Dosen Pengampuh:
Alimuddin, S.Ud.,M.Pd
Disusun Oleh:
Kelompok 3
Penyusun
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagaimana telah kita ketahui bersama, bahwa hadis merupakan sumber
hukum kedua setelah kitab suci Al Qur’an. Hadis merupakan perkataan perbuatan,
dan takrir Nabi Muhammad selama beliau menjadi Nabi dan Rasul. Karena itu
selain kita harus menjadikan Al Qur’an sebagai sumber hukum utama, kitapun
harus mempelajari dan menjadikan hadis sebagai pedoman dan penguat dari
hokum Al Qur’an.
Dan dalam hadis sendiri, terdapat tingkatan-tingkatan hadis dari hadis
yang shohih sampai hadis maudhu’. Dan dalam menjadikannya (hadis) sebagai
hujjah atau sebagai sumber hukum, kita harus mengetahui terlebih dahulu
tingkatan-tingkatan hadis yang boleh dijadikan hujjah.
Dan di makalah ini penyusun akan memaparkan mengenai salah satu
tingkatan hadis yaitu Hadis Dha’if.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang diamaksud Hadis Dha’if?
2. Kriteria-kriteria Hadis Dha’if
3. Apa saja macam-macam Hadis Dha’if?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Hadis Dha’if
2. Kriteria-kriteria Hadis Dha’if
3. Mengetahui macam-macam Hadis Dha’if
1
BAB II
HADIS DHA’IF
2
3
5) Ada illat atau ada penyebab samar dan tersembunyi yang menyebabkan
tercemarnya suatu hadits shohih meski secara dzohir terlihat bebas dari
cacat.
Dengan demikian, hadits dhoif bukan saja tidak memenuhi syarat-syarat
hadits shohih, juga tidak memenuhi persyaratan hadits hasan.
satu syarat dari syarat-syarat sahih, yang berarti tidak memenuhi syarat hadis
sahih.
Adapun contohnya sebagai berikut:
Berkata Ahmad bin Syu’ib; telah mengabarkan kepada kami. Qutaibah bin
Sa’id, telah ceritakan kepada kami. Abu ‘Awanah, telah menceritakan
kepada kami, Hisyam bin Urwah, dari Fatimah binti Mundzir, dari Ummi
Salamah , ummil Mu’minin, ia berkata; telah bersabda Rasul Saw: ”telah
bersabda Rasulullah SAW, tidak menjadikan apa-apa yang sampai
dipencernaan dari susu, dan adalah (teranggap hal ini) sebelum anak
berhenti (dari minum susu)”.
Pada hadis tersebut di atas Fatimah tidak mendengar hadis tersebut dari
Ummu Salamah, waktu Ummu salamah meninggal Fatimah ketika itu masih kecil
dan tidak bertemu dengannya.
3. Hadis mu’dal
Hadis mu’dal ialah hadis yang gugur dua orang sanadnya atau lebih,
secara barturut-turut. Dalam pengertian yang lebih lengkap, hadis mu’dal,
dirumuskan dengan:
“Hadis yang gugur dua orang perawinya atau lebih secara berturut-turut,
baik gugurnya itu antara sahabat dengan tabi’in atau dua orang sebelumnya.
Dari pengertian diatas, jelas bahwa hadis mu’dal berbeda dengan hadis
munqati’. Pada hadis mu’adal, gugurnya dua orang perawi terjadi secara bertutut-
turut, sedangkan pada hadis munqati’, terjadi secara terpisah (tidak berturut-turut).
Contohnya sebagai berikut:
Kata Syafi’I; telah mengabarkan kepada kami, Sa’id bin Salim, dari Ibnu
Juraij, bahwa:
Ibnu Juraij pada hadis tersebut tidak sezaman dengan Nabi, bahkan
masanya itu di bawah tabi’in, jadi antara dia dengan Rasul Saw diantarai oleh dua
perantara yaitu tabi’in dengan sahabat.
b. Dhaif dari segi sandarannya
Para ulama ahli hadis memasukkan semua hadis yang mauauf dan yang
maqtu’ kedalam hadis dhaif.
6
1. Hadis Mauquf
Hadis mauquf ialah hadis yang diriwayatkan dari para sahabat, yaitu
berupa perkataan, perbuatan, atau taqrirnya, baik periwayatan itu bersambung atau
tidak.
Pengertian lain menyebutkan bahwa hadis mauquf yaitu hadis yang
disandarkan kepada sahabat.
Dengan kata lain hadis mauquf adalah perkataan sahabat, perbuatan atau
taqrirnya. Dikatakan mauquf, karena sandarannya terhenti pada thaqabah sahabat.
Kemudian tidak dikatakan marfu’, karena hadis ini tidak di rafa-kan atau
disandarkan kepada rasululla saw.
Ibnu shalah membagi hadis mauquf kepada dua bagian yaitu mauquf al-
mausul dan mauquf ghair al-mausul. Mauquf al-mausul, berarti hadis mauquf
yang sanadnya bersambung. Dilihat dari segi persambungan ini, hadis mauquf
ghair al-mausul dinilai dari sebagai hadis dhaif yang lebih rendah daripada hadis
mauquf al-mausul.
2. Hadis Maqtu’
Hadis maqtu’ ialah hadis yang diriwayatkan dari tabi’in dan disandarkan
kepadanya, baik perkataan maupun perbuatannya.
Dengan kata lain, bahwa hadis maqtu adalah perkataan atau perbuatan
tabi’in. Sebagaimana hadis mauquf, hadis maqtu dilihat dari segi sandarannya
adalah hadis yang lemah (dhaif), sehingga tidak dapat dijadikan hujjah.
Di antara para ulama ada yang menyebut hadis mauquf dan hadis maqtuf
ini dengan al-atsar dan al-khabar.
c. Dhaif dari segi-segi lainnya
Yang dimakasud denagn kedhaifan pada bagian ini, ialah kedhaifan karena
kacacatan yang terjadi, baik pada matan maupun pada rawi’-nya. Kecacatan pada
bagian ini banyak sekali macamnya sehingga mencapai puluhan macam,
sebagaimana yang diuraikan oleh para hadis. Akan tetapi disini hanya akan
dikemukakan beberapa macam saja, sebagaimana diuraikan berikut ini.
7
1. Hadis Munkar
Hadis munkar ialah hadis yang diriwayatkan oleh orang yang lemah
(perawi yang dhaif), yang bertentangan dengan periwayatan orang kepercayaan.
Al-qasimi menyebut hadis ini dengan hadis al-fard yang matannya tidak
diriwayatkan, kecuali oleh seorang saja, yang memiliki tingkat ke dhabit-an
sangat rendah. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa hadis ini memiliki persamaan
dengan hadis syadz, disamping itu pula perbedaanya. Adapun persamaanialah
keduanya bertentangan dengan hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqah
atau terpercaya, sedang perbedaannya ialah bahwa hadis syadz diriwayatkan oleh
perawi yang tsiqah atau shaduq, sedangkan hadis munkar diriwayatkan oleh
perawi yang lemah atau cacat.
2. Hadis Matruk
Hadis matruk ialah hadis yang diriwayatkan oleh seseorang yang tertuduh
dusta (terhadap hadis yang diriwayatkannya), atau nampak kefasikannya, nbaik
pada perbuatan atau pada perkataannya, atau orang yang banya lupa atau banya
ragu.
Al-qasimi, termasuk dalam kelompok hadis ini adalah semua hadis yang
diriwayatkan oleh orang yang sudah didkenal suka berbuat dusta dalam persoalan
selain hadis, dan orang yang banyak melakukan kesalahan.
Para ulama hadis memandang bahwa hadis matruk dan hadis munkar
adalah dua macam hadis yang paling lemah selain hadis maudu.
Contoh hadis matruk yaitu Hadits ‘Amr bin Syamir al-Ju’fi Al-Kufi asy-
Syi’i dari Jabir dari Abu at-Thufail dari ‘Ali dan ‘Ammar bahwa mereka berdua
berkata :
ﻛﺎن اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ و ﺳﻠﻢ ﯾﻘﻨﺖ ﻓﻲ اﻟﻔﺠﺮ وﯾﻜﺒﺮ ﯾﻮم ﻋﺮﻓﺔ ﻣﻦ ﺻﻼة اﻟﻐﺪاة وﯾﻘﻄﻊ
ﺻﻼة اﻟﻌﺼﺮ آﺧﺮ أﯾﺎم اﻟﺘﺸﺮﯾﻖ
“Nabi Sallallahu 'Alahi Wasallam selalu membaca qunut pada shalat
fajar, bertakbir pada hari Arafah dari semenjak shalat shubuh dan
berhenti pada waktu shalat ashar di terakhir dari hari tasyrik”
8
Imam Nasa’i, Daruquthni dan yang lainnya mengatakan tentang ‘Amr bin
Syamir bahwa dia adalah Matrukul Hadits (Haditsnya ditinggalkan dan tidak
dipakai).
3. Hadis Syadz
Hadis syadz ialah hadis yagn diriwayatkan oleh orang yang maqbul, akan
tetapi bertentangan (matannya) denag periwayatan dari oarng yang kualitasnya
lebih utama.
Dengan pengertian ini, periwayatan yang hanya dilakukan melalui satu
jalan sanad, tidak bisa dikatakan syadz, meskipun sanad itu lemah. Periwayatan
dikatakan syadz, apanila matan-nya terjadi bertentangan dengan dalil yang lenih
kuat. Maka jika ada hadis dengan dua atau tiga jalan sanad, hadis yang
diriwayatkan denagn satu jalan sanad tersebut menjadi syadz.
4. Hadis Maqlub
Hadis maqlub ialah hadis yang lafalnya tertukar pada salah seorang dari
sanad-nya atau nama seseorang sanadnya. Kemudian mendahulukan
penyebutannya yang seharusnya disebut belakangan atau membelakangkan
penyebut yang seharusnya didahulukan atau dengan sesuatu pada tempat yang
lain.
Tertukarnya hadis disini, bisa terjadi pada matan hadis (maqlub fi al-matn)
dan bisa terjadi pada sanad (maqlub fi as-sanad). kedua macam hadis ,aqlub ini
tidak dibenaran dalam periwayatannya sebab bisa jadi akan mengubah maksud
atau makna hadis tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hadis dha’if adalah hadis yang lemah.
Adapun kriteria hadits dhoif adalah dimana ada salah satu syarat dari
hadits shohih dan hadits hasan yang tidak terdapat padanya, yaitu sebagai berikut:
1) Sanadnya tidak bersambung
2) Kurang adilnya perawi
3) Kurang dhobithnya perawi
4) Ada syadz atau masih menyelisihi dengan hadits yang diriwayatkan oleh
orang yang lebih tsiqah dibandingkan dengan dirinya
5) Ada illat atau ada penyebab samar dan tersembunyi yang menyebabkan
tercemarnya suatu hadits shohih meski secara dzohir terlihat bebas dari
cacat.
Macam-Macam Hadis Dha’if
a. Dhaif dari segi persambungan sanadnya
1) Hadis Mursal
2) Hadis Munqati’
3) Hadis mu’dal
b. Dhaif Dari Segi Sandarannya
1) Hadis Mauquf
2) Hadis Maqtu’
c. Dhaif Dari Segi-Segi Lainnya
1) Hadis Munkar
2) Hadis Matruk
3) Hadis Syadz
4) Hadis Maqlub
9
10
B. Saran
Sebagai penutup dari makalah ini, tak lupa pula kami ucapkan terima kasih
pada semua rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam pembuatan makalah
ini. Disamping itu masih banyak kekurangan serta jauh dari kata kesempurnaan,
tetapi semua telah berusaha semaksimal mungkin dalam pembuatan makalah yang
amat sederhana ini. Maka dari pada itu kami semua sangat berharap kepada semua
rekan-rekan untuk memberi kritik atau sarannya sehingga dalam pembuatan
makalah selanjutnya bisa menjadi lebih baik lagi. Tiada kata yang dapat kami
ucapkan selain kata terimakasih atas semua motivasi dari rekan-rekan sekalian.
DAFTAR PUSTAKA
Referensi Buku
Ihsan, Muhammad (Ed.). 2012. Pengantar Studi Ilmu Hadits. Jakarta Timur:
PUSTAKA AL KAUTSAR
Mudasir. 1999. Ilmu Hadis. Bandung: CV. PUSTAKA SETIA
Referensi Internet
Arraniri. 2012. “Hadits Marfu Mauquf dan Maqhtu”, (Online), (http://a
rraniri.blogspot.co.id/2012/08/hadits-marfu-mauquf-dan-maqthu.html,
diakses 11 Maret 2018)
Fatahilla, Rachmat. 2011. “Hadits Muallaq dan Hadis Mursal”, (Online),
(https://rachmatfatahillah.blogspot.co.id/2011/09/hadits-muallaq-hadits-
mursal-hadits.html, diakses 11 Maret 2018)
11