Makalah
Disusun oleh :
TAHUN 2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadist merupakan sumber hukum islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Dengan
demikian hadist menjadi penjelas dari apa-apa yang terkandung dalam Al-Qur’an.
Hadist sumber hukum islam selain Al-Qur’an ini wajib diikuti baik dalam bentuk
perintah maupun larangan. Karena itu, sangat penting dan mendasar mengetahui
pembagian hadist yaitu Hadist Qudsi dan Hadist Nabawi
Kata “hadis” yang kini sudah populer dalam bahasa Indonesia diambil dari
Bahasa Arab. Hadist memiliki arti “baru” atau “sesuatu yang baru” (jadid). Lawan dari
kata hadist adalah qadim, yang berarti “lama atau yang telah ada”. Dilihat dari
sumbernya hadist dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu Hadist Qudsi dan Hadist
Nabawi. Hadist Qudsi yang disebut juga dengan hadist ilahi atau hadist rabbani adalah
suatu hadist yang bersifat firman Allah SWT, yang disampaikan kepada Nabi SAW
kemudian Nabi menerangkan dengan menggunakan kata-kata sendiri serta
menyandarkannya kepada Allah SWT. Sedangkan Hadist Nabawi (Nabi) yaitu hadist
yang lafal maupun maknanya berasal dari Nabi Muhammad SAW sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian dari Hadist Qudsi dan Hadist Nabawi?
2. Bagaimana persamaan dan perbedaan serta karakteristik Hadist Qudsi dan Hadist
Nabawi?
3. Bagaimana contoh dari Hadist Qauliyah, Fi’liyah, dan Taqririyah?
4. Bagaimana contoh Hadist Qudsi dan Hadist Nabawi ?
C. TUJUAN
1. Pembaca mampu memahami pengertian dari Hadist Qudsi dan Hadist Nabawi.
2. Pembaca mampu memahami persamaan dan perbedaan serta karakteristik Hadist
Qudsi dan Hadist Nabawi.
3. Pembaca mengetahui contoh dari Hadist Qauliyah, Fi’liyah, dan Taqririyah.
4. Pembaca mengetahui Hadist Qudsi dan Hadist Nabawi.
BAB II
PEMBAHASAN
مايخبرهللا تعالى به النبي صلى هللا عليه وسلم باإللهام أو بالمنام فأخبرالنبي من
ذالك المعنى بعبارة نفسه
Artinya : ”sesuatu yang diberitakan allah swt. Kepada nabi saw. Dengan ilham atau
mimpi, kemudian nabi menyampaikan berita itu dengan unkapan-ungkapan sendiri.”[1]
كل حديث يضيف فيه رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قوالإلى هللا عزوجل
Artinya : ”segala hadits rasul saw. Yang berupa ucapan, yang disandarkan kepada allah
‘azza wa jalla”
1 M. Agus Solahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis ( Bandung: Pustaka Setia, 2008), hal. 25.
2 Ibid., hal. 25.
menyandarkannya kepada Allah. Dengan kata lain, hadits qudsi ialah hadits yang
disampaikan kepada kita dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sanad dari beliau
sendiri kepada Rabb Azza wa Jalla. adalah segala sesuatu yang diberitakan Allah swt.
Kepada nabi saw. Selain al-quran yang redaksinya disusun oleh nabi saw.
Disebut hadits karena redaksinya disusun sendiri oleh nabi saw. Dan
disebut qudsi karena hadits ini suci dan bersih (ath-thaharah wa at-tanzih) dan
datangnya dari dzat yang mahasuci. Hadits qudsi ini juga sering disebut dengan
hadits ilahiyah atau hadits rabbaniah. Disebut ilahi atau rabbani karena hadits ini
datang dari allah raab al-‘alamin.[3]
Dengan menggunakan salah satu dari dua lafadz periwayatan sebagai berikut;
a. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan mengenai apa yang
diriwayatkannya dari Rabbnya.
b. Atau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan; “Allah Ta’ala telah
berfirman” atau “Berfirman Allah Ta’ala.”
4 Abdul Fatah Idris, “Memahami Kembali Pemaknaan Hadist Qudsi”, Jurnal Internasional Ihya’ ‘Ulum Al-Din
Vol. 18 No. 2, 2016, hal. 14.
5 Smeer Zeid, Ulumul Hadist Pengantar Studi Hadist Praktis (Malang:UIN Malang Press, 2008), hal. 65.
2. PERBEDAAN HADIST QUDSI DAN NABAWI
HADIST QUDSI HADIST NABAWI
Makna dari Allah, namun lafal dari Nabi Makna dari pemahaman Nabi terhadap
sendiri Firman Allah, kata dan lafadznya dari Nabi
sendiri
Diriwayatkan dengan disandarkan Kpd Dinisbahkan kepada Rasulullah
Allah
Hadits qudsi adalah firman atau perkataan Allah SWT, namun jenis firman Allah
SWT yang tidak termasuk Al-Quran. Hadits qudsi tetap sebuah hadits, hanya saja Nabi
Muhammad SAW menyandarkan hadits qudsi kepada Allah SWT. Maksudnya,
perkataan Allah SWT itu diriwayatkan oleh Nabi Muhammad SAW dengan redaksi dari
diri beliau sendiri. Bila seseorang meriwayatkan hadis qudsi, maka dia meriwayatkannya
dari Rasulullah SAW dengan disandarkan kepada Allah.
Sedangkan hadits nabawi adalah segala yang disandarkan kepada nabi Muhammad
SAW, baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.[6]
3. KARAKTERISTIK HADIST QUDSI DAN HADIST NABAWI
Ciri pada hadis Qudsi, biasanya menggunakan kalimat-kalimat seperti:
Rasulullah saw, menyampaikan sabdanya dengan cara menyandarkan kepada Tuhan atau
“mengatasnamakan Tuhan”. Misalnya:
Firman Tuhan yang diriwayatkan oleh Rasulullah dengan tidak langsung. Misalnya:
6 Mahmud saf-Syafrowi, Indeks Lengkap Ayat-ayat al-Qur’an (Yogyakarta: Mutiara Media, 2011), hal. 192-193.
Hadis Qudsi sering diawali dengan perkataan • مدا اي نبا، مداايatau اي ينب مدا
Misalnya:
[7]
Sedangkan Hadist Nabawi adalah segala yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, maupun ketetapan. Yang berupa
perkataan seperti sabda Nabi SAW :
“Sesungguhnya sahnya amal itu disertai dengan niat. Dan setiap orang bergantung pada
niatnya.”
Sedangkan yang berupa perbuatan ialah seperti ajarannya pada sahabat mengenai
bagaimana caranya mengerjakan shalat kemudian ia mengatakan :
“Shalatlah seperti kamu melihatku shalat.”
Sedangkan yang berupa persetujuan ialah seperti beliau menyetujui perkara yang
dilakukan salah seorang sahabat, baik perkataan ataupun perbuatan, baik diakukan
dihadapan beliau atau tidak, tetapi beritanya sampai kepadanya. Misalnya mengenai
makan biawak yang dihidangkan padanya dimana beliau dalam sebuah riwayat telah
mendiamkannya yang berarti menunjukkan bahwa daging biawak itu tidak haram
dimakan.
صلَي هللاُ َعلَ ْي ِه َ ِس ْو ُل هللاُ قَا َل َر:ي هللاُ َع ْنهُ قَا َلَ ضِ َع ْن ا َ ِبى ُه َري َْرة َ َر
ُ ع َوة ْ َدَع َْوة ُ ْال,ِت ُم ْست َ ََجبَاِت الَشَك فِ ْي ِهن
ُ َمظلُ ْو ِم َوَد ُ َ َثَال:سل َم
ِ ُث َدَ َع َوا َ َو
)ع َوة ُ ا َ ْل َولَ ِد َعلَى َو ِل ِد ِه (رواه الترمدى َ ْال ُم
ُ َسافِ ِر َوَد
7 Abdul Fatah Idris, “Memahami Kembali Pemaknaan Hadist Qudsi”, Jurnal Internasional Ihya’ ‘Ulum Al-Din
Vol. 18 No. 2, 2016, hal. 147-148.
