Anda di halaman 1dari 13

HADITS QUDSI

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas

“STUDI HADITS”

Dosen pengampu:

Bapak Muhtarom, M.Pd

Penulis:

Muhamad Faizul M

Kelas:PAI 1A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN GIRI
PONOROGO
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Sholawat serta salam semoga tetap tersanjungkan kepada Rasulullah saw yang
dinantikan syafaatnya min yaumil haada ila yaumil qiyamah.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu,
disampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca agar dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan


manfaat terhadap pembaca.

Ponorogo, 17 september 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN.............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................2
C. Tujuan dan manfaat................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian hadits qudsi..........................................................................3
B. Persamaan dan perbedaan hadits qudsi dengan hadits nabawi..............4
C. Perbedaan Al-Qur’an dengan hadits qudsi............................................5
D. Contoh contoh hadits qudsi...................................................................6
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................................8
B. Saran......................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hadits merupakan salah satu sumber hukum atau sumber ajaran


Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Secara umum kita memahami hadits
adalah segala sesuatu yang dinukilkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW. Baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, pengajaran, sifat, dan
perilaku, serta perjalanan hidup Rasulullah SAW. Hadits juga sering
disebut sebagai As-Sunnah dimana beberapa ahli, secara syara’ juga
mendefinisikan sama,yaitu sesuatu yang datang dari Rasulullah SAW, baik
berupa perkataan, perbuatan, ataupun pengakuan (taqrir)1.

Saat ini kajian tentang hadits sudah menjadi suatu disiplin ilmu
tersendiri, dan memiliki sub kajian yang sangat luas. Ada berbagai cabang
kajian dalam hadits, mulai dari kajian sejarah, kualitas dan kesahihan,
klasifikasi dan periwayatannya, dan sebagainya.

Klasifikasi hadits juga bisa ditinjau dari segi sumber berita/nisbat


matan suatu hadits. Klasifikasi hadits dilihat dari sumber berita memiliki
arti yang sama dengan ungkapan “dari siapa berita itu dimunculkan
pertama kali.” Dalam hal ini terdpat empat macam pembagiannya
sebagaimana yang disebutkan oleh Dr. Abdul Majid Khon, M. Ag dalam
bukunya Ulumul Hadits, yaitu: Hadits Qudsi, Hadits Marfu, Hadits
Mauquf, dan Hadits Maqthu.

Secara umum dapat didefinisikan jika sumber berita dari Allah


dinamakan Hadits Qudsi, jika sumber berita datangnya dari Nabi disebut
Hadits Marfu, jika datang nya sumber berita itu dari sahabat disebut

1
A. Hamid, (2016). Pengantar Studi Al-Qur’an. Jakarta: Kencana. Hal. 20

iv
Hadits Mauquf dan jika datangnya dari Tabi’in disebut Hadits Maqthu.
Sumber utama di atas tidak dapat menentukan kesahihan suatu Hadits
sekalipun datangnya dari Allah atau Nabi. Karena tinjauan kualitas shahih,
hasan dan dha’if tidak hanya dilihat dari segi sumber berita akan tetapi
lebih dilihat dari sifat-sifat para pembawa berita2. Pada makalah ini,
penulis akan memfokuskan pembahasaan pada Hadits Qudsi saja

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian hadits qudsi?
2. Apa persamaan dan perbedaan hadits qudsi dengan hadits Nabawi?
3. apa perbedaan Al-Qur’an dengan hadits qudsi?
4. Bagaimanakah contoh contoh hadits qudsi?

C. Tujuan dan manfaat

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui


pengertian hadis qudsi, mengetahui persamaan dan perbedaan hadits qudsi
dengan hadits Nabawimengetahu perbedaan Al Qur’an dengan hadist dan
contoh haidist qudsi.

