Anda di halaman 1dari 25

PENDAHULUAN

Sebagai sebuah agama samawi yang di wahyukan Allah Ta’ala kepada


Nabi Muhammad SAW, Islam telah mengalami sejarah yang cukup panjang.
Sejarahnya telah membuktikan secara absah betapa agama Islam mampu bertahan
dalam berbagai masa dan era di tengah berbagai keadaan dan perubahan. Dimana
berbagai kecenderungan dalam menangkap, memahami, dan mengapresiasikan
agama ini muncul sepanjang sejarah. Contohnya Tasawwuf, adalah salah satu saja
dari berbagai trend pemahaman dan ekspresi keislaman.

Ketika Tasawwuf mengalami proses teknikalasi dalam ajaran dan


popularisasi dalam pelaksanaan, munculah apa yang limrah disebut sebagai
Tarekat. Sifatnya yang teknis dan populis sering kali membuat tarekat tampil
seolah-olah jauh dari Tasawwuf sebagai basis teoritisnya. Sifat ini juga
mendorong munculnya mazhab yang kemudian memecah diri lebih lanjut menjadi
berbagai macam mazhab tarekat. Apakah sebenarnya esensi dari tarekat
kebatinan?

PEMBAHASAN

Sejarah Tarekat

Ajaran tarekat adalah salah satu pokok ajaran yang ada dalam Tasawwuf.
Ilmu tarekat sama sekali tidak dapat di pisahkan dengan ilmu tasawwuf dan tidak
mungkin di pisahkan dari kehidupan orang-orang sufi. Orang sufi adalah orang
yang menerapkan ajaran tasawwuf. Dan tarekat itu adalah tingkatan ajaran pokok

Lahirnya tarekat tidak terlepas dari keberadaan Tasawwuf secara umum,


terutama peralihan Tasawwuf yang bersifat personil kepada tarekat sebagai suatu
organisasi, yang merupakan perkembangan, pengalaman serta perluasan ajaran
Tasawwuf. Kajian tentang Tasawwuf sendiri tidak mungkin dilakukan tanpa
kajian tasawwuf.

Menurut Terminologi, Tasawwuf merupakan upaya mendekatkan diri


sedekat mungkin kepada Tuhan, dengan menggunakan instuisi dan daya
emosional spiritual yang dimiliki manusia sehingga benar-benar merasa berada di

1
hadirat-Nya. Upaya pencapaian ini dilakukan melalui tahapan-tahapan panjang
yang disebut maqamat dan ahwal. Namun dengan bertambahnya jumlah pengikut
Tasawwuf, maka secara perlahan terjadi transformasi Tasawwuf dari semata
sebagai doktrin menjadi organisasi (tarekat) sepanjang abad ke 6H/12M sampai
hingga saat ini.

Tumbuhnya tarekat dalam Islam sesungguhnya bersamaan dengan


kelahiran agama islam yaitu ketika Nabi Muhammad diutus menjadi Rasul. Fakta
sejarah menunjukkan bahwa pribadi Nabi sebelum di angkat menjadi Rasul telah
berulang kali bertakhanus atau berkhalwat di gua hira. Di samping itu untuk
mengasingkan diri dari masyarakat Mekkah yang sedang mabuk mengikuti hawa
nafsu keduniaan.

Takhanus dan Khalwat Nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan
kebersihan hati dalam menempuh problematika dunia yang kompleks. Dan proses
khalwat Nabi itu disebut dengan Tarekat yang kemudian diajarkan kepada
Sayyidina Ali lalu kepada keluarga dan sahabatnya sampai akhirnya kepada
“Qadir Jailani” yang dikenal juga sebagai pendiri Tarekat.1

Pada proses selanjutnya, tasawwuf yang pada awalnya hanya merupakan


bentuk praktik ibadah yang diajarkan secara khusus kepada orang tertentu, maka
pada tahapan selanjutnya jumlah pengikut semakin bertambah, sehingga menjadi
suatu komunitas yang membentuk kekuatan sosial perkumpulan khusus,
kemudian memunculkan organisasi sufi yang melestarikan ajaran syaikhnya,
seperti Tarekat Qadiriyah, Naqsyabandiyah, Syaziliah dan Lainnya. Dan nama
tarekat biasanya identik dengan nama figur pendirinya.

Sejarah Kebatinan

Keberadaan aliran kebatinan atau kepercayaan dalam wujudnya sebagai


organisasi yang beraneka macam serta dalam jumlah yang tidak sedikit mungkin
dipandang sebagai fenomena baru. Karena pada umumnya organisasi-organisasi

1
https://www.scribd.com/doc/297871196/SEJARAH-DAN-PERKEMBANGAN-
TAREKAT. Kamis, 10/01/ 2019, 13.25 WIB

2
tersebut baru muncul setelah kemerdekaan, meskipun sebagian diantaranya
memang telah ada sejak zaman kolonial.

Akan tetapi bila dilihat dari aspek ajarannya yang intinya adalah mistik
Islam kejawen, sesungguhnya memiliki akar yang cukup panjang dalam sejarah
perkembangan Islam di Jawa.

Faham kebatinan telah ada sejak Islam bersentuhan dengan budaya Jawa
Hindu, justru perpaduan antara mistik Islam dan Hindu Buddha itulah yang
menghasilkan mistik Islam Kejawen yang menjadi ciri khas aliran kepercayaan.

Dalam proses perkembangannya, faham kebatinan ini senantiasa didukung


oleh golongan priyayi, yaitu golongan keluarga istana dan pejabat pemerintahan
keraton. Mereka termasuk ke dalam kategori orang-orang Islam abangan lapisan
atas, yakni orang-orang Islam yang kurang mengetahui ajaran-ajaran Islam dan
oleh karenanya tidak mengamalkan syari’at Islam.

Mereka masih mempertahankan budaya Hindu, sementara Islam yang


datang kemudian dipandang sebagai unsur tambahan. Unsur Islam diperlukan
untuk melengkapi kata-kata atau ungkapan-ungkapan yang diperlukan ajaran
mistik priyayi ini, tidak ada bedanya antara Yang Mutlak (Tuhan) dengan
manusia.

Pengertian

Istilah kebatinan berasal dari kata batin yang artinya bagian dalam tubuh
manusia, sehingga kebatinan dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari arti
yang dalam dan tersembunyi di dalam kitab suci.Biasanya aliran tersebut ada di
Jawa atau berasal dari Jawa.

Jadi,aliran kebatinan berarti suatu golongan yang mengikuti paham yang


mendalami suatu ajaran agama atau keagamaan.2

Secara harfiah, thariqoh berarti “jalan” mempunyai arti sama dengan


syari’ah, yaitu jalan menuju kebenaran.

2
Hilman, Hadikusuma, Antropologi Agama Bag I, (Bandung : Citra Aditya Bakti), 1993,
hlm 85

3
Abu bakar aceh mendefinisikan tarekat itu sebagai jalan, petunjuk dalam
melakukan suatu ibadat sesuai dengan ajaran yang ditentukan dan dicontohkan
oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat dan tabi’in, turun-temurun sampai kepada
guru-guru yang memberikan petunjuk dan pimpinan yang ini dinamakan Mursyid
yang mengajar dan memimpin muridnya sesudah mendapat ijazah dari gurunya.

Dengan demikian istilah tarekat dalam ilmu tasawwuf memiliki dua


makna. Pertama, cara pendidikan akhlak dan jiwa bagi mereka yang menempuh
hidup sufi (Pandangan pada abad ke-9 dan ke-10 M) Kedua, Sesudah abad ke-11
M atau 3 H, tarekat mempunyai pengertian sebagai suatu gerakan yang lengkap
untuk memberikan latihan-latihan rohani dan jasmani pada segolongan kaum
muslimin menurut ajaran dan keyakinan tertentu.3

Pada mulanya, tarekat berkembang di negeri-negeri sepertia Arab, Persia,


Afghanistan dan Asia Tengah. Hingga kemudian gerakan tersebut menyebar ke
negara-negara sekitarnya.

Umumnya tujuan tarekat adalah untuk mencapai ma’rifat ataupun insan


kamil dengan melakukan bai’at terlebih dahulu untuk masuk dan kemudian
melalui 3 tingkatan latihan, yaitu :

1. Takhalli : Mengosongkan diri darisikap ketergantungan


terhadap kelezatan hidup duniawi
2. Tahalli : Membiasakan sikap dan perbuatan baik

3. Tajalli : Memperoleh kesempurnaan kesucian jiwa


sehingga terbuka jalan untuk mencapai Tuhan

Begitu pun dengan aliran kebatinan yang memiliki tingkatan dalam latihan
kejiwaan, yaitu :

1. Distansi : mengambil jarak terhadap dunia materi untuk


memadamkan nafsu
2. Konsentrasi : upaya memusatkan daya batiniyah untuk

3
https://www.scribd.com/doc/297871196/SEJARAH-DAN-PERKEMBANGAN-
TAREKAT. Kamis, 10/01/ 2019, 13.25 WIB

4
memutuskan segala bentuk hubungan dengan
dunia materi
3. Representasi : tercapainya tujuan kemanunggalan atau derajat
identifikasi dengan Tuhan, dimana seorang ahli
kebatinan telah mencapai derajat
manunggaling kawula Gusti, mati ing sajroning
urip (mati dalam hidup)

A. Macam - Macam Tarekat Kebatinan

Aliran kebatinan yang sudah tumbuh sejak sebelum zaman kemerdekaan


kini mencapai 400 aliran bahkan lebih4, diantaranya adalah :

1. Aliran Suci Rahayu (1925)


2. Ilmu Sejati Prawirosoedarso (1926)
3. Paguyuban Ngesti Tunggal / PANGESTU (1932)
4. Paguyuban Sumarah (1935)
5. Kaweruh Naluri (1949)
6. Agama Sapta Darma (1952)

Sementara dalam tarekat pun terdapat bermacam-macam kelompok,


diantaranya ada yang diakui secara sah di Indonesia dan ada pula tarekat lain yang
berkembang di dunia Islam.

Tarekat-tarekat yang terdapat di Indonesia seperti :

1. Tarekat Qadiriyah : Abdul Qadir Jailani


(pelopor aliran-aliran tarekat
di dunia Islam)
2. Tarekat Syadziliyah : Abu al-Hasan al-Syadzili
3. Tarekat Naqsyabandiyah : Muhammad bin Muhammad Baha
al-Din al-Uwaisi al-Bukhari
Naqsyabandi

4
Ridin, Sofwan, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan, (Semarang : Aneka Ilmu), hlm
109

5
4. Tarekat Tijaniyah : Ahmad bin Muhammad al-Tijani
5. TQN : Ahmad Khatib Sambas
(temuan tokoh Indonesia asli)

Tarekat-tarekat yang berkembang di Indonesia

A. Tarekat Qadiriyah
Qadiriyah adalah nama tarekat yang diambil dari nama pendirinya,
yaitu ‘Abd al-Qadir Jilani al-ghawts. Tarekat ini mendapat tempat
yang sangat penting dalam sejarah spiritualitas islam karena tidak
saja menjadi pelopor bagi oranisasi tarekat, tapi juga menjadi cikal
bakal bagi berbagai cabang tarekat di dunia islam. Organisasi ini
muncul beberapa decade setelah kematiannya. Sebenarnya, ajaran
yang dibawa oleh tarekat qadiriyah tidak ada penyelewengan,
namun karena telah tersebar luas, dan dicampur dengan kulturasi
budaya di setiap daerah, beberapa ajarannnya menjadi
menyimpang.
Aspek ajaran
pada dasarnya ajaran syekh Abd al-Qodir Jailani tidak ada
perbedaan dengan ajaran dasar pokok islam,terutama olongan
ahlusunnah wal jama’ah. Sebab syeikh Abd al-Qodir sangat
menghargai pendiri empa mahzab dan pemikiran asy’ariyah. Dia
sangat menekankan pada tauhid dan akhlak terpuji.
Ajaran al-Qodir sangat menekankan pada penyucian diri dari nafsu
dunia. Dia memberikan beberapa petunjuk yang diajarkan untuk
penyucian diri, yaitu dengan cara taubat, zuhud, tawakal, syukur,
ridha dan jujur.
 Taubat, artinya kembali kepada Allah dengan menguraikan
dosa terus-menerus dari hati dan kemudian melaksanakan
setiap hak tuhan.
 Zuhud, menurut al-Qodir, zuhud ada dua yaitu: zuhud
haqiqi {mengeluarkan dunia dari hatinya} dan mutazahid
shuwari/ zuhud lahir {mengeluarkan dunia dari

6
hadapannya}. Namun dalam hal ini tidak berarti zuhud
haqiqi menolak rezeki yang dating dari Allah, tetapi
mengambilnya, kemudian menggunakannya untuk ketaatan
kepada Allah.
 Tawakal, yang berarti berserah diri, merupakan salah satu
sifat mulia yang harus ada dalam diri ahli sufi. Hakikat
tawakal adalah menyerahkan segala urusan kepada Allah
dan membersihkan diri dari gelapnya pilihan, tunduk dan
patuh kepada hukum dan takdir. Dan hatinya akan selalu
senang terhadap pilihan tuhan.
 Syukur, hakikatnya adalah mengakui nikmat Allah karena
dialah pemilik karunia dan pemberian sehingga hati
mengakui bahwa segala nikmat berasal dari tuhannya dan
patuh menjalankan syari’atnya.
 Sabar, yang dibagi menjadi tiga macam. Pertama, sabar
kepada Allah, yaitu dengan cara menjalankan perintah
allah. Kedua, sabar bersama Allah, artinya bersabar dengan
ketetapan Allah meskipun dalam kesulitan. Ketiga, sabar
atas Allah, yaitu bersabar terhadap rezeki, dan apa yang
diberikan allah.
 Ridha, merupakan kebahagiaan hati dalam menerima
ketetapan atau takdir.
 Jujur, kejujuran adalah kedudukan yang paling tini dan
jalan yang paling lurus yang dengannya dapat dibedakan
orang munafik dan orang beriman.

Aspek praktis

Diantara praktek spiritual yang diadopsi oleh Qodiriyah adalah


zikir. Dalam pelaksanaanya dapat dilaksanakan denganberbagai
penekanan dan intensitas. Ada zikir yang dilakukan di satu, dua ,
tia, dan empat tempat. Zikir dengan satu gerakan dilakukan dengan

7
mengulang-ulang asma allah melalui tarikan nafas yang kuat dan
panjang, seakan diambil dari tempat yang paling tinggi, diikuti
denganpenekana dari jantung dan tenggorokan, kemudian
dihentikan sehingga nafas kembali normal. Gerakan ini dilakukan
dengan berulan-ulang secara konsisten dan waktu yang lama.

Zikir dengan dua gerakan dilakukan dengan duduk dalam posisi


sholat kemudian melatunkan asma Allah di dada sebelah kanan,
lalu di jantung yang kesemuanya dilakukan berulang-ulang dengan
insensitas tinggi dan diharapkan konsentrasi. Zikir tiga gerakan
dilakukan dengan duduk bersila dan mengulang pembacaan asma
allah di dada sebelah kanan, dada sebelah kiri, kemudian ke
jantung yang dilakukan dengan insensitas dan kecepatan yang lebih
tinggi dan lebih sering. Zikir empat gerakan sama dengan zikir tia
gerakan ditambah dengan penucapan di depan dada dan
penulangannya lebih sering.

Praktik zikir ini dapat dilakukan bersama-sama, dibaca dengan


suara keras atau perlahan, sambil duduk membentuk lingkaran
setelah shalat, pada waktu subuh, atau malam hari. Dilakukan
empat ribu kali sehari.

Selama penyebarannya, Qodiriyah banyak mengembangkan


banyak ritual wirid dan zikir, khususnya di daerah Turki, Mesir,
India, dan Afrika. Symbol-simbol terkadang diadopsi untuk
menggarisbawahi keutamaan khusus dalam tarekat ini di daerah
yang berbeda. Sebagaimana di turki bai siapa yang inin masuk
ajaran tarekat ini, harus mengenakan peci berlambang mawar hijau.
Dan masih banyak lagi ciri khusus di setiap daerah yang ada
penikut Qodiriyahnya.

Sebelum memasuki ajaran tarekat ini, seseoran harus melalui


beberapa tahapan atau fase, yaitu

8
1. Fase pertama, yang berisi pertemuan dengan sang mursyid,
kemudian penyampaian wasiat, pambai’atan, lalu didoakan
oleh sang mursyid.
2. Fase kedua, sang murid memulai perjalanan yang disertai
bimbingan sang mursyid, yang bisa memakan waktu
bertahun-tahun. Setelah murid dianggap telah mandiri, akan
diberikan ijazah dan ia dapat memulai ibadahnya sendiri
tanpa bantuan dari sang mursyid.

B. Tarekat Syadziliah
Secara lengkap nama pendirinya adalah ‘Ali bin Abdullah bin Abd
al Jabbar Abu Hasan al-Syadzili. Al- Syadzili memiliki pendirian
bahwailmu aama sangat penting, dan perlu dimiliki untuk menjaga
diri dari kesesatan dan sangat membantu untuk mendekatkan diri
dengan tuhan. Ia merupakan perisai, pelindung, dan
penjelasanyang gamblang atas pemikiran-pemikiran yang tak
sengaja yang bisa mengganggu jiwa, atau bisikan yang jahat. Para
tokoh syadziliah pada awalnya tidak hanya menaruh perhatian
terhadap pengajaran dan praktik tasawwuf, tapi juga terhadap
masalah-masalah akidah dan hukum islam. Hal ini karena al-
Syadzili sangat menekankan pentingnya penetahuan agam bagi
para pengikutnya. Mereka bermazhab sunni, sekalipun tasawwuf
tidak menaruh perhatian terhadap dogma-dogma teologis, mereka
lebih perhatian kepada ajaran As’ariyah dalam bidang ilmu kalam.
Diantara pemikiran Syadziliyah adalah:
 Tidak menanjurkan kepada muridnya meninggalkan profesi
dunia. Karena meninalkan dunia yang berlebihan akan
menghilangkan rasa syukur, dan berlebih-lebihan dalam
memanfaatkan harta dunia akan menjadikan kepada
kezaliman. Manusia sebaiknya menggunakan nikmat Allah
sesuai dengan petunjuk.

9
 Tidak mengabaikan dalam menjalankan syari’at islam.
Harus berlandaskan Al-Quran dan al-Sunnah, mengarah
kepada aksetisme, pelurusan dan penyucian jiwa,
pembinaan moral.
 Zuhud tidak berarti harus menjauhi dunia karena pada
dasarnya zuhud adalah mengosongkan hati selain daripada
tuhan
 Tidak ada larangan bagi kaum salik untuk menjadi
milieuner yang kaya raya asalkan hatinya tidak berantung
pada hartanya. Tetap mencari harta namun jangan sampai
melalaikannya, tidak bersedih berlebihan ketika harta pergi
dan tidak senang berlebihan ketika harta dating. Dan konon,
dengan konsepnya ini maka banyak dari kalangan
bangsawa yang mengikuti ajaran Syadziliyah.
 Berusaha merespons apa yang sedang mengancam
kehidupan umat, dan menjembatani bagi yang kekeringan
ajaran spiritual
 Tasawuf adalah latihan jiwa dalam rangka ibadah dan
menempatkan diri sesuai dengan ketentuan Allah.
 Ma’rifat adalah tujuan akhir tasawuf dan ahli tarekat. Yang
didapat dengan dua cara. Pertama, mawahib, atau
pemberian dari Tuhan. Yang kedua, makasib, atau
diperolah dengan kerja keras seperti puasa, zikir, dan
ibadah lainyya.

Ajaran Hizib {Doa dan Zikir}

Hizib atau zikir yang diajarkan tergantung dengan keadaan dan


ajaran para mursyid, diantara hizb tersebut adalah, hizb al-asyfa,
hizb al-kahfi, hizb al-autad, hizb al-bahr, hizb al-baladiyah, hizb
al-nashr, dan masih banyak lagi.

10
C. Tarekat Naqsyabandiyah

Pendiri tarekat Naqsyabandiyah adalah seorang pemuka tasawuf


terkenal yakni Muhammad bin Muhammad Baha’ al-Din al-Uwaisi
al-Bukhori al-Naqsyabandi. Ciri menonjol dari tarekat
Naqsyabandiyah adalah pertama, diikuti syari’atnya secara ketat,
keseriusan dalam beribadah sehingga menolak segala macam
musik dan tari dan lebih menyukai berdzikir dalam hati. Kedua,
upaya serius dalam memengaruhi kehidupan para penguasa.
Mereka berbeda dari ajaran tarekat lein yang mengisolasi diri
dalam menghadapi pemerintahan, mereka justru melancarkan
konfrontasi dengan berbagai kekuatan politik dalam mengubah
pandangan mereka.

Teknik dan ritual Naqsyabandiyah

Ajaran dasarnya adalah

 Husy dar dam, sadar sewaktu bernafas, merupakan suatu


latihan konsentrasi dimana seseorang harus menjaga diri
dari kekhilafan dan selalu ingat akan Allah.
 Nazhar bar qodam, menjaga langkah. Sebab berjalan
dengan melihat ke berbagai arah dapat melalaikan orang
dari mengingat Allah, maka dari itu jika berjalan harus
menunduk.
 Safar dar wathan, melakukan perjalanan di tanah kelahiran.
Maknyanya adalah melakukan perjalanan batin dengan
meninggalkan segala bentuk ketidaksempurnaannya
sebagai manusia dan sadar akan hakikatnya sebagai makluk
tuhan.
 Khalwat dar anjuman, sepi di tengah keramaian. Khalwat
atau bertapa dibagi menjadi dua. Pertama, khalwat lahir,
yaitu orang yang bersuluk mengasingkan diri ke sebuah
tempat tersisih dari masyarakat ramai. Kedua, khalwat

11
batin, yakni mata hati menyaksikan rahasia kebesaran Allah
dalam peraulan sesame makhluk.
 Yad krad, ingat atau menyebut. Ialah berdzikir terus
menerus meningat Allah. Zikir dapat dilakukan dengan
berjama’ah ataupun sendiri-sendiri, yang pentin Allah harus
bersemayam di hati.
 Baz ghast, kembali atau memperbarui. Hal ini dilakukan
untuk menghindari hal-hal menyimpang. Jadi setelah
melakukan sesuatu harus kembali ke niat awal yaitu Allah
 Niah dasyt, waspada. Yakni setiap murid harus menjaga
hati, pikiran, dan perasaan dari sesuatu walau sekejap
ketika melakukan zikir tauhid.
 Yad dasyt, mengingat kembali. Adalah tawajjuh
(menghadap diri) kepada allah yang maha esa tanpa
berkata-kata.

Terdapat tiga asas lainnya, yaitu:

 Wuquf zamani, memeriksa penggunaan waktu, yaitu orang


yang bersuluk senantiasa selalu mengamati dan
memperhatikan dengan teratur keadaan dirinya setiap dua
jam atau tiga jam sekali.
 Wuquf ‘adadi, memeriksa hitungan zikir, yakni dengan
penuh hati-hati memelihara bilangan ganjil pada zikir
nafitsbat, 3 atau 5 sampai 21 kali.
 Wuquf qalbi, menjaga hati tetap control. Kehadiran hati
serta kebenaran tiada tersisa, sehingga perhatian seseorang
secara sempurna sejalan denan zikir dan maknanya.

Zikir

Titik berat amalan penganut tarekat Naqsyabandiyah adalah zikir.


Tarekat Naqsyabandiyah mempunyai dua macam zikir. Yaitu Zikir
ism al-dzat, artinya meningat nama haqiqi dengan menyebutnya

12
berulang-ulang sambil memusatkan pikiran terhadap Allah.
Kemudian zikir tauhid, artinya mengingat keesaan Allah.

Selain dua zikir diatas, penikut tarekat ini, mengenal zikir lathaif,
yang lebih tingi tingkatannya. Pelakunya harus memusatkan
danmenaruh perhatian kepada Allah sampai merasa bergetar hati
dan raganya. Dalam praktiknya zikir ada dua model, yaitu zikir hati
dan zikir anggota.

Dalam berzikir harus menghadirkan guru ketika hendak berzikir


yan disebut Rabithah. Yang merupakan kelanjutan dari ajaran
Washilah. Washilah adalah mediasi melalui seorang pembimbing
atau mursyid sebagai suatu hal yang dibutuhkan untuk kemajuan
spiritual. Yang dilakukan dengan enam cara:

 Menghadirkannya di depan mata


 Membayangkannya di kiri, dan kanan dengan memusatkan
perhatian kepada rohaniah sampai terjadi sesuatu yang baik
 Menghayalkan rupa guru di tengah-tengah dahi
 Menghadirkan guru di tengah-tengah hati
 Menhayalkan rupa guru di tengah kening kemudian
menurunkannya ditengah hati
 Meniadakan dirinya dan menetapkan keberadaan guru

Kahtm Kwajakan

Artinya serangkaian wirid, ayat, dan do’a yang menutup setiap


dzikir berjamaah. Dibacakan ditempat yang tidak ada orang luar
dan pintu harus tertutup. Tidak ada seorangpun yang boleh ikut
serta tanpa izin syaikh dan harus dalam keadaan berwudhu.

 Anggota yang ahanya mengambil tarekat sesudah di baiat


menambilsumpah setia kepada mursyid, dharuskan
melaksanakan dzikir sebanyak 300 kali sehari maka ia
sudah terikat dengan aturan dan adab tarekat.

13
 Anggota yang mengambil tarekat dan melaksanakan suluk
selain tirikat dengan aturan aturan dan adab tarekat ia juga
harus melaksanakan suluk dan mengasingkan diri untuk
berdzikir selama 10, 20 sampai 40 hari.
D. Tarekat Tijaniyah
Didirikan oleh Syaikh Ahmad bin Muhammad al Tijani. Bentuk
amalan wirid Tarekat Tijaniyah terdiri dari dua jenis, yakni wirid
wajibah atau wirid-wirid yang wajib diamalkan oleh setiap murid
tijaniyah, tidak boleh tidak, dan menjadi ukuran sah tidaknya
seseorang menjadi murid tijaniyah. Yang kedua wirid ikhtiyariyah,
yakni wirid yang tidak mempunyai ketentuan wajib untuk
diamalkan, dan tidak menjadi ukuran syarat syah atau tidaknya
menjadi murid tijaniyah.
Bentuk wirid Tijaniyah dibagi menjadi tiga kelompok, atau tiga
jenis wirid pokok, yaitu:
 Wirid lazimah, harus dipraktikan dua kali sehari setiap paid
an sore hari dan dilakukan secara perseorangan, bacaannya
tidak boleh dikeraskan. Isi doa tergantung bagi yang
berdoa, namun biasanya disertai dengan wirid-wirid khusus
yang lazim digunakan orang Tijaniyah.
 Wirid wazhifah, juga dilakukan dua kali, yakni pada paid an
sore atau siang dan malam. Jika seorang murid tidak
mengerjakan wirid ini sekali, maka ia wajib membayar
qadha, demikian juga ia wajib qadha dalam wirid lazimah.
 Wirid hailalah, atau biasa disebut tahlil, yakni menyaksikan
tiada tuhan selain Allah. Biasanya dilakukan dengan
berjamaah pada waktu tertentu

Dalam tarekat Tijaniyah, terdapat beberapa macam teknik zikir: (1)


zikir khafi, yang berarti rinan atau pelan, yaitu zikir yang dilakukan
hanya dalam hati. (2) zikir jahr, yang berarti keras, yaitu zikir yang
dilakukan dengan cara keras dan (3) zikir iqtishadi, yaitu zikir yang
menucapkannya dengan sedang antara keras dan pelan, zikir ini

14
merupakan yang paling banyak digunakan, karena pada umumnya
mereka menjauhi berzikir degan begitu keras.

Tradisi berjamaah dalam Tarekat Tijaniyah dilakukan setiap hari


jum’at, khususnya untuk melakukan Hailalah, karena ketentuan
pelaksanaannya yaitu dengan berjamaah. tradisi demikian biasa
dilakukan oleh banyak murid yang dipimpin langsung oleh
gurunya atau yang disebut muqaddam. Muqaddam yang bertugas
mengisi pangajian ini adalah muqaddam di daerah tersebut atau
muqaddam daerah lain secara berigiliran. Hailalah biasa
dilaksanakan pada hari jumat setelah shalat ashar secara berjamaah.
Pengajian ini dilakukan rutin setengah bulan sekali atau pada
waktu-waktu tertentu.

Struktur kepemimpinan dalam tarekat ini berbeda dengan tarekat


lainnya, mereka menunjukkan adanya hubungan murid dengan
guru atau sesama murid. Bentuk kepemimpinan dalam Tijaniyah
dibagi menjadi dua. Pertama, hubungan vertikal, yaitu hubungan
dengan guru, atau guru dengan guru yang diatasnya. Kedua,
hubungan horizontal, yaitu hubungan antara maurid denan sesama
muridnya yang disebut ikhwan.

E. Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah


Ialah tarekat campuran antara tarekat Qadiriyah dan tarekat
Naqsabandiyah (TQN). Yang didirikan oleh Syaikh Ahmad Khatib
Sambas. Sambas merupakan nama sebuah kota di Pontianak,
Kalimantan Barat. Tarekat ini mengajakan dua ajaran zikir, yaitu
zikir yang dibaca keras yang diajarkan tarekat Qadiriyah dan zikir
yang dibaca dalam hati yan diajarkan tarekat Naqsabandiyah.
Ajaran TQN
Syaikh Sambas mengajarkan tentang tiga syarat yang harus
dipenuhi bagi orang yang ingin menuju jalan Allah, yaitu zikir
diam dalam mengingat Allah, merasa selalu diawasi Allah di dalam

15
hatinya dan pengabdian kepada syaikh, kemudian meditasi yang
terbagi menjadi dua puluh.
Zamakhsyari Dhofier menyebutkan di tahun tujuh puluhan terdapat
empat pusat utama ajaran TQN, yaitu di Jombang, Mranggen,
Tasikmalaya, dan Bogor. Namun selain ditempat-tempat tersebut,
banyak lagi penyebarannya di Indonesia, karena ajaran tarekat ini
didirikan oleh orang asli Indonesia.

1. Ajaran TQN di Jawa Tengah.


Berpusat di PP futuhiyyah Mranggen yang didirikan oleh Kiyai
‘Abd al-Rahman pada tahun 1905. Kemudian kepemimpina ajaran
tarekat ini di jawah tengah dipimpin oleh kiai Mushlih. Ia dijadikan
salah satu mursyid TQN, kemudian dijadikan pimpinan pondok
Futuhiyyah.

2. Ajaran TQN di Madura dan Rejoso


TQN di daerah ini berpusat di Pondok Pesantren Darul Ulum yang
dikenal sebagai pesantren bergengsi di Jawa Timur dan sebagai
tempat penyebaran ajaran tarekat di jawa. Pesantren ini didirikan
dari Kiai Tamin dari Madura. TQN diperkenalkan dari menantu
beliau yang menganut tarekat dari Mekkah. Penganut TQN banyak
yang berkecimpung di dunia politik. Para mursyidnya banyak yang
menjadi pimpinan partai di Indonesia, sebagaimana Kiai Musta’in
Romly yang menjadi pimpinan NU.
1. Ajaran TQN di Jawa Barat.
Ajaran ini dipimpin oleh dua orang anak beranak yang lebih
dikenal dengan nama Abah Sepuh, atau Abdullah Mubarok, dan
anaknya Abah Anom atau K.H.A. Shohibul Wafa’ Tajul Arifin.
Ajaran tarekat ini adalah pengajaran ilmu tasawuf. TQN di Jawa
Barat berpusat di bandung.

Setidaknya ada empat ajaran pokok dalam tarekat ini, yaitu tentang
kesempurnaan suluk, adab para murid, dzikir,

16
dan muraqabah. [2] Keempat ajaran inilah pembentuk citra diri
yang paling dominan dalam kehidupan para pengikut Tarekat
Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Ajaran-ajaran tersebut juga
membentuk identitas diri yang membedakan antara pengikut
tarekat dengan yang lain, khususnya ajaran-ajaran yang bersifat
teknis, seperti tata cara berdzikir, muraqabah dan bentuk-bentuk
upacara ritualnya. Keempat ajaran pokok tersebut memiliki tujuan
yang satu yaitu mencari kerelaan (ridla) Allah. Berikut ini adalah
penjelasan dari keempat ajaran tersebut.

1. Kesempurnaan Suluk

Ajaran yang sangat ditekankan dalam ajaran Tarekat Qadiriyah wa


Naqsyabandiyah (TQN) adalah suatu keyakinan bahwa
kesempurnaan suluk ( merambah jalan kesufian, dalam rangka
mendekatkan diri kepada Allah ), adalah harus berada dalam tiga
dimensi keislaman; yaitu; Islam, iman, dan ihsan. Akan tetapi
ketiga term tersebut biasanya dikemas dalam suatu istilah tasawuf
yang sangat populer dengan istilah syari’at, tarekat dan hakikat
2. Adab para murid
Kitab yang sangat populer di kalangan sunni, dan menjadi rujukan
bagi sebagian besar tarekat yang ada (termasuk Tarekat Qadiriyah
wa Naqsyabandiyah) adalah Tanwir al-Qulub fi Mu’ammalati
‘allam al-Ghuyub, karya Muhammad Amin al-Kurdi dan kitab al-
Anwar al-Qudsiyah, karya seorang sufi yang terkenal, Syekh Abd.
Wahhab al-Sya’rani, di samping kitab karya pendiri Tarekat
Qadiriyah sendiri (Syekh Abd. Qadir al-Jailani ), yang berjudul al-
Ghunyah li Thalibi Thariq al-Haq.
Di dalam ketiga kitab tersebut, diuraikan panjang lebar tentang
adab bagi para murid (orang-orang yang menghendaki “bertemu”
Tuhan). Secara garis besar, seorang murid (salik) ataupun ahli
tarekat, harus menjaga empat adab, yaitu adab kepada Allah,

17
kepada Syekh (mursyid dan guru), kepada ikhwan dan adab kepada
diri sendiri.
3. Dzikir
Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah (TQN) adalah termasuk
tarekat dzikir. Sebenarnya menurut para ahli tarekat, bahwa tarekat
sebagai sebuah metode untuk mendekatkan diri kepada Allah
adalah bentuk pengabdian yang khas bagi seseorang, maka ia bisa
bermacam-macam. Sedangkan jenis dan bentuknya sesuai dengan
keahlian dan kecenderungan masing-masing orang. Hanya saja
yang dituntut dalam memegangi suatu tarekat (jenis amalan dan
pengabdian yang khas bagi seseorang) harus bersifat istiqamah,
karena hanya dengan istiqamah seseorang akan mendapat hasil dan
karunia Allah secara memuaskan.
4. Muraqabah
Secara lughawi, muraqabah berarti mengamat-amati atau
menantikan sesuatu dengan penuh perhatian. Tetapi dalam istilah
tasawuf term ini mempunyai arti : kesadaran seorang hamba yang
terus menerus atas pengawasan Tuhan terhadap semua keadaannya.
Term ini tampaknya lebih dekat pengertiannya dengan istilah
kontemplasi.
Muraqabah memiliki perbedaan dengan dzikir terutama pada
obyek pemusatan kesadaran (konsentrasinya). Kalau
dzikir memiliki obyek perhatian pada simbul yang berupa kata atau
kalimat, sedangkan muraqabah menjaga kesadaran atas makna,
sifat qudrat, dan iradat Allah. Demikian juga media yang
dipergunakan juga memiliki perbedaan, dzikir menggunakan lidah
(baik lidah fisik maupun lidah batin), sedangkan muraqabah
menggunakan kesadaran murni yang berupa imajinaasi dan daya
khayali.

