Anda di halaman 1dari 5

Nama : Indriani Agustina

NIM : 1203050064

Semester/Kelas : 1 B

Resume Tauhid :point 9

tahaliy,takholiy,dan tajaliy sebagai wujud insyani

1. Tahaliy

Yang dimaksud dengan Takhally itu sendiri ialah mengosongkan diri dari sikap ketergantungan terhadap
kelezatan hidup duniawi dengan cara menjauhkan diri dari maksiat dan berusaha menguasai hawa
nafsu. Takhally (membersihkan diri dari sifat tercela) oleh sufi di pandang penting karena semua sifat-
sifat tercela merupakan dinding-dinding tebal yang membatasi manusia dengan Tuhannya. Oleh karena
itu, untuk dapat mendalami tasawuf seseorang harus mampu melepaskan diri dari sifat tercela dan
mengisinya dengan akhlak-akhlak terpuji untuk memperoleh kebahagiaan yang hakiki.

Dalam tarekat Naqsyabandiyah ada 3 (tiga) metode yaitu takhalli, tahalli, dan tajalli.Langkah pertama
yang harus dilakukan pengamal tarekat atau salik adalah taubat dan istighfar dari dosa besar maupun
dosa kecil. Taubat dan istighfar bagi sisalik ibarat suatu fundamental pada suatu bangunan atau ibarat
akar dari sutu pohon.Tidak mungkin jadi pengamal tarekat tanpa taubat nasuha dan istighfar yang
sungguh-sungguh dihayati dan dilaksanakan. Pembersihan dan pengosongan diri rohani dari segala dosa
dan noda, dari segala sifat buruk dan tercela, menghentikan segala perbuatan fakhsayak dan mungkar
yang merusak, dan seterusnya , itulah kajian yang dinamakan takhalli.

Setelah melaksanakan takhalli tindakan selanjunya adalah mengisi tempat yang kosong itu dengan amal-
amal yang saleh, yang digerakkan oleh sifat-sifat yang terpuji, yang tumbuh dari hati atau dari rohani
yang telah bersih tadi.

Mensucikan diri jasadi dan diri rohani harus simultan dan serentak. Dosa yang dilakukann oleh jasadi,
kita namakan dosa lahir, sedangkan dosa yang dilakukan oleh rohani kita namakan dosa batin,
sedangkan perbuatan itu sendiri kita nama kan maksiat batin dan maksiat lahir, karena itu
mensucikannya harus secara lahir dan batin.

2. Tahally

Tahally disini ialah menghiasi/mengisi dari sifat dan sikap serta perbuatan – perbuatan yang baik.
Dengan kata lain, sesudah mengosongkan diri dari sifat yang tercela (Takhally), maka usaha itu harus
berlanjut terus ketahap Tahally (pengisian jiwa yang telah dikosongkan tadi).

Tahalli secara harfiah berarti “mengisi” dan “menghiasi” diri atau menyibukkan diri dengan sifat-sifat
dan amal-amal terpuji yang digariskan dan ditetapkan dalam syariat Islam.

Pengisian diri rohani dengan sifat-sifat mahmudah dengan kegiatan-kegiatan ‘akhmalush shalihat’
adalah amat penting, karena kesibukan-kesibukan baru, yaitu kegiatan amal kebaikan . Inilah yang
dinamakan Inabah artinya kembali kejalan yang hak atau benar, mengganti kebiasaan yang buruk
dengan kebiasaan yang baik.
Selanjudnya Syekh Amin Al Kurdi menjelaskan, bukanlah yang dimaksud dengan mengosongkan
(takhalli) dari sifat-sifat tercelah dan mengisi tahalli dengan sifat-sifat terpuji itu, menghabiskan atau
memusnahkan semua sifat-sifat tercela tadi dan mengganti dengan sifat-sifat terpuji yang baru. Sifat-
sifat tercela dan sifat-sifat terpuji, kedua duanya ada tertanam bibitnya pada diri manusia, yang tidak
mungkin kita musnahkan secara total dan menggantinya dengan yang baru. Yang dapat dilakukan
manusia adalah mangarahkan dan mebentuk suatu sifat kebiasaan terpuji.Sifat sifat tercelah itu ibarat
suatu penyakit menahun yang harus terus menerus diobati dibawah pengawasan seorang dokter ahli,
sehingga penyakitnya tidak selalu kambuh. Demikian pulavlah halnya untuk mengobati sifat-sifat yang
tercela tadi, dilaksanakan dibawah pengawasan syekh Mursyid . (Amin Al Kurdi 1994 : 390-391).

Adapun sikap – sikap yang dapat dibiasakan ialah sebagai berikut:

a. Tobat

Tobat adalah minta ampunan Allah atas dosa yang pernah dilakukan. Tetapi dalam tasawuf tobat berarti
kembali, yakni kembali dari perbuatan tercela menuju perbuatan terpuji, sebagaiman yang di
ajarkandalam Islam. Oleh karena itu, tobat tidak cukup hanya dengan ucapan dalam bentuk doa minta
ampun, tetapi harus disertai dengan tindakan yang nyata. Tobat adalah cara mendekatkan diri kepada
Allah.

Al Ghazali mwngklasifikasi tobat kepada tiga tingkatan, yaitu:

1) Meninggalkan kejahatan dalam segala bentuknya dan beralih kepada kebaikan dan takut akan
siksaan Allah

2) Beralih dari situasi baik ke situasi yang lebih baik lagi.

3) Rasa penyesalan yang dilakukan semata – mata karena ketaatan dan kecintaan kepada Allah.

b. Zuhud

Zuhud ialah melepaskan diri dari kehidupan duniawi dengan mengutamakan kehidupan akhirat.

Salah satu ayat yang jelas dalalahnya dan kuat argumentasinya dalam mengafirmasi hal adalah
gambaran Allah mengenai dunia sebagai sesuatu yang cepat berubah dan sirna.[12]

‫ب ْال ُكفَّا َر نَبَاتُهُ ثُ َّم يَ ِهي ُج‬


َ ‫ث أَ ْع َج‬
ٍ ‫ا ْعلَ ُموا أَنَّ َما ْال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا لَ ِعبٌ َولَ ْه ٌو َو ِزينَةٌ َوتَفَا ُخ ٌر بَ ْينَ ُك ْم َوتَكَاثُ ٌر فِي اأْل َ ْم َوا ِل َواأْل َوْ اَل ِد ۖ َك َمثَ ِل َغ ْي‬
ِ ‫ع ال ُغر‬
‫ُور‬ ْ ُ ‫ان ۚ َو َما ْال َحيَاةُ ال ُّد ْنيَا إِ َمتَا‬
‫اَّل‬ ٌ ‫فَت ََراهُ ُمصْ فَ ًّرا ثُ َّم يَ ُكونُ ُحطَا ًما ۖ َوفِي اآْل ِخ َر ِة َع َذابٌ َش ِدي ٌد َو َم ْغفِ َرةٌ ِمنَ هَّللا ِ َو ِرضْ َو‬
Artinya: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang
melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya
harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman
itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada
azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain
hanyalah kesenangan yang menipu.”

c. Cemas dan Harap


Dengan adanya rasa takut akan menjadi pendorong bagi seseorang untuk meningkatkan pengabdiannya
dengan harapan ampunan dan anugrah dari Allah.dan takut kepada siksaan Allah dan takut amalnya
ditolak oleh Allah. Untuk menyebut rasa takut ada empat istilah yang dipakai dalam Al-Quran dan hadist
yaitu Khauf, Khasyyah, Rahbah dan Wajal. Tetapi yang sering dipakai Khauf.

d. Faqr

Faqr tidak berarti bahwa orang sebaiknya miskin, sehingga seolah – olah tidak harus bekerja keras dalam
mencari uang. Tetapi kalau hasilnya tidak mencukupi kebutuhan, maka kenyataan itu harus diterima
dengan ikhlas. Faqr yaitu puas dan bahagia dengan apa yang dimiliki.

e. Ridha

Maksudnya adalah menerima dengan lapang dada dan hati terbuka apa saja yang datang dari Allah.

f. Muraqabah

Muraqabah bisa diartikan sebagai segala aktivitas yang dilakukan selalu ada perhitungan, seberapa jauh
ia dapat menunaikan kewajiban dan sampai dimana ia telah melakukan pelanggaran hukum Allah.

3. Tajally

Tajally dapat dikatakan terungkapnya nur ghaib untuk hati. Ada saat tiba karunia dari Tuhanmu, maka
siapkanlah dirimu untuk itu. Oleh karena itu, setiap calon sufi mengadakan latihan jiwa (riyadah),
berusaha untuk membersihkan hatinya dari sifat- sifat tercela, mengosongkan hati dari sifat yang keji
ataupun dari hal – hal duniawilalu mengisinya dengan sifat – sifat terpuji seperti : Ibadah.

Sudah maklum adanya bahwa kaum sufi juga gemar mendekatkan diri kepada Allah dengan Ibadah
ekstra. Hal ini telah di galakan dalam Al – Quran:

َ ‫ت ْال ِج َّن َواإْل ِ ْن‬


ِ ‫س إِاَّل ِليَ ْعبُد‬
‫ُون‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ْق‬

“dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada – Ku” (QS. Adz
– dzariyat (51): 56)

Menafsirkan ayat ini, Ibnu katsir mengatakan: “Artinya, sesungguhnya, Aku ciptakan mereka untuk Aku
perintahkan agar beribadah kepada – Ku.

Pada hakikatnya, baik ajaran Islam yang berkenaan dengan aspek ibadah yang bersifat ritual maupun
yang berkenaan dengan aspek muamalah, yang membahas hukum, norma, atau aturan tentang tata
cara berinteraksi sosial dengan sesama manusia demi pendekatan diri kepada Allah Swt. Amal Ibadah
seperti: Shalat, Zakat, Puasa dan haji. Bertolak dari pandangan ini, maka kaum sufi berupaya
melaksanakan ibadah secara optimal dan penuh kesungguhan. Tidak terbatas pada formalitasnya saja.
Mereka senantiasa meningkatkan kuantitas dan kualitas segala bentuk ibadah yang mereka amalkan.

