Anda di halaman 1dari 7

BAB II

KONSEP TAKHALLI , TAHALLI, DAN TAJALLI DALAM DUNIA TASAWUF

A. Definisi Takhalli , Tahalli, Tajalli dalam Dunia Tasawuf


1. Takhalli
Dalam tarekat Naqsyabandiyah ada 3 (tiga) metode yaitu Takhalli, tahalli, dan
tajalli. Langkah pertama yang harus dilakukan pengamal tarekat atau salik adalah
taubat dan istighfar dari dosa besar maupun dosa kecil. Taubat dan istighfar bagi sisalik
ibarat suatu fundamental pada suatu bangunan atau ibarat akar dari sutu pohon.Tidak
mungkin jadi pengamal tarekat tanpa taubat nasuha dan istighfar yang sungguh-
sungguh dihayati dan dilaksanakan. Pembersihan dan pengosongan diri rohani dari
segala dosa dan noda, dari segala sifat buruk dan tercela, menghentikan segala
perbuatan fakhsayak dan mungkar yang merusak, dan seterusnya , itulah kajian yang
dinamakan Takhalli .
Setelah melaksanakan Takhalli tindakan selanjunya adalah mengisi tempat
yang kosong itu dengan amal-amal yang saleh, yang digerakkan oleh sifat-sifat yang
terpuji, yang tumbuh dari hati atau dari rohani yang telah bersih tadi (Nata, 2014).
2. Tahalli
Seorang yang terus menerus mengisi diri rohaninya dengan sifat sifat terpuji,
yaitu dengan melaksanakan amalan-amalan shaleh, baik yang wajib maupun yang
sunat, yang dilaksanakan dengan ikhlas, dengan perasaan syukur, penuh tawakal
seraya mengharap ridha Allah swt, itu yang dinamakan Tahalli.
Tahalli secara harfiah berarti “mengisi” dan “menghiasi” diri atau
menyibukkan diri dengan sifat-sifat dan amal-amal terpuji yang digariskan dan
ditetapkan dalam syariat Islam (Nata. 2014).
Pengisian diri rohani dengan sifat-sifat mahmudah dengan kegiatan-kegiatan
‘akhmalush shalihat’ adalah amat penting, karena kesibukan-kesibukan baru, yaitu
kegiatan amal kebaikan . Inilah yang dinamakan Inabah.Inabah artinya kembali
kejalan yang hak atau benar, mengganti kebiasaan yang buruk dengan kebiasaan yang
baik.
3. Tajalli
Tajalli adalah orang-orang yang telah melaksanakan Takhalli dan tahalli
secara baik dan sempurna dengan riyadhah dan mujahadah yang terus menerus,
sehingga dia sampai kepada tingkat hakikat yang akhirnya menjadi kekasih Allah swt
(Nata, 2014). Adapun pengertian dari mujahadah adalah keseimbangan antara
pekerjaan batin yang terdiri dari nafsu, pikiran dan hati nurani dengan pekerjaan fisik.
Sedangkan riyadhah adalah latihan kerohanian dalam melaksanakan hal-hal yang
terpuji, baik dengan cara penyikapan terhadap hal-hal yang benar.
Sesungguhnya oarang yang telah sampai ketingkat tajalli tertinggi, dia telah
melewati fase-fase, riyadhah dan mujahadah yang sungguh-sungguh dan terus
menerus, sehingga kehidupannya selalu dalam keadaan muqabah yang terus menerus,
akhirnya memperoleh musyahadah, lalu makrifat dan akhirnya fana fillah.
Orang yang fana fillah, tajali-lah baginya Nur Uluhiyah, sehinggah dia
mengetahui rahasia-rahasia yang ghaib, karena telah hilang sifat basyariyahnya yang
menjadi hijab untuk dapat kasyaf.

B. Dalil Quran dan Hadits Tentang Tahapan Takhalli , Tahalli, Tajalli


1. Takhalli
Firman Allah SWT :
ٍَ ‫حٍ َمنٍ َز َّكهَآٍوقدٍخ‬
‫َابٍ َمنٍد َّسهَا‬ َ ‫َونَفسٍٍ َو َماٍ َس َّوهَاٍفَاٍٍلهَ َمهَاٍفُجُورهَاٍ َوت‬
ٍَ َ‫َقوىهَاٍقَدأفل‬
Arinya : Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya).maka Allah meng
ilhamkan kepada jiwa itu (jalan). Kefasikan dan ketaqwaan.Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu.Dan sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya. (Q.S. Asy-Syams 91 : 7-10)
Mensucikan diri jasadi dan diri rohani harus simultan dan serentak. Dosa yang
dilakukann oleh jasadi, kita namakan dosa lahir, sedangkan dosa yang dilakukan oleh
rohani kita namakan dosa batin, sedangkan perbuatan itu sendiri kita nama kan maksiat
batin dan maksiat lahir, karena itu mensucikannya harus secara lahir dan batin.
a. Mensucikan Diri Dari Dosa lahir
Maksiat lahir adalah segala perbuatan yang dikerjakan oleh anggota badan
manusia yang merusak diri sendiri atau orang lain, yang menimbulkan pengorbanan
yan berbentuk benda, pikiran atau perasaan.
Pada garis besarnya ada 7 (tujuh) anggota badan manusia yang kalau
dimanfaatkan untuk kebaikan maka dia merupakan rahmat dan nikmat, tetapi kalau
dilaksanakan untuk kejahatan maka dia merupakan kedurhakaan dan kekufuran.
Ketujuh anggota itu adalah: Mata, Telinga, Mulut, Tangan, Kaki, Perut,
Kemaluan
Syekh Amin Al – Kurdi mengatakan maksiat dan dosa lahir ini perbuatan-
perbuatan yang tercelah(Azab).
b. Mensucikan Diri Dari Dosa Batin
Maksiat batin yang menimbulkan dosa batin adalah sangat berbahaya,
karena dia tidak terlihat dan berada pada diri manusia itu sendiri. Maksiat batin
inilah yang menimbulkan dan membangkitkan maksiat lahir yang berbentuk
kejahatan, kejahatan yang dilakukan oleh anggota-anggota badan lahir.Maksiat
batin tumbuh dan berkembang oleh sebab jarang disucikan atau tidak pernah
disucikan.
Syekh Amin Al-Kurdi mengatakan bahwa maksiat batin itu sebagai sifat-
sifat yang tercelah dan itu merupakan najs-najis maknawiyah yang tidak mungkin
orang mendekatkan diri kepada Allah swt sebelum disucikan.
Pusat dari segala sifat yang tercela tadi adalah hati nurani atau dari hati
nurani manusia itu sendiri.
Cara mensucikan / memberantas maksiat batin yang menimbulkan dosa
batin adalah dengan berzikir pada 7 (tujuh) tempat Latifal, yaitu : latifal qalbi, latifal
ruh, latifal sir, latifatul khafi, latifatul akhfa, latifat nafsun natikah dan latifatul
kullul jasad, cara berzikir pada latifah-latifah itu dan buahnya akan dijelaskan pada
bagian zikir lataif.
2. Tahalli
Firman Allah swt :
“sesungguhnya allah menyuru kamu berllaku adil dan berbuat kebaikan,
memberi kepada kaum kerabat( apa yang mereka perlukan ), dan melarang dari
pebuatan keji, kemungkaran dan permusuhan ……….. ( Qs. An – nahl : 90 )
Ayat ini menjadi dasar utama supaya kita berakhlakul karimah atau berakhlak
mulia.Seorang yang berakhlak mulia.Merupakan manifestasi dari rohaninya yang
bersih, bersih dari sifat-sifat yang tercela dan telah menerima pancaran nur/cahaya
Tuhan.
Nur Uluhiyah memancarkan nurul iman, Nurul Islam dan nurul ikhsan.
Nurul Iman mengusir gelapnya kemusyrikan yang sekaligus menampakan
pancaran ikhlas berserah diri hanya kepada Allah swt.Mata hati dengan Nur Iman
melihat kebenaran yang Hakiki yang datang dari Allah swt.
Nurul Ikhsan Islam mengusir gelapnya kekafiran dan kemaksiatan yang
sekligus menampakan nur keimanan dan ketaatan. Dengan jalan ini melalui
Nurluhiyah, seorang dapt melihat kebenaran yang hakiki yaitu mentauhidkan Allah
swt. Nur ikhsan mengusir gelapnya kesamaan yang mendua kan Allah swt. Mata hati
ketika itu melihat kebesaran yang hakiki, sehingga tampak olehnya Nur wujud Allah
swt.
Apabila seseorang berakhlak dengan akhlak mahmudah ini, menjadi dekatlah
ia kepada Allah dan Rosulnya, maka ia akan mendapatkan kebahagiaan didunia dan di
akhirat.
Selanjudnya Syekh Amin Al Kurdi menjelaskan, bukanlah yang dimaksud
dengan mengosongkan (Takhalli) dari sifat-sifat tercelah dan mengisi tahalli dengan
sifat-sifat terpuji itu, menghabiskan atau memusnahkan semua sifat-sifat tercela tadi
dan mengganti dengan sifat-sifat terpuji yang baru. Sifat-sifat tercela dan sifat-sifat
terpuji, kedua duanya ada tertanam bibitnya pada diri manusia, yang tidak mungkin
kita musnahkan secara total dan menggantinya dengan yang baru. Yang dapat
dilakukan manusia adalah mangarahkan dan mebentuk suatu sifat kebiasaan
terpuji.Sifat sifat tercelah itu ibarat suatu penyakit menahun yang harus terus menerus
diobati dibawah pengawasan seorang dokter ahli, sehingga penyakitnya tidak selalu
kambuh. Demikian pulavlah halnya untuk mengobati sifat-sifat yang tercela tadi,
dilaksanakan dibawah pengawasan syekh Mursyid

3. Tajalli
Orang yang fana fillah hingga dia menjadi tajalli, adalah orang yang pada
waktu itu sedang munajat beribadat kepada-Nya, fana dan tajalli adalah kehendak
Allah swt yang merupakan rahmat dan kerunia dari padaNya.

Syekh Abu Yazid busthami setiap membicarakan fana dan membicarakan baqa
dan pada waktu yang bersamaan membicarakan adanya tajalli. Atau dengan kata lain,
adanya fana baru adanya dengan adanya baqa atau adanya fana baru adanya dengan
adanya tajalli.

a. Tajalli Af’al
Tajalli Af’al (perbuatan) lenyapnya af’al seorang hamba dan yang adanya
hanya af’al Allah swt. Af’al yang hakiki adalah af’al Allah. Segala sesuatu yang
ada ini pada hakikatnya adalah hasil af’al Allah, yang dilakukan oleh mahluknya
merupakan sunnah tullah semata. Sunnah tullah yang merupakan sebab akibat.
Firman Allah swt :
ٍَ‫ٍَوٍهللاٍ َخلَ ُكمٍ َو َماٍتَ َملُون‬
Artinya : Padahal Allah lah yang menciptkan kamu dan apa yang kamu
perbuat itu (Qs Ash Shafat 37 : 96)
b. Tajalli Asma
Tajalli asma ialah fananya seorang hamba pada waktu ibadat atau munajat
kepada salah satu atau beberapa dari asma Allah swt.
c. Tajalli Sifat
Tajalli sifat adalah seseorang fana dengan sifat-sifat Allah yang maha
sempurna.Seseorang yang fana filsifat secara haqqul yakin merasakan keagungan
sifat-sifat Allah itu. Pengerian tajalli sifat hamper sama dengan pengertian tajalli
asma’
d. Tajalli Zat
Tajalli Zat ialah fananya seseorang hamba kedalam zat yang wajibul
wujud, sehingga terpancarlah Nur bahwa hanya Allah sajalah yang merupakan
wujud yang mutlak.
Sesungguhnya proses Takhalli, tahalli, tajalli itu, tidaklah hanya selesai
satu tingkat atau satu tahap baru memasuki tingkat atau tahap
selanjutnya. Pelaksanaannya adalah bersama-sama, sesuai dengan riyadhah dan
mujahadah yang dilaksanakan dan tergantung pula kepada rahmat dan karunia
Allah swt.
C. Implementasi Takhalli , Tahalli, Tajalli di Lingkungan Mahasiswa
Dari konsep sufi tersebut dapat kita implementasikan bagi kehidupan kita masing-
masing. dalam mengimplementasikan dalam kehidupan kita masing-masing kita harus
memperhatikan dua hal brikut ini:

1. Pada tataran teorinya yang mendasarinya, Di sini kita harus benar-benar berpegang
pada firman Allah: ‘QS. Ad Dzariyaat: 56 :
“Dan tidaklah kuciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah kepadaku”.
Jadi pada hakekatnya kita melakukan aktifitas kehidupan adalah dalam rangka
beribadah kepada Allah. Untuk bisa mencapai maksud tersebut kita niatkan segala
amal kita untuk mencapai ridho Allah.

“Sesunguhnya setiap amal adalah tergantung niatnya….” (HR Buchari).

2. Pada tataran prakteknya, kita benar-benar berpegang haditsnya Rasullulah :


“Apa-apa yang telah kami larang untukmu, maka jauhilah dan apa-apa yang
telah kami perintahkan kepadamu, maka kerjakanlah sebisamu. Celakanya orang-
orang sebelum kamu adalah karena banyak pertanyaan dan perselisihan terhadap
nabi- nabi mereka (tidak mau taat dan patuh).” (HR Buchari – Muslim)
Dengan demikian insyaAllah dengan sendirinya cara hidup mereka itu
terimplementasi dalam kehidupan kita tanpa bertentangan dengan keseharian kita,
karena itu masih dalam kerangka ibadah kepada Allah. Sebagai contoh:
Kita kuliah untuk menuntut ilmu -bukankah ini juga Allah perintahkan?,
tinggal bagaimana kita meniatkannya, berarti ini adalah ibadah kita. Dan ibadah itu
baru akan diterima kalau benar dalam niat dan pelaksanaan. Jadi akan menjadi
implementasi keimanan kita kalau kita benar-benar menjaga kemurnian niatnya, dan
menjauhi hal-hal yang bisa membatalkan nilai ibadahnya, misal menyalah gunakan
biaya kuliah, plagiat karya orang lain, suap untuk mendapat nilai dan kelulusan, dsb.
Kemudian setelah dapat ijazah, itupun akan diterima sebagai ibadah yaitu dengan
kita mengamalkan ilmu yang kita dapatkan. Dengan begitu kita kuliah semata-mata
bukan hanya karena untuk mencari title, pangkat dan jatuh dalam gemerlapnya dunia.

Anda mungkin juga menyukai