Sementara tarekat-tarekat lainnya yang berkembang di dunia Islam beberapa


diantaranya adalah :

18
1. Tarekat Chisytiyah (India) : Khwajah Mu’in al-Din
Hasan
2. Tarekat Maulawiyah (Turki) : Muhammad Jalal al-Din
Rumi
3. Tarekat Ni’matullahi (Persia) : Ni’mat Allah Wali
4. Tarekat Sanusiyah (Afrika Utara) : Muhammad Ali al-Sanusi

B. Konsep Tarekat Kebatinan

Aliran kebatinan di Jawa mempunyai empat ajaran yang diambil dari


Hinduisme dan Buddhisme, keempat ajaran tersebut adalah :

1. Metafisika : Ajaran tentang Sangkan Paraning Dumadi, asal


penciptaan
2. Mistika : Ajaran tentang Manunggaling Kawula Gusti,
menyatunya hamba dengan Tuhan
3. Etika : Ajaran tentang patut dan tidak patut
4. Okultisme : Ajaran tentang ilmu jaya kawijayan, kasekten, dan
berkaitan dengan pergaulan sesama manusia

Sementara di dalam tarekat ada 4 tahapan untuk mencapai tujuan, yaitu:

1. Syari’at : mempelajari hukum


2. Tarekat : menempuh cara-cara tertentu
3. Ma’rifat : mengetahui ketuhanan
4. Hakikat : kebenaran yang tertinggi

C. Kedudukan Mursyid

Mursyid ialah seorang laki-laki yang memimpin tarekat dan persulukan di


daerah-daerah tertentu.5 Di sebuah daerah tidak boleh ada lebih dari seorang
Mursyid. Tugas Mursyid identik dengan pembimbingan.

5
Fuad, Said, Hakikat Tarikat Naqsyabandiah, (Jakarta : Pustaka Alhusna Baru), 2003, hlm 95

19
Namun selain mengajar, membimbing, dan mendidik murid-murid dalam
mengamalkan ajaran tarekat, Mursyid juga harus membimbing mereka agar selalu
mengingat Allah dan mempunyai akhlak yang mulia.

D. Tanggungjawab Mursyid
Setiap mursyid memiliki keluhuran, cita rasa, dan cahaya tersendiri.
Dimana dia akan melimpahkan cahaya kepada muridnya sesuai kadar kesiapan
ruhani sang murid. Mursyid akan mulai membimbingnya dengan penuh perhatian
dan perlahan lahan di tuntunnya para murid untuk pembersihan jiwa dengan
diawali tobat, istigfar dengan konsisten untuk menunaikan kewajiban agama.
Dibawanya simurid kealam mujahadah (alam ruhani) agar penyakit-
penyakit hati terbersihkan, jika si murid masih ada kecintaan di hatinya pada
dunia, maka ia akan dituntun kepada zuhud, puasa, dan bangun malam,
menghadapkan hatinya kepada Allah.
Jika muridnya berlumuran dengan nafsu, kekuasaan, dan kehormatan,
maka sang murid akan dituntun oleh sang Mursyid untuk mengasingkan diri
(uzlah), dan (khalwat).
Jika simurid ternyata orang bodoh dan kurang tata krama, maka ia akan
dituntun kejalan ilmu tata krama, akhlak mulia, lapang dada, dan sabar.Iini semata
mata jalan untuk penghambaan (lillah - billah) agar sang murid semakin mencintai
Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam .
Akhirnya menjadikan ruhani mereka terkait dengan baginda Nabi dan
selalu merasakan kehadirannya, demikian tanggung jawab seorang mursyid
terhadap murid muridnya.6

E. Adab Pengikut

Terdapat beberapa adab pengikut atau murid yang harus ditaati, yaitu :

1. Adab murid kepada Syekh

6
https://plus.google.com/106458078698907478687/posts/43dd8HXY94e Sabtu,
12/01/2019 10:15 WIB

20
 Murid harus menghormati Syekhnya, lahir dan batin. Dia
harus yakin bahwa maksudnya tidak akan tercapai
melainkan di tangan Syekh. Apabila pandangannya
cenderung pada Syekh lain, niscaya tertutuplah limpahan
Syekh kepadanya dan dia tidak akan memperoleh sesuatu
daripadanya
 Menyerahkan diri, tunduk dan rela kepada Syekh,
berkhidmat kepadanya dengan harta dan tenaga, karena
kemauan dan kecintaan tidak akan menjadi kenyataan
melainkan dengan jalan pengkhidmatan itu
 Jangan menentang atau menyangkal sesuatu yang
diperbuatnya dan jangan menanyakan kenapa berbuat
demikian. Sebab seseorang yang mengatakan kepada
Syekhnya “kenapa” atau “apa sebab” tidak akan beruntung
selama-lamanya. Kadang-kadang terbit dari Syekh itu rupa
dan bentuk yang tercela pada lahirnya, tetapi terpuji pada
hakikatnya, sebagaimana Nabi Khaidir as dan Nabi Musa as
 Jangan bermaksud dengan berkumpul bersama Syekh untuk
memperoleh sesuatu selain taqarrub kepada Allah
 Menanggalkan ikhtiar diri dan menyatukannya ke dalam
ikhtiar Syekh dalam segala urusan, baik ibadat maupun adat
keiasaan. Salah satu tanda murid yang benar, apabila Syekh
mengatakan kepadanya : “Masuklah ke dalam api yang
menyala itu”, ia akan memasukinya
 Jangan mencari-cari kesalahan Syekh, karena mungkin dia
menjadi binasa karenanya seperti yang telah banyak terjadi.
Dia harus berprasangka baik terhadap segala hal
 Tidak boleh memberi isyarat sebagai pernyataan pendapat
apabila diikutsertakan dalam permusyawaratan. Ia harus
menyerahkan bahwa Syekh lebih tahu daripadanya, dan
dibawa bermusyawarah bukanlah untuk meminta
pendapatnya, tetapi hanya menunjukkan kesayangannya

