Anda di halaman 1dari 18

‫سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َر ْح َمةُ هللاِ َوبَ َركاَتُ ُه‬

‫ال َّ‬
FIQH MUNAKAHAH
OLEH:
ULIL AYDI, M.Pd
PENGERTIAN NIKAH
Makna lughowi (bahasa): ‫هو ا لوط وا لضم‬
Bersenggama atau bercampur
Makna ushuli (istilah): para ulama berbeda pendapat
tentang makna ushuli:
1. nikah arti hakikatnya adalah watha’ (bersenggama)
2. nikah arti hakikatnya adalah akad
3. nikah arti hakikatnya adalah musytarak atau
gabungan dari pengertian akad dan watha’
MENURUT PARA AHLI
Golongan hanafiah mendefenisikan nikah itu adalah
akad yang memiliki, bersenag-senang dengan sengaja.
Golongan asy syafi‟iah mendefinisikan nikah
adalah akad yang mengandung ketentuan hukum
kebolehan watha’ dengan lafadz nikah atau tazwij atau
yang semakna dengan keduanya.
MENURUT PARA AHLI
Golongan malikiyah mendefinisiskan nikah adalah
akad yang mengandung ketentuan-ketentuan hukum
semata-mata untuk memperbolehkan watha‟,
bersenang-senang dan menikmati apa yang ada pada
diri seorang wanita yang boleh nikah dengannya.
Golongan hanabilah mendefenisikan nikah adalah
akad dengan mempergunakan lafaz nikah atau tazwij
guna membolehkan manfaat, bersenang- senang
dengan wanita.
AYAT AL QUR’AN TENTANG NIKAH
‫ق لَ ُك ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ُك ْم اَ ْز َواجًا لِّتَ ْس ُكنُ ْٓوا اِلَ ْيهَا َو َج َع َل‬َ َ‫َو ِم ْن ٰا ٰيتِ ٖ ٓه اَ ْن َخل‬
َ ‫بَ ْينَ ُك ْم َّم َو َّدةً َّو َرحْ َمةً ۗاِ َّن ِف ْي ٰذ ِل‬
ٍ ‫ك اَل ٰ ٰي‬
‫ت لِّقَ ْو ٍم يَّتَفَ َّكر ُْو َن‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri,
supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir”. (Ar-ruum:21)
HUKUM NIKAH
Golongan Asy Syafii
hukum asal nikah adalah mubah (boleh), maka
seseorang boleh menikah dengan maksud bersenang-
senang saja, apabila dia berniat untuk menghindari
diri berbuat yang haram atau memperoleh keturunan
maka hukum nikah menjadi sunnat
 golongan Hanafiyah Malikiyah dan Hanabiyah
hukum melangsungkan perkawinan itu adalah
sunnat.
HUKUM NIKAH
Wajib: Bagi yang sudah mampu kawin dan nafsunya
sudah mendesak dan takut terjerumus ke dalam
perzinahan
Sunnah: Orang yang telah mempunyai kemauan dan
kemampuan untuk melakukan perkawinan tetapi kalau
tidak kawin tidak dikhawatirkan untuk berbuat zina
Haram: Bagi orang yang mempunyai keinginan dan
tidak mempunyai kemampuan dan tanggung jawab
dalam rumah tangga, sehingga akan menelantarkan
dirinya serta isterinya
HUKUM NIKAH
Makruh: Bagi orang lemah syahwat dan tidak mampu
memberikan belanja kepada isterinya
Mubah: Bagi seorang laki-laki yang tidak terdesak
oleh alasan- alasan yang mewajibkan atau yang
terdesak oleh alasan-alasan yang mewajibkan atau
mengharamkan dia untuk kawin
HIKMAH NIKAH
Dengan perkawinan insya Allah akan tersbut menjadi sehat,
segar, dan jiwanya menjadi tenang, matanya menjadi
terpeihara dari melihat yang haram, perasaannya menjadi
tenang.
• Kawin adalah jalan terbaik untuk mendapatkan keturunan
menjadi mulia, keturunan menjadi banyak dan sekaligus
melestarikan hidup manusia serta memelihara keturunannya.
• Orang yang telah kawin dan memperoleh anak maka naluri
kebapakan, naluri keibuannya akan tumbuh saling lengkap
melengkapi dalam suasana hidup kekeluargaan yang
menimbulkan perasaan perasaan saling cinta mencintai dan
saling sayang menyayangi antara satu dengan yang lainnya.
HIKMAH NIKAH
• Orang yang sudah kawin dan telah memperoleh anak-anak
mendorong yang bersangkutan melaksanakan tanggung
jawab dan kewajibannya dengan baik, sehingga ia akan
bekerja keras untuk melaksanakan kewajibannya itu.
Melalui perkawinan akan timbul hak dan kewajiban
suami isteri secara berimbang, menimbulkan adanya
pembagian tugas antara suami dengan isteri.
Melalui perkawinan akan timbul rasa persaudaraan dan
kekeluargaan serta meperteguh rasa saling cinta
mencintai antara keluarga yang satu dengan keluarga
yang lainnya.
PENGERTIAN KHITBAH
Permintaan dalam ilmu fiqh disebut
khitbah
menurut istilah artinya: pernyataan, atau
permintaan dari seorang laki-laki kepada
seorang wanita untuk mengawininya baik
dilakukan oleh laki-laki itu sendiri secara
langsung atau dengan perantara pihak lain
yang dipercayainya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan agama
WANITA YANG BOLEH DIKHITBAH
Bukan mahram
Belum dikhitbah oleh orang lain
secara sah
Tidak sedang dalam masa iddah
PEMINANGAN
Wanita yang dipinang itu telah diteliti tentang
keluarganya, akhlaknya, dan agamanya, sesuai dengan
sabda Rasulullah Saw:
, ‫ َولِ ِدي ِن َها‬, ‫ َولِ َج َمالِ َها‬, ‫ َولِ َح َس ِب َها‬, ‫ لِ َمالِ َها‬: ‫ُت ْن َك ُح اَ ْل َمرْ َأةُ َأِلرْ َب ٍع‬
‫اك‬
َ َ‫ت َيد‬ ْ ‫ين َت ِر َب‬
ِ ِّ
‫د‬ ‫ل‬َ ‫ا‬ ‫ت‬
ِ ‫ا‬ َ
‫ذ‬ ‫ب‬
ِ ْ‫ر‬‫ف‬َ ْ
‫اظ‬ ‫َف‬
Wanita yang akan dipinang itu adalah wanita yang
mempunyai keturunan dan mempunyai sifat kasih
sayang
Wanita yang dipinang itu mempunyai hubungan darah
yang jauh dari laki-laki yang meminang
PEMBATALAN PINANGAN DAN AKIBAT
HUKUMNYA
Pembatalan pinangan
Uang atau barang antaran
Uang atau barang pemberian/hadiah
MATERI
Nikah dan khitbah
Akad nikah dan permasalahannya
Mahram dan permasalahannya
Saksi nikah dan permasalahannya
Mahar nikah dan walimahnya
Hak dan kewajiban suami istri
Putusnya perkawinan
Hukum islam (jinayah)
MATERI
Jinayah (hukum pidana islam)
Maqosid asy syari’ah, hukuman dan tujuan
pemidanaan dalam fiqh jinayah (hukum islam)
Jarimah qishash dan diyat
Jarimah hudud
Jarimah ta’zir
Fiqh siayasah dan perkembangannya
Hukum islam dan fiqh siyasah: kedudukan keduanya
‫سالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َر ْح َمةُ هللاِ َوبَ َركاَتُ ُه‬
‫ال َّ‬
‫‪TERIMA KASIH‬‬

Anda mungkin juga menyukai