DOSEN PENGAMPU:
Yona Fitri, ME
DISUSUN OLEH :
RIAU
TA. 2022/2023
KATA PENGANTAR
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................1
C. Tujuan............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................2
A. Kesimpulan..................................................................................13
B. Saran............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................14
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hadis adalah pedoman kedua yang harus dipelajari umat Islam
setelah Al-Qur'an. Padahal, Allah SWT juga memerintahkan kita untuk
mempelajari hadits. Karena Hadis pada dasarnya adalah tafsir Al-Qur'an.
Jika tidak ada hukum dalam Al-Qur'an, maka umat Islam akan
mencarinya dalam hadits Nabi Muhammad.
Menurut sumber berita, ada empat macam hadits, yaitu Qudsi,
Marfu', Mawquf dan Maqthu'. Secara umum dapat dikatakan bahwa
sumber informasi dari Allah disebut Hadits. Jika sumber risalah itu dari
seorang nabi, disebut Hadits Marfu', jika sumbernya dari sahabat disebut
Hadits Mawquf, dan jika dari Tabi'in disebut Hadits Maqthu. Sumber-
sumber informasi di atas, sekalipun berasal dari Allah atau Nabi, tidak
dapat membuktikan otentisitas Hadis, karena tinjauan kualitas Hadis,
Hassan, dan Dayf tidak hanya dari sumbernya, tetapi juga dari
sumbernya. . Ciri-ciri komunikator berita. Oleh karena itu, hadits Qudsi,
Marfu', Mawquf dan Maqthu' tidak mutlak benar, terkadang Sahih, Hasan
dan Dha'if.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi hadist yang ditinjau dari sumber berita.
2. Untuk mengetahui macam-macam hadist yang ditinjau dari sumber
berita.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Hadith dilihat dari sumber berita, dari siapa berita itu dimuncul kan pertama
kali, terdapat empat macam,yaitu qudsi,marfu’,mawquf, dan maqthu’. Secara
umum dapat dikatakan jika sumber berita dari Allah dinamakan hadits qudsi, jika
sumber berita datang dari nabi disebut hadits marfu’, jika datangnya sumber berita
itu dari sahabat disebut hadit mawquf, dan jika datagnya dari tabi’in disebut
hadits maqthu’. Sumber berita utama di atas tidak dapat menentukan kesahihan
suatu hadits sekalipun datangya dari Allah atau Nabi. Karena tinjauan kualitas
shahih hasan dan dha’if tidak hanya dilihat dari segi sumber berita akan tetapi
lebih dilihat dari sifat-sifat para pembawa berita. Dengan demikian
hadith qudsi, marfu’, mawquf, dan maqthu’ tidak mutlak keshahihannya.
Terkadang shahih, hasan, dan dhaif.
B.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dilihat dari sumber masalahnya, hadis dibagi menjadi empat kategori, yaitu
Qudsi, Marfu', Mawquf dan Maqthu'. Dalam istilah awam, jika sumber
informasinya berasal dari Allah, disebut Hadits Qudsi. Jika asal usul desas-desus
itu berasal dari seorang nabi, itu dianggap sebagai Hadits Marfu', jika sumber
informasi itu berasal dari seorang teman, disebut Hadits Mawquf, dan jika asal-
usul Tabi'in dianggap sebagai hadits. menjadi Hadits Maqthu. Pada saat yang
sama, dilihat dari kata ini, sanad mengacu pada semua data mentah alam dan
bentuk yang terkandung dalam hadits. Selain itu, menurut bahasa, Matan berarti
bagian belakang jalan (depan jalan) yang keras dan tanah yang tinggi. Sedangkan
matan menurut istilah ialah suara atau kalimat yang ada pada hadits yang menjadi
isi riwayat. Apakah hadits tadi berbentuk qaul (ucapan) fi'il (perbuatan, taqrir
(ketetapan) dan sebagainya berasal Rasulullah Saw. Berdasarkan istilah hadits
musalsal ialah hadis yang sambung penyandarannya pada satu bentuk/ keaadaan
atau satu sifat, baik berupa perkataan maupun perbuatan, yang terulang-ulang di
para periwayatan atau pada periwayatan atau berkaitan dengan ketika atau tempat
periwayatan.
3.2 Saran
7
Inilah yang dapat penulis berikan . Penulisan ini jauh dari kata sempurna ,minimal
para pembaca dapat memahami tulisan ini. Selain itu juga makalah ini masih
banyak memiliki kesalahan dari segi penulisan , sumber materi , dan lainnya.
Karena penulis juga merupakan manusia yang adalah tempat salah dan dosa, dan
juga butuh saran dan kritik agar bisa memotivasi untuk masa depan yang lebih
baik dari pada masa sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA