Anda di halaman 1dari 12

PENGUATAN NILAI ANTI KORUPSI SEBAGAI

IDENTITAS NASIONAL INDONESIA

DOSEN PENGAMPU : Ns. Nurul ilmi,.M.Pd

Nama kelompok :
Vita ulan
Indah dwi aulya
Nurhayati
Wulan sarity
Raodatul janah
Ailda deslianan
Wahyuni
Teddy bayu adi pratama

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

TAHUN AJARAN 2018/2019


KATA PENGANTAR

            Segala puji dan puncak kekaguman serta agungnya hanya semata tertuju kepada
Allah SWT. Dialah yang telah menganugerahkan Al-Quran sebagai “HudaL li annas,
Rahmatan li alamin.” Dia lah yang maha mengetahui makna dan maksud kandungannya,
sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rasullulah Muhammad SAW. Dan manusia
pilihannya, dialah Rasullulah SAW. Penyampai, pengamal, serta penafsir pertama dan
utama Al-Quran Al-karim.
           Dengan pertolongan dan hidahnyalah, kami dapat menyusun makalah” Nilai Anti
Korupsi”, makalah ini di susun untuk memenuhi tugas Pendidikan Anti Korupsi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat minim dan sangat jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Dan kami berharap semoga makalah ini dapat berguna
dan bermanfat bagi kita semua. Amin................

 
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Korupsi merupakan kata yang dinegasikan oleh setiap orang, namun tidak setiap orang
menyadari bahwa korupsi telah menjadi bagian dari dirinya. Hal ini biasanya terjadi akibat
pemahaman yang keliru tentang korupsi atau karena realitas struktural yang menghadirkan
korupsi sebagai kekuatan sistematik yang membuat tak berdaya para perilakunya. Ada nilai-nilai
kultural seperi pemberian hadiah yang mendorong seseorang untuk melakukan tindakan korupsi,
namun ada pula sistem yang memaksa seseorang berlaku korupsi.
Penyebab korupsi yang datangnya dari diri pribadi atau individu, sedangkanfaktor
eksternal berasal dari lingkungan atau sistem. Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat
dilakukan dengan menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kedua faktor penyebab korupsi
tersebut.
Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi tertanam dalam
diri setiap individu. Nilai-nilai anti korupsi tersebut antara lain meliputi kejujuran, kemandirian,
kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai anti
korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat mengatasi faktor eksternal agar
korupsi tidak terjadi.

Ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang dan mengalami kemajuan, sesuai
dengan perkembangan zaman dan perkembangan cara berpikir manusia. Bangsa Indonesia
sebagai salah satu negara berkembang tidak akan bisa maju selama belum memperbaiki kualitas
sumber daya manusia bangsa kita. Kualitas hidup bangsa dapat meningkat jika ditunjang dengan
sistem pendidikan yang mapan. Dengan sistem pendidikan yang mapan, memungkinkan kita
berpikir kritis, kreatif, dan produktif.

Dalam UUD 1945 disebutkan bahwa negara kita ingin mewujudkan masyarakat yang
cerdas. Untuk mencapai bangsa yang cerdas, harus terbentuk masyarakat belajar. Masyarakat
belajar dapat terbentuk jika memiliki kemampuan dan keterampilan mendengar dan minat baca
yang besar. Apabila membaca sudah merupakan kebiasaan dan membudaya dalam masyarakat,
maka jelas buku tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari dan merupakan kebutuhan
pokok yang harus dipenuhi.Dalam dunia pendidikan, buku terbukti berdaya guna dan bertepat
guna sebagai salah satu sarana pendidikan dan sarana komunikasi. Dalam kaitan inilah
perpustakaan dan pelayanan perpustakaan harus dikembangkan sebagai salah satu instalasi untuk
mewujudkan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa. Perpustakaan merupakan bagian yang vital
dan besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan.Judul makalah ini sengaja dipilih karena
menarik perhatian penulis untuk dicermati dan perlu mendapat dukungan dari semua pihak yang
peduli terhadap dunia pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.       Nilai Anti Korupsi

