Anda di halaman 1dari 12

PERAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM KONTEKS PENDIDIKAN

KARAKTER ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kuliah Bimbingan Dan Konseling

Dosen Pengampu Prof. Dr. H. Abdullah Hadziq, MA.

Oleh:

Nama : Ulil Aydi

NIM : MPDI15161110509

PRODI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

SEMARANG

2016
DAFTAR ISI
BAB I............................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................2
A.        Latar Belakang...............................................................................................................................2
B.        Rumusan Masalah.........................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................3
A. Kedudukan bimbingan dan konseling..............................................................................................3
B. Tipe-tipe bimbingan dan konseling..................................................................................................4
C. Peran bimbingan-konseling dalam konteks pendidikan karakter....................................................7
BAB III..........................................................................................................................................................9
PENUTUP.....................................................................................................................................................9
A. Kesimpulan......................................................................................................................................9
BAB I

PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Ada pernyataan bahwa bimbingan identik dengan pendidikan. Artinya apabila seseorang
melakukan kegiatan mendidik berarti ia juga sedang membimbing, sebaliknya apabila seseorang
melakukan aktifitas membimbing ( melakukan pelayanan bimbingan ), berarti ia juga sedang
mendidik. Berkenaan dengan pernyataan di atas, timbul pertanyaan, mengapa pelayanan
bimbingan dan konseling masih diperlukan dalam dunia pendidikan?
Awalnya program bimbingan dan konseling tidak diperuntukkan bagi dunia pendidikan.
Tetapi dalam perkembangannya diterapkan dalam dunia pendidikan. Berbagai fenomena yang
terjadi dalam dunia pendidikan saat ini menunjukkan bahwa tujuan pendidikan yang salah satu
upaya pencapaiannya melalui proses pembelajaran, belum sepenuhnya mampu menjawab atau
memecahkan berbagai fenomena tersebut. Hal ini mengindikasikan perlu adanya upaya
pendekatan selain proses pembelajaran guna memecahkan berbagai masalah tersebut. Upaya
tersebut adalah melalui pendekatan bimbingan dan konseling yang dilakukan di luar situasi
proses pembelajaran.
Tujuan pendidikan mensyaratkan perkembangan kemampuan siswa secara optimal, dengan
kemampuan untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab dan dapat memecahkan masalah yang
dihadapi. Sebagai individu, siswa memiliki berbagai potensi yang dapat dikembangkan. 
Kenyataan yang dihadapi, tidak semua siswa menyadari potensi yang dimiliki untuk kemudian
memahami dan mengembangkannya. Disisi lain sebagai individu yang berinteraksi dengan
lingkungan, siswa juga tidak dapat lepas dari masalah.

B.        Rumusan Masalah
1.       Mengapakah bimbingan dan konseling sangat diperlukan dalam dunia pendidikan
2.       Bagaimanakah peran bimbingan dan konseling dalam konteks pendidikan karakter
islam
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kedudukan bimbingan dan konseling


   Pendidikan merupakan aset yang tak ternilai bagi individu dan masyarakat. Pendidikan
tidak pernah dapat dideskripsikan secara gamblang hanya dengan mencatat banyaknya jumlah
siswa, personel yang terlibat, harga bangunan, dan fasilitas yang dimiliki. Pendidikan memang
menyangkut hal itu semua, namun lebih dari itu semuanya. Pendidikan merupakan proses yang
esensial untuk mencapai  tujuan dan cita-cita pribadi individu (siswa).

Siswa merupakan unsur utama dalam pendidikan. Siswa sebagai individu sedang berada


dalam proses berkembang atau menjadi (becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau
kemandirian. Untuk mencapai kemandirian tersebut, siswa memerlukan bimbingan, karena
mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungannya,
juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya.
Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administratif dan pengajaran dengan
mengabaikan bidang bimbingan mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan
terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan  atau kematangan dalam
aspek psikososiospiritual.
Aspek psikososiospiritual  diantaranya sebagai berikut:
1. Manusia sebagai mahluk psikologis:
a. Memiliki struktur kepribadian yang terdiri dari Id ( aspek bio ), Ego ( aspek psikologi )
dan Super ego ( aspek social ).
b. Dipengaruhi perasaan dan kata hati
c. Memiliki daya pikir dan kecerdasan
d. Memiliki kebutuhan psikologis agar pribadi dapat berkembang.Kebutuhan psikologis
terdiri dari pengurangan ketegangan, kemesraan dan cinta, kepuasan alturistik, kehormatan dan
kepuasan ego.
e. Memiliki kepribadian yang unik

2. Manusia sebagai mahluk social


Manusia membutuhkan manusia lain didalam menjalani kehidupannya. Ciri-ciri mahluk
sosial adalah :
a. Sebagai mahluk yang tidak dapat lepas dari orang lain. Manusia memiliki cipta
(kemampuan untuk melakukan sesuatu), rasa (perasaan), dan karsa (tujuan).
b. Manusia hidup dalam kelompoknya (keluarga, masyarakat), manusia suci bagi manusia
lain (Homosacra Res Homonim
c. Manusia selalu bersosialisasi, berhubungam, menyesuaikan diri, saling mencintai,
menghormati, dan saling menghargai manusia lain dari masa kanak-kanak sampai dengan
meningal dunia.

3. Manusia sebagai mahluk spiritual


Manusia diciptakan oleh Allah SWT, dalam bentuk yang sebaik-baiknya, memiliki jiwa
yang sempurna, untuk menjadi khalifah dibumi. Bukti manusia mahluk spiritual :
a. Memiliki keyakinan dan kepercayaan
b. Menyembah tuhan

B. Tipe-tipe bimbingan dan konseling


Jenis-jenis layanan pada dasarnya merupakan operasionalisasi dari konsep bimbingan dan
konseling dalam rangka memenuhi berbagai asas, prinsip, fungsi dan tujuan bimbingan dan
konseling. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional saat ini terdapat tujuh jenis layanan.
Namun sangat mungkin ke depannya akan semakin berkembang, baik dalam jenis layanan
maupun kegiatan pendukung. Para ahli bimbingan di Indonesia saat ini sudah mulai meluncurkan
dua jenis layanan baru yaitu layanan konsultasi dan layanan mediasi. Namun, kedua jenis
layanan ini belum dijadikan sebagai kebijakan formal dalam sistem pendidikan di sekolah.Untuk
lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan ketujuh jenis layanan bimbingan dan konseling yang
saat ini diterapkan dalam pendidikan nasional.

Jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling:

1.      Layanan Orientasi

Layanan orientasi merupakan layanan yang memungkinan peserta didik memahami lingkungan
baru, terutama lingkungan sekolah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk mempermudah dan
memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang baru itu, sekurang-kurangnya
diberikan dua kali dalam satu tahun yaitu pada setiap awal semester. Tujuan layanan orientasi
adalah agar peserta didik dapat beradaptasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
secara tepat dan memadai, yang berfungsi untuk pencegahan dan pemahaman.

2.      Layanan Informasi

Layanan informasi adalah layanan yang memungkinan peserta didik menerima dan memahami
berbagai informasi (seperti : informasi diri, sosial, belajar, pergaulan, karier, pendidikan
lanjutan). Tujuan layanan informasi adalah membantu peserta didik agar dapat mengambil
keputusan secara tepat tentang sesuatu, dalam bidang pribadi, sosial, belajar maupun karier
berdasarkan informasi yang diperolehnya yang memadai. Layanan informasi pun berfungsi
untuk pencegahan dan pemahaman

3.     Layanan Pembelajaran

Layanan pembelajaran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik mengembangkan


sikap dan kebiasaan belajar yang baik dalam menguasai materi belajar atau penguasaan
kompetensi yang cocok dengan kecepatan dan kemampuan dirinya serta berbagai aspek tujuan
dan kegiatan belajar lainnya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan sikap dan
kebiasaan belajar yang baik. Layanan pembelajaran berfungsi untuk pengembangan.

4.      Layanan Penempatan dan Penyaluran

Layanan penempatan dan penyaluran merupakan layanan yang memungkinan peserta didik
memperoleh penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program
studi, program latihan, magang, kegiatan ko/ekstra kurikuler sesuai dengan potensi, bakat, minat
erta kondisi pribadinya, dengan tujuan agar peserta didik dapat mengembangkan segenap bakat,
minat dan segenap potensi lainnya. Layanan penempatan dan penyaluran berfungsi untuk
pengembangan.

5.      Layanan Penguasaan Konten

Layanan penguasaan konten merupakan layanan yang membantu peserta didik menguasai konten
tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan  yang berguna dalam kehidupan di sekolah,
keluarga, dan masyarakat.

6.      Layanan Konseling Perorangan


Layanan konseling perorangan merupakan layanan yang memungkinan peserta didik
mendapatkan layanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru pembimbing untuk
membahas dan mengentaskan permasalahan yang dihadapinya dan perkembangan dirinya.
Tujuan layanan konseling perorangan adalah agar peserta didik dapat mengentaskan masalah
yang dihadapinya. Layanan konseling perorangan berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.

7.      Layanan Bimbingan Kelompok

Layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang memungkinan sejumlah peserta didik
secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh bahan dan membahas pokok
bahasan (topik) tertentu untuk menunjang pemahaman dan pengembangan kemampuan sosial,
baik sebagai individu maupun sebagai pelajar, kegiatan belajar, karir/jabatan, serta untuk
pengambilan keputusan atau tindakan tertentu melalui dinamika kelompok. Layanan bimbingan
kelompok berfungsi untuk pemahaman dan pengembangan.

8.      Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok merupakan layanan yang memungkinan peserta didik (masing-
masing anggota kelompok) memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan
permasalahan pribadi melalui dinamika kelompok. Masalah yang dibahas itu adalah maalah-
masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Layanan konseling
kelompok berfungsi untuk pengentasan dan advokasi.

9.      Layanan Konsultasi

Layanan Konsultasi merupakan layanan yang membantu peserta didik dan atau pihak lain dalam
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani
kondisi dan atau masalah peserta didik. Pengertian konsultasi dalam program BK adalah sebagai
suatu proses penyediaan bantuan teknis untuk konselor, orang tua, administrator dan konselor
lainnya dalam mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang membatasi efektivitas peserta
didik atau sekolah konseling atau psikoterapi sebab konsultasi tidak merupakan layanan yang
langsung ditujukan kepada klien, tetapi secara tidak langsung melayani klien melalui bantuan
yang diberikan orang lain.

10.  Layanan Mediasi


Layanan mediasi merupakan layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan
ataupun perselisihan dan memperbaiki hubungan antar peserta didik dengan konselor sebagai
mediator.

C. Peran bimbingan-konseling dalam konteks pendidikan karakter.

Bangsa Indonesia saat ini digambarkan sebagai bangsa yang mengalami penurunan
kualitas bangsa. Mulai dari pelajar yang tidak punya sopan santun, suka tawuran, hobi begadang
dan kebut-kubutan di jalan. Itu jenis kenakalan remaja yang umum,  jenis kenakalan remaja yang
lain senang berbohong, bolos sekolah, mencuri, berjudi bahkan aborsi. Masalah semakin banyak
mulai dari masalah kurang kerja sama, lebih suka mementingkan diri sendiri, golongan atau
partai, sampai kepada bangsa yang sarat dengan korupsi, kolusi dan nepotisme.

Persoalan ini muncul karena lunturnya nilai-nilai karakter bangsa. Karakter merupakan
nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat
istiadat. Cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan
bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara merupakan
bagian dari karakter individu. Individu yang memiliki karakter baik adalah individu yang bisa
membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat yang diperbuat.

Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki, meningkatkan


seluruh perilaku yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai, potensi, kemampuan, bakat dan pikiran
bangsa Indonesia. Untuk membangun karakter bangsa, haruslah diawali dari lingkup yang
terkecil. Khususnya di sekolah, ada baiknya kita menganalogikan proses pembelajaran di sekolah
dengan proses kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan nilai-nilai tersebut di atas dapat
dilaksanakan melalui pembelajaran. Tentu saja pembelajaran yang dapat mengadopsi semua
nilai-nilai karakter bangsa yang akan dibangun
.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU
Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak
mulia.

Pesan dari UU Sisdiknas tahun 2003 bertujuan agar pendidikan  tidak hanya membentuk
insan manusia yang pintar namun  juga berkepribadian, sehingga nantianya akan lahir generasi
muda yang tumbuh dan berkembang denagan kepribadian yang bernafaskan nilai-nilai luhur
agama dan pancasila.

Sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi memiliki peran
yang central dalam mengembangkan dan menanamkan nilai-nilai karakter. Semua masyarakat
sepakat tentang pentingnya karakter dalam kehidupan, tetapi jauh lebih penting bagaimana
menyusun dan mengatur secara sistematis sehingga anak-anak dapat lebih berkarakter dalam
kehidupan.

Selama ini bimbingan karakter sudah ada di sekolah seperti bimbingan konseling, tetapi itu
bervariasi. Di sekolah guru BP tidak bisa meraih semua karena dalam kenyataanya guru BP
hanya membimbing siswa yang terkena masalah dan siswa yang lain seolah terbebas dari
masalah, Keberadaan guru BP sendiri kadang dirangkap oleh guru mata pelajaran. Akhirnya,
konsep pendidikan karakter di sekolah tidak pernah bisa optimal.

Menurut Dr. Anita Lie, Peraih gelar Doktor Bidang Kurikulum dan Pengajaran dari Baylor
University, Texas, Amerika Serikat, mengatakan  bahwa pendidikan karakter sebaiknya tidak
dikotomikan macam-macam. Dia katakana konsep pendidikan tersebut harus diintegrasikan ke
dalam kurikulum. Anita mengatakan, untuk menerapkan pendidikan karakter seluruh sekolah
harus memiliki kesepakatan tentang nilai-nilai karakter yang akan dikembangkan di sekolahnya.
Unsur-unsur pengembangan karakter itu pun harus diintegrasikan di semua mata pelajaran.

Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai pada setiap mata
pelajaran perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, pembelajaran nilai-nilai karakter tidak hanya pada tataran kognitif, tetapi
menyentuh pada internalisasi, dan pengamalan nyata dalam kehidupan peserta didik sehari-hari
di masyarakat.

Kegiatan ekstra kurikuler dalam sekolah yang selama ini diselenggarakan sekolah
merupakan salah satu media yang baik untuk pembinaan karakter peserta didik. Kegiatan ekstra
kurikuler merupakan kegiatan pendidikan di luar jam mata pelajaran, kegiatan ini berfungsi
untuk membantu pengembangan peserta didik sesuai dengan potensi, bakat, dan minat peserta
didik melalui kegiatan yang secara khusus diselenggarakan oleh pendidik di sekolah. Melalui
kegiatan ekstra kurik\uler diharapkan dapat mengembangkan komponen-komponen karakter
yang harus dimiliki oleh peserta didik sperti rasa tanggung jawab sosial, serta potensi dan
prestasi.

Menurut Mochtar Buchori (2007), pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik
ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke
pengamalan nilai secara nyata. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan
karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar
kompetensi lulusan. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta
mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-
hari.

Pada saat ini di lingkungan kemendiknas sendiri, pedidikan karakter menjadi fokus
pendidikan diseluruh jenjang pendidikan yang dibinanya. Tidak kecuali di pendidikan tinggi.
Selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter ini pun
diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam mensukseskan Indonesia Emas 2025. Semoga
pendidikan karakter yang telah dicanangkan oleh kemendiknas tidak dijadikan sebagai ajang
proyek semata, tetapi lebih kepada sikap konkret dengan dasar nurani untuk memperbaiki
karakter bangsa.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Bimbingan Konseling merupakan salah satu komponen penyelenggaraan pendidikan di
sekolah yang keberadaannya sangat dibutuhkan, khususnya untuk membantu peserta didik dalam
pengembangan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan
karir
Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki, meningkatkan
seluruh perilaku yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai, potensi, kemampuan, bakat dan pikiran
bangsa Indonesia. Untuk membangun karakter bangsa, haruslah diawali dari lingkup yang
terkecil. Khususnya di sekolah, ada baiknya kita menganalogikan proses pembelajaran di sekolah
dengan proses kehidupan bangsa. Upaya mewujudkan nilai-nilai tersebut di atas dapat
dilaksanakan melalui pembelajaran. Tentu saja pembelajaran yang dapat mengadopsi semua
nilai-nilai karakter bangsa yang akan dibangun.

B.        Saran – Saran
Demikianlah makalah ini kami paparkan dan kami merasa bahwa dalam makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharap kepada pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun guna untuk perbaikan makalah ini. Dan
kami berharap semoga isi makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, M. dan Kartikawati, E. Materi Pokok Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Direktorat


Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka. 1994.

Prayitno dan Amti, E. Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. 1999.

Sukardi, D. K. Proses Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. 1985.

Walgito, B. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset. 1995.

Winkel, W. S. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan.  Jakarta: Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai