Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu mata kuliah Pendidikan Anti
Korupsi.
Disusun Oleh;
Kelompok VII
Sarah Yusmalia Putri (4022021017)
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang diridhoi
Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah yang bersangkutan yang diamanatkan oleh dosen penulis. Penulis menyadari
bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak sekali kekurangannya baik dalam cara
penulisan maupun dalam isi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
C. Tujuan ............................................................................................................ 3
A. Kesimpulan .................................................................................................. 17
B. Saran ............................................................................................................ 17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dewasa ini, problematika yang menyangkut tatanan nilai dalam masyarakat yang
yang terus menggerogoti semua tatanan nilai kehidupan bangsa ini, dan terus
negeri ini, korupsi menghinggap di semua institusi tanpa pandang bulu, bahkan
notabene adalah representatif menjadi suri tauladan dan uswah bagi semua rakyat
keagamaan baik secara normatif maupaun kolektif, malah ikut dalam kasus
1
Muhammad Azhar, Pendidikan Antikorupsi (Yogyakarta: LP3 UMY, 2003), h. 12.
1
bagi masyarakata luas, dua institusi yang menangani dunia pendidikan dan moral,
sungguh ironis. Institusi yang seharusnya sangat mulia karena menjadi tolak ukur
kemajuan generasi bangsa ini tak luput dari penyakit kronis yang membahayakan,
bernama korupsi.2
korupsi yang ada di Indonesia, namun persoalam tersebut tidak pernah selesai,
sistematis.tidak bisa dilakukan secara parsial,3 hal ini terjadi karena persoalan
dan pemerintahan serta sudah bersifat sangat mengakar (laten) dalam budaya
hidup, perilaku dan cara berfikir. Serta sudah masuk pada rana mental yang sulit
penyebab korupsi terdiri atas faktor internal dan fuktor eksternal. Faktor internal
2
Moh. Asror Yusuf , Agama Sebagai Kritik Sosial di Tengah Arus Kapitalisme Global,
(Yogyakarta: IRCiSoD, 2006), h.10.
3
Ahmad Fawa’id, Sultonul Huda, NU Melawan Korupsi: Kajian Tafsir dan Fiqih, (Jakarta:
Tim Kerja Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, 2006.) h. 16.
4
Andar Nubowo. Membangun gerakan antikorupsi dalam perspektif pendidikan,
(Yogyakarta: Lembaga Penelitian & Pengembangan Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta, 2004), h. 34. 6
2
merupakan penyebab korupsi yang datangnya dari diri pribadi atau individu,
korupsitertanam dalam diri setiap individu. Nilai-nilai anti korupsi tersebut antara
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Mahasiswa dapat mengetahui dan memahami apa saja nilai-nilai anti korupsi
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Nilai
yaitu ketika seseorang mengatakan orang lain baik atau buruk, hal ini
menandakan adanya suatu penilaian terhadap suatu objek, baik dan buruk itu
adalah contoh nilai. Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan
kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu
penghargaan, atau taksiran. Maksudnya yaitu harga yang melekat pada sesuatu
atau penghargaan terhadap sesuatu. Nilai adalah suatu kualitas atau penghargaan
terhadap sesuatu, yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang.5 Nilai
sendiri memiliki arti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi
kemanusiaan.6 Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan
5
AR Muchson. Dasar-Dasar Pendidikan Moral, (Yogyakarta: Laboratorium Jurusan PPKn
FIS UNY, 2000), h. 16.
6
W. J. S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2000), h.
677.
7
Muhaimin dan Abdul Mujib, Pemikiran Pendidikan Islam (Bandung: Trigenda Karya,
1993), h. 110.
4
Pengertian nilai selanjutnya dipertegas lagi oleh (Noor Salimi, 2008:202)
Nilai adalah suatu perangkat keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu
identitas yang memberikan corak yang khusus kepada pola pemikiran, perasaan,
keterkaitan maupun perilaku. Oleh karena itu, sistem nilai dapat merupakan
standard umum yang diyakini, diserapi dari keadaan objektif maupun diangkat
dari keyakinan, sentimen (perasaan umum) maupun identitas yang diberikan atau
diwahyukan oleh Allah SWT, yang pada giliranya merupakan sentimen (perasaan
umum), kejadian umum, identitas umum yang oleh karenanya menjadi syariat
umum.
Nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang
telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini).
Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai
Nilai adalah sesuatu yang abstrak dan ideal. Nilai bukan benda konkret, bukan
fakta yang tidak hanya sekedar penghayatan yang dikehendaki dan tidak
dikehendaki, yang disenangi dan yang tidak disenangi. Nilai itu terletak antara
hubungan subjek penilai dengan objek (Gazalba, 2008:17). Nilai adalah yang
memberikan makna hidup, yang memberi pada hidup ini titik tolak, isi, dan
tujuan. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi, yang mewarnai dan menjiwai
tindakan seseorang. Nilai itu lebih dari sekedar keyakinan, nilai selalu
8
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, ( Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996), h.
61
5
menyangkut tindakan. Nilai dapat dianggap keharusan, suatu cita yang menjadi
dasar bagi keputusan yang diambil seseorang. Nilai-nilai itu merupakan bagian
kenyataan yang tidak dapat dipisahkan atau diabaikan. Setiap orang yang
bertingkah laku sesuai dengan seperangkat nilai, baik nilai yang sudah merupakan
Beberapa pendapat para ahli diatas dapat di simpulkan bahwa nilai merupakan
esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia.
Esensi belum berarti sebelum dibutuhkan oleh manusia,tetapi tidak berarti adanya
Demi mewujudkan generasi penerus bangsa yang bebas korupsi, menangkap dan
perlu disemaikan ke dalam jiwa dan roh genersi muda? Ada keyakinan luas
9
Sjarkawi, Pembentukan Kepribadian Anak. (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 29
6
bahwa generasi saat ini dilahirkan, dibesarkan, dan berkembang di dalam sistem
dan budaya yang korup. Akibatnya, sikap generasi sekarang terhadap korupsi
tetapi hati mereka tidak memiliki keberanian untuk berurusan dengan koruptor,
akan pernah bisa diberantas jika sudah begini. Oleh sebab itu, generasi penerus
atau yang sekarang disebut sebagai generasi muda harus didorong untuk
menolak korupsi tidak akan pernah terwujud jika generasi sekarang yang masih
memiliki hati nurani tidak mau dan mampu membina generasi muda untuk
dan sekarang sesuai dengan tuntutan, perkembangan dan kebutuhan bangsa. Nilai
yang dimaksudkan di sini adalah sesuatu yang menarik, sesuatu yang dicari,
sesuatu yang menyenangkan, sesuatu yang disukai atau sesuatu yang baik.10.
mereka yang masih duduk di bangku Tk, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi,
10
K. Bertens, Etika, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), h. 139
7
7) Sederhana, 8) Berani, dan 9) Adil. Secara singkat, mari kita pahami kesembilan
1. Kejujuran
usaha untuk menjadi orang kuat secara moral.tanpa kejujuran, manusia tidak
dapat maju selangkah pun, karena ia tidak berani menjadi diri sendiri. Tanpa
Bersikap baik kepada orang lain, tetapi tidak dilandasi kejujuran adalah
kemunafikan dan racun bagi diri sendiri. Tidak jujur berarti tidak seiya-sekata
dan itu berarti orang yang tidak jujur belum sanggup mengambil sikap yang
lurus. Orang yang tidak lurus, tidak menempatkan dirinya sebagai titik tolak,
tetapi lebih mengutamakan apa yang diperkirakan diharapkan oleh orang lain.
sekolah, dan rumah sendiri. Orang jujur, seperti bola salju, akan terus bergulir
untuk membangun keluarga yang jujur. Keluarga yang jujur terus tumbuh,
membentuk lingkungan hidup yang paling jujur. Lingkungan yang jujur tanpa
pamrih, dan masyarakat yang tidak pemaaf tersebut pada akhirnya akan
11
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), h. 479
8
mampu membangun karakter bangsa yang tidak kenal ampun. Finlandia
adalah contoh dalam hal ini. Berkata dan berbuat benar, jujur, hormat,
terbuka, menghargai diri sendiri, dapat dipercaya, dan memiliki niat yang
kejujuran.12
seperti tidak berbohong kepada guru dan dosen, tidak mencontek saat ujian,
2. Kepedulian
merupakan sifat yang dapat membuat segala kesulitan dapat dihadapi, segala
sekolah dan kampus diantaranya adalah mematuhi peraturan sekolah dan tata
12
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), h. 15
9
tanaman di sekitar sekolah dan kampus, tidak merusak fasilitas umum, serta
3. Kemandirian
Mandiri berarti dapat berdiri diatas kaki sendiri, artinya tidak banyak
sebagai suatu hal yang penting harus dimiliki oleh seorang pemimpin, karena
dipengaruhi oleh berbagai stimulasi yang datang dari lingkungan selain dari
kemandirian seorang remaja menurut Ali dan Asrori: Gen atau keturunan
orang tua; Pola asuh orang tua; Sistem pendidikan di sekolah; Sistem
kehidupan di masyarakat.13
4. Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin, artinya tata tertib, ketaatan kepada
13
Ali, Muhammad dan Asrori, Muhammad. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta,
(Didik. Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 110
10
sukses, sebab dalam disiplin akan tumbuh sifat yang teguh dalam memegang
mau berkorban untuk kepentingan bangsa dan Negara. Hidup disiplin tidak
berarti harus hidup seperti pola militer dengan hidup di barak bagai robot,
tetapi hidup disipilin dipahami siswa atau mahasiswa dengan cara mengatur
mencapai tujuan atau mengejar kepentingan secara lebih efisien dan efektif.
taat, fokus, tekun, dan konsisten.14 Wujud dari kehidupan disiplin dalam
5. Tanggung Jawab
Nilai tanggung jawab dapat diwujudkan antara lain dalam bentuk belajar
mengerjakan setiap tugas yang diberikan oleh guru, serta menjaga amanah dan
14
Rustika Tamrin, Buku Panduan Guru Modul Pendidikan Anti Korupsi Tingkat SLTA/MA,
(Jakarta: KPK, 2008), h. 17.
11
memiliki kepribadian baik.15 Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku
142) menyatakan bahwa tangung jawab adalah sikap dan perilaku untuk
6. Kerja Keras
2002 : 550). Dengan demikian, bekerja keras berarti melakukan sesuatu secara
memiliki motivasi tinggi untuk berubah dan pantang menyerah dalam segala
dengan upaya terbaik, sekuat tenaga, penuh kecerdasan tinggi, dan sepenuh
hati.
15
Mustari Mohamad, Nilai Karakter. (Yogyakarta: Laksbang Pressindo, 2011), h. 21
12
Kerja keras merupakan salah satu dari delapan anak tangga untuk
simbolik memberi hadiah kapak dan tali kepada seorang laki-laki agar dapat
Kata kunci kerja keras adalah semangat, gigih, usaha, keyakinan, tabah,
Wujud dari nilai kerja keras dalam kehidupan di sekolah dan kampus, di
yang sebaik-baiknya untuk mengejar suatu target atau tujuan, serta tidak
terlalu memikirkan apa yang akan diperoleh, tetapi memikirkan apa yang
7. Kesederhanaan
adalah sikap dan perilaku yang tidak berlebihan terhadap suatu benda, tetapi
16
Buchari Alm, Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Belajar, (Bandung:
Alfabeta, 2008), h. 106
13
bersahaja dan tidak berlebih-lebihan yang didasari oleh suatu sikap mental
rendah hati. Kata kunci sederhana adalah bersahaja, tidak berlebihan, sesuai
memenuhi kebutuhan hidup, tidak suka pamer kekayaan, serta hemat dalam
8. Keberanian
Keberanian berasal dari kata berani, yang artinya mempunyai hati yang
mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya, kesulitan,
yang berani mengatakan yang benar adalah benar dan yang salah adalah salah,
terwujudnya pribadi dan masyarakat yang baik dan benar. Kata kunci
perjuangan, percaya diri, tak gentar, tidak takut, dan pantang mundur.
dengan indikator berani bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuat,
14
berani membela kebenaran dan keadilan betapa pun pahitnya, dan berani
mengakui kesalahan.
9. Keadilan
Keadilan berasal dari kata adil, artinya sama berat, tidak berat sebelah,
terkemuka Athena, memaknai keadilan sebagai bersikap fair dan jujur dalam
keadilan sebagai keseimbangan atau harmoni. Dalam bahasa Arab, kata adil
berasal dari kata adl, yang kata kerjanya adalah yang berarti: (1) meluruskan
berangkat atau mengelak dari satu jalan (yang keliru) menuju jalan lain (yang
benar), (3) sama atau sepadan atau menyamakan, (4) menyeimbangkan atau
sesuai dengan kebutuhan dan haknya .Kata kunci keadilan adalah objektif,
17
Bur Rasuanto, Keadilan Sosial, (Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 2005), h. 7
18
Majid Khadduri, Teologi Keadilan Perspektif Islam, Pent. H. Mochtar Zoemi, (Suarabaya:
Risalah Gusti, 1999), h. 8
15
kehidupan sekolah dan kampus dapat diwujudkan dengan sikap dan perilaku
tidak memilih teman dalam bergaul, memberikan pujian kepada teman yang
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi pada dasarnya disebablan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan
anti korupsitertanam dalam diri setiap individu. Ada sembilan nilai-nilai anti
anti korupsi terdirindari: (a) inti, (b) sikap, serta (c) etos kerja. Inti meliputi:
kemandirian.
B. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Alm, Buchari. 2008. Guru Profesional: Menguasai Metode dan Terampil Belajar.
Bandung: Alfabeta
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Huda, Ahmad Fawa’id, Sultonul. 2006. NU Melawan Korupsi: Kajian Tafsir dan
Fiqih. Jakarta: Tim Kerja Gerakan Nasional Pemberantasan Korupsi Pengurus
Besar Nahdlatul Ulama.
Khadduri, Majid. 1999. Teologi Keadilan Perspektif Islam, Pent. H. Mochtar Zoemi.
Suarabaya: Risalah Gusti
Mujib, Muhaimin dan Abdul. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda
Karya
18
Nubowo, Andar. 2004. Membangun gerakan antikorupsi dalam perspektif
pendidikan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian & Pengembangan Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Tamrin, Rustika. 2008. Buku Panduan Guru Modul Pendidikan Anti Korupsi Tingkat
SLTA/MA. Jakarta: KPK.
Thoha, Chabib. 1996. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Belajar
Yusuf, Moh. Asror. 2006. Agama Sebagai Kritik Sosial di Tengah Arus Kapitalisme
Global. Yogyakarta: IRCiSoD
19