Anda di halaman 1dari 21

WAHYU DAN AL-QUR’AN

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Ulumul Qur’an

Dosen Pengampu:

Dr. H. Asep Mustofa Kamal, M.Ag.

Oleh:

Fitra Ichlas Noor Insan 1203050051

Hervina Eka Angelina 1203050061

Kayla Zevira Alfasha Dama 1203050069

Mahdalena Putri Wulandari 1203050078

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan karunia-Nya,
baik kesehatan maupun kesempatan, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah
Ulumul Qur’an ini tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah yang berjudul “Wahyu dan Al-Qur’an” ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ulumul Quran. Selain itu, penyusunan makalah ini
ditujukan untuk menambah wawasan bagi pembaca mengenai wahyu dan al-qur’an secara
luas.

Ucapan terimakasih yang mendalam kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu selama proses penyusunan makalah ini. Terutama kepada Bapak Dr. H. Asep
Mustopa Kamal, M.Ag., selaku dosen pengampu mata kuliah Ulumul Qur’an yang telah
membimbing kami hingga terwujudnya makalah ini.

Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan, kami menyadari bahwa terdapat
ketidaksempurnaan di dalam makalah ini, baik dari segi penulisan, maupun teknik penyajian.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, kami menerima kritik dan saran yang
membangun terhadap makalah ini agar penyusunan selanjutnya menjadi lebih baik.

Akhir kata, tiadalah lain harapan kami, semoga makalah sederhana ini dapat bermanfaat
serta bisa memberikan kontribusi yang cukup berarti dalam khazanah keilmuan, khususnya di
bidang mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.

Bandung, Maret 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan Makalah..........................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan Makalah........................................................................................5
1.5 Metodologi Penulisan..................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................7
2.1 Pengertian Wahyu.......................................................................................................7
2.2 Cara Penyampaian Wahyu..........................................................................................8
2.3 Pengertian Al-Qur’an..................................................................................................8
2.4 Nama-nama Al-Qur’an..............................................................................................10
2.5 Tahapan turunnya Al-Qur’an....................................................................................11
2.6 Struktur Al-Qur’an : Juz, Surat dan Ayat..................................................................11
2.7 Muatan Al-Qur’an secara global...............................................................................13
2.8 Fungsi Al-Qur’an.......................................................................................................15
BAB III.....................................................................................................................................19
3.1 Kesimpulan................................................................................................................19
3.2 Saran..........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir umat Islam sebagai pedoman hidup
dan penyempurna dari ajaran-ajaran agama sebelumnya. Al-Qur’an sarat dengan
makna dan relevan dengan segala zaman. Penunjukkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai nabi terakhir dan penutup para nabi dan rasul sangat tepat
bilamana disandingkan dengan Al-Qur’an sebagai mu’jizatnya.
Keberadaan Al-Qur’an akan terus dikaji dan diteliti dari segala hal, karena Al-
Quran memuat berbagai petunjuk yang erat kaitannya dengan kehidupan manusia
dan alam, baik sebagai makhluk individu maupun sosial. Al-Qur’an dalam
realisasinya mampu membentuk karakter dan kesadaran manusia akan Tuhannya
sekaligus sebagai khalifah di bumi.
Seyogyanya setiap manusia berusaha mengenal, memperhatikan dan
mempelajari Alquran secara menyeluruh agar dalam kehidupannya tercipta
kebermanfaatan dan kebaikan bagi sesama. Sesuai dengan firman Allah SWT dalam
Surah Muhammad (47):

C‫اَفَاَل يَتَ َدبَّر ُۡونَ ۡالقُ ۡر ٰانَاَمۡ َع ٰلىقُلُ ۡوبٍا َ ۡقفَالُهَا‬


Artinya: “Tidakkah mereka menghayati Alquran ataukah hati mereka
terkunci?”. (QS. Muhammad:24)
Al-Qur’an sebagai wahyu Allah sangat disakralkan oleh kalangan umat islam
sebagai kitab suci terakhir yang mengandung petunjuk dan pedoman hidup manusia
agar selamat di dunia dan akhirat. Al-Qur’an tidak hanya cukup dibaca maupun
dihafal melainkan juga perlu pengkajian dan penelitian. Al-Qur’an apabila dikaji
maka semakin tampak kedalaman dan keluasan maknanya maka perlu kesungguhan,
keahlian khusus dan keuletan dalam meneliti dan mengkaji Al-Qur’an bukan hanya
pada teksnya melainkan juga pada segala aspek yang terkait dengan Al-Qur’an
karena tidak semua orang mampu menyelami makna Al-Qur’an secara menyeluruh.
Selain sebagai petunjuk, Al-Qur’an juga menjadi pembeda antara kebenaran
dan kebatilan. Itulah sebabnya penulis ingin memberikan uraian tentang wahyu dan
cara penyampaiannya, pengertian Al-Qur’an dan nama-nama Al-Qur’an, tahapan

4
turunnya Al-Qur’an, struktur Alquran, tinjauan khusus tentang jumlah ayat Al-
Qur’an, muatan Al-Qur’an secara global dan fungsi Al-Qur’an.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Wahyu dan Al-Qur’an?


2. Bagaimana cara penyampaian Wahyu?
3. Apa saja nama-nama lain daripada Al-Qur’an?
4. Bagaimana tahapan turunnya Al-Qur’an?
5. Apa saja struktur yang ada dalam Al-Qur’an?
6. Bagaimana muatan Al-Qur’an secara global?
7. Apa Fungsi dari Al-Qur’an?

1.3 Tujuan Penulisan Makalah

1. Menjelaskan Pengertian tentang Al-Qur’an dan Wahyu;


2. Menjelaskan tentang cara penyampaian Wahyu;
3. Menjelaskan nama-nama lain daripada Al-Qur’an;
4. Mengetahui tahapan turunnya Al-Qur’an;
5. Menjelaskan struktur yang terdapat di dalam Al-Qur’an;
6. Menjelaskan muatan Al-Qur’an secara global;
7. Mengetahui fungsi dari Al-Qur’an;

1.4 Manfaat Penulisan Makalah

Adapun manfaat yang diharapkan adalah makalah ini dapat menambah


wawasan untuk penulis dan pembaca serta dapat memberikan dan menambah
pengetahuan tentang beberapa hal yang menyangkut ”Al-Qur’an dan Wahyu” dari
mata kuliah ”Ulumul Qur’an”.Semoga pengetahuan yang diperoleh benar-benar
menjadi jendela ilmu untuk kita.

5
1.5 Metodologi Penulisan

Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah deskriptif,


yaitu dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta dari beberapa sumber.
Metode ini tidak hanya menguraikan, tetapi juga memberikan pemahaman dan
penjelasan secukupnya. Fakta-fakta yang dideskripsikan diperoleh dengan
menggunakan teknik studi pustaka. Studi pustaka merupakan metode pengumpulan
data yang diarahkan kepada pencari data dan informasi melalui berbagai sumber
seperti buku, jurnal dalam artikel, artikel, dan sumber lain yang mendukung dalam
proses penulisan.

6
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wahyu

Wahyu diambil dari bahasa arab dari kata ‫ وحى‬- ‫ يحى‬- ‫ا‬CC‫ وحي‬bermakna
isyarah atau petunjuk.1 Wahyu adalah pernyataan Allah yang diturunkan kepada
para nabi atau para rasulnya untuk disampaikan kepada umatnya. 2Secara
etimologi wahyu berasal dari bahasa Arab wahā-yahī-wahyan yaitu tersembunyi
dan cepat. Dengan demikian wahyu mencakup beberapa definisi yaitu bisikan
atau bujukan Allah3, ilham, insting binatang, isyarat yang cepat, bisikan syetan,
menyampaikan perintah.4Selain itu wahyu diartikan juga sebagai al-mūhā isim
maf‟ul dari kata wahā yang berarti sesuatu yang diwahyukan.
Menurut as-Sinqithi, Wahyu adalah ilham.5Sebagaimana firman Allah dalam
surah al-Qashash ayat 7:
ٓ
‫ت َعلَ ۡي ِه فَا َ ۡلقِ ۡي ِه فِى ۡاليَ ِّم َواَل تَخَافِ ۡى‬ ِ ‫َواَ ۡو َح ۡين َۤا اِ ٰلى اُ ِّم ُم ۡو ٰ ٓسى اَ ۡن اَ ۡر‬
ِ ‫ض ِع ۡي ِۚ‌ه فَا ِ َذا ِخ ۡف‬
َ‫ك َو ٰج ِعلُ ۡوهُ ِمنَ ۡال ُم ۡر َسلِ ۡين‬ ِ ‫َواَل ت َۡح َزنِ ۡۚى اِنَّا َرٓا ُّد ۡوهُ اِلَ ۡي‬
Artinya: “Dan Aku ilhamkan kepada ibunya Musa, “susuilah dia, dan apabila
engkau kuatir maka hanyutkanlah ke sungai Nil, dan janganlah takut atau
bersedih hati karena Kami akan mengembalikannya kepadamu dan akan
mengutusnya sebagai seorang nabi”.
Beliau juga mengartikan wahyu sebagai isyarat6 , seperti yang tampak dalam
surah Maryam ayat 11:

ِ ‫فَخَ َر َج ع َٰلى قَ ۡو ِم ٖه ِمنَ ۡال ِم ۡح َرا‬


‫ب فَا َ ۡو ٰ ٓحى اِلَ ۡي ِهمۡ اَ ۡن َسبِّح ُۡوا ب ُۡك َرةً َّو َع ِشيًّا‬

1
Abdurrahman bin Abdul Aziz as-Sudais, al-Lathāif al-Hasān (al-Madinah al-Munawwarah: Dār al-Ma‟tsūr,
1438 H), cet. 1,hlm 509
2
Pius A. Partanto, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994),hlm 781.
3
Kadar M. Yusuf, Studi Alquran (Jakarta: Amzah, 2014), 23, Lihat Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an
(Jakarta: Rajawali Pers, 2014),hlm 42
4
Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-Kaidah Memahami Firma Tuhan (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2014),hlm
46-48, Lihat Muhammad al-Shadiq Qamhani, al-Ijaz wa al-Bayan Fi Ulum al-Qur’an, (Bairut: ‘Alamu al-
Kutub, 2006), hlm. 17, Lihat Manna‟ al-Qathathan, Mabahits Fi Ulum al-Qur’an, (Riyadh: Daar al-Rasyid,
t.th), hlm. 32.
5
Sholeh bin Nashir bin Sulaiman an-Nāshir, ‘Ulum al-Qur’ān ‘Inda as-Syinqīthī Fī Tafsīriihī Adlwā’ al-Bayān
Fī Īdlāh al-Qur’ān Bi al-Qur’ān ( Riyadl: Buhūts Kulliyah at-Tarbiyah, 2004),hlm 3.
6
Sholeh bin Nashir bin Sulaiman an-Nāshir, ‘Ulum al-Qur’ān, ‘Inda as-Syinqīthī Fī Tafsīriihī Adlwā’ al-Bayān
Fī Īdlāh al-Qur’ān Bi al-Qur’ān, 4. Lihat Adlwā’ al-Bayan 4/219 dan al-Qurthobi dalam al-Jāmi’ Li Ahkām al-
Qur’ān 11/85.

7
Artinya: “Dia keluar dari mihrab menuju kaumnya, kemudian ia memberi
isyarat kepada mereka supaya bertasbih di waktu pagi dan siang”.
Dari beberapa pengertian di atas dapat didefinisikan bahwa wahyu adalah
pengetahuan ghaib yang datang dari Allah langsung ke dalam jiwa seseorang
diberikan secara cepat dan rahasia, baik secara langsung maupun melalui
perantara.

2.2 Cara Penyampaian Wahyu

Berdasarkan firman Allah dalam Surah asy-Syūrā ayat 51 dijelaskan bahwa


metode penyampaian wahyu ada dua cara yaitu tanpa melalui perantara Malaikat
dan melalui perantara Malaikat. Tanpa melalui perantara Malaikat bisa melalui
mimpi seperti yang diperintahkan kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih
putranya yaitu Ismail. Terdapat dalam Surah as-Shaffat ayat 102. Ada pula yang
langsung dari Allah memperdengarkan suara dibalik tabir seperti yang terjadi
pada Nabi Musa as ketika akan diangkat menjadi nabi. Terdapat dalam Surah
Thāhā ayat 11-13.
Melalui perantara Malaikat yaitu melalui Jibril as dalam bentuk aslinya seperti
yang terjadi pada peristiwa isro’ mi’raj dan turunnya wahyu pertama, kedatangan
Jibril seperti bunyi bel, gemerincing lonceng, atau lebah, Jibril as menjelma
sebagai manusia laki-laki yaitu ketika Nabi SAW ditanyakan tentang Islam, iman,
ihsan dan hari kiamat (as-sā’ah).

2.3 Pengertian Al-Qur’an

Secara etimologi arti Alquran dapat dilihat dari bentuk tulisan dan bacaannya.
Dalam hal ini ada dua pendapat yaitu mengatakan Alquran ditulis dan dibaca
tanpa hamzah menurut asy-Syafi’i, al-Farra’ dan al-Asy’ari. Sedangkan al-
Lihyani dan al-Zajjaj mengatakan Alquran ditulis dan dibaca dengan

hamzahkarena mengikuti wazan ‫الن‬CC‫ فع‬.kalau ada orang yang membacanya


dengan hamzah itu untuk meringankan bacaan (li al-taklif) yaitu mengalihkan
harokat fathah pada huruf sebelumnya.7

Para ulama ahli bahasa berbeda pendapat tentang asal usul kata ‫ القران‬.Ada
dua pendapat terkait asal usul kata ‫القران‬ yaitu ada yang mengatakan ‫القران‬
7
Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an,hlm 19.

8
adalah isim ghairu musytaq atau disebut juga isim ‘alam yaitu kata yang berdiri
sendiri dan tidak diambil dari kata manapun. Menurut al-Syafi’i, kata Qur’an jika
dimakrifatkan dengan alif dan lam (al) berarti hal tersebut menunjuk pada sesuatu

yang khusus. Ada juga yang berpendapat ‫ران‬CC‫ الق‬adalah isim musytaq yang
dimakrifatkan dengan alif dan lam (al) yaitu kata yang diambil dari kata lain

(tidak berdiri sendiri). Ada pula yang berpendapat bahwa ‫ القران‬diambil dari kata
‫ قرائن‬jamak dari ‫ قرينة‬yang berarti indikator.
Pendapat lainnya mengatakan Al-Qur’an berarti bacaan atau resital. Jadi, Al-
Qur’an bermakna bacaan lebih tepat kalau disebut sebagai bacaan dari sesuatu
yang diingat baik yang diperoleh secara langsung maupun melalui perantara
kemudian ditulis dan dibukukan.
Kata Al-Qur’an berarti sesuatu yang dibaca, ada pula yang menafsirkan
sebagai bentuk masdar yang berarti menghimpun atau mengumpulkan.8 Disebut
demikian karena Al-Qur’an merupakan himpunan atau kumpulan dari beberapa
ayat dan surah. Al-Qur’an sebagai sesuatu yang dibaca tersirat pengertian bahwa
perintah membaca tidak hanya ditujukan kepada seorang hamba pilihan
melainkan juga untuk seluruh umat manusia. Al-Qur’an jika ditafsirkan sebagai
bacaan maka tidak ada kegiatan lain selain membaca. Tetapi jika Al-Qur’an
diartikan sebagai sesuatu yang dibaca otomatis ada kegiatan lain selain membaca
yaitu pengkajian, penelitian, penafsiran dan pengamalan.
Dari beberapa pengertian diatas terdapat beberapa unsur Alquran diantaranya:
Pertama, Al-Qur’an sebagai kalam atau firman Allah.Kedua, diturunkan khusus
kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi dan rasul sehingga
tidak ada lagi pengakuan dari manusia-manusia sesudahnya sebagai nabi
sekaligus sebagai mu’jizat. Dengan demikian semakin jelas pulalah kekhususan
penamaan kitab suci ini sebagai Al-Qur’an. Ketiga, diturunkan melalui Jibril as
menggunakan bahasa arab yang indah dan santun bahasanya. Keempat,
diturunkan secara berangsur-angsur (munjaman). Berbeda dengan kitab-kitab suci
sebelum Alquran yang diturunkan sekaligus (junmlatan). Kelima, diturunkan
pada malam yang istimewa yaitu malam Lailatul Qadar. Keenam, diturunkan

8
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, 17, Lihat Muhammad Amin Suma,
Ulumul Qur’an, hlm 21.

