6
a) Al-Munasabah (hubungan) antara satu ayat dengan ayat yang lain, antara
satu surah dengan surah yang lain, atau antara awal surah dengan akhirnya.
b) Asbab al-Nuzul (sebab - sebab turun) yakni latar belakang sejarah atau kondisi
sosial turunnya ayat al-Qur'an.
c) Al-Mufradat (kosa kata) atau lafal dari sudut pandang dan qaidah kebahasaan
yang terdapat dalam bahasa Arab. Termasuk juga dalam langkah ini
menelaah dalam ayat al–Qur’an. Metode ini mencakup :
6
Muhammad Abdul Halim, Memahami Al-Qur’an Dengan Metode Menafsirkan Al-Qur’an Dengan Al-Qur’an,
(Bandung: Marja, 2012), h. 37
10
1) Al-Munasabah(hubungan) antara satu ayat dengan ayat yang lain,
antara satu surah dengan surah yang lain, atau antara awal surah dengan
akhirnya.
2) Asbab al-Nuzul (sebab-sebab turun) yakni latar belakang sejarah atau kondisi
so s ial turunnya ayat Al - Qur'an.
3) Al-Mufradat (kosa kata) atau lafal dari sudut pandang dan kaidah kebahasaan
yang terdapat dalam bahasa Arab. Termasuk juga dalam langkah ini
menelaah syair-syair yang berkembang pada masa sebelum dan waktu
turunnya al-Qur'an.
4) Fasahah, Bayan dan I’jaz yang terdapat dalam ayat ynag sedang
ditafsirkan, terutama ayat - ayat yang mengandung balaghah (keindahan
bahasa).
5) Al-Ahkam fi al-ayat, dengan melakukan istinbath sehingga diperoleh
kesimpulan hukum fiqh dari ayat yang sedang ditafsirkan.
6) Al-Hadits yang menjelaskan maksud dari kandungan ayat al-Qur'an,
termasuk qaul sahabat dan tabi’in.
7) Apabila tafsir bercorak saintifik maka pendapat-pendapat para pakar di
bidangnya juga dijadikan rujukan oleh mufassir. 7
7
M. Quraish Shihab, et all., Sejarah & 'U l um al – Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, Get. Ill, 2001), hal. 173 -
174
11
Al-Tafsir al-Muqaran (tafsir perbandingan), yakni tafsir yang
mempergunakan metode perbandingan (analogi). Apa yang diperbandingkan
dalam tafsir al - muqaran ini ? Yang diperbandingkan adalah antara penafsiran satu
ayat dengan penafsiran ayat yang lain, yakni ayat - ayat yang mempunyai kemiripan
redaksi dari dua masalah atau kasus yang berbeda atau lebih, atau ayat - ayat yang
memiliki redaksi yang berbeda dalam kasus yang sama atau diduga sama. Juga
membandingk an antara penafsiran ayat al-Qur'an dengan hadis Rasulullah SAW
serta membandingkan pendapat ulama tafsir yang satu dengan yang lain dalam
penafsiran Al - Qur'an. Namun satu hal perlu ditegaskan disini bahwa al - tafsir
al-muqaran hanya berfokus pada persoalan redaksi yang berbeda antara ayat - ayat al-
Qur'an, bukan dalam aspek pertentangan maknanya. Sebab dalam aspek makna,
memang terdapat perbedaan, karena kosa kata al-Qur'an sering mengandung makna
yang berbilang. Imam Al - Zarkasyi8 menginventaris terdapat delapan macam
variasi redaksi ayat-ayat al-Qur'an, yakni perbedaan tata letak dalam
kalimat, pengurangan dan penambahan huruf, pengawalan dan pengakhiran,
perbedaan nakirah (indefinite noun) dan ma'rifah (definite noun), perbedaan
bentuk jamak dan bentuk tunggal, perbedaan penggunaan huruf kata depan,
perbedaan penggunaan kosa kata dan perbedaan penggunaan idgham
(memasukkan satu huruf ke huruf yang lain).
Kitab tafsir yang termasuk kedalam tafsir muqaran ini adalah The Quran
and Its Interpreters, karya Mahmud Ayyoub. Tafsir ini mencoba
memperbandingkan beberapa tafsir dari para mufassir yang berbeda latar
belakang aliran, mazhab dan disiplin ilmunya, seperti :
Al-Tafsir al-maudhu'i, atau tafsir tematik, adalah tafsir yang menggun akan
metode tematik dalam menafsirkan al-Qur'an. Yang dimaksud dengan tematik
adalah suatu tema yang ditetapkan oleh mufassirin dengan menghimpun ayat -
ayat yang berkaitan dengan tema tersebut menjadi satu kesatuan dan melakukan
analisis terhadap ayat - ayat tersebut secara spesifik dengan syarat dan langkah
khusus. Tujuannya adalah untuk menemukan makna dan konsep, sesuai dengan
tema yang sedang dibahas serta menarik hubungan satu dengan lainnya sebagai
8
Badr al - Din Muhammad bin Abd Allah al - Zarkasyi, Al - Burhan fi ‘Ulum al - Qur'an, Juz I, (Beirut, Dar
al - Fikr, 1988), hal. 147 - 169.
12
satu kesatuan. Kitab-kitab tafsir yang termasuk ke dalam tafsir maudhu'i ini
adalah Al-Insan fi al-Qur'an dan Al-Mar'ah fi al-Qur'an karya Abbas Mahmud
Aqqad, Al-Riba fi al-Qur'an dan Al-Musthalahat al - Arba'ah fi al - Qur'an karya
Abu al-A'la al-Maududi.9
Yang kedua adalah bentuk pemikiran (al-Ra’y) etelah berakhir masa salaf
sekitar abad ke-3 H, dan peradaban Islam semakin maju dan berkembang, maka
lahirlah berbagai mazhab dan aliran di kalangan umat. Masing-masing golongan
berusaha menyakinkan pengikutnya dalam mengembangkan paham mereka. Untuk
mencapai maksud itu, mereka mencari ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi,
lalu mereka tafsirkan sesuai dengan keyakinan yang mereka anut. Ketika inilah
berkembangnya bentuk penafsiran al-ra’y (tafsir melalui pemikiran atau ijtihad).
Melihat berkembang pesatnya tafsir bi al-ra’y, maka tepat apa yang dikatakan Manna’
al-Qaththan bahwa tafsir bi al-ra’y mengalahkan perkembangan tafsir bi al-ma’tsur.
9
M. Yunan Yusuf, “Metode Penafsiran Al-Qur'an Tinjauan atas Penafsiran Al-Qur'an secara Tematik,” Jurnal
Syamil vol. 2 no.1 (2014): 59-62
10
Muhammad ‘Abd Al-Azhim Al-Zarqani, Manahil Al-Irfan, hlm. 12.
13
membolehkan penafsiran Al- Qur’an dengan sunnah Rasul serta kaedah-kaedah yang
mu;tabarah(diakui sah secara bersama). 11
Dengan demikian jelas bahwa secara garis besar perkembangan tafsir sejak
dulu sampai sekarang adalah melalui dua bentuk tersebut di atas, yaitu bi al- ma’tsur
(melalui riwayat) dan bi al-ra’y (melalui pemikiran atau ijtihad).12
BAB III
Kesimpulan
Tafsir terdiri dari empat bagian : pertama, yang dapat dimengerti secara umum
oleh orang-orang Arab berdasarkan pengetahuan bahasa mereka; kedua, yang tidak
ada alasan bagi seseorang untuk tidak mengetahuinya; ketiga, yang tidak diketahui
kecuali oleh ulama; dan keempat, yang tidak diketahui kecuali oleh Allah. Kemudian,
Ada dua jenis pembatasan dalam tafsir al-Qur’an, yaitu : menyangkut materi ayat-
ayat dan menyangkut syarat-syarat penafsiran. Dalam penafsiran al-Qur’an ada dua
bentuk yang selama ini dipakai (diterapkan) oleh para ulama, yaitu : al-Tafsir bi al-
Ma’tsur (Riwayat), dan al-Tafsir bi al- Ra’y (Pemikiran). Secara garis besarnya ada
empat cara (metode) penafsiran al-Qur’an yang dipakai sejak dahulu sampai sekarang,
yaitu :ijmaliy (global), tahliliy (analistis), muqaran (perbandingan), dan mawdhu’iy
(tematik) (5) Yang paling populer dari keempat metode penafsiran, menurut Dr.
Quraish Shihab adalah : metode tahliliy (analistis), dan metode mawdhu’iy (tematik)
namun disamping populer menurut para ulama tafsir, metode ini memiliki kelemahan-
kelemahan disamping memiliki kelebihan.
11
Prof. Dr.Nasharuddin Baidan, Rekonstruksi Ilmu Tafsir, Yogyakarta, PT. Dana Bhakti Prima Yasa, 2000.
hlm. 57 – 58.
12
Hadi Yasin, “Mengenal Metode Penafsiran Al-Qur’an” Jurnal Tadzhib al-Akhlak vol. 1, no. 5 (2020)
14
Daftar Pustaka
Al-Zarkasyi, Badr al - Din Muhammad bin Abd Allah et.al,. Al - Burhan fi ‘Ulum al -
Qur'an, Juz I, (Beirut, Dar al - Fikr, 1988)
Anwar, Rosihon dkk. (2015), “Ilmu Tafsir,” (Bandung: Pustaka Setia, Bandung)
Asy-Syirbashi, Ahmad. “Sejarah Tafsir Al-Qur’an.”
Baidan, Nasharuddin (2000) Rekonstruksi Ilmu Tafsir, Yogyakarta, PT. Dana Bhakti
Prima Yasa.
Fatihuddin. (2015). “Sejarah Ringkas Al-Qur’an Kandungan Dan Keutamaannya,”
(Yogyakarta: Kiswatun Publishing)
Halim, Muhammad Abdul. (2012). “Memahami Al-Qur’an Dengan Metode
Menafsirkan Al-Qur’an Dengan Al-Qur’an” (Bandung: Marja)
Musbikin, Imam. (2014) “Mutiara Al-Qur’an Khazanah Ilmu Tafsir Dan Al-Qur’an,”
(Yogyakarta, Jaya Star Nine)
Mustaqim, Abdul. (2012), “Dinamika Sejarah Tafsir Al-Qur’an, Studi Aliran- Aliran
Tafsir Periode Klasik, Pertengahan, Hingga Modern-Kontemporer,”
(Yogakarta, Adab Press)
Shihab, M. Quraish. (2001) Sejarah & 'U l um al – Qur’an, (Jakarta: Pustaka Firdaus,
Get. Ill)
Yasin, Hadi. (2020), “Mengenal Metode Penafsiran Al-Qur’an” Jurnal Tadzhib al-
Akhlak vol. 1, no. 5
Yusuf, M. Yunan. (2014), “Metode Penafsiran Al-Qur'an Tinjauan atas Penafsiran Al-
Qur'an secara Tematik,” Jurnal Syamil vol. 2 no.1
15