Abu Hurairah r.a berkata, bahwa Rasullullah SAW bersabda, “Ada tiga do’a yang
mustajab dan tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang teraniaya, doa orang
berpergian, dan kedua orang tua kepada anaknya” (H.R. Tirmidzi)
2. Hadis Fi’liyah
Yang dimaksud dengan hadist fi’liyah yaitu segala yang disandarkan kepada
Nabi SAW berupa perbuatannya yang sampai kepada kita.
3. Hadist Taqririyah
Yang dimaksud dengan hadist taqririyah yaitu hadist yang berupa ketetapan
Nabi SAW terhadap apa yang datang atau yang dilakukan oleh para sahabat Nabi
SAW membiarkan atau mendiamkan suatu perbuatan yang dilakukan oleh para
sahabatnya, tanpa memberikan penegasan, apakah beliau membenarkan atau
mempersalahkannya. Sikap Nabi yang demikian itu dijadikan dasar oleh para sahabat
sebagai dalil taqriri yang dapat dijadikan hujjahatau mempunyai kekuatan hukum
untuk menetapkan suatu kepastian syara’.
Diantara contoh hadist taqriri,ialah sikap rasulullah membiarkan para sahabat
dalam memberikan penafsiran sabdanya tentang salat pada suatu peperangan, yang
berbunyi:
Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah pernah ditanya tentang apa yang banyak
memasukkan manusia ke surga, maka Rasulullah berkata : " Bertakwa kepada Allah dan akhlak
yang baik". Dan beliau juga pernah ditanya tentang apa yang banyak memasukan manusia ke
neraka, maka beliau berkata : " mulut dan kemaluan ".
(Jami' At- Tirmidzi, hadits no. 2004, dan Sunan ibnu Majah, hadits no. 4246)
Dari Ali bin Abi Thalib , ia berkata :Sesungguhnya Nabi Allah telah mengambil sutra lalu
meletakannya di sebelah kanannya, dan mengambil emas lalu meletakannya di sebelah kirinya,
kemudian bersabda : " Sesungguhnya dua benda ini haram bagi kaum laki-laki dari umatku".
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan beberapa hal yakni :
1. Hadits Qudsi adalah hadits yang berisi firman Allah yang disampaikan kepada
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
menerangkannya dengan menyandarkannya kepada Allah.
2. Hadis Nabawi adalah semua hadist yang disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW baik perkataan (qauli), perbuatan (fi’li), maupun ketetapan (taqrir) beliau.
3. Yang dimaksud dengan hadist Qauli, ialah segala bentuk perkataan atau ucapan
yang disandarkan kepada Nabi SAW.
4. Yang dimaksud dengan hadist fi’liyah yaitu segala yang disandarkan kepada
Nabi SAW berupa perbuatannya yang sampai kepada kita.
5. Yang dimaksud dengan hadist taqririyah yaitu hadist yang berupa ketetapan
Nabi SAW.
B. Saran
Penulisan makalah ini penulis sadari masih memiliki banyak kekurangan baik
dalam hal penulisan maupun materi yang disampaikan. Umtuk itu penulis mengharap
saran untuk memberi koreksi kepada penulis agar lebih baik kedepannya.
Daftar Pustaka
Hamadah,Abas Mutawali.1965.al-Sunnah al-Nabawiyah wamakatukha fi al tasyri’.Kairo:Dar
al-kaumiyah li-altab’ah wa-alnasyi’