Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MACAM_MACAM HADIST DARI BERBAGAI TINJAUAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadits
Tentang
Macam-Macam Hadist dari Berbagai Tinjauannya

Disusun oleh:
1. Khoirun Nisak
2. Wiwin Setyowati

FAKULTAS PGMI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM WALI SEMBILAN SEMARANG
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah seagala puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga dapat menyelesaikan
tugas makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga selalu
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta para keluarga
dan sahabatnya, semoga kita mendapat syafaatNya di yaumul akhir nanti. Amin.
Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Ulumul Hadist.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Dosen Bapak
Nur Hasan, M. Pd. I . selaku dosen pembimbing mata kuliah Ulumul Hadist, tak
lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang telah
memberikan suport untuk menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis
mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk  kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan khasanah ilmu dan manfaat untuk
pembaca dan penulis khususnya. Amin yaa robbal’alamin.

Semarang, 18 Desember
2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1. Latar Belakang..........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.....................................................................................2
1.3. Tujuan........................................................................................................3
BAB II......................................................................................................................4
PEMBAHASAN......................................................................................................4
2.1. Hadist Ditinjau dari Sumber Data.............................................................4
2.2. Hadist Ditinjau dari Persamaan Sanad......................................................9
2.3. Hadist Ditinjau dari Sifat Sanad dan cara penyampaian Periwayatannya
10
BAB III..................................................................................................................12
PENUTUP..............................................................................................................12
3.1. KESIMPULAN.......................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Hadis merupakan salah satu dasar pengambilan hukum Islam setelah al -
Quran. Sebab hadis mempunyai posisi sebagai penjelas terhadap makna yang
dikandung oleh teks suci tersebut. Apalagi banyak terdapat ayat-ayat yang masih
global dan tidak jelas Maknanya sehingga seringkali seorang mufassir memakai
hadis untuk mempermudah pemahamannya.
Seiring dengan perkembangan ulumul hadis, maka terdapat beberapa
kalangan yang serius sebagai pemerhati hadis. Hal ini tidak lain bertujuan untuk
mengklasifikasikan hadis dari aspek kualitas hadis baik ditinjau dari segi matan
hadis maupun sanad hadis. Sehingga dapat ditemukan hadis-hadis yang layak
sebagai hujjah dan hadis yang tidak layak sebagai hujjah.
Posisi hadis sebagai sumber hukum. Tidak lain karena adanya kesesuaian
antara hadis dengan teks suci yang ditranmisikan kepada Nabi Muhammad. Bisa
juga dikatakan bahwa hadis merupakan wahyu Tuhan yang tidak dikodifikasikan
dalam bentuk kitab sebab lebih banyak hasil dari proses berpikirnya Nabi dan
hasil karya Nabi. Akan tetapi bukan berarti hadis adalah al-Quran.
Dengan alasan itu maka selayaknya hadis mendapat perhatian yang khusus
bagi tokoh cendekiawan Muslim selain studi al-Quran. Dalam memahami hadis
Nabi, realitas mempunyai posisi yang sangat penting. Agar hadis Nabi mampu
mengakomodir segala realitas yang komplek dan beragam. Dengan itu, maka
hadis Nabi tidak akan pernah mati dan terus hidup sampai penutupan zaman.
Akan tetapi , dalam beberapa hal terdapat ciri - ciri tertentu yang spesifik,
sehingga dalam mempelajarinya diperlukan perhatian khusus.

Dalam hadits sendiri terdapat macam-macam hadits dari berbagai tinjauan.


Oleh karenanya, dengan mempelajari materi kali ini kita akan dapat mengetahui
apa saja macamdan contoh hadits dari berbagai tinjauan tersebut. Serta kita semua
dapat mendalami berbagai pengajaran yang dapat dipetik dalam materi makalah
kali ini.

1
1.2. Rumusan Masalah

1. Apa saja hadist yang ditinjau dari sumber data?


2. Apa saja hadist yang ditinjau dari persambungan sanad?
3. Apa saja hadist yang ditinjau dari sifat sanad dan cara penyampaian
perawinya?

2
1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa saja hadist yang ditinjau dari segi sumber datanya
2. Untuk mengetahui apa saja hadist yang ditinjau dari persambungan sanad
3. Untuk mengetahui apa saja hadist yang ditinjau dari sifat sanad dan cara
penyampaian perawinya.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Hadist Ditinjau dari Sumber Data


Hadis dilihat dari sumber berita, dari siapa berita itu dimunculkan pertama
kali terdapat empat macam, yaitu qudsi, marfu’, mawquf, dan, maqthu’. Secara
umum dapat dikatakan jika sumber berita itu dari Allah dinamakan hadis qudsi,
jika sumber berita datang dari nabi disebut hadis marfu’, jika datangnya sumber
berita itu dari sahabat disebut hadis  mawquf, dan jika datangnya dari tabi’in
disebut hadis maqthu’. Sumber berita utama di atas tidak dapat menentukan
keshahihan suatu hadis sekalipun datangnya dari Allah atau nabi, karena tinjauan
kualitas shahih, hasan dan dha’if tidak hanya dilihat dari segi sumber berita akan
tetapi lebih dilihat dari sifat-sifat para pembawa berita.

1. Hadis Qudsi
Pengertian hadis qudsi menurut bahasa  kata Al-qudsi nisbah dari kata al-
quds  ‫القدس‬  yang diartikan “suci” (ath-thaharah dan at-tanzih). Hadis ini
dinamakan suci (al-qudsi), karena didasarkan kepada Zat Tuhan yangMaha Suci.
Atau dinisabahkan pada kata Ilah (Tuhan) makadisebut hadis Ilahi  dan atau
dinisabahkan kepada Rabb (Tuhan), maka disebut pula hadis Rabbani.
Kata qudsi, sekalipun diartikan suci hanya merupakan sifat bagi hadis,
demikian juga nama Rabbani dan Ilahi. Sandaran hadis kepada Allah tidak
menunjukkan kualitas hadis. Oleh karena itu tidak semua hadis qudsi shahih tetapi
ada yang shahih, hasan, dan dhai’if tergantung persyaratan periwayatan yang
dipenuhinya, baik dari segi sanad atau matan. Menurut istilah hadis qudsi adalah:
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم َع اَ ْسنَا ِد ِه اِيَّاهُ اِلَى َربِّ ِه َع َّز َو َج َّل‬
َ ‫َما نُقِ َل اِلَ ْينَا َع ِن النَّبِ ِّي‬

Sesuatu yang dipindahkan dari nabi Saw serta penyandarannya kepada Allah
Swt.

Contoh hadis qudsi:

4
َ‫ (َأنَا ِع ْن َد ظَ َّن َع ْب ِديْ بِي َو َأنَا َم َعهُ ِح ْين‬:‫ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِ ْي َمأ يَرْ ِو ْي ِه ع َْن َربِّ ِه تَ َعالَى َأنَّهُ ٌقَا َل‬ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ُ‫قَوْ لُه‬
)ُ‫يَ ْذ ُك ُرنِ ْي فِي نَ ْف ِس ِه ذ َكرتُهُ فِي نَ ْف ِس ْي َواِ ْن َذ َك َرنِ ْي فِي َماَل ٍ َذكَرْ تُهُ فِي َماَل ٍ خَ ْي ٌر ِم ْنه‬
Artinya:
Sabda Rasulullah pada appa yang diriwayatkan dari Tuhannya, bahwasannya
Dia berfirman: “saya menurut dugaan hamba-Ku pada-Ku dan aku bersamanya
ketika ia ingat kepada-Ku, jika ia ingat kepada-Ku sendirian aku pun ingat
kepadaya sedirian dan jika ia inagat kepadaku kepada kelompok/jama’ah aku
pun iingat kepadanya pada kelompok.”

Hadis qudsi adalah hadis yang diriwayatkan  Nabi Saw


swcara ahadi (itdak mutawatir) sandarannya kepada Allah. Pada umumnya di
sandarkan kepada Allah karena Allah yang berfirman atau yang memunculkan
berita atau terkadang disandarkan kepada Nabi Saw karena beliau yang
memberikan dari Allah, berbeda dengan Alqur’an yang hanya disandarkan kepada
Allah.
Kalau dalam Allqur’an dikatakan:
‫تَ َعالَى‬  ُ‫قَا َل هللا‬: ..............
Allah berfirman:……………..
Berbeda dengan periwayat hadis qudsi, maka dikatakan:

‫صلَى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِ ْي َما يَرْ ِويْ ع َْن َربَّ ِه تَ َعالَى‬
َ ِ‫قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬:.........
Rasulullah Saw bersabda pada apa yang diriwayatkan dari Tuhannya: ......
Para ulama berselisih pendapat tentang substansi sunnah, apakah sunnah
seluruhnya wahyu apakah tidak? Pendapat pertama lebih kuat karena dipertegas
oleh ayat Allah:
Artinya:
“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan
(kepadanya).” ( Q.S. An-Najm [53]: 3-4)
Dan sabda Nabi Saw:
ُ‫َاب َو ِم ْثلَهُ َم َعه‬ ُ ‫َأاَل َو َإنِي ُأوْ تِي‬
َ ‫ْت ْالكت‬

5
Ingatlah dan sesungguhnya diberi al-Kitab (Alqur’an) dan sesamanya
bersamanya.”  (H.R. Abu Dawud)
Banyak sekali hadis qudsi yang disampaikan secara wahyu dalam berbagai
bentuk macam penyampaiannya, seperti dalam tidur, langsung kedalam hati, dan
melalui llisan Malaikat.

2. Hadis Marfu’
a. Pengertian
Marfu’ menurut bahasa “yang di angkat” atau “yang di tinggikan”, ialah lawan
kata makhfudh. Menurut ahli nahwu, marfu’ kalimat yang didepankan baris
akhirnya atau di-dhommah-kanbaris akhirnya, seperti fa’il yang jatuh
َ ‫قَ َرَأ َعلِ ٌي‬  = Ali membaca hadis, ketika membaca
setelah fi’il seperti:  ‫الح ِد ْي َث‬
baris dhommah suara dan tenaga lebih terangkat dari pada
baris fathah dan  kasrah. Hadis marfu’ adalah hadis yang terangkat sampai
kepada Rasulullah Saw atau menunjukkan ketinggian kedudukan beliau sebagai
seorang Rasul. Menuut istilah sebagian ulama hadis ialah:
ْ‫صالً َأوْ ُم ْنقَ ِطعًا اَو‬ َّ ‫صلّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َخ‬
ِ َّ‫صةً ِم ْن قَو ِل اَوْ فِ ْع ِل اَوْ تَ ْق ِري ِْر َس َوا ٌء َكانَ ُمت‬ ِ ُ‫َما ا‬
َ ‫ض ْيفَ ِإلَى النَّبِ ُّي‬
ً‫ْضال‬
َ ‫ُمع‬
Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Saw secara khusus, baik perkataan,
perbuatan, atau takrir, baik sanadnya itu muttasil (bersambung-sambung tidak
putus-putus) maupun munqatthi’atau mu’dhal.
Sedangkan menurut ulama lain hadis marfu’ adalah:
Hadis yang dipindahkan dari Nabi Saw dengan menyandarkan dan mengangkat
(merafa’kan) kepadanya.

b. Contoh marfu’
1. Contoh marfu’ qawli
Seperti yang di berikan oleh abu sa’id al-khudri ra berkata:
‫ضهُ بَ ْعضًا‬ ِ َ‫ ِإ َّن ال ُمْؤ ِمنُ َكابُ ْني‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ِم‬
َ َ‫ان يَ ُش ُّد ب‬ َ ِ‫قَا َل َرسُوْ ُل هللا‬
Artinya:
Telah bersabda Rasulullah Saw sesungguhnya yang orang beriman itu
terhadap sesamanya sama dengan keadaan batu tembok, satu dengan yang

6
lain saling mengika. (H.R. Al-Bukhori, Al-Muslim, At-tirmizi, dan An-
Nasa’i)
2. Contoh hadis marfu’ fi’li
Contoh hadis marfu’ fi’li (pekerjaan yang disandarkan krpada Nabi Saw ialah:
seperti perkataan Anas ra.
‫صالَ ِة قََإ َذا است ََو ْينَا َكب ََّر‬ ُ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يُ َس ِّوي‬
َّ ‫ ِإ َذا قُ ْمنَا إلَى ال‬,‫صفُوْ فَنَا‬ َ ‫َكانَ النَّبِ ُّي‬
Artinya:
Bahwa Nabi Saw membetulkan shaf-shaf kami apabila kami akan shalat. Maka
setelah shaf itu lurus, barulah Nabi bertakbir.
3. Contoh hadis marfu’ taqriri
Contoh hadis marfu’ taqriri (persetujuan Nabi) ialah seperti perkataan ibnu abbas:
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَ َرا َولَ ْم يَا ُمرْ نَا ولم ينهنا‬ ِ ‫صلِّى َر ْك َعتَ ْي ِن بَ ْع َد ُغ ُر‬
ِ ‫ب ال ِّش ْم‬
َ ِ‫س َو َكانَ َرسُوْ ُل هللا‬ َ ُ‫ُكنَّان‬

Artinya:
Bahwa kami (para sahabat) bersambungnya dua rakaat setelah terbenamnya
matahari (sebelum shalat Magrib). Rasulullah mlihat pekerjaan kami itu, beliau
tidak menyuruh kami dan tidak mencegahnya. (HR. Muslim)
Beberapa contoh diatas menggambarkan ragam hadis marfu’ dalam berbagai
aspernya yaitu yang meliputi, pertama marfu’ qawli kedua disebut marfu’ fi’li dan
ketiga dinamai marfu’ taqriri
3. Hadis Mauquf
a. Pengertian
Mawquf menurut bahsa waqaf  artinya berhenti. Di dalam al-Qur’an terdapat
tanda-tanda waqaf yang harus dipatuhi oleh si pembacanya.
Barang waqaf berhenti tidak boleh di jual belikan kepada orang lain, karena
amal Lillah Ta’ala  sampai hari kiamat tiba. Mawquf adalah barang yang
dihentikan atau barang yang diwakafkan. Menurut pengertian istilah ulama hadis
adalah:
‫صالً َكانَ او ُم ْنقَ ِطعًا‬
َ َّ‫ك ُمت‬ َّ ‫َما ُأض ْيفَ َإلَى ال‬
ِ ‫ص َحابي ِم ْن قَوْ ِل او فع ِل او‬
َ ‫نحو ذل‬
Sesuatu yang sandarkan kepada sahabat, baik pekerjaan, perkataan, dan
persetujuan, baik bersambung sanadnya maupun terputus.

7
b. Contoh mawquf
Contoh mawquf qawli
ْ    َ‫ َأتُ ِر ْي ُدوْ ن‬, َ‫ْرفُوْ ن‬
َ ‫أن يُ َك َّذ‬
‫ب هللاُ َو َرسُوْ لُهُ ؟‬ َ َّ‫ َح َّدثُوْ ا الن‬: ُ‫ض َي هللاُ َع ْنه‬
ِ ‫اس بِ َما يَع‬ ٍ ِ‫ال َعلِ ُّي ب ِْن َأبِي طَال‬
ِ ‫ب َر‬ َ َ‫ق‬
Artinya:
Ali bin abi thalib ra berkata: Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan apa
yang mereka ketahui, apakah engkau menghendaki Allah dan Rasul-Nya di
dustakan?  (HR. Al-Bkuhari)
ٍ ‫َواُ ُّم ابْنُ َعبَّا‬
‫س َوه َُو َمتَيَ َّم ُم‬
Dan ummu ibnu Abbas sedangkan ia bertayamum.  (HR. Al-Bukhari)
Contoh mawquf taqriri
َّ ‫ت َك َذا َأ َما َم َأ َح ِد ال‬
َّ َّ‫ص َحابَ ِة َولَ ْم يَ ْن ِكرْ عَل‬
‫ي‬ ُ ‫فَ َع ْل‬
Aku melakukan beginidi hadapan salah seorang sahabat dan ia tidak
mengingkariku.

c. Hukum mawquf
Sebagian ulama memasukan hadis mawquf kedalam golongan hadis dha’if.
Hadis mawquf sama dengan hadis marfu’ yakni ada yang shahih, ada yang hasan,
dan dha’if. Walaupun mawquf shahih prda milanya tidak dapat dijadikan huajah,
karena ia hanya perkatan atua perbuatan sahabat semata. Tetapi jika diperkan oleh
sebagian hadis sekalipun dha’if ia dapat di jadikan hujah sebagaimana
hadis mursal karena secara substansial perbuatan sahabat adalah pengamalan
sunnah. Demikan juga terkecuali apabila hadis mauquf dihukumi marfu’yang
disebut dengan marfu’ hukmi. Maksudnya, dilihat dari lafalnya mawquf, tetapi
dilihat dari maknanya adalah marfu’.

4. Hadis Maqthu’
a. Pengertian
ِ َ‫قَطَ َع يَ ْقطَ ُع قَ ْط ًعا ق‬  bearti
ْ ‫اط ٌع َو َم ْق‬
Menurut bahasa kata maqthu’ berasal dari kata ٌ‫طوع‬
terpotong atau terputus lawal dari mawshul artinya bersambung. Kata terputus
disini dimaksudkan tidak sampai kepada Nabi Saw ia hanya sampai kepada tabi’in
saja. Menurut istilah hadis maqthu’ adalah sbb:

8
ِ ‫َما ُأ‬
‫ض ْيفَ ِإلَى التَّابِ ِع ّي َأوْ َم ْن ُدوْ نَةُ ِم ْن قَوْ ٍل اَوْ فِع ٍْل‬
Adalah sesuatu yang disandarkan kepada seorang tabi’iin atau orang setelahnya,
baik dari perkataan atau perbuatan.
Dari pengertian diatas hadis maqthu’ dapat disimpulakan adalah sifat matan yang
disandarkan kepada seorang seorang tabi’in atau seorang generasi setelahnya baik
berupa  perkataan, perbuatan, dan persetujuan.

b. Contoh hadis maqthu’
Contoh hadis maqthu’ qawli seperti kata Al-Hasan Al-Basri tentang shalat di
belakang ahli bid’ah.
ُ‫ص ّل َو َعلَ ْي ِه بِ ْد َعتُه‬
َ
Shalatlah dan bid’ahnya atasnya. (HR. Al-Bukhari)
Contoh hadis maqthu’ fi’li sebagaimana perkataan Ibrahim bin Muhammad bin
Al-Mutasyir.
َ ‫ َويَ ْقبَ ُل َعلَى‬,‫بَ ْينَهُ َوبَ ْينَ اَ ْهلِ ِه‬  ‫ق يُرْ ِخ ْي ال ُّس ْت َر‬
‫صاَل تِ ِه َويُخَ لِّ ْي ِهيْم َو ُد ْنيَا هُ ْم‬ ٌ ْ‫َكانَ َم ْسرُو‬
Masruq memanjagkan selimut antara dia dan istrinya menerima shalatnya,
bersunyi, dari mereka dan dunia mereka.

c. Kehujahan maqthu’
Hadis maqthu’ tidak dapat dijadikan hujah dalam hukum syara’ sekalipun
shahih, karena ia bukan yang datang dari Nabi Saw. Dia hanya perkataan atau
perbuatan sebagian atau salah seorang umat islam. Tetapi jika disana ada bukti-
bukti kuat yang menunjukkan kemarfu’annya maka dihukumi marfu’ murasl.
Misalnya perkataan sebagai periwayat ketika menyebut tabi’i ia
berkata: yarfa’uhu = ia marfu’kannya. Atau dalam ungkapan lain dapat dikatakan,
perkataan tabi’in terkadang dipandang sebagai perkataan sahabat, apabila
perkataan tersebut semata tidak dapat diperolah melalui ijtihad, sebagaimana
perkataan sahabat yang dipandang tidak dapat di ijtihadkan juga dipandang
sebagai perkNabi sendiri.
2.2. Hadist Ditinjau dari Persamaan Sanad
1. Hadis Muttashil/Maushul

9
ِ َّ‫صااًل فَهُ َو ُمت‬
Dari segi bahasa Muttashil isim fa’il dari kata ٌ‫صل‬ َ َّ‫ص ُل ات‬
ِ َّ‫ص َل يَت‬
َ َّ‫ات‬  
artinya yang bersambungan antonim dari munqathi’ yaitu yang terputus. Sebagian
ulama menyebut hadis mawshul isim maf’ul dari kata  ‫وصل يصل وصال‬
‫وموصوال‬ artinya bersambung. Dalam istilah hadis muttashil atau mawshul adalah:
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم أ َّم َموْ قُوْ فًا‬
َ ‫َما اتّصل َسنَ ُدهُ إلَى غَايَتِ ِه َس َوا ٌء أكانَ َموْ فُوْ عًا إلَى ال َّرسُوْ ِل‬
Sesuatu yang bersambung sanadnya sampai akhir, baik marfu’ disandarkan
kepada Nabi Saw maupun mawquf (disandarrkan kepasa seorang sahabat).
Hadis muttashil/mawshul adalah hadis yang besambung sananya, baik
periwayatan itu datang dari Nabi Saw ataupun dari seorang sahabat bukan dari
tabi’in.

2. Hadis Musnad
Dari segi bahasa kata musnad dari kata ‫أسند‬ dengan makna ‫أضاف أو نسب‬  
artinya menyandarkan, menggabungkan, atau menisabkan  ‫مسند‬ 
artinya disandarkan, digabungkan atau dinisabkan. Menurut istilah
Hadis Musnad adalah:
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ‫ص َل َسنَ ُدهُ َمرْ فَوْ عًا إلَى النَّبِ ِّي‬
َ ّ‫َما ات‬
Sesuatu yang bersambung sanadnya dan marfu’ disandarkan kepada Nabi Saw.
Hadis musnad adalah hadis yang bersambung sanad-nya dari awal sampai
akhir, tetapi sandaranya hanya kepada Nabi Saw tidak pada sahabat dan tidak pula
pada tabi’in. Perbedaannya terletak pada sandaranya,
jika muttasil/mawshul sandarannya bisa kepada Nabi Saw dan bisa kepada
seorang sahabat, sedangkan musnad sandarannya hanya kepada Nabi Saw
(marfu’). Misalnya hadis periwayatan Al-Bukhari, dia berkata: memberitakan
kepada kami Abdullah bin Yusufdari Malik dari Abu Az-Zanad dari Al-A’raj dari
Abu Hurairah berkata: sesungguhnya Rasulullah Saw bersabda: ‫ب ال َك ْلبُ فِ ْي إنَا ِء‬
َ ‫ِإ َذا َش ِر‬
‫أ َح ِد ُك ْم فَ ْليَ ْغ ِس ْلهُ َس ْبعًا‬
Jika anjing minum pada bejana salah satu kamu, maka basuhlah sebanyak tujuh
kali (HR. Al-Bukhari)

2.3. Hadist Ditinjau dari Sifat Sanad dan cara penyampaian Periwayatannya
1. Hadis Mu’an’an

10
a. Pengertian
Dari segi bahasa mu’an’an isim maf’ul dari kata ‫عنعن يعنعن معنعن‬ yang berarti
dari kata ‘an = dari dan ‘an = dari. Menurut istilah hadis mu’an’an adalah.
Hadis yang disebutkan dalam sanadnya diriwayatkan oleh si fulan dari
si  fulan, dengan tidak memyebutkan perkataan memberitakan,
mengabarkan, dan atau mndengar.
           Jadi hadis mu’an’an adalah hadis yang dalam periwayatannya hanya
menyebutkan sanad dengan kata ‘an fulan = dari si fulan, tidak menyebutkan
ungkapan yang tegas bertemu dengan syekhnya, misalnya mengunakan
kata haddatsana/ni = memberitakan kepada kami/ku, atau sami’tu = aku
mendengar dan seterusnya yang menunjukkan bertemu (ittishal)

b. Contoh hadis mu’an’an
‫عرفة ح ّدثنا إسمعيل بن عيّاش عن يحي بن أبي عمرو السّيباني عن عبد هللا بن‬  ‫ح ّدثنا الحسن بن‬
ّ ‫ال ّديلم ّي قال سمعت عبد هللا بن عمرو يقول سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلّم يقول‬
‫إن هللا عز‬
‫وج ّل خلق خلقه في ظلمة فألقى عليهم من نوره‬
Memberikan kepada kami Al-Hasan bin Arafah, memberikan kepada kami
Ismail bin Iyas dari yahya bin abu amru Asy-Syahbani dari Abdullah bin Ad-
Daylamiberkata: Aku mendengar Abdullah bin Amr, aku mendengar
Rasulullah Saw bersabda: Sesunggunya Allah Swt menciptakan makhluk-Nya
dalam keadaan gelap (kebodohan) kemudia Dia sampaikan kepada mereka
di antara cahaya-Nya  (HR. At-Tirmizi)
2. Hadis Muannan
a. Pengetian
Menurut bahasa kata muannan ber asal dari kata  ‫أنّن يؤنّن‬
‫مؤنّن‬ artinyamenggunaka kata ‫أن‬ dan ‫أن‬ = bahwasannya, sesungguhnya .Menurut
istilah hadis Muannan adalah.
Hadis yang dikatakan dalam sanadnya memberitakan kepada kami bahwasannya
si fulan memberitakan kepadanya begini.

b. Contoh hadis Muannan
‫ح ّدث ما لك عن اين شهاب أن سعيد بن المسيّب قال كذا‬

11
Memberitakan malik dari ibnu syihab bahwasannya sa’id bin al- musyyab
berkata begini

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Hadis qudsi adalah hadis yang diriwayatkan  Nabi Saw


swcara ahadi (itdak mutawatir) sandarannya kepada Allah. Pada umumnya di
sandarkan kepada Allah karena Allah yang berfirman atau yang memunculkan
berita atau terkadang disandarkan kepada Nabi Saw karena beliau yang
memberikan dari Allah, berbeda dengan Alqur’an yang hanya disandarkan kepada
Allah. Hadis marfu’ adalah hadis yang terangkat sampai kepada Rasulullah Saw
atau menunjukkan ketinggian kedudukan beliau sebagai seorang Rasul.
Mawquf adalah barang yang dihentikan atau barang yang diwakafkan. Jadi
hadis mu’an’an adalah hadis yang dalam periwayatannya hanya menyebutkan
sanad dengan kata ‘an fulan = dari si fulan, tidak menyebutkan ungkapan yang
tegas bertemu dengan syekhnya, misalnya mengunakan kata haddatsana/ni =
memberitakan kepada kami/ku, atau sami’tu = aku mendengar dan seterusnya
yang menunjukkan bertemu (ittishal).

12
DAFTAR PUSTAKA

Khan, a.m. (2013). Ulumul hadist edisi kedua. Jakarta: AMZAH.


Sholahudin, d. (2008). ULUMUL HADIST. BANDUNG CV. PUSTAKA
SETIA.

13

Anda mungkin juga menyukai