21
belaka, kecuali jika ada tanda-tanda memang Syekh
memintanya
 Tidak boleh duduk di sebelah tempat duduk yang
disediakan untuk Syekh dan jangan mendesak-desak
sesuatu kepadanya. Jangan mengadakan perjalanan,
pernikahan, dan jangan melakukan suatu pekerjaan tanpa
izinnya
2. Adab murid kepada dirinya
 Meninggalkan pergaulan dengan orang-orang jahat dan
senantiasa bergaul dengan orang-orang baik
 Jangan tidur dalam keadaan belum mandi wajib, dan
hendaklah senantiasa dalam keadaan suci
 Mengurangi tidur, terutama waktu sahur, karena saat itu
adalah waktu maqbul do’a
 Senantiasa memakan yang halal
 Menjaga lidah dari ucapan yang sia-sia dan menjaga hati
dari semua lintasan karena barangsiapa yang menjaga
lidahnya dan tetap hatinya, niscaya akan tersingkaplah
kepadanya rahasia kebesaran Allah
 Meninggalkan pembahasan tentang keadaan orang dan
meninggalkan berbantah-bantahan dengan mereka
 Meninggalkan tertawa terbahak-bahak karena dapat
mematikan hati
3. Adab murid kepada teman
 Menyayangi teman-teman dengan menghormati orang-
orang tua dan menyayangi anak-anak
 Menasihatinya dengan lemah lembut apabila anda melihat
kesalahannya
 Mempunyai sangka baik terhadap mereka
 Mendamaikan sengketa yang terjadi diantara sahabat-
sahabatmu. Jangan berpihak kepada salah seorang diantara

22
mereka. Tetapi damaikanlah dengan cara yang baik dan
lemah lembut
 Melapangkan tempat duduknya dalam majlis
 Hendaklah jujur dan benar dalam pergaulan dengan mereka,
jangan lupa mendo’akan mereka supaya merka mendapat
ampunan

KESIMPULAN

Maka dari uaraian-uraian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa


kebatinan adalah aliran yang merupakan akulturasi antara Islam dengan
kebudayaan Hindu Buddha di Jawa, sedangkan tarekat adalah gerakan yang
mengacu pada tasawuf atau sufisme dalam Islam dan berasal dari luar Indonesia.

Pergumulan Islam (Tarekat) dengan mistik Jawa (Kebatinan) nampak


terlihat jelas dari perkembangan sikap hidup keagamaan orang Jawa. Munculnya
aliran-aliran kebatinan merupakan wujud dari pengolahan Jawa atas mistik Islam.
Ajaran Islam yang memperkenalkan konsep tentang ke-Tuhan-an melalui ajaran
tasawufnya telah diadopsi ke dalam berbagai aspek kehidupan orang Jawa.
Banyak masyarakat Islam yang keliru dalam mengartikan apa itu aliran
kebatinan, hal itu terutama disebabkan oleh karena mereka itu tidak mengenal
Hakikat Kebatinan dan kurang sekali mengetahui Sejarah Jawa. Orang-orang
Kebatinan yang dulu maupun yang sekarang sama sekali tidak berpegang teguh
kepada wejangan-wejangan Walisongo. Kebatinan adalah produk asli dari
masyarakat pribumi Jawa. Buku-buku yang berisi wejangan-wejangan Walisongo,
yang antara lain telah didisertasikan oleh Prof. Schrieke dengan judul; Het van
Bonang itu adalah justru akal bulus dari Dinasti Demak untuk
mentransformasikan ajaran-ajaran Kebatinan kedalam faham Islam.
Bermunculannya aliran-aliran Kebatinan itu adalah dan memanglah
kenyataan sosial-kulturil, yang telah berproses mengikuti hukum sejarah
kebudayaan dan tidak mungkin dapat dibendung. Tarekat dan Kebatinan
mempercayai adanya Sang Pencipta. Dalam Tarekat mereka menyebutkan Allah
sedangkan Kebatinan hanya menyebutkan Tuhan. Persimpangan yang lain adalah
dalam Tarekat apabila ada seseorang yang masuk mengikuti ajaran Tarekat

23
tersebut maka harus di baiat terlebih dahulu. Berbeda dengan Kebatinan yang tak
perlu adanya pembaiatan tersebut.
Orang-orang yang mengikuti ajaran Tarekat sangat berpegang teguh
kepada Syari’at serta Al-Qur’an dan Sunnah, sedangkan Kebatinan lebih
menekankan renungan hati. Akan tetapi terlepas dari semua pendapat yang ada
dimasyarakat tentang Tarekat dan Kebatinan intinya kedua ajaran tersebut sama-
sama mengajarkan moral atau akhlaq yang baik kepada setiap pengikutnya. Serta
sama-sama mengakui adanya Tuhan.

Kekeliruan penafsiran tersebut diataslah yang menyebabkan terjadinya


penyimpangan-penyimpangan pada aliran-aliran tersebut, sehingga menjadikan
sebagian besar aliran kepercayaan dianggap sesat dan bersifat negatif, meskipun
tidak semuanya seperti itu.

24
DAFTAR PUSTAKA

 Mulyati, Sri, Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Muktabarah di


Indonesia, (Jakarta : Kencana Prenada Media), 2011
 Damami, Muhammad, Makna Agama dalam Masyarakat Jawa,
(Yogyakarta : LESFI), 2002
 Amin, Darori, Islam dan Kebudayaan Jawa, (Semarang : Gama Media)
 Said, Fuad, Hakikat Tarekat Naqsyabandiah, (Jakarta : Pustaka Alhusna
Baru), 2003
 Abimanyu, Petir, Buku Pintar Aliran Kebatinan dan Ajarannya,
(Yogyakarta : Laksana), 2014
 Sofwan, Ridin, Menguak Seluk Beluk Aliran Kebatinan,(Semarang :
Aneka Ilmu)
 Hadikusuma, Hilman, Antropologi Agama, (Bandung : Citra Aditya
Bakti), 1993
 https://plus.google.com/106458078698907478687/posts/43dd8HXY94e
 https://www.scribd.com/doc/297871196/SEJARAH-DAN-
PERKEMBANGAN-TAREKAT

25

Anda mungkin juga menyukai