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk


memberikan informasi kepada kita semua

2
A. Hamid, (2017). Globalisasi dan Tantangan Dakwah. Kordinat: Jurnal Komunikasi
antar Perguruan Tinggi Agama Islam, 16(1), 15-30

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadits Qudsi

Hadits qudsi disebut juga dengan istilah hadits Ilahi atau hadits
Rabbani. Secara bahasa hadits Qudsi merupakan penisbatan kepada kata
Quds yang berarti suci, yaitu hadits yang dinisbatkan kepada dzat yang
suci. Sedangkan secara istilah, pengertian hadits qudsi terdapat dua
macam, yaitu;

• Hadits qudsi merupakan kalam Allah Azza wa Jalla (baik dalam


matan maupun substansi bahasanya), dan Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam hanya menyampaikannya kepada kita.

• Hadits qudsi adalah perkataan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,


sedangkan isi perkataan tersebut berasal dari Allah Azza wa Jalla.

Dari istilah tersebut dapat dikatakan bahwa hadits Qudsi adalah


hadits yang berisi firman Allah yang disampaikan kepada Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi
wasallam menerangkannya dengan menyandarkannya kepada Allah.
Dengan kata lain, hadits qudsi ialah hadits yang disampaikan kepada kita
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan sanad dari beliau sendiri
kepada Rabb Azza wa Jalla. Dengan menggunakan salah satu dari dua
lafadz periwayatan sebagai berikut3:
1. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan mengenai
apa yang diriwayatkannya dari Rabbnya.
2. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan; “Allah
Ta’ala telah berfirman” atau “Berfirman Allah Ta’ala.
Adapun ciri-ciri hadist qudsi:

3
A. Hamid, (2017). Syiah Anatara Paradigma dan Problematika Masyarakat Madani.
Al-Risalah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, 8(2), 59-85

vi
1) Ada redaksi hadist qala-yaqulu allahu

2) Ada redaksi fi ma rawa/ yarwihi ‘anillahi fabaraku wata’ala

3) Redaksi lain yang semakna dengan redaksi diatas, setelah


selesai menyebut rawi yang menjadi sumber pertamanya,
yakni sahabat

Definisi di atas menjelaskan bahwa hadis qudsi itu adalah


perkataan yang bersumber dari Rasul SAW namun disandarkan
beliau kepada Allah SWT akan tetapi itu adalah perkataan atau
firman Allah SWT. Dibandingkan dengan jumlah hadits-hadits Nabi,
maka Hadîts Qudsiy bisa dibilang tidak banyak. Jumlahnya lebih
sedikit dari 200 hadits.

B. Persamaan dan perbedaan Hadits Qudsi dengan Hadits Nabawi

Hadist qudsi dan hadist nabawi pada dasarnya memiliki


persamaan, yakni sama-sama bersumber dari Allah Swt. Hal ini telah
dijelaskan dalam firman-Nya yang berbunyi,

)٤ - ٣ :‫اِ ْن هُ َو ِااَّل َوحْ ٌي يُّوْ ٰحىۙ (النجم‬ .‫ق ع َِن ْالهَ ٰوى‬


ُ ‫َو َما يَ ْن ِط‬

Artinya: "Dan tiadalah yang diucapkannya itu (al-Qur'an) menurut


kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya)." (Q.S. An-Najm [53]: 3-4)

Rasulullah Saw juga bersabda,

ُ‫َاب َو ِم ْثلَه‬ ُ ِ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َأنَّهُ قَا َل َأاَل ِإنِّي ُأوت‬
َ ‫يت ْال ِكت‬ َ ‫ع َْن ْال ِم ْقد َِام ْب ِن َم ْع ِدي َك ِر‬
َ ِ ‫ب ع َْن َرسُو ِل هَّللا‬
ُ‫َم َعه‬

Artinya: "Dari Miqdam bin Ma'di Kariba, dari Rasulullah Saw, beliau
bersabda: Ingatlah!. Sesungguhnya aku diberi al-Kitab (al-Qur'an) dan
semisal bersamanya (as-Sunnah)." (H.R. Abu Dawud dan Ahmad).

