“STUDI HADITS”
Dosen pengampu:
Penulis:
Muhamad Faizul M
Kelas:PAI 1A
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu,
disampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca agar dapat memperbaiki
makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan dan manfaat................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian hadits qudsi..........................................................................3
B. Persamaan dan perbedaan hadits qudsi dengan hadits nabawi..............4
C. Perbedaan Al-Qur’an dengan hadits qudsi............................................5
D. Contoh contoh hadits qudsi...................................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................8
B. Saran......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini kajian tentang hadits sudah menjadi suatu disiplin ilmu
tersendiri, dan memiliki sub kajian yang sangat luas. Ada berbagai cabang
kajian dalam hadits, mulai dari kajian sejarah, kualitas dan kesahihan,
klasifikasi dan periwayatannya, dan sebagainya.
1
A. Hamid, (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Kencana. Hal. 20
iv
Hadits Mauquf dan jika datangnya dari Tabi’in disebut Hadits Maqthu.
Sumber utama di atas tidak dapat menentukan kesahihan suatu Hadits
sekalipun datangnya dari Allah atau Nabi. Karena tinjauan kualitas shahih,
hasan dan dha’if tidak hanya dilihat dari segi sumber berita akan tetapi
lebih dilihat dari sifat-sifat para pembawa berita2. Pada makalah ini,
penulis akan memfokuskan pembahasaan pada Hadits Qudsi saja
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hadits qudsi?
2. Apa persamaan dan perbedaan hadits qudsi dengan hadits Nabawi?
3. apa perbedaan Al-Qur’an dengan hadits qudsi?
4. Bagaimanakah contoh contoh hadits qudsi?
2
A. Hamid, (2017). Globalisasi dan Tantangan Dakwah. Kordinat: Jurnal Komunikasi
antar Perguruan Tinggi Agama Islam, 16(1), 15-30
v
BAB II
PEMBAHASAN
Hadits qudsi disebut juga dengan istilah hadits Ilahi atau hadits
Rabbani. Secara bahasa hadits Qudsi merupakan penisbatan kepada kata
Quds yang berarti suci, yaitu hadits yang dinisbatkan kepada dzat yang
suci. Sedangkan secara istilah, pengertian hadits qudsi terdapat dua
macam, yaitu;
3
A. Hamid, (2017). Syiah Anatara Paradigma dan Problematika Masyarakat Madani.
Al-Risalah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, 8(2), 59-85
vi
1) Ada redaksi hadist qala-yaqulu allahu
َُاب َو ِم ْثلَه ُ ِصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأنَّهُ قَا َل َأاَل ِإنِّي ُأوت
َ يت ْال ِكت َ ع َْن ْال ِم ْقد َِام ْب ِن َم ْع ِدي َك ِر
َ ِ ب ع َْن َرسُو ِل هَّللا
َُم َعه
Artinya: "Dari Miqdam bin Ma'di Kariba, dari Rasulullah Saw, beliau
bersabda: Ingatlah!. Sesungguhnya aku diberi al-Kitab (al-Qur'an) dan
semisal bersamanya (as-Sunnah)." (H.R. Abu Dawud dan Ahmad).
vii
Perbedaan antara hadist qudsi dan hadist nabawi dapat dilihat dari
segi penisbatan, yaitu hadist nabawi dinisbatkan kepada
Rasulullah shalallahu 'alahi wasallam dan diriwayatkan dari beliau
sehingga dinamakan hadist nabawi. Sedangkan hadis qudsi dinisbatkan
kepada Allah Swt, sedangkan Rasulullah shalallahu 'alahi
wasallam menceritakan dan meriwayatkan dari Allah Swt. Oleh karena itu,
ia dibatasi dengan sebutan al-quds' atau al-ilah sehingga disebut hadist
qudsi atau hadist ilahi, yakni penisbatan kepada Dzat yang maha tinggi.
Jika dalam suatu hadist terdapat kata-kata seperti ini,
viii
berfirman, …”. Dan terkarang dalam bentuk penyandaran kepada
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, ketika
disebutkan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, dari
yang ia riwayatkan dari Rabb-nya ‘Azza Wa Jalla…”
3. Al-Qur’an seluruhnya dinukil secara mutawatir (periwayatan dari rawi
yang banyak hingga bernilai keyakinan). Sehingga ia
memiliki qath’iyyatuts tsubut (validitas yang pasti). Adapun hadits
qudsi pada umumnya merupakan khabar ahad, yang ia
memiliki zhanniyatuts tsubut (validitas yang tingkat keyakinannya
berupa sangkaan kuat). Dan hadits qudsi itu terkadang shahih,
terkadang hasan, dan terkadang lemah.
4. Al-Qur’an itu makna dan lafalnya dari Allah. Dan ia adalah wahyu
Allah baik dalam lafal dan maknanya. Sedangkan hadits qudsi
maknanya dari Allah dan lafalnya dari Rasulullah shallallahu’alaihi
wa sallam menurut pendapat yang shahih. Dan ia adalah wahyu secara
maknanya, bukan lafalnya. Oleh karena itu boleh meriwayatkan hadits
qudsi secara makna menurut jumhur ulama ahli hadits.
”Bagaimana menurut kalian jika ada sungai didekat rumah salah seorang
dari kalian lalu ia mandi dengannya lima kali dalam sehari, apakah masih
tersisa daki dibadannya?” para sahabat menjawab: “tidak tersisa
dakinya sedikitpun” Nabi melanjutkan: “seperti itulah sha;at lima waktu
yang Allah menghapuskan dosa-dosanya dengannya.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
ix
يَ‹‹ا ِعبَ‹‹ا ِديْ ! ُكلُّ ُك ْم َج‹ اِئ ٌع ِإالَّ َم ْن.ـي َأ ْه ِد ُك ْم َ يَا ِعبَا ِديْ ! ُكلُّ ُك ْم.تَظَالَـ ُموْ ا
ْ ِضا ٌّل ِإالَّ َم ْن هَ َد ْيتُهُ ؛ فَا ْستَ ْه ُدوْ ن
يَ‹‹ا.ـي َأ ْك ُس‹ ُك ْم
ْ ِ‹ار ِإالَّ َم ْن َك َس‹وْ تُهُ ؛ فَا ْستَ ْكسُوْ نٍ ‹ يَ‹‹ا ِعبَ‹‹ا ِديْ ! ُكلُّ ُك ْم َع.ط ِع ْم ُك ْم ْ ـي ُأ ْ ط َع ْمتُهُ ؛ فَا ْست
ْ َِط ِع ُموْ ن ْ َأ
يَ‹‹ا.ـي َأ ْغفِ‹‹رْ لَ ُك ْم ْ ِب َجـ ِم ْيعًا ؛ فَا ْستَ ْغفِرُوْ ن َ ْ َوَأنَ‹‹ا َأ ْغفِ‹ ُر ال‹ ُّذنُو، ‹ار ِ ‹َـخ ِطُئوْ نَ بِاللَّ ْي ِل َوالنَّه
ْ ُِعبَا ِديْ ! ِإنَّ ُك ْم ت
يَ‹‹ا ِعبَ‹‹ا ِديْ ! لَ‹‹وْ َأ َّن َأ َّولَ ُك ْم.ـيْ ِ َولَ ْن تَ ْبلُ ُغوْ ا نَ ْف ِع ْي فَتَ ْنفَعُوْ ن، ـي ْ ِضرِّيْ فَتَضُرُّ وْ ن ُ ِعبَا ِديْ ! ِإنَّ ُك ْم لَ ْن تَ ْبلُ ُغوْ ا
يَ‹ا.ـي ُم ْل ِك ْي َش‹ ْيًئا ْ ُِ‹ل َوا ِح‹ ٍد ِم ْن ُك ْم ؛ َم‹‹ا زَ ا َد َذلِ‹كَ ف ٍ ب َرج ِ َوآ ِخ َر ُك ْم َوِإ ْن َس ُك ْم َو ِجنَّ ُك ْم َكانُوْ ا َعلَـى َأ ْتقَى قَ ْل
َص َذلِكَ َب َر ُج ٍل َوا ِح ٍد ِم ْن ُك ْم ؛ َما نَق ِ آخ َر ُك ْم َوِإ ْن َس ُك ْم َو ِجنَّ ُك ْم َكانُوْ ا َعلَـى َأ ْف َج ِر قَ ْل ِ ِعبَا ِديْ ! لَوْ َأ َّن َأ َّولَ ُك ْم َو
ْ ِص‹ ِع ْي ٍد َوا ِح‹ ٍد فَ َسَألُوْ ن
ـي ْ ِ يَا ِعبَا ِديْ ! لَوْ َأ َّن َأ َّولَ ُك ْم َوآ ِخ َر ُك ْم َوِإ ْن َس‹ ُك ْم َو ِجنَّ ُك ْم قَ‹ا ُموْ ا ف.ِم ْن ُم ْل ِك ْي َش ْيًئا
َ ـي
يَ‹‹ا.ص َذلِكَ ِمـ َّمـا ِع ْن ِديْ ِإالَّ َك َمـا يَ ْنقُصُ ْالـ ِم ْخيَطُ ِإ َذا ُأ ْد ِخ‹ َل ْالبَحْ‹ َر َ َاح ٍد َم ْسَألَـتَهُ ؛ َما نَقِ ْت ُك َّل َو ُ فََأ ْعطَي
َو َم ْن، َ فَ َم ْن َو َج‹ َد خَ ْي‹رًا ؛ فَ ْليَحْ َم‹ ِد هللا، ثُ َّم ُأ َوفِّ ْي ُك ْم ِإيَّاهَ‹‹ا، ص‹ ْيهَا لَ ُك ْم
ِ ِْعبَا ِديْ ! ِإنَّـ َمـا ِه َي َأ ْع َمـالُ ُك ْم ُأح
ُك ؛ فَالَ يَلُوْ َم َّن ِإالَّ نَ ْف َسه
َ َِو َج َد َغي َْر َذل
x
pertama dan terakhir dari kalian, manusia dan jin dari kalian, semua
seperti hati orang yang paling jahat diantara kalian, maka semuanya itu
tidak akan mengurangi sedikit pun dari kerajaan-Ku. Wahai hamba-Ku!
Seandainya orang pertama dan terakhir dari kalian, manusia dan jin dari
kalian semua berada di satu tanah lapang kemudian setiap dari kalian
meminta kepada-Ku lalu Aku memberikan permintaannya itu, maka hal itu
tidak mengurangi apa yang ada di sisi-Ku kecuali seperti jarum yang
mengurangi air laut jika dimasukkan ke dalamnya. Wahai hamba-Ku!
Sesungguhnya itu semua adalah amal-amal kalian yang Aku tulis untuk
kalian, kemudian Aku menyempurnakannya untuk kalian. Barangsiapa
mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Allah ﷻ, dan barangsiapa
mendapatkan selain itu, maka janganlah ia sekali-kali mencela
(menyalahkan) kecuali dirinya sendiri.”
(HR. Muslim : 2577).
xi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan
sesuatu yang dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita
yaitu sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari
seorang kepada orang lain.
Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari
Rasulullah SAW, baik itu ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir).
Berikut ini adalah penjelasan mengenai ucapan, perbuatan, dan perkataan.
Jumhur ulama berpendapat bahwa Hadits berkedudukan sebagai
sumber atau dalil kedua setelah Al-Quran dan mempunyai kekuatan untuk
ditaati serta mengikat untuk semua umat Islam.
Fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur’an.
Bila kita lihat dari fungsinya hubungan Hadits dengan Al-Qur’an
sangatlah berkaitan. Karena pada dasarnya Hadits berfungsi menjelaskan
hukum-hukum dalam AlQur’an dalam segala bentuknya sebagaimana
disebutkan di atas. Allah SWT menetapkan hukum dalam Al-Qur’an
adalah untuk diamalkan, karena dalam pengalaman itulah terletak tujuan
yang digariskan.
B. Saran
Alangkah baiknya jika pembaca mengamalkanal-qur’an dan hadits
xii
s
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ngajisalafy.com/2021/11/persamaan-dan-perbedaan-hadis-qudsi-dan-
hadis-nabawi.html
https://muslim.or.id/31262-perbedaan-al-quran-dan-hadits-qudsi.html
https://bimbinganislam.com/penjelasan-pengertian-dan-contoh-hadits-qudsi/
xiii