3. Tajalli
Orang yang fana fillah hingga dia menjadi tajalli, adalah orang yang pada
waktu itu sedang munajat beribadat kepada-Nya, fana dan tajalli adalah kehendak
Allah swt yang merupakan rahmat dan kerunia dari padaNya.
Syekh Abu Yazid busthami setiap membicarakan fana dan membicarakan baqa
dan pada waktu yang bersamaan membicarakan adanya tajalli. Atau dengan kata lain,
adanya fana baru adanya dengan adanya baqa atau adanya fana baru adanya dengan
adanya tajalli.
a. Tajalli Af’al
Tajalli Af’al (perbuatan) lenyapnya af’al seorang hamba dan yang adanya
hanya af’al Allah swt. Af’al yang hakiki adalah af’al Allah. Segala sesuatu yang
ada ini pada hakikatnya adalah hasil af’al Allah, yang dilakukan oleh mahluknya
merupakan sunnah tullah semata. Sunnah tullah yang merupakan sebab akibat.
Firman Allah swt :
ٍٍََوٍهللاٍ َخلَ ُكمٍ َو َماٍتَ َملُون
Artinya : Padahal Allah lah yang menciptkan kamu dan apa yang kamu
perbuat itu (Qs Ash Shafat 37 : 96)
b. Tajalli Asma
Tajalli asma ialah fananya seorang hamba pada waktu ibadat atau munajat
kepada salah satu atau beberapa dari asma Allah swt.
c. Tajalli Sifat
Tajalli sifat adalah seseorang fana dengan sifat-sifat Allah yang maha
sempurna.Seseorang yang fana filsifat secara haqqul yakin merasakan keagungan
sifat-sifat Allah itu. Pengerian tajalli sifat hamper sama dengan pengertian tajalli
asma’
d. Tajalli Zat
Tajalli Zat ialah fananya seseorang hamba kedalam zat yang wajibul
wujud, sehingga terpancarlah Nur bahwa hanya Allah sajalah yang merupakan
wujud yang mutlak.
Sesungguhnya proses Takhalli, tahalli, tajalli itu, tidaklah hanya selesai
satu tingkat atau satu tahap baru memasuki tingkat atau tahap
selanjutnya. Pelaksanaannya adalah bersama-sama, sesuai dengan riyadhah dan
mujahadah yang dilaksanakan dan tergantung pula kepada rahmat dan karunia
Allah swt.
C. Implementasi Takhalli , Tahalli, Tajalli di Lingkungan Mahasiswa
Dari konsep sufi tersebut dapat kita implementasikan bagi kehidupan kita masing-
masing. dalam mengimplementasikan dalam kehidupan kita masing-masing kita harus
memperhatikan dua hal brikut ini:
1. Pada tataran teorinya yang mendasarinya, Di sini kita harus benar-benar berpegang
pada firman Allah: ‘QS. Ad Dzariyaat: 56 :
“Dan tidaklah kuciptakan manusia dan jin kecuali untuk menyembah kepadaku”.
Jadi pada hakekatnya kita melakukan aktifitas kehidupan adalah dalam rangka
beribadah kepada Allah. Untuk bisa mencapai maksud tersebut kita niatkan segala
amal kita untuk mencapai ridho Allah.