vii
Perbedaan antara hadist qudsi dan hadist nabawi dapat dilihat dari
segi penisbatan, yaitu hadist nabawi dinisbatkan kepada
Rasulullah shalallahu 'alahi wasallam dan diriwayatkan dari beliau
sehingga dinamakan hadist nabawi. Sedangkan hadis qudsi dinisbatkan
kepada Allah Swt, sedangkan Rasulullah shalallahu 'alahi
wasallam menceritakan dan meriwayatkan dari Allah Swt. Oleh karena itu,
ia dibatasi dengan sebutan al-quds' atau al-ilah sehingga disebut hadist
qudsi atau hadist ilahi, yakni penisbatan kepada Dzat yang maha tinggi.
Jika dalam suatu hadist terdapat kata-kata seperti ini,

‫ى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِ ْي َما يَرْ ِو ْي ِه ع َْن َربِّ ِه‬


َّ ‫صل‬ َ َ‫ق‬
َ ِ‫ال َرسُوْ ُل هللا‬

Artinya: "Rasulullah shalallahu 'alahi wasallam telah bersabda:


Sebagaimana yang telah diterima dari Tuhannya."

C. Perbedaan Al-Qur’an dengan hadits Qudsi

Hadits qudsi berbeda dengan Al Qur’an pada beberapa poin berikut


ini. Diringkas dari Mabahits fi Ulumil Qur’an, 1/22, Syaikh Manna Al
Qathan].
1. Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam beserta lafalnya, yang Allah
menantang bangsa Arab untuk membuat semisalnya namun mereka
tidak mampu untuk mendatangkan yang semisal Al-Qur’an. Atau
bahkan hanya sepuluh ayat, atau bahkan hanya satu ayat yang semisal
Al-Qur’an. Bahkan tantangan tersebut berlaku hingga sekarang dan ini
adalah mukjizat Al-Qur’an yang berlaku hingga akhir zaman.
Sedangkan pada hadits qudsi, tidak ada tantangan demikian.
2. Al-Qur’an dinisbatkan kepada Allah secara mutlak. Maka ketika
menukil Al-Qur’an kita mengatakan, “Allah berfirman….”.
Sedangkan hadits qudsi, sebagaimana sudah disebutkan, terkadang
dalam bentuk penyandaran kepada Allah, yaitu ketika disebutkan
“Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala

viii
berfirman, …”. Dan terkarang dalam bentuk penyandaran kepada
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, ketika
disebutkan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, dari
yang ia riwayatkan dari Rabb-nya ‘Azza Wa Jalla…”
3. Al-Qur’an seluruhnya dinukil secara mutawatir (periwayatan dari rawi
yang banyak hingga bernilai keyakinan). Sehingga ia
memiliki qath’iyyatuts tsubut (validitas yang pasti). Adapun hadits
qudsi pada umumnya merupakan khabar ahad, yang ia
memiliki zhanniyatuts tsubut (validitas yang tingkat keyakinannya
berupa sangkaan kuat). Dan hadits qudsi itu terkadang shahih,
terkadang hasan, dan terkadang lemah.
4. Al-Qur’an itu makna dan lafalnya dari Allah. Dan ia adalah wahyu
Allah baik dalam lafal dan maknanya. Sedangkan hadits qudsi
maknanya dari Allah dan lafalnya dari Rasulullah shallallahu’alaihi
wa sallam menurut pendapat yang shahih. Dan ia adalah wahyu secara
maknanya, bukan lafalnya. Oleh karena itu boleh meriwayatkan hadits
qudsi secara makna menurut jumhur ulama ahli hadits.

Seperti Hadis Nabi saw. Yang artinya:

”Bagaimana menurut kalian jika ada sungai didekat rumah salah seorang
dari kalian lalu ia mandi dengannya lima kali dalam sehari, apakah masih
tersisa daki dibadannya?” para sahabat menjawab: “tidak tersisa
dakinya sedikitpun” Nabi melanjutkan: “seperti itulah sha;at lima waktu
yang Allah menghapuskan dosa-dosanya dengannya.” (HR. Bukhari dan
Muslim).

