Anda di halaman 1dari 16

IBADAH AKHLAQ

 Pengertian Ibadah
Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendahkan diri serta tunduk, Ibadah adalah taat
kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul Nya, Ibadah adalah
merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai
dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.

 Tujuan dan Urgensi Ibadah


1. Ibadah adalah identitas keislaman dan keimanan seseorang kepada Allah SWT.
2. Ibadah merupakan simbol dan tanda ketundukan seseorang di hadapan Sang Pencipta.

3. Ibadah merupakan media meraih keberkahan.

 Prinsip-prinsip melaksanakan Ibadah sebagai berikut:


1. Niat Lillahi ta’ala
2. Ikhlas
3. Tidak menggunakan perantara
4. Dilakukan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah
5. Seimbang antara dunia dan akhirat
6. Mudah (bukan meremehkan) dan meringankan bukan mempersulit

7. Tidak berlebih-lebihan

 Macam-macam Ibadah
1. Dilihat dari segi umum dan khusus, maka ibadah dibagi dua macam:
a. Ibadah Khoshoh adalah ibadah yang ketentuannya telah ditetapkan dalam nash
(dalil/dasar hukum) yang jelas, yaitu sholat, zakat, puasa, dan haji;
b. Ibadah Ammah adalah semua perilaku baik yang dilakukan semata-mata karena Allah
SWT seperti bekerja, makan, minum, dan tidur sebab semua itu untuk menjaga
kelangsungan hidup dan kesehatan jasmani supaya dapat mengabdi kepada-Nya.

2. Ditinjau dari kepentingan perseorangan atau masyarakat, ibadah ada dua macam:
a. ibadah wajib (fardhu) seperti sholat dan puasa.
b. ibadah ijtima’i, seperti zakat dan haji.
3. Dilihat dari cara pelaksanaannya, ibadah dibagi menjadi tiga:
a. ibadah jasmaniyah dan ruhiyah (sholat dan puasa)
b. ibadah ruhiyah dan amaliyah (zakat
c. ibadah jasmaniyah, ruhiyah, dan amaliyah (pergi haji)

4. Ditinjau dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah dibagi menjadi:


a. ibadah yang berupa pekerjaan tertentu dengan perkataan dan perbuatan, seperti sholat,
zakat, puasa, dan haji;
b. ibadah yang berupa ucapan, seperti membaca Al-Qur’an, berdoa, dan berdzikir;
c. ibadah yang berupa perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti membela diri,
menolong orang lain, mengurus jenazah, dan jihad;
d. ibadah yang berupa menahan diri, seperti ihrom, berpuasa, dan i’tikaf (duduk di masjid);
dan
e. ibadah yang sifatnya menggugurkan hak, seperti membebaskan utang, atau membebaskan
utang orang lain.

 Pengertian Akhlaq
Akhlak (berasal dari kata al-akhlak, jamak dari al-khulq = kebiasaan, perangai, tabiat, dan
agama). Tingkah laku yang lahir dari manusia dengan sengaja, tidak dibuat-buat, dan telah
menjadi kebiasaan. Kata akhlak dalam pengertian ini disebut dalam Al-Quran dengan bentuk
tunggalnya, khulq, pada firman Allah SWT yang merupakan konsiderans pengangkatan
Muhammad sebagai Rasul Allah.
Adapun sasaran Ahlak. Dalam Islam, secara garis besar akhlak manusia mencangkup tiga
sasaran, yaitu terhadap Allah SWT, terhadap bersama manusia, dan terhadap lingkungannya.
Akhlak terhadap Allah SWT. Menurut Muhammad Quraish Shihab, akhlak manusia terhadap
Allah SWT bertitik tolak dari pengakuan dan kesadaran bahwa tidak ada Tuhan selain Allah
SWT yang memiliki segalah sifat terpuji dan sempurna.
1. Mensucikan Allah SWT dan memuji-nya.
2. Bertaqwa (berserah diri) kepada Allah SWT setelah berbuat atau berusaha lebih dahulu.
3. Berbaik sangka kepada Allah SWT.

Kaitannya dengan Ibadah adalah Aqidah sebagai dasar pendidikan akhlak / Dasar pendidikan
akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah yang kokoh dan ibadah yang benar , Karena akhlak
tersarikan dari aqidah, aqidah pun terpancarkan melalui ibadah. Karena sesungguhnya aqidah
yang kokoh senantiasa menghasilkan amal atau ibadah dan ibadahpun akan menciptakan
akhlakul karimah. Oleh karena itu jika seorang beraqidah dengan benar, niscaya akhlaknyapun
akan benar, baik dan lurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah maka akhlaknyapun akan
salah. Aqidah seseorang akan benar dan lurus jika kepercayaan dan keyakinanya terhadap alam
juga lurus dan benar. Karena barang siapa mengetahui sang pencipta dengan benar, niscahya ia
akan dengan mudah berperilaku baik sebagaimana perintah Allah.

THAHARAH
 Pengertian Thaharah
Kata “thaharah” adalah isim mashdar dari fiil madhi “thahara-yuthahhiru-tathhiran dan
thaharatan, yang artinya bersuci atau membersihkan diri”.
Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran, baik yang nyata
seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut istilah para fuqaha’ berarti
membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti mandi berwudlu dan bertayammum. (Saifuddin
Mujtaba’, 2003:1).
Dalam ajaran islam, soal bersuci dan segala seluk beluknya termasuk bagian ilmu dan amalan
yang penting dalam beribadah khususnya solat, karena syariat telah menetapkan bahwa
seseorang yang akan mengerjakan solat harus suci terlebih dahulu yakni suci dari hadast, dan
suci pula badan, pakaian, serta tempat dari najis.
Dalilnya:
Dalil dalam surah Al-Baqarah:222
Dalil dalam surah Al-muddatsir ayat 1-4

 Pengertian Najis
Pengertian Najis menurut bahasa mempunyai artian kotor sedangkan menurut istilah
mempunyai arti kotoran yg harus atau wajib dihindari atau di bersihkan oleh setiap umat muslim
mana kala terkena olehnya.

 Macam – macam najis :


1. Najis Mukhaffafah yaitu Najis yg masih tergolong Ringan kelasnya. Contoh Najis
Mukhaffafah ialah air kencing seorang bayi laki – laki yg belum berumur 2 (Dua) tahun
dan belum pernah makan sesuatu kecuali air susu ibu-nya.
2. Najis Mutawassithah yaitu Najis yg tergolong kedalam kelas Sedang. Contoh Najis
Mutawassithah ialah segala sesuatu yg keluar dari kubul dan dubur manusia dan
binatang, Kecuali Barang cair yg memabukkan, Air Mani, susu hewan yg tidak halal
dimakan, tulang, bangkai, dan bulu-nya. Kecuali Bangkai – Bangkai Manusia dan Ikan
serta Belalang.
3. Najis Mughallazhah yaitu Najis terakhir yg masuk kedalam golongan Najis Berat.
Contoh Najis Mughallazhah ini antara lain Najis Anjing dan Babi serta Keturunannya.
Hal ini sudah disebutkan didlm Firman Allah Swt yg berbunyi, “Atau yg diharamkan
juga Daging Babi itu Keji atau Najis (QR. Al An’am:145)”. Kemudian Hadist Nabi
Muhammad Saw yg berbunyii, ” “Apabilla anda dijilat anjing maka hendaklah dibasuh
sebanyak 7 (Tujuh) kali yg salah satunya dicampur dg tanah (HR. Muslim)”.

 Jenis Najis Yang Dimaafkan Di Islam


Di antara ketiga Macam Najis di atas masih terdapat jenis najis yang bisa dimaafkan yaitu
Najis yg tidak usah dibasuh atau dicuci. Contoh Najis tersebut adlh Najis Bangkai Hewan yg
tidak mengalir darah-nya, Darah atau Nanah yg sedikiit, Debu dan Air lorong – lorong yg
memercik sedikit yg sukar untuk anda hindari.

 Pengertian Hadast
Pengertian hadast adalah suatu perbuatan mengeluarkan sesuatu dari dua lubang (qubul dan
dubur), seperti: buang air kecil, buang air besar, keluar mani, dan mengeluarkan darah (baik
berupa haid, nifas, maupun istihadhah).

 Macam-macam Hadast
1. Hadats Kecil, menurut istilah syara’ ialah sesuatu kotoran yang maknawi (tidak dapat
dilihat dengan mata kasar), Hadas kecil ini tidak akan terhapus melainkan dengan
mengambil wudhu’ yang sah.
Yang termasuk hadast kecil adalah:
 Mengeluarkan sesuatu dari dubur atau kubulnya yang berupa:
Buang air kecil dan air besar, Kentut (Mengeluarkan angin busuk)
 Mengeluarkan madzi atau wadi
 Menyentuh kemaluan tanpa memakai alas
 Tidur nyenyak, kecuali tidur orang yang duduk, yang tetap kedua papan punggungnya.

2. Hadast Besar, istilah syara’ artinya sesuatu yang maknawi (kotoran yang tidak dapat
dilihat oleh mata kasar), yang berada pada seluruh badan seseorang. Sebab dinamakan
hadas besar ialah kerana kawasan yang didiami atau dikenai oleh hadas besar ini terlalu
luas yaitu meliputi seluruh badan dan rambut.
Yang termasuk hadast besar adalah:
 Mengeluarkan mani (sperma)
 Hubungan kelamin (Coitus, Jima’)
 Terhentinya haid dan nifas
Perkara-perkara yang diharamkan dengan sebab berhadas besar:
 Sholat
 Tawaf
 Menyentuh Al-Qur’an
 Membaca Al-Qur’an.
 I’tikaf
 Berpuasa

Adapun untuk Cara Menghilangkan Najis untuk ketiga Najis (Mukhaffafah,


Mutawassithah, Mughallazhah) antara lain,
a. Cara Menghilangkan Najis Mukhaffafah ialah cukup dengan diperciki air pada tempat
atau badan yg terkena Najis Mukhaffafah tersebut.
b. Cara Menghilangkan Najis Mutawassithah ialah dapat dicuci dengan cara dibasuh sekali
asal sifat najis atau warna, bau dan rasanya itu hilang. Adapun bisa dengan cara dicuci
sebanyak 3 (Tiga) kali atau disiram lebih baik.
c. Cara Menghilangkan Najis Mughallazhah seperti jilatan Anjing maupun Babi ialah
dengan dibasuh 7 (Tujuh) kali dan salah satu diantara-nya dg air yg bercampur dg tanah
dan hal tersebut wajib dilakukan oleh setiap Muslim yg terkena Najis tersebut.
 Manfaat Thaharah Di Kehidupan Sehari-Hari
a. Untuk membersihkan badan, pakaian, dan tempat dari hadas dan najis ketika hendak
melaksanakan suatu ibadah.
b. Dengan bersih badan dan pakaiannya, seseorang tampak cerah dan enak dilihat oleh orang
lain karena Allah Swt, juga mencintai kesucian dan kebersihan.
c. Menunjukan seseorang memiliki iman yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari-harinya
karena kebersihan adalah sebagian dari iman.

SHALAT
 Pengertian Shalat
Secara bahasa sholat bermakna doa, sedangkan secara istilah, sholat merupakan suatu
ibadah wajib yang terdiri dari ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbiratul ihram dan
diakhiri dengan salam dengan rukun dan persyaratan tertentu.

 Syarat Wajib Sholat


1. Muslim (beragama Islam)
2. Berakal sehat
3. Baligh
4. Suci dari hadas kecil dan hadas besar
5. Sadar

 Syarat Sah Sholat

1. Suci badan dari hadats dan najis


2. Menutup Aurat Dengan Pakaian yang Bersih
3. Mengetahui Waktu Shala
4. Menghadap Kiblat

 Tujuan Ibadah Shalat


Ibadah dalam pengertian yang komprehensif menurut Syaikh Al-Islam Ibnu Taimiyah adalah
sebuah nama yang mencakup segala sesuatu yang dicintai dan diridhai oleh Allah SWT berupa
perkataan atau perbuatan baik amalan batin ataupun yang dhahir (nyata).

 Dalil Naqli Dalam Ibadah Shalat


Al - Quran surah An-Nisa' 4 : 102   
Artinya : Dan apabila engkau (Muhammad) berada di tengah-tengah mereka mereka
(sahabatmu) lalu kamu hendak melaksanakan salat bersama-sama mereka, maka hendaklah
segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata.

 Dimensi Ritual Shalat


Dalam segi waktu pun tidak ada seorang ulama yang berani menggeser. Katakanlah waktu
shalat Zhuhur digeser ke waktu dhuha, waktu shalat Maghrib digeser ke Ashar dan sebagainya
(perhatikan: An-Nisa’: 103). Artinya shalat seorang tidak dianggap sah bila dilakukan sebelum
waktunya atau kurang dari jumlah rakakat yang telah ditentukan.

 Struktural Shalat
1. Wudhu
2. Shalat :
a. Niat.
b. Takbiratul Ihram.
c. Iftitah.
d. Membaca Al-Fatihah dan Salah Satu Surat Al-Qur’an
e. Ruku’.
f. I”tidal
g. Sujud
h. Duduk antara dua sujud
i. Duduk takhiyat atau tasyahud akhir
j. Salam
3. Doa

 Macam-macam shalat
1. Shalat Fardhu, Shalat fardu adalah shalat yang hukumnya wajib, dan apabila di kerjakan
mendapatkan pahala, kalau di tinggal mendaptkan dosa. Contohnya: shalat lima wakktu,
shalat jenazah dan shalat nadzar. Shalat fardu ada 2 yaitu:
Fardu Ain adalah shalat yang wajib di lakukan setiap manusia. shalat ini di
laksanakan sehari semalam dalam lima waktu (isya’, subuh, dhuhur, asar, magrib) dan
juga shalat Jum’at.
Fardu kifayah adalah shalat yang di wajibkan pada sekelompok muslim, dan
apabila salah satu dari mereka sudah ada yang mengerjakan maka gugurlah kewajiban
dari kelompok tersebut. Contoh: shalat jenazah.
2. Shalat Sunnah adalah shalat yang apabila di kerjakan mendapatkan pahala dan apabila
tidak di kerjakan tidak mendapatkan dosa. Shalat sunah di sebut juga dengan Shalat
tatawu’, nawafil, manduh, dan mandzubat, yaitu shalat yang di anjurkan untuk di
kerjakan. Shalat sunnah juga di bagi 2 yaitu:
Sunnah Muakkad adalah shalat sunah yang sealalu dikerjakan atau jarang sekali
tidak dikerjakan oleh Rosulluloh SAW dan pelaksanaannya sangat dianjurkan dan di
tekankan separti solat witir, solat hari raya dan lain-lain
Sunnah ghaeru muakkadah adalah solat sunah yang tidak selalu dikerjakan oleh
Rosulluloh SAW, dan juga tidak di tekankan untuk di kerjakan.

 Makna khusyu’ dan cara meraih khusyu’


Secara istilah syara’, khusyu’ ialah keadaan jiwa yang tenang dan tawadhu’, kemudian
khusyu’ dihati sangat berpengaruh dan akan tampak pada anggota tubuh lainnya. Menurut A.
Syafi’i khusyu’ berarti menyengaja, ikhlas, tunduk lahir batin; dengan menyempurnakan
keindahan bentuk ataupun sikap lahirnya (badan), serta memenuhinya dengan kehadiran hati,
kesadaran dan pemahaman segala ucapan maupun sikap lahiriyah tersebut.

 SHALAT JUM’AT
Hukum shalat Jum’at adalah wajib dengan dasar Al Qur’an, Sunnah dan Ijma’. Adapun dalil
dari Al Qur’an adalah firman Allah:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at,
maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” [Al Jum’ah:9]

 SHOLAT BERJAMAAH
Dalil dari firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
“Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan
disebut namaNya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan
oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingat Allah, mendirikan shalat, dan
membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan
menjadi goncang.” [An Nur:36-37].

PUASA DAN SHAUM


 Pengertian Puasa
Menurut istilah agama islam yaitu “menahan diri dari sesuatu yang membatalkannya, satu
hari lamanya, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat dan beberapa syarat.”
Dasar hukum disyariatkannya ibadah puasa adalah, berdasarkan Al-Qur'an, hadits dan ijma'
ulama'. Dasar hukum dari Al-Qur'an adalah:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan
atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (Al-Baqarah : 183)

 Macam-Macam Puasa
Puasa Wajib : Puasa di bulan Ramadhan, Puasa Nazar, Puasa Kifarat.
1. Puasa ramadhan adalah fardhu ‘ain bagi setiap orang mukllaf yang mampu berpuasa.
Puasa ramdhan tersebut mulai diwajibkan pada tanggal 10 sya’ban satu setengah tahun
setelah hijrah. Tentang dalil dasarnya yang menyatakan kewajiban puasa ramadhan ialah
Al-qur’an, hadits dan ijma’. Dalil dari Al-qur’an iala firma Allah swt :