Mengacu pada berbagai aspek yang dapat menjadi penyebab terjadinya korupsi
sebagaimana telah dipaparkan dalam pembahasan sebelumnya, dapat dikatakan bahwa penyebab
korupsi terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab
korupsi yang datangnya dari diri pribadi atau individu, sedangkanfaktor eksternal berasal dari
lingkungan atau sistem. Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukan dengan
menghilangkan, atau setidaknya mengurangi, kedua faktor penyebab korupsi tersebut.
Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi tertanam dalam
diri setiap individu. Nilai-nilai anti korupsi tersebut antara lain meliputi kejujuran, kemandirian,
kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai anti
korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat mengatasi faktor eksternal agar
korupsi tidak terjadi.
Nilai-nilai anti korupsi yang akan dibahas meliputi kejujuran, kepedulian, kemandirian,
kedisiplinan, pertanggungjawaban, kerja keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Nilai-
nilai inilah yang akan mendukung prinsip-prinsip anti korupsi untuk dapat dijalankan dengan
baik.
                 Identitas memiliki pengertian harfiah cirri atau tanda yang melekat pada seseorang
atau sesuatu yang membedakannya dengan yang lain.Artinya bahasa dan kebudayaan/seni
yg dimiliki bangsa tsb. Kemudian mentalitasnya, termasuk didalamnya pola pikir, dan
kepribadiannya dalam menanggapi permasalahan.Dalam term antropologi, identitas adalah sifat
khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri,golongan sendiri
kelompok sendiri,komunitas sendiri,atau negara sendiri.Mengacu pada pengertian ini,individu
semata tetapi berlaku pula pada suatu kelompok.Sedangkan kata nasional merupakan identitas
yang melekat pada kelompok-kelompok yang yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik
seperti budaya,agama, dan bahasa maupun non fisik seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan. Bagi
bangsa Indonesia dimensi dinamis identitas nasional bangsa Indonesia belum menunjukkan
perkembangan kearah sifat kreatif serta dinamis. Setelah bangsa Indonesia mengalami
kemerdekaan 17 Agustus 1945, berbagai perkembangan ke arah kehidupan kebangsaan dan
kenegaraan mengalami kemerosotan dari segi identitas nasional.Setelah dekrit presiden 5 Juli
1959 bangsa Indonesia kembali ke UUD 1945. Pada saat itu dikenal periode orde lama dengan
penekanan kepada kepemimpinan yang sifatnya sentralistik. Berkembangnya partai komunis
pada periode ini dipandang sebagai keagalan pemerintah untuk mempertahankan Pancasila
ideologi dan dasar negara kesatuan Republik Indonesia yang berakibat jatuhnya kekuasaan orde
lama. Kekeliruan orde baru pada akhirnya mengakibatkan terjadinya krisis diberbagai bidang
kehidupan. Sudah banyak memang yang dilakukan pemerintah negara Indonesia dalam
melakukan reformasi, baik dibidang politik, hukum, ekonomi, militer, pendidikan serta bidang-
bidang lainnya. Namun demikian, sebagai bangsa yang kuat dari seluruh elemen
masyarakat. Maka pada hakikatnya “ Identitas Nasional” suatu bangsa tidak dapat dipisahkan
dengan jati diri suatu bangsa atau lebih popular disebut sebagai kepribadian suatu bangsa.
Berdasarkan uraian diatas , maka pengertian kepribadian sebagai suatu identitas nasional
suatu bangsa, adalah keseluruhan atau totalitas dari kepribadian individu-individu sebagai unsur
yang membentuk bangsa tersebut.oleh karena itu pengertian identitas nasional suatu bangsa tidak
dapt dipisahkan dengan pengertian “ peoples character “, “ National character”, atau “ National
Identity “. Oleh karena itu, identitas nasional suatu bangsa termasuk identitas nasional
Indonesiajuga harus dipahami dalam konteks dinamis

1.             Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan
tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting bagi kehidupan mahasiswa,tanpa
sifat jujur mahasiswa tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya (Sugono: 2008). Nilai
kejujuran dalam kehidupan kampus yang diwarnai dengan budaya akademik sangat-lah
diperlukan. Nilai kejujuran ibaratnya seperti mata uang yang berlaku dimana-mana termasuk
dalam kehidupan di kampus. Jika mahasiswa terbukti melakukan tindakan yang tidak jujur, baik
pada lingkup akademik maupun sosial, maka selamanya orang lain akan selalu merasa ragu
untuk mempercayai mahasiswa tersebut. Sebagai akibatnya mahasiswa akan selalu mengalami
kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Hal ini juga akan menyebabkan
ketidaknyamanan bagi orang lain karena selalu merasa curiga terhadap mahasiswa tersebut yang
terlihat selalu berbuat curang atau tidak jujur. Selain itu jika seorang mahasiswa pernah
melakukan kecurangan ataupun kebohongan, akan sulit untuk dapat memperoleh kembali
kepercayaan dari mahasiswa lainnya.

2.             Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan
menghiraukan (Sugono : 2008). Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang mahasiswa dalam
kehidupan di kampus dan di masyarakat. Sebagai calon pemimpin masa depan, seorang
mahasiswa perlu memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungannya, baik lingkungan di dalam
kampus maupun lingkungan di luar kampus.Rasa kepedulian seorang mahasiswa harus mulai
ditumbuhkan sejak berada di kampus. Oleh karena itu upaya untuk mengembangkan sikap peduli
di kalangan mahasiswa sebagai subjek didik sangat penting. Seorang mahasiswa dituntut untuk
peduli terhadap proses belajar mengajar di kampus, terhadap pengelolalaan sumber daya di
kampus secara efektif dan efisien, serta terhadap berbagai hal yang berkembang di dalam
kampus. Mahasiswa juga dituntut untuk peduli terhadap lingkungan di luar kampus, terhadap
kiprah alumni dan kualitas produk ilmiah yang dihasilkan oleh perguruan tingginya.
Beberapa upaya yang bisa dilakukan sebagai wujud kepedulian di antaranya adalah dengan
menciptakan suasana kampus sebagai rumah kedua. Hal ini dimaksudkan agar  kampus menjadi
tempat untuk mahasiswa berkarya, baik kurikuler maupun ekstra-kurikuler, tanpa adanya batasan
ruang gerak. Selain itu dengan memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
mengembangkan potensi yang dimilikinya sebagai manusia yang utuh dengan berbagai kegiatan
di kampus, Kegiatan-kegiatan tersebut dapat meningkatkan interaksi antara mahasiswa satu
dengan mahasiswa yang lainnya sehingga hubungan saling mengenal dan saling belajar dapat
dicapai lebih dalam. Hal ini akan sangat berguna bagi para mahasiswa untuk mengembangkan
karir dan reputasi mereka pada masa yang akan datang. Upaya lain yang dapat dilakukan adalah
memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk menggalang dana guna memberikan bantuan
biaya pendidikan bagi mahasiswa yang membutuhkan. Dengan adanya aksi tersebut, maka
interaksi mahasiswa satu dengan lainnya akan semakin erat. Tindakan lainnya adalah dengan
memperluas akses mahasiswa kepada dosen di luar jam kuliah melalui pemanfaatan internet dan
juga meningkatkan peran dosen sebagai fasilitator, dinamisator dan motivator. Ini penting
dilakukan karena hubungan baik mahasiswa dengan dosen akan memberikan dampak positif bagi
tertanamnya nilai kepedulian. Pengembangan dari tindakan ini juga dapat diterapkan dengan
mengadakan kelas-kelas kecil yang memungkinkan untuk memberikan perhatian dan asistensi
lebih intensif. Dengan adanya kelas-kelas ini, maka bukan hanya hubungan antara mahasiswa
dengan dosen tetapi hubungan antara mahasiswa dengan banyak mahasiswa yang saling
interaktif dan positif juga dapat terjalin dengan baik dan di situ mahasiswa dapat memberikan
pelajaran, perhatian, dan perbaikan terus menerus. Dengan demikian perhatian dan perbaikan
kepada setiap mahasiswa tersebut dapat memberikan kesempatan belajar yang baik.[1]

3.             Kemandirian
Kemandirian membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang menjadi tidak bergantung
terlalu banyak pada orang lain. Mentalitas kemandirian yang dimiliki seseorang
memungkinkannya untuk mengoptimalkan daya pikirnya guna bekerja secara efektif. Jejaring
sosial yang dimiliki pribadi yang mandiri dimanfaatkan untuk menunjang pekerjaannya tetapi
tidak untuk mengalihkan tugasnya. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan
pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab demi mencapai keuntungan sesaat.
4.             Kedisiplinan
Disiplin adalah kunci keberhasilan semua orang. Ketekunan dan konsistensi untuk terus
mengembangkan potensi diri membuat seseorang akan selalu mampu memberdayakan dirinya
dalam menjalani tugasnya. Kepatuhan pada prinsip kebaikan dan kebenaran menjadi pegangan
utama dalam bekerja. Seseorang yang mempunyai pegangan kuat terhadap nilai kedisiplinan
tidak akan terjerumus dalam kemalasan yang mendambakan kekayaan dengan cara yang mudah.
[2]

5.             Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu dari sebuah perbuatan yang salah, baik
itu disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan kesadaran
akan kewajiban menerima dan menyelesaikan semua masalah yang telah di lakukan. Tanggung
jawab juga merupakan suatu pengabdian dan pengorbanan.
Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan memiliki kecenderungan
menyelesaikan tugasnya lebih baik dibanding orang yang tidak memiliki rasa tanggung jawab.
Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan mengerjakan tugasnya dengan sepenuh hati
karena berpikir bahwa jika suatu tugas tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat merusak citra
namanya di depan orang lain. Seseorang yang dapat diberikan tanggung jawab yang kecil dan
berhasil melaksanakannya dengan baik berhak untuk mendapatkan tanggung jawab yang lebih
besar lagi sebagai hasil dari kepercayaan orang lain terhadap orang tersebut.

6.             Kerja keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata ”kemauan” menimbulkan asosiasi
dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan, tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri,
keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan dan pantang mundur. Adalah penting sekali
bahwa kemauan seseorang harus berkembang ke taraf yang lebih tinggi karena harus menguasai
diri sepenuhnya lebih dulu untuk bisa menguasai orang lain.
Setiap kali seseorang penuh dengan harapan dan percaya, maka akan menjadi lebih kuat
dalam melaksanakan pekerjaannya. Jika interaksi antara individu dapat dicapai bersama dengan
usaha kerja keras maka hasil yang akan dicapai akan semakin optimum. Bekerja keras
merupakan hal yang penting guna tercapainya hasil yang sesuai dengan target.[3]

7.             Kesederhanaan
Gaya hidup merupakan suatu hal yang sangat penting bagi interaksi dengan masyarakat
disekitar. Dengan gaya hidup yang sederhana manusia dibiasakan untuk tidak hidup boros, tidak
sesuai dengan kemampuannya. Dengan gaya hidup yang sederhana, seseorang juga dibina untuk
memprioritaskan kebutuhan diatas keinginannya.

8.             keberanian
Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran,
berani mengakui kesalahan, berani bertanggung jawab, dan sebagainya. Keberanian sangat
diperlukan untuk mencapai kesuksesan dan keberanian akan semakin matang jika diiringi dengan
keyakinan, serta keyakinan akan semakin kuat jika pengetahuannya juga kuat.[4]

9.             Keadilan
Pribadi dengan karakter yang baik akan menyadari bahwa apa yang dia terima sesuai
dengan jerih payahnya. Ia tidak akan menuntut untuk mendapatkan lebih dari apa yang ia sudah
upayakan. Bila ia seorang pimpinan maka ia akan memberi kompensasi yang adil kepada
bawahannya sesuai dengan kinerjanya. Ia juga ingin mewujudkan keadilan dan kemakmuran
bagi masyarakat dan bangsanya.

Nilai keadilan dapat dikembangkan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam
sekolah maupun di luar sekolah. Antara lain dapat diwujudkan dalam bentuk selalu memberikan
pujian tulus pada kawan yang berprestasi, memberikan saran perbaikan dan semangat pada
kawan yang tidak berprestasi, tidak memilih kawan berdasarkan latar belakang sosial, dll

 IDENTITAS NASIONAL

A.     Pengertian Umum Nasional


Mengacu pada awal tumbuhnya nasionalisme secara umum,maka nasionalisme dapat
dikatakan sebagai sebuah situasi kejiwaan dimana kesetiaan seseorang secara total diabdikan
lansung kepada negara bangsa atas nama sebuah bangsa. Nasionalisme pada dasarnya paham
yang mulanya unsur-unsur pokok nasionalisme terdiri atas persaudaraan darah/ keturunan, suku
bangsa, tempat tinggal, agama, bahasa dan budaya. Kemudian berubah dengan masuknya dua
unsur yaitu persamaan hak bagisetiap orang untuk memegang persamaan dalam masyarakatnya
sertaadanya persamaan kepentingan dalam bidang ekonomi.
.Dalam perkembangan selanjutnya,para pengikut nasionalisme ini berkeyakinan bahwa
persamaan cita-cita yang mereka miliki dapat diwujudkan sebuah identitas politik atau
kepentingan bersama dalam bentuk sebuah wadah yang didalamnya terhimpun orang-orang yang
memiliki persamaan lain yang mereka miliki  seperti ras,etnis,agama,bahasa dan budaya.
Menurut Dean A.minix dan sandra M.Hawley,nation state atau negara bangsa merupakan
sebuah bangsa yang memiliki bangunan politik ( political building) seprti ketentuan-ketentuan
perbatasan teritorial,pemerintahan yang sah,pengakuan luar negeri dan sebagainya.Mengacu
pada devinisi ini maka konsep negara bangsa merupakan pengertian negara dalam maknanya
yang modern.

B.     Nasionalisme Indonesial
Tumbuhnya paham nasionalisme tidak bisa dilepaskan dari sosial politik dekade pertama
abad ke-20. Pada waktu itu cita-cita menjadi semangat umum menentang kolonial Belanda untuk
memformulasikan bentuk nasionalisme yang sesuai kondisi masyarakat Indonesia. nasionalisme
terdiri atas persaudaraan darah/ keturunan, suku bangsa, tempat tinggal, agama, bahasa dan
budaya. Kemudian berubah dengan masuknya dua unsur yaitu persamaan hak bagisetiap orang
untuk memegang persamaan dalam masyarakatnya serta adanya persamaan kepentingan dan
tujuan.
Para analisis nasionalisme mengemukakan para pendapatnya tentang perlunya suatu konsep
nasionalisme Indonesia merdeka, tapi mereka berbeda dalam persoalan nilai atau watak
nasionalisme Indonesia.
 Secara garis besar terdapat tiga pemikiran besar tentang pemikiran watak nasionalisme
Indonesia yang terjadi pada masa sebelum kemerdekaan yakni paham ke islaman, Marxisme, dan
Nasionalisme Indonesia. Menurut pengkaji nasionalisme George Mc. Turnan Kahim bahwa
islam yang disebut istilah agama Muhammad bukan saja merupakan  mata rantai yang mengikat
tali persatuan, melainkan juga simbol persamaan nasib (in group) menentang penjajah dan
penindasan dari agama lain. Pandangan senada dikatakan pula oleh Fred R. Von der  Mehden
bahwa satu- satunya ikatan universal yang tersedia diluar kekuasaan kolonial adalah islam dan
dikutip juga oleh Bahtiar Effendy bahwa islam merupakan sarana yang paling jelas, baik untuk
membangun rasa persatuan nasional maupun untuk membedakan masyarakat Indonesia dari
kaum penjajah Belanda.    
Ikatan universal islam diwakili oleh gerakan politik yang dilakukan oleh serikat islam (SI)
awalnya dengan nama Serikat Dagang Islam (SDI) yang dipimpin oleh H. Samanhoedi di Solo
pada 1911. Sekalipun dibawah simbol islam, Serekat islam (SI) di bawah kepemimpinan H.O.S
Tjokroaminoto, Agus Salim, dan Abdoel Moeis, telah menjadi orgaisasi politik pemula yang
menjalankan progam politik nasional yang mendapat dukungan dari semua kelompok
masyarakat luas baik di kota maupun di plosok desa-desa. Gerakan nasional Serikat Islam tak
mengenal perbedaan kelas, prpfesi dan tempat tinggal ternyata tidak bertahan lama. Sejumlah
aktivitas dalam Serikat Islam (SI) tergoda untuk membelokkan kebijakan politik publik ke arah
ideologi islam, maka pada pengujung 1920-an popularitas Serikat Islam (SI) mengalami pasang
surut. Kemudian masuknya paham Marxisme kedalam tubuh Serikat Islam (SI) melalui
penyusupan yang dilakukan oleh aktivis politik partai beraliran kiri yang berada dalam Asosiasi
Demokrasi Sosial Hindia Belanda (ISDV)
.
C.     Unsur-Unsur Pembentuk Identitas Nasional