9
secara mutawatir baik lafazh maupun maknanya dan dinilai ibadah bagi orang
yang membacanya.9

2.4 Nama-nama Al-Qur’an

Adapun nama-nama Alquran yang umum dikenal ada lima yaitu Al-Qur’an
(bacaan yang dibaca) sebagaimana firman Allah dalam Surah al-Isra’ (17) ayat 9,
al-Kitab (tulisan yang ditulis) terdapat dalam Surah al-Furqan (25) ayat 1, Al-
Furqan (pembeda) terdapat dalam asy-Syu’ara’ (26) ayat 192-193, Al-Dzikr
(perigatan) terdapat dalam Surah al-Hijr (15) ayat dan Al-Syifa’ (obat), terdapat
dalam Surah ad-Dukhān (44) ayat 1-3.
Seperti yang telah disinggung dimuka bahwa para pemerhati dan peneliti Al-
Qur’an menyatakan bahwa Al-Qur’an memiliki nama-nama lain selain nama Al-
Qur’an itu sendiri, namun sebagian lainnya menyebutkan bahwa nama-nama
tersebut bukan nama lain daripada Al-Qur’an melainkan sifat dari Alquran itu
sendiri. Muhammad Amin Suma dalam bukunya yang berjudul Ulumul Qur’an
menyebutkan bahwa Alquran memiliki beberapa nama-nama julukan diantaranya:
Al-Qur’an (bacaan yang dibaca), Kitab (tulisan yang ditulis), Al-Furqan
(pembeda), Al-Dzikr (perigatan), Al-Syifa’ (obat), al-Mushaf (himpunan
lembaran), al-Kalam (firman Allah), al-Nur ( cahaya), al-Huda (Petunjuk), al-
Rahman (rahmat), al-Maw’izhah (petunjuk), al-Karim (yang mulia), al-‘Ali (yang
tinggi), al-Hakim (yang bijaksana), al-Hikmah (kebijaksanaan), al-Muhaimin
(pemberi rasa aman/yang dipercaya), al-Mubarak (yang diberkahi), al-Habl
(tali/agama Allah),al-Shirat al-Mustaqim (jalan lurus), al-Fashl (pemisah), al-
Naba’ (berita), Ahsan al-Hadits (berita terbaik), al-Tanzil (yang diturunkan), al-
Ruh (roh), al-Wahyu (wahyu), al-Matsani (yang diulang-ulang), al-„Arabi
(berbahasa Arab), al-Qaul (ucapan), Bashair (pedoman), al-Bayan (penjelasan),
al-‘Ilm (ilmu pengetahuan), al-Haqq (kebenaran), al-Hadi (yang memberikan
petunjuk), al-‘Ajab (yang mengagumkan), al-‘Urwah al-Wutsqa (tali yang kuat
dan kokoh), al-Tadzkirah (peringatan), al-Mutasyabih (yang serupa), al-Shidq
(kebenaran), al-Munadi (penyeru), al-Amr (perintah), al-Busyra (pemberi kabar
gembira), dan lain-lain.10

9
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan,hlm 19.
10
Ibid., 33.

10
2.5 Tahapan turunnya Al-Qur’an

a. Pengertian Nuzūl Al-Qur’an


Turunnya Alquran atau nuzūl Alquran secara etimologi terdapat dua unsur
kata yaitu nuzūl yang berarti turun dan Al-Qur’an yang berarti sesuatu yang
dibaca atau bacaan yang dibaca. Definisi ‘nuzūl Alquran secara terminologi
adalah ilmu yang mengkaji tentang Al-Qur’an yang transenden kepada
manusia yaitu nabi Muhammad SAW yang memiliki sifat kemanusiaan yang
tinggi.11
b. Proses turunnya Al-Qur’an
Alquran diturunkan melalui tiga tahapan yaitu :
Pertama, diturunkan dari Allah ke Laukh Makhfuzh. Laukh Makhfuzh
adalah suatu lembaran yang terpelihara sejak awal penulisannya sampai
pemeliharaannya.
Kedua, diturunkan dari Laukh Makhfuzh ke langit pertama (dunia) secara
keseluruhan dan disimpan di Bayt al-‘Izzah pada malam Lailatul Qadar.
Ketiga, diturunkan dari Bayt al-„Izzah ke Nabi Muhammad secara
berangsur-angsur dan berlangsung selama 22 tahun 2 bulan 22 hari atau
selama 23 tahun.12Diantara hikmah dibalik turunnya Alquran secara
berangsur-angsur adalah dapat meneguhkan hati Rasulullah SAW, sebagai
mu’jizat Rasulullah, supaya mudah dihafal dan dipahami dan menyesuaikan
dengan terjadinya peristiwa.

2.6 Struktur Al-Qur’an : Juz, Surat dan Ayat

Struktur dalam Al-Qur’an merupakan unsur-unsur yang membentuk satu


kesatuan tak terpisahkan bahkan saling menguatkan.
1. Juz
Juz berasal dari kata juz’un yang berarti bagian. Jadi, juz dalam Alquran
adalah sebuah cara pembagian Al-Qur’an dimana keseluruhan Al Qur'an
dibagimenjadi 30 juz. Tujuan pembagian ini adalah untuk memudahkan
mereka yang ingin menyelesaikan pembacaan Al Qur'an. Penulis atau

11
Ibid., 16.
12
Ibid., 16-17, Lihat Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, hlm 36-38, Lihat Muhammad ‘Abdul ‘Adhim al-
Zarqani, manhil al-„irfan fi „ulum al-Qur’an („Isa al-Babi al-Halabi, t.th), j.1, hlm43-47.

11
pencetak biasanya memberi tanda pada setiap juz. Diantara tanda tersebut
berupa ayat yang ada di awal juz diberi garis bawah atau dicetak tebal, tanda
tulisan al-juz terletak diawal juz bagian kiri, dan angka juz diberi ornamen
khusus untuk mudah dikenali.
2. Surat
Sūrah adalah jamak dari kata suwar. Secara lughaqi (bahasa) surat
dalam Alquran memiliki beberapa pengertian yaitu: Pertama, kedudukan atau
tempat yang tinggi atau tingkatan atau martabat. Mengisyaratkan bahwa orang
yang membaca dan mengkajinya dengan sungguh-sungguh mendapatkan
kemuliaan dan derajat yang tinggi. Kedua, tanda atau alamat. Mengisyaratkan
permulaan dan penghabisan pada bagian-bagian tertentu dari Al-Qur’an.
Ketiga, gedung yang tinggi dan indah. Kandungan isinya lengkap dan
sempurna dari segala segi dan keutamaan. Keempat, sesuatu yang sempurna.
Kelima, susunannya saling berhubungan antara yang satu dengan lainnya.
Al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surat dan 6.666 ayat. Para ulama
berselisih pendapat mengenai jumlah surat, ayat, dan huruf. Tetapi
berdasarkan pendapat jumhur ulama terdapat 114 surat, ada pula yang
berpendapat 113 surat karena surat al-Anfāl dan al-Taubah dihitung satu surat
dan sebagian penganut Syi’ah mengatakan 116 surat atau 115 surat karena al-
Fīl dan al-Quraisy dihitung satu surat.
a. Pembagian Surat
Dari segi panjang dan pendeknya, surat Al-Qur’an dapat dikelompokkan
menjadi empat macam yaitu al-Tūl. ada yang menyebutnya al-Thiwāl yaitu
surat yang jumlah ayatnya lebih dari 100 bahkan lebih dari 200-an seperti
al-Baqarah, ali-Imron, An-Nisa, al-A’raf, al-An’am, al-Maidah dan Yūnus.
Oleh karenanya surat ini disebut as-Sab’ūth Thiwāl yaitu tujuh surah yang
panjang. Al-Mīūn yaitu surah-surah yang berisi seratus ayat atau lebih,
seperti surah Hūd, Yūsuf, al-Mu‟min. Al-Matsānī yaitu surah yang isinya
hampir mencapai seratus ayat, seperti al-Anfāl, al-Hijr dan lainnya.
Menurut al-Farra‟, disebut al-Matsānī karena surat tersebut dibaca
berulang-ulang ketika shalat. Al-Mufashshal yaitu surat-surat yang
mendekati al-Matsānī atau disebut juga surah-surah pendek seperti ad-
Dhuhā, ath-Thīn dan sejenisnya.

12
b. Penamaan Surat
Penamaan surat Setiap surat mempunyai nama masing-masing. Pada
umumnya nama-nama tersebut diambil dari permulaan surat yaitu
berjumlah 111 surat dan hanya 33 surat yang namanya diambil dari
pertengahannya. Nama-nama surat bersumber dari tuntunan wahyu Allah
tidak ada yang lahir atau disematkan pada sahabat walaupun ada sebagian
surat disematkan kepada Umar ibn Khattab seperti surat al-Taubah yang
oleh Umar disebut dengan surat al-Qitāl (surat peperangan) dan al-
Bara’ah (pembebasan)
3. Ayat
Dalam kitab al-Mu‟jam al Wajīz Secara etimologis ayat adalah tanda,
alamat, bukti, dalil,pengajaran, urusan yang mengherankan, mu‟jizat dan
sekumpulan manusia. Sedangkan secara terminologis pengertian ayat menurut
beberapa ahli diantaranya adalah al-Ja’bari mendefinisikan ayat adalah Quran
yang tersusun dari beberapa kata walau dalam bentuk takdir (perkiraan takdir)
yang mempunyai tempat permulaan dan berhenti yang terhimpun dalam suatu
surat. Manna’ al-Qaththan mendefinisikan ayat merupakan suatu jumlah atau
bagian dari kalam Allah yang terhimpun dalam suatu surat Al-Qur’an. 13Ayat
adalah bacaan yang tersusun dari beberapa kalimat sekalipun secara taqriri
(perkiraan) yang memiliki permulaan atau bagian yang masuk dalam
surah.Ada pula yang mengatakan bahwa ayat adalah kumpulan dari kata-kata
yang membentuk sebuah kalimat atau jumlah antara ayat satu dengan lainnya
diberikan tanda pemisah (fawashilul ay).
Dengan demikian ayat merupakan bagian dari kalam Allah berupa
bacaan yang terdiri dari kalimat atau beberapa kalimat sempurna yang
memiliki permulaan dan penutup dan merupakan bagian dari surah. Para
ulama sepakat bahwa jumlah ayat Al-Quran tidak kurang dari 6.000 ayat
namun mereka berselisih mengenai kelebihannya.

2.7 Muatan Al-Qur’an secara global

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwasanya Alquran memuat segala hal yang
berhubungan dengan kepentingan manusia itu sendiri. Secara garis besar
13
Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al Qur’an (Jakarta:Pustaka Al Kautsar),hlm 62

13
kandungan Alquran memuat beberapa hal diantaranya adalah: “Akidah, ibadah,
wa’du dan wa’id, mu’amalat, akhlak, hukum, sejarah atau kisah, pengetahuan dan
teknologi”.

1. Akidah
Muatan Al-Qur’an yang paling urgen adalah persoalan akidah.
Muhammad Quthub menyebut akidah sebagai maudh’un asasiyah yaitu objek
yang paling dasar. Ibarat sebuah bangunan, akidah sebagai pondasinya
sedangkan syariat sebagai bangunannya. Sebuah bangunan tidak akan tegak
dengan kokoh kalau pondasinya tidak kuat demikian juga halnya dengan
akidah. Dalam islam akidah tidak akan ada artinya bila tidak disertai syariat
demikian juga sebaliknya, syariat tidak akan memantulkan cahaya tanpa
adanya akidah.
Dari pentingnya akidah dalam Alquran terdapat 136 ayat yang
menjelaskan tentang’aqa’id, diantaranya terdapat dalam surat al-„Alaq ayat 1-
5. Kelima ayat tersebut mengindikasikan tentang akidah walaupun ayat-ayat
termasuk kelompok ayat-ayat kauniyah, surat dan ayat-ayat Al-Qur’an yang
diturunkan lebih dahulu berkenaan dengan persoalan aqidah, keimanan dan
akhlak. Apabila aqidahnya benar maka keimananpun akan benar dan
akhlakpun juga benar, ayat-ayat yang bertemakan sesuatu bidang tertentu
senantiasa dikaitkan dengan persoalan ibadah yang penempatan ayatnya
diletakkan sebelum atau sesudah ayat bidang tersebut.
2. Ibadah
Ibadah merupakan bentuk pengabdian seorang kepada Tuhannya. Ayat
Al-Qur’an yang menjelaskan tentang ibadah berjumlah 140 ayat, seperti dalam
surat al-Dzariyat (51) ayat 56:

َ ‫ت ۡال ِج َّن َوااۡل ِ ۡن‬


‫س اِاَّل لِيَ ۡعبُ ُد ۡو ِن‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ۡق‬
Artinya: “Manusia dan Jin diciptakan hanya untuk beribadah”
3. Wa’du dan Wa’id
Alquran juga berisikan tentang wa’du dan wa’id. wa’du adalah ayat-
ayat yang menjanjikan hal-hal yang baik seperti memasukkan orang yang
shaleh ke dalam surga, memberikan ampunan kepada orang-orang yang
bertaubat, memberikan rezeki dan pembalasan-pembalasan yang baik bagi

14
orang-orang yang berbuat baik. Sedangkan wa’id adalah Alquran yang
berisikan janji buruk kepada orang-orang yang melakukannya sebagaimana
hal dengan wa’du.
4. Mu’amalat
Arti mu’amalat dalam bahasa Arab diartikan interaksi. Secara
terminologi, mu’amalat adalah cara berinteraksi atau berhubungan antar
sesama manusia dalam berbagai hal baik sosial, politik, ekonomi, budaya, dan
perdagangan. Sedangkan pengertian mu’amalat dalam Islam memiliki dua
pengertian yaitu interaksi antara sesama manusia dan interaksi manusia
dengan Tuhannya.
5. Akhlak
Akhlak diambil dari bahasa Arab khalaqa yang berarti menciptakan.
Ibnu Miskawaih mendefinisikan akhlak sebagai sifat seseorang yang dapat
menimbulkan kehendak untuk melakukan suatu perbuatan tanpa melalui
pemikiran dan pertimbangan. Ada pula disebut juga moral atau etika.
6. Hukum
Hukum Islam bersifat tuntunan, pilihan maupun ketentuan mengenai
sesuatu. Hukum Islam memiliki dua prinsip yaitu mencegah timbulnya
kerusakan (dar’u mafāsid) dan menciptakan kemanfaatan (jalbu al-mashālih).
Kedua prinsip ini dibuat untuk nilai-nilai kemanusiaan dimana mencegah
sesuatu yang dapat menimbulkan mudharat lebih diutamakan daripada
membuat suatu kemanfaatan.
7. Sejarah atau kisah
Sejarah atau kisah dalam Alquran dikaitan dengan ketaatan,
pengingkaran, keimanan dan kekafiran. Secara umum kisah dalam Alquran
terbagai menjadi dua yaitu: kisah-kisah sebelum Nabi Muhammad dan kisah-
kisah di zamannya Nabi Muhammad. Ayat Alquran yang menunjuk pada
“kisah atau sejarah (qashash) ada 26 kali dan yang senadanya dengannya ada
12 surat dan 21 ayat. Namun ada juga surat yang khusus yakni surat al-
Qashash (28) yang terdiri dari 88 ayat, 1.442 kata dan 5.800 huruf”
8. Pengetahuan dan teknologi
Pengetahuan yang terkandung dalam Alquran memang sangat
kompleks, namun demikian Alquran bukan buku ilmu pengetahuan melainkan
kitab suci yang didalamnya memuat isyarat ilmu pengetahuan dan teknologi,

15
diantaranya tentang ilmu fisika, biologi, kimia, astronomi, geologi dan
kesehatan. Maka, tidak heran apabila banyak para ilmuwan yang terdorong
untuk meneliti kandungan Alquran dari sudut pandang ilmu pengetahuan
dengan keberadaan alam semesta termasuk ruang angkasa. Ayat-ayat yang
berisi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi ini disebut sebagai ayat
kauniyah atau ayat al-‘ulum.

2.8 Fungsi Al-Qur’an

Al-Qur’an diturunkan semata-mata untuk kepentingan manusia dan


keberlangsungan hidup seluruh makhluk khususnya manusia sebagai
pengendalinya. Sesuai dengan firman Allah SWT yang menyatakan bahwa segala
kerusakan di muka bumi banyak diakibatkan oleh perbuatan-perbuatan manusia
yang kurang bertanggungjawab. Begitu juga sebaliknya manusia bumi bisa
makmur dan damai juga karena perbuatan-perbuatan manusia. Alquran
merupakan solusi terbaik dalam mengatasi persoalan-persoalan hidup manusia
agar tetap seimbang sejalan dengan sunnatullah yang perlu dilestarikan bahkan
dikembangkan. Untuk hal itulah Al-Qur’an diturunkan sebagai pedoman hidup
dan kehidupan bukan hanya hubungan antara manusia dengan Tuhannya
melainkan juga dengan seluruh makhluk dan alam. Diantara fungsi Al-Qur’an
bagi manusia adalah:
1. Al-Qur’an sebagai nasehat (mau’izhah).
Ada beberapa pendapat terkait arti dari mau‟idzhah diantaranya Ibnu
Manzur mengutip dari Ibnu Sayyidih, mau‟izhah adalah peringatan yang
tujuannya untuk melunakkan hati manusia disertai ganjaran dan ancaman.
Menurut Al-Isfihani mengutip pendapatnya al-Khalil, mau’izhah adalah
peringatan agar berbuat baik yang dapat melunakkan hati. Dan ‘Ali bin
Muhammad al-Jarjani, mau’izhah adalah segala sesuatu yang dapat
melunakkan hati yang keras, mengalirkan air mata dan memperbaiki
kerusakan.
2. Al-Qur’an sebagai Obat (syifa’)
Seperti yang telah disinggung pada ayat diatas bahwasanya selain
sebagai pemberi nasehat Alquran juga menyebut dirinya sebagai obat (syifa’)
dan sisi lain menyebut madu lebah sebagai obat. Obat dalam pengertian
khusus berarti mengobati suatu penyakit dalam, baik bersifat individual

16
maupun sosial. Contoh “penyakit-penyakit yang bersifat individual seperti
strees, kegundahan dan pikiran kacau. Sedangkan penyakit sosial seperti sikap
fanatisme, hedonisme, fitnah, kecanduan narkoba, korupsi dan krisis
moralitas”.
Pengobatan cara Al-Qur’an lebih diarahkan ada perbaikan hati karena
jika hati manusia itu baik maka baik pulalah sifat dan tingkah lakunya
sebaliknya jika hati manusia itu kotor (buruk) maka buruk pulalah sifat dan
sikap manusia. Hati yang sehat akan membentuk pikiran dan tubuh manusia
juga ikut sehat secara otomatis segala perbuatan yang dihasilkan manusia itu
berdampak positif dan bermanfaat bagi manusia, makhluk lainnya dan juga
alam semesta.
3. Al-Qur’an sebagai Petunjuk (hūdan)
Secara bahasa, kata hūdan berasal dari kata hadā-yahdī-hūdan wa
hidāyah yang berarti “memberi petunjuk pada jalan yang benar”. Secara istilah
“hidāyah adalah tanda yang menunjukkan pada hal-hal yang dapat
menyampaikan seseorang kepada yang dituju”. Jadi, Al-Qur’an sebagai
petunjuk karena mengajarkan manusia pada jalan yang dapat mengantarkan
dirinya pada tujuan hidup yang sesungguhnya yaitu kebahagiaan hidup di
dunia dan akhirat.
4. Al-Qur’an sebagai Rahmat
Muhammad Mahmud Hijazi mendefinisikan “rahmat sebagai
kelembuatan hati yang melahirkan ihsan perbuatan baik (ihsān), ramah dan
kasih sayang”. Dari pengertian ini rahmat mengandung tiga perkara yang
saling berkaitan satu dengan lainnya yaitu perbuatan baik, sifat ramah tamah
dan kasih sayang.
Pertama, perbuatan baik. Manusia yang memiliki kecenderungan
berbuat baik bisa dipastikan tidak akan memilah dan memilih lawan
bicaranya. Siapapun saja bisa menjadi kawannya. Sikap yang seperti ini hanya
dimiliki oleh manusia-manusia yang sudah tercerahkan hati dan pikirannya
sehingga ia senantiasa berpikir untuk berbuat baik termasuk kepada musuh
sekalipun. Begitu juga sebaliknya orang yang memiliki kecenderungan
berbuat dhalim atau aniaya akan menarik dirinya untuk berbuat sesuatu yang
dapat merugikan orang lain dan lebih mengedepankan kepentingan dirinya
daripada kepentingan orang lain.

17
Kedua, sifat ramah tamah. Sifat ramah tamah ini telah dicontohkan
Nabi Muhammad dan para ulama-ulama. Sikap ramah pada masyarakat dan
lingkungannya menjadikan Islam mudah diterima oleh semua kalangan dan
tidak membeda-bedakan unsur luarnya (dhahiriyah).
Ketiga, kasih sayang. Alquran sebagai sebuah kitab suci yang
didalamnya banyak mengandung sifat-sifat ketuhanan berarti Alquran
merupakan perwujudan rahmat Allah kepada manusia dan alam semesta.
Hilangnya kasih sayang akan membentuk karakter yang kasar dan bahkan
mengesampingkan nilai-nilai kemanusiaan. Untuk itulah Nabi Muhammad
mengajarkan umatnya untuk saling menyayangi orang dan saling
menghormati.
5. Al-Qur’an sebagai Pembeda (Furqan)
Menurut arti dari kata furqān adalah pembeda. Yakni pembeda antara
perkara yang benar (haq) dan yang salah (bathil), antara jalan keselamatan dan
jalan kesengseraan. Manusia telah dibekali akal dan pikiran untuk menjadi alat
menilai dan memilih diantara keduanya. Penciptaan manusia dibandingkan
makhluk-makhluk lainnya sangat berbeda jauh, baik dari unsur fisik maupun
non psikisnya.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Al-Qur’an adalah merupakan Kalamullah yang diturunkan kepada NabiNya


Muhammad SAW yang tidak perlu diragukan kebenarannya. Al-Qur’an adalah
merupakan sebuah nama yang diberikan terhadap kitab Allah yang diturunkan kepada
Muhammad SAW..Al-Qur’an sebagai wahyu Allah turun sekaligus dari Lauh
Mahfuzh ke langit dunia dan dari langit dunia turun secara berangsur-angsur kepada
Nabi Muhammad SAW.
Wahyu adalah isyarat, bisikan, instink, ilham dari Allah terhadap hamba yang telah
dipilihnya yang disebut sebagai nabi dengan berbagai cara.

3.2 Saran

Dengan dibuatnya makalah ini, diharapkan pembaca dan penulis mengetahui dan
lebih memahami Pengertian Wahyu, Cara Penyampaian Wahyu, Pengertian Al-
Qur’an, Nama-nama Al-Qur’an, Tahapan-tahapan turunnya Al-Qur’an, Struktur Al-
Qur’an : Juz, Surat dan Ayat, Muatan Al-Qur’an secara Global, serta Fungsi Al-
Qur’an. Kami selaku penulis makalah menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam makalah yang kami buat. Oleh karna itu kritik dan saran dan masukan yang
sifatnya membangun sangatlah kami harapkan untuk baiknya makalah ini
keedepannya.

19
DAFTAR PUSTAKA

An-Nāshir, Sholeh bin Nashir bin Sulaiman, ‘Ulum al-Qur’ān ‘Inda as-Syinqīthī Fī Tafsīriihī
Adlwā’ al-Bayān Fī Īdlāh al-Qur’ān Bi al-Qur’ān ( Riyadl: Buhūts Kulliyah at-
Tarbiyah, 2004).

An-Nāshir, Sholeh bin Nashir bin Sulaiman, ‘Ulum al-Qur’ān, ‘Inda as-Syinqīthī Fī
Tafsīriihī Adlwā’ al-Bayān Fī Īdlāh al-Qur’ān Bi al-Qur’ān, 4. Lihat Adlwā’ al-Bayan
4/219 dan al-Qurthobi dalam al-Jāmi’ Li Ahkām al-Qur’ān 11/85.
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan, 17, Lihat Muhammad
Amin Suma, Ulumul Qur’an.
Anshori, Ulumul Qur’an Kaidah-Kaidah Memahami Firman Tuhan.

Anshori, Ulumul Qur‟an Kaidah-Kaidah Memahami Firma Tuhan (Jakarta: RajaGrafindo


Persada, 2014), Lihat Muhammad al-Shadiq Qamhani, al-Ijaz wa al-Bayan Fi Ulum al-
Qur’an, (Bairut: ‘Alamu al-Kutub, 2006), Lihat Manna‟ al-Qathathan, Mabahits Fi
Ulum al-Qur’an, (Riyadh: Daar al-Rasyid, t.th).

As-Sudais, Abdurrahman bin Abdul Aziz, al-Lathāif al-Hasān (al-Madinah al-Munawwarah:


Dār al-Ma‟tsūr, 1438 H), cet. 1.

Han, Manna Al-Qatht , Pengantar Studi Ilmu Al Qur’an (Jakarta:Pustaka Al Kautsar).

Ibid., 16.

Ibid., 16-17, Lihat Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an, 36-38, Lihat Muhammad
‘Abdul ‘Adhim al-Zarqani, manhil al-„irfan fi „ulum al-Qur’an („Isa al-Babi al-
Halabi, t.th).

Ibid., 33.

20
Partanto, Pius A, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1994).

Suma, Muhammad Amin, Ulumul Qur’an.

Yusuf, Kadar M. Yusuf, Studi Alquran (Jakarta: Amzah, 2014), 23, Lihat Muhammad Amin
Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: Rajawali Pers, 2014).

21

Anda mungkin juga menyukai