Artinya : (bulan yang diwajibkan berpuasa didalamnya) ialah bu;lan ramdhan, yang
didlamanya diturunkan (permulaan) Al-qur’an.(Al-baqarah 185)
2. Puasa kifarat (kafarat) diberlakukan atas pelanggaran yang dilakukan seorang Muslim
atas hukum Allah yang sudah berketetapan. Karena perbuatan yang ia lakukan tersebut
Allah masih memberikan maaf, di samping bertobat ia harus melakukan atau membayar
kafarat tersebut agar tobatnya diterima. Adapun pelanggaran yang dilakukan seseorang
sehingga ia harus membayar kafarat adalah:
 Hubungan badan di siang hari Ramadhan
 Membunuh seorang muslim tanpa disengaja
 Seorang suami melakukan zhihar
 Bersumpah lantas dengan sengaja ia melanggar sumpahnya
 Seorang yang sedang ihram membunuh binatang buruan
3. Bernadzar artinya berjanji akan berpuasa, apabila misalnya sembuh dari sakit atau jika
diperkenankan sesuatu maksud yang baik (yang bukan maksiat) dalam rangka
mensyukuri nikmat atau untuk mendekatkan diri kepada Allah, maka wajiblah atasnya
untuk melaksanakannya. Puasa nadzar pada dasarnya utang, bahkan lebih tegas lagi
karena biasanya dikaitkan dengan sesuatu. Oleh karena itu, seorang yang bernadzar wajib
melaksanakan puasa nadzar tersebut sebab ia sendiri yang membuatnya wajib.

Puasa Sunnah: Puasa enam hari pada bulan syawal, Puasa Arafah, Puasa Senin Kamis, Puasa
pada bulan sya’ban, Puasa As-Syura’.
1. Puasa 6 hari pada bulan syawal, Disunahkan berpuasa selama 6 hari dari bulan syawal
secara mutlak dengan tanpa syarat-syarat. Diantaranya, barang siapa yang
mengerjakannya niscaya dituliskan baginya puasa satu tahun penuh (jika ia berpuasa
pada bulan Ramadhan).

2. Puasa Arafah, Disunnahkan berpuasa pada tanggal 9 dari bulan Dzulhijjah, dan hari itu
disebut hari‘arafah. Disunnahkannya, pada hari itu bagi selain orang yang sedang
melaksanakan ibadah haji.

3. Puasa Senin Kamis, Disunnahkan berpuasa pada hari senin dan kamis setiap minggu dan
di dalam melakukan puasa dua hari itu mengandung kebaikan pada tubuh. Hal demikian
tak ada keraguan lagi.

4. Puasa pada bulan sya’ban, Rasulullah menyambut keutamaan bulan Sya’ban dengan
melakukan puasa. Puasanya sebagaimana puasa bulan Ramadhan, hanya hukumnya
sunnah. Tidak ada cara-cara tertentu atau hal-hal yang khusus dan tujuan tertentu dalam
puasanya itu, seperti untuk pesugihan atau kedigdayaan.

5. Puasa As-Syura’, Puasa sunnah diantaranya ialah berpuasa pada bulan Muharram. Yang
lebih utama adalah tanggal ke 9 dan ke 10 bulan tersebut.
Puasa Haram: Puasa pada tanggal 1 syawal dan 10 Dzulhijjah, Puasa Hari Tasyrik tanggal 11,
12, 13 bulan Dzulhijjah, Puasa pada hari yang diragukan (hari syak/hari ragu), Puasa saat diri
berhalangan, Seperti: Haid.
1. Puasa pada tanggal 1 syawal(Idul Fitri) & 10 Dzulhijjah(Idul Adha), Hari itu adalah hari
kemenangan yang harus dirayakan dengan bergembira. Karena itu syariat telah mengatur
bahwa di hari itu tidak diperkenankan seseorang untuk berpuasa sampai pada tingkat
haram, dan Hari itu diharamkan untuk berpuasa dan umat Islam disunnahkan untuk
menyembelih hewan Qurban dan membagikannya kepada fakir msikin dan kerabat serta
keluarga.

2. Puasa Hari Tasyrik tanggal 11, 12, 13 bulan Dzulhijjah, Pada tiga hari itu umat Islam
masih dalam suasana perayaan hari Raya Idul Adha sehingga masih diharamkan untuk
berpuasa.

3. Puasa pada hari yang diragukan (hari syak/hari ragu), Hari syah adalah tanggal 30
Sya‘ban bila orang-orang ragu tentang awal bulan Ramadhan karena hilal (bulan) tidak
terlihat. Saat itu tidak ada kejelasan apakah sudah masuk bulan Ramadhan atau belum.
Ketidak-jelasan ini disebut syak.

4. Puasa saat diri berhalangan, Seperti: Haid. Wanita yang sedang mengalami haidh atau
nifas diharamkan mengerjakan puasa. Karena kondisi tubuhnya sedang dalam keadaan
tidak suci dari hadats besar.

Puasa Makruh: Berpuasa pada hari jum’at, Puasa setahun penuh (puasa dahr), Puasa Wishal
1. Berpuasa pada hari jum’at, Adapun dalilnya ialah hadits riwayat al-Bukhari (1884) dan

Muslim (1144), bahwa Nabi SAW bersabda: 

Artinya: "Jangan hendaknya seorang dari kamu sekalian berpuasa pada hari Jum’ at,
kecuali bila berpuasa pula hari sebelumnya, atau berpuasa hari sesudahnya."
2. Puasa setahun penuh (puasa dahr), Makruhnya puasa sepanjang tahun adalah khusus bagi
orang yang khawatir mendapat bahaya, atau melalaikan hak orang lain: Al-Bukhari
(1867).
3. Puasa wishal adalah menyambungkan puasa ke hari berikutnya tanpa berbuka di malam
hari. Padahal, kaum muslimin yang berpuasa diperintahkan untuk berbuka setiap
malamnya. Untuk melakukan wishal dengan tidak makan hingga hari berikutya dan
melanjutkan puasa, dihukumi terlarang.

 Syarat-Syarat Puasa
Syarat Wajib Puasa : Beragama Islam, baligh (telah mencapai umur dewasa), berakal,
mumayyiz, berupaya untuk mengerjakannya, sehat, tidak musafir.
Syarat Sah Puasa : Beragama Islam, berakal, tidak dalam haid, nifas dan wiladah (melahirkan
anak) bagi kaum wanita, hari yang sah berpuasa.

 Yang Membatalkan Puasa : Memasukkan sesuatu kedalam lobang rongga badan


dengan sengaja, haid dan nifas, murtad, mabuk atau pingsan sepanjang hari, muntah
dengan sengaja.

ZAKAT

 Pengertian Zakat

Secara etimologis (bahasa) zakat adalah berkah, tumbuh, bersih, baik dan bertambah.
Secara terminologsi adalah sebutan atau nama bagi sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah supaya diserahkan kepada umatnya yang membutuhkan.
 Hukum Mengeluarkan Zakat
Zakat merupakan rukun ketiga dari lima rukun Islam dan zakat juga termasuk salah satu
panji-panji Islam yang penegakkannya tidak boleh diabaikan oleh siapaun juga. Zakat telah
difardzukan diMadinah pada bulan Syawwal tahun kedua hijrah setelah kepada ummat islam
diwajibkan berpuasa ramadhan. Dasar-dasar atau landasan kewajiban mengeluarkan zakat
disebutkan dalam:
a. Al Qur’an: surat Al Baqarah; 43
 “Dan Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang
ruku”.
b. Surat At Taubah; 103
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.

 Syarat Zakat

1. Islam
2. Merdeka
3. Baligh dan Berakal
4. Harta yang dikeluarkan adalah harta yang wajib dizakati

Harta yang memiliki criteria ini ada lima jenis antara lain:
 Uang, emas, perak baik berbentuk uang logam maupun uang kertas
 Barang tambang dan barang temuan
 Barang dagangan
 Hasil tanaman dan buah-buahan
 Binatang ternak (menurut jumhur ulama yang merumput sendiri atau menurut Maliki
binatang yang diberi makan)
5. Harta yang dizakati telah mencapai nishab atau senilai dengannya
6. Harta yang dizakati adalah milik penuh
7. Kepemilikan harta telah mencapai haul (setahun)
8. Harta tersebut bukan termasuk harta hasil hutang
9. Harta yang akan dizakati melebihi kebutuhan pokok

 Hikmah Zakat
1. menolong orang yang lemah dan susah agar dia dapat menunaikan kewajibannya
terhadap Allah dan terhadap makhluk Allah (masyarakat)
2. membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak yang tercela, serta membayarkan amanat
kepada orang yang berhak dan berkepentingan
3. sebagai ucapan syukur dan trimakasi atas nikmat kekayaan yang diberikan kepadanya
4. guna menjaga kejahatan-kejahatan yang akan timbul dari si miskin dan yang susah
5. guna mendekatkan hubungan kasih sayang dan cinta mencintai antara si miskin dan si
kaya.
6. penyucian dari bagi orang yang berpuasa dari kebatilan dan kekokohan untuk memberi
makan kepada orang miskin serta sebagai rasa syukur kepada Allah atas selesainya
menunaikan kewajiban puasa.

 Zakat terbagi atas dua jenis yakni


Zakat Fitrah, zakat yang wajib dikeluarkan Muslim menjelang Idul Fitri pada bulan
Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram/3,5 liter makanan pokok yang ada di
daerah bersangkutan. Zakat Maal (Zakat Harta), mencakup hasil perniagaan, pertanian,
pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing tipe
memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.
Makna zakat fitrah, yaitu zakat yang sebab diwajibkannya adalah futur (berbuka puasa)
pada bulan ramadhan disebut pula dengan sedekah. Lafadh sedekah menurut syara' dipergunakan
untuk zakat yang diwajibkan, sebagaimana terdapat pada berbagai tempat dalam qur'an dan
sunnah. Dipergunakan pula sedekah itu untuk zakat fitrah, seolah-olah sedekah dari fitrah atau
asal kejadian, sehingga wajibnya zakat fitrah untuk mensucikan diri dan membersihkan
perbuatannya.
Dibawah ini akan diterangkan beberapa waktu dan hukum membayar zakat fitrah antara
lain:
1. Waktu yang di bolehkan yaitu dari awal ramadhan sampai hari penghabisan ramadhan
2. Waktu wajib, yaitu mulai terbenam matahari penghabisan ramadhan
3. Waktu yang lebih baik (sunnat), yaitu dibayar sesudah shalat subuh sebelum pergi sholat hari
raya
4. Waktu makruh, yaitu membayar fitrah sesudah hari raya tetapi sebelum terbenam matahari
pada hari raya
5. Waktu haram, yaitu dibayar sesudah terbenam matahari pada hari raya.
Zakat Maal(Harta), Menurut terminologi (bahasa) harta adalah segala sesuatu yang di
inginkan sekali oleh manusia untuk memiliki, memanfaatkan dan menyimpannya. sedangkan
menurut istilah syara' harta adalah segala sesuatu yang dapat di miliki dan dapat di manfaatkan.
Harta (maal) yang Wajib di Zakati:
5. Binatang Ternak seperti: unta, sapi, kerbau, kambing, domba dan unggas (ayam, itik,
burung).
6. Emas Dan Perak.
7. Biji makanan yang mengenyangkan seperti beras, jagung, gandum, dan sebagainya.
8. Buah-buahan seperti anggur dan kurma.
9. Harta Perniagaan.
 Mustahiq (Orang Yang Berhak Menerima Zakat)
1. Fakir, Orang yang tidak mempunyai mata pencaharian tetap dan tidak ada yang
menanggung kebutuhan hidup sehari-harinya.
2. Miskin, Orang yang mempunyai mata pencaharian tetapi penghasilannya tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3. Amil, Orang yang mengurusi zakat, mulai dari pengumpulan sampai dengan pembagian
kepada yang berhak.
4. Hamba Sahaya atau Riqab, Orang yang menjadi budak dan dapat diperjualbelikan.
5. Fi Sabilillah, Orang yang memperjuangkan agama Islam.
6. Mu’allaf
a. Orang yang baru masuk Islam dan imannya masih lemah
b. Orang yang masuk Islam dan memiliki niat yang kuat.
c. Orang Islam yang menjaga perbatasan dari serangan kaum kafir atau musuh
lainnya.
d. Orang Islam yang membantu negara mengurus zakat.
7. Gharim atau Orang yang berhutang
a. Orang yang berhutang karena mendamaikan dua orang yang berselisih.
b. Orang yang berhutang untuk kepentingan dirinya yang dibolehkan.
c. Orang yang berhutang karena menjamin utang orang lain, sedangkan dia dan
orang yang dijamin tidak mampu membayar.
8. Ibnu Sabil atau Musafir, Orang yang sedang dalam perjalanan yang bukan maksiat.
 Prinsip-Prinsip Zakat
a. Prinsip keyakinan keagamaan
b. Prinsip pemerataan dan keadilan
c. Prinsip produktifitas
d. Prinsip nalar
e. Prinsip kebebasan
f. Prinsip etika dan kewajaran

Anda mungkin juga menyukai