D. Contoh Contoh Hadits Qudsi

Hadits Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu.

‫صلَّـى هللاُ َعلَ ْي‹ ِه َو َس‹لَّ َم فِ ْي َمـا يَرْ ِو ْي‹ ِه ع َْن‬


َ ‫ َع ِن النَّبِ ِّي‬، ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬ ِ َ‫ـي َذ ٍّر ْال ِغف‬
ِ ‫اريِّ َر‬ ْ ِ‫ع َْن َأب‬
َ‫ َو َج َع ْلتُ‹هُ بَ ْينَـ ُك ْم ُم َح َّر ًم‹‹ا ؛ فَال‬، ‫الظ ْل َم َعلَـى نَ ْف ِس‹ ْي‬
ُّ ‫ت‬ُ ‫ـي َح َّر ْم‬ َ َ‫َربِّ ِه َع َّز َو َج َّل َأنَّهُ ق‬
ْ ِّ‫ «يَا ِعبَا ِديْ ! ِإن‬: ‫ال‬

ix
‫ يَ‹‹ا ِعبَ‹‹ا ِديْ ! ُكلُّ ُك ْم َج‹ اِئ ٌع ِإالَّ َم ْن‬.‫ـي َأ ْه ِد ُك ْم‬ َ ‫ يَا ِعبَا ِديْ ! ُكلُّ ُك ْم‬.‫تَظَالَـ ُموْ ا‬
ْ ِ‫ضا ٌّل ِإالَّ َم ْن هَ َد ْيتُهُ ؛ فَا ْستَ ْه ُدوْ ن‬
‫ يَ‹‹ا‬.‫ـي َأ ْك ُس‹ ُك ْم‬
ْ ِ‫‹ار ِإالَّ َم ْن َك َس‹وْ تُهُ ؛ فَا ْستَ ْكسُوْ ن‬ٍ ‹‫ يَ‹‹ا ِعبَ‹‹ا ِديْ ! ُكلُّ ُك ْم َع‬.‫ط ِع ْم ُك ْم‬ ْ ‫ـي ُأ‬ ْ ‫ط َع ْمتُهُ ؛ فَا ْست‬
ْ ِ‫َط ِع ُموْ ن‬ ْ ‫َأ‬
‫ يَ‹‹ا‬.‫ـي َأ ْغفِ‹‹رْ لَ ُك ْم‬ ْ ِ‫ب َجـ ِم ْيعًا ؛ فَا ْستَ ْغفِرُوْ ن‬ َ ْ‫ َوَأنَ‹‹ا َأ ْغفِ‹ ُر ال‹ ُّذنُو‬، ‫‹ار‬ ِ ‹َ‫ـخ ِطُئوْ نَ بِاللَّ ْي ِل َوالنَّه‬
ْ ُ‫ِعبَا ِديْ ! ِإنَّ ُك ْم ت‬
‫ يَ‹‹ا ِعبَ‹‹ا ِديْ ! لَ‹‹وْ َأ َّن َأ َّولَ ُك ْم‬.‫ـي‬ْ ِ‫ َولَ ْن تَ ْبلُ ُغوْ ا نَ ْف ِع ْي فَتَ ْنفَعُوْ ن‬، ‫ـي‬ ْ ِ‫ضرِّيْ فَتَضُرُّ وْ ن‬ ُ ‫ِعبَا ِديْ ! ِإنَّ ُك ْم لَ ْن تَ ْبلُ ُغوْ ا‬
‫ يَ‹ا‬.‫ـي ُم ْل ِك ْي َش‹ ْيًئا‬ ْ ِ‫ُ‹ل َوا ِح‹ ٍد ِم ْن ُك ْم ؛ َم‹‹ا زَ ا َد َذلِ‹كَ ف‬ ٍ ‫ب َرج‬ ِ ‫َوآ ِخ َر ُك ْم َوِإ ْن َس ُك ْم َو ِجنَّ ُك ْم َكانُوْ ا َعلَـى َأ ْتقَى قَ ْل‬
َ‫ص َذلِك‬َ َ‫ب َر ُج ٍل َوا ِح ٍد ِم ْن ُك ْم ؛ َما نَق‬ ِ ‫آخ َر ُك ْم َوِإ ْن َس ُك ْم َو ِجنَّ ُك ْم َكانُوْ ا َعلَـى َأ ْف َج ِر قَ ْل‬ ِ ‫ِعبَا ِديْ ! لَوْ َأ َّن َأ َّولَ ُك ْم َو‬
ْ ِ‫ص‹ ِع ْي ٍد َوا ِح‹ ٍد فَ َسَألُوْ ن‬
‫ـي‬ ْ ِ‫ يَا ِعبَا ِديْ ! لَوْ َأ َّن َأ َّولَ ُك ْم َوآ ِخ َر ُك ْم َوِإ ْن َس‹ ُك ْم َو ِجنَّ ُك ْم قَ‹ا ُموْ ا ف‬.‫ِم ْن ُم ْل ِك ْي َش ْيًئا‬
َ ‫ـي‬
‫ يَ‹‹ا‬.‫ص َذلِكَ ِمـ َّمـا ِع ْن ِديْ ِإالَّ َك َمـا يَ ْنقُصُ ْالـ ِم ْخيَطُ ِإ َذا ُأ ْد ِخ‹ َل ْالبَحْ‹ َر‬ َ َ‫اح ٍد َم ْسَألَـتَهُ ؛ َما نَق‬ِ ‫ْت ُك َّل َو‬ ُ ‫فََأ ْعطَي‬
‫ َو َم ْن‬، َ‫ فَ َم ْن َو َج‹ َد خَ ْي‹رًا ؛ فَ ْليَحْ َم‹ ِد هللا‬، ‫ ثُ َّم ُأ َوفِّ ْي ُك ْم ِإيَّاهَ‹‹ا‬، ‫ص‹ ْيهَا لَ ُك ْم‬
ِ ْ‫ِعبَا ِديْ ! ِإنَّـ َمـا ِه َي َأ ْع َمـالُ ُك ْم ُأح‬
ُ‫ك ؛ فَالَ يَلُوْ َم َّن ِإالَّ نَ ْف َسه‬
َ ِ‫َو َج َد َغي َْر َذل‬

“Dari Abu Dzar al-Ghifâri Radhiyallahu anhu dari Nabi ‫ ﷺ‬bah


beliau ‫ ﷺ‬meriwayatkan firman Allah ‫ ﷻ‬: “Wahai hamba-Ku!
Sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku dan Aku
mengharamkannya di antara kalian, maka janganlah kalian saling
menzhalimi.
Wahai hamba-Ku! Setiap kalian merasa lapar kecuali orang yang Aku beri
makan, maka mintalah makanan kepada-Ku niscaya Aku beri kalian
makan. Wahai hamba-Ku! Setiap kalian telanjang kecuali orang yang Aku
beri pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku akan berikan
pakaian kepada kalian. Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya kalian selalu
berbuat salah (dosa) di waktu malam dan siang hari, sedang Aku
mengampuni seluruh dosa, maka mohon ampunlah kepada-Ku niscaya
Aku akan mengampuni dosa kalian. Wahai hamba-Ku! Sesungguhnya
kalian tidak akan dapat menimpakan bahaya kepada-Ku sehingga kalian
dapat membahayakan-Ku dan kalian tidak akan dapat memberi manfaat
kepada-Ku sehingga kalian dapat memberi manfaat kepada-Ku.
Wahai hamba-Ku! Seandainya orang pertama dan terakhir dari kalian,
manusia dan jin dari kalian, hati mereka semuanya seperti orang yang
paling bertakwa diantara kalian, maka semuanya itu tidak akan menambah
sedikit pun pada kerajaan-Ku. Wahai hamba-Ku! Seandainya orang

x
pertama dan terakhir dari kalian, manusia dan jin dari kalian, semua
seperti hati orang yang paling jahat diantara kalian, maka semuanya itu
tidak akan mengurangi sedikit pun dari kerajaan-Ku. Wahai hamba-Ku!
Seandainya orang pertama dan terakhir dari kalian, manusia dan jin dari
kalian semua berada di satu tanah lapang kemudian setiap dari kalian
meminta kepada-Ku lalu Aku memberikan permintaannya itu, maka hal itu
tidak mengurangi apa yang ada di sisi-Ku kecuali seperti jarum yang
mengurangi air laut jika dimasukkan ke dalamnya. Wahai hamba-Ku!
Sesungguhnya itu semua adalah amal-amal kalian yang Aku tulis untuk
kalian, kemudian Aku menyempurnakannya untuk kalian. Barangsiapa
mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Allah ‫ﷻ‬, dan barangsiapa
mendapatkan selain itu, maka janganlah ia sekali-kali mencela
(menyalahkan) kecuali dirinya sendiri.”
(HR. Muslim : 2577).

Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.


ُ‫ تَ َر ْكتُه‬،‫غيري‬ َ ‫ َمن َع ِم َل َع َماًل أ ْش َر‬،‫ك‬
ِ ‫ك فيه َم ِعي‬ ِ ْ‫ أنا أ ْغنَى ال ُّش َركا ِء َع ِن ال ِّشر‬:‫ك وتَعالَى‬ َ ‫قال هَّللا ُ ت‬
َ ‫َبار‬ َ
ُ‫وشرْ َكه‬ ِ
Allah ‫ ﷻ‬berfirman : “Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan
sekutu, maka siapa yang beramal lalu dia persekutukan Aku dengan yang
lain dalam amalan tersebut, Aku tinggalkan dia bersama sekutunya.”
(HR. Muslim : 2985).

xi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan
sesuatu yang dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita
yaitu sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari
seorang kepada orang lain.
Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari
Rasulullah SAW, baik itu ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir).
Berikut ini adalah penjelasan mengenai ucapan, perbuatan, dan perkataan.
Jumhur ulama berpendapat bahwa Hadits berkedudukan sebagai
sumber atau dalil kedua setelah Al-Quran dan mempunyai kekuatan untuk
ditaati serta mengikat untuk semua umat Islam.
Fungsi hadits yang utama adalah untuk menjelaskan Al-Qur’an.
Bila kita lihat dari fungsinya hubungan Hadits dengan Al-Qur’an
sangatlah berkaitan. Karena pada dasarnya Hadits berfungsi menjelaskan
hukum-hukum dalam AlQur’an dalam segala bentuknya sebagaimana
disebutkan di atas. Allah SWT menetapkan hukum dalam Al-Qur’an
adalah untuk diamalkan, karena dalam pengalaman itulah terletak tujuan
yang digariskan.

B. Saran
Alangkah baiknya jika pembaca mengamalkanal-qur’an dan hadits

xii
s

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, A. (2016). Pengantar Studi Al-Quran.

Hamid, A. (2017). Globalisasi dan Tantangan Dakwah. Kordinat: Jurnal


Komunikasi antar Perguruan Tinggi Agama Islam, 16(1).

Hamid, A. (2017). Syiah Anatar aradigma dan Problematiak Masyarakat


Madani. Al-Risalah: Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, 8(2)

https://www.ngajisalafy.com/2021/11/persamaan-dan-perbedaan-hadis-qudsi-dan-
hadis-nabawi.html

https://muslim.or.id/31262-perbedaan-al-quran-dan-hadits-qudsi.html

https://bimbinganislam.com/penjelasan-pengertian-dan-contoh-hadits-qudsi/

xiii

Anda mungkin juga menyukai