Tajalli merupakan kondisi kerohanian yang dapat menyaksikan cahaya penjelmaan yang maha Kuasa
dalam Ciptaan – Nya.
Apabila Tuhan telah menembus hati hambanya dengan nur- Nya, maka berlimpah ruahlah Rahmat dan
Karunianya. Pada tingkatan ini, hati hamba akan bercahaya terang benderang, dadanya terbuka luas,
dan terangkat tabir rahasia alam malakut dengan karunia Rahmat Tuhan tersebut.

tajalli menjadi empat tingkatan

a. Tajalli Af`al, yaitu tajalli Allah pada perbuatan seseorang, artinya segala aktivitasnya itu disertai
qudratn-Nya, dan ketika itu dia melihat-Nya

b. Tajalli Asma`, yaitu lenyapanya seseorang dari dirinya dan bebasnya dari genggaman sifat-sifat
kebaruan dan lepasnya dari ikatan tubuh kasarnya. Dalam tingkatan ini tidak ada yang dilihat kecuali
hannya dzat Ash Shirfah (hakikat gerakan), bukan melihat asma`.

c. Tajalli sifat, yaitu menrimanya seorang hamba atas sifat-siafat ketuhanan, artinya Tuhan mengambil
tempat padanya tanapa hullul dzat-Nya.

d. Tajalli Zat, yaitu apabila Allah menghendaki adanya tajalli atas hamba-Nya yang mem-fana` kan
dirinya maka bertempat padanya karunia ketuhanan yang bisa berupa sifat dan bisa pula berupa zat,
disitulah terjadi ketunggalan yang sempurna. Dengan fana`nya hamba maka yang baqa` hanyalah Allah.
Dalam pada itu hamba tekah berada dalam situasi ma siwalah yakni dalam wujud allah semata.

Ahli tasawuf berkata bahwa tasawuf tidak lain adalah menjalani takhalli, tahalli, dan tajalli. Jalan yang
ditempuh oleh para Sufi adalah jalan takhalli, tahalli, dan tajalli. Mengosongkan jiwa dari sifat buruk,
menghiasi jiwa dengan sifat yang baik dengan tujuan untuk menyaksikan dengan penglihatan hati
bahwa sesungguhnya tuhan itu tidak ada, hanya Allah SWT yang Ada, “Tidak ada tuhan (lâ ilâha) selain
(illâ) Allah SWT dan Muhammad bin Abdullah adalah hamba, utusan, dan kekasih-Nya.”

 Manfaat Takhally, Tahally, dan Tajally

Menghindari sifat buruk dan menghiasi diri dengan sifat mulia dapat mempererat silaturahim dan
persaudaraan antar-penganut agama Islam bahkan dengan non-Islam. Justru mungkin itulah tujuan dari
takhalli dan tahalli. Itulah yang menjadi inti dari pengamalan tasawuf, yaitu menghindari segala larangan
Allah SWT dan hal-hal yang tidak memperoleh cinta-Nya serta menghiasi diri dengan akhlak mulia. Prof.
Dr. Jalaluddin Rachmat (Kang Jalal) berkata, “Dahulukan akhlak di atas fiqh”. Akhlak mulia itulah yang
akan menjaga persaudaraan antar-umat manusia.

Apabila dapat mengamalkan tasawuf dengan baik maka dapat mengendalikan emosionalnya dengan
baik pula.

Adapun cara untuk memperdalam rasa cinta kepada Allah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Munajat

Adapun yang dimaksud dengan munajat ialah menyampaikan segala keluhan, mengadukan nasib
dengan untaian kalimat yang indah seraya memuji keagungan Allah. Hal ini dapat dilakukan sewaktu
selesai shalat Tahajud. Latihan dengan ibadah seperti: perenungan, doa dan air mata adalah metode
memperdalam penghayatan rasa ketuhanan, sekali berjumpa ingin selalu bersama.

b. Muraqabah dan Muhasabah

c. Memperbanyak wirid dan zikir


d. Tafakkur

e. Zikrul maut (mengingat kepada Allah akan kematian yang pasti akan terjadi)

Dengan demikian, pada dasarnya mengamalkan Tasawuf bearti mengorientasikan diri lahir – batin
dengan berjuang (Mujahadah) seoptimal mungkin agar jiwa kita dekat dengan Allah. Akan tetapi, upaya
medekatkan diri kepada Allah Swt. Tidak akan mencapai hasil kalau tidak diawali dengan penyucian jiwa.
Sebab, Allah Swt., zat yang Maha Suci tidak akan dapat didekati, kecuali oleh orang – orang yang berjiwa
suci pula. Dengan demikian, maka penyucian jiwa itu berdampak pada kedamaian, kebahagiaan dan
kesejukan kalbu.

Anda mungkin juga menyukai