1.      Suku Bangsa
Suku bangsa adalah golongan yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir),yang sama
coraknya dengan golongan umurdan jenis kelamin.
2.Agama
Karena indonesia merupakan negara yang multi agama, maka indonesia dapat dikatakan
sebagai negara yang rawan terhadap disintegrasi bangsa. Misalnya, kasus ambon yang sering kali
diisukan sebagai pertikaian antara 2 kelompok agama meskipun isu ini belum tentu benar akan
tetapi isu agama adalah salah satu isu yang mudah menciptakan konflik. Salah satu jalan yang
dapat mengurangi resiko konflik antar agama ,perlunya diciptakan tradisi saling menghormati
antara agama-agama yang ada.
2.      Kebudayaaan
Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang isinya adalah
perangkat-perangkat pengetahuan yang secara kolektif di gunakan oleh pendukung-
pendukkungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkkungan yang dihadapi dan di gunakan
sebagai rujukan atau pedoman untuk bertindak sesuai dengan lingkungan yang di hadapi.
3.      Bahasa
Bahasa merupakan unsur pendukung identitas nasional yang lain. Bahasa di pahami sistem
perlambang yang secara arbiter di bentuk atas unsur-unsur bunyi ucapan manusia dan digunakan
sebagai sarana berinteraksi antar manusia.

D.     NASIONALISME INDONESIA DAN KONSEP-KONSEP TURUNANNYA

Nasionalisme indonesia pada dasarnya berwatak inklusif dan berwawasan kemanusiaan .


Konsep-konsep itu dirumuskan dalam ketetapan undang-undang dasar 1945.

a)      Negara-bangsa
Satu konsep atau bentuk kenegaraan yang memperoleh pengesahan politiknya dengan
menjadi sebuah entiti berdaulat bagi satu-satu bangsa sebagai sebuah (unit) wilayah yang
berdaulat.
b)      Warga negara
Menurut bab X UUD 45 pasal 26 bahwa yang menjadi warga negara ialah orang-orang
bangsa indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang di syahkan dengan Undang-undang
sebgai warga negara. Sejalan dengan tuntunan zaman ,bunyi pasal ini telah mengalami
perubahan (amandemen) melalui perubahan kedua UUD negara republik indonesia tahun 1945
oleh majelis permusyawaratan rakyat republik tahun 2000. Menurut amandemen kedua ini bunyi
bab X UUD 45 pasal 26 adalah “Penduduk ialah warga negara indonesia dan orang asing yang
bertempat tinggal di indonesia.
c)      Dasar Negara Pancasila
Republik indonesia kecuali jika beberapa unsur dalam piagam jakarta di hapuskan.
Unsur-unsur islam dalam piagam jakarta itu adalah tuju kata dalam ketuhanan. Dengan
kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya, islam sebagai agama negara,
dan persyaratan bahwa indonesia harus seorang muslim. Keinginan masyarakat wilayah timur
nusantara memaksa para perumus dasar negara kembali melakukan tugas yang melelahkan
dalam rangka merumuskan kembali dasar idologi dan konstitusi negara. Akhirnya kelompok
islam bersepakat untuk menghapus unsur-unsur islam yang telah mereka rumuskan dalam
piagam Jakarta. Sebagai gantinya, unsur ketauhidan dimasukan dalam sila pertama dalam
pancasila. Dengan demikian, sila pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sejak
diterimanya usul perubahan tersebut dan ditetapkannya UUD 45 sebagai Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia, maka dengan sendirinya 7 kata klausul Islami dalam Piagam Jakarta
hilang dari konstitusi negara. Hilangnya 7 kata dari Piagam Jakarta dalam pembukaan dan
Batang Tubuh UUD 1945 dinilai oleh sebagian besar umat islam sebagai sebuah pengorbanan
besar umat islam demi terwujudnya persatuan dan kesatuan negara dan bangsa Indonesia. Sejak
peristiwa ini, maka dasar negara indonesia yang berkedaulatan rakyat adalah Pancasila dengan
kelima silanya, yakni Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah dan Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

E.     PERLUNYA INTEGRASI NASIONAL

Integritas bukan hanya sekedar bicara, pemanis retorika, tetapi juga sebuah tindakan. Bila
kita  menelusuri karakter yang dibutuhkan parah pemimpin saat ini dan selamanya mulai dari
integritas, kredibilitas dan segudang karakter muliah yang lainnya-pastilah akan bermuara pada
pribadi agung manusia pilihan al-mustofa Muhammad saw. Yang di utus untuk
menyempurnakan karakter manusia. Di Indonesia istilah integrasi masih sering disamakan
dengan istilah pembauran atau asimilasi, padahal kedua istilah tersebut memiliki perbedaan.
Integrasi di artikan dengan integrasi kebudayaan , integgrasi sosial,dan pluarisme sosial.
Sementara pembaruan dapat berarti asimilasi dan amal ganasi. Integrasi kebudayaan berarti
penyesuaian antara dua atau lebih kebudayaan mengenai beberaa unsur kebudayaan (kultural
teraits) mereka berbeda atau bertentangan, agar dapat dibentuk menjadi suatu sistem kebudayaan
yang selaras (harmonis). Carany adalah melalui difusi (penyebaran), dimana unsur kebudayaan
baru diserap kedaam suatu kebudayaan yang berada dalam keadaan konflik dengan unsur
kebudayaan tradisional tertentu. Integrasi sosial adalah penyatu paduan dari kelompok-kelompok
masyarakat yang asalnya berbeda, menjadi suatu kelompok besar dengan cara melenyapkan
perbedaan dan jati diri masing-masing.
BAB III

PENUTUP

3.1.       KESIMPULAN

Korupsi sebagai sebuah bentuk konsepsi mengalami pemaknaan yang beragam. Mulai
pemaknaan yang bersifat etimologis, terminologis, sampai levelisasi korupsi. Sebagai sebuah
penyimpangan, korupsi tidak hanya berlangsung pada ranah kekuasaan untuk mencari
keuntungan materi juga dalam bentuk penyimpangan kepercayaan  yang ada pada setiap orang.
Korupsi bukan hanya milik pemerintah, tapi juga sektor swasta bahkan lembaga pendidikan.
Korupsi tidak hanya berlangsung pada level struktural, tapi juga kultural.
Upaya pencegahan korupsi pada dasarnya dapat dilakukan dengan menghilangkan, atau
setidaknya mengurangi, kedua faktor penyebab korupsi tersebut.
Faktor internal sangat ditentukan oleh kuat tidaknya nilai-nilai anti korupsi tertanam dalam
diri setiap individu. Nilai-nilai anti korupsi tersebut antara lain meliputi kejujuran, kemandirian,
kedisiplinan, tanggung jawab, kerja keras, sederhana, keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai anti
korupsi itu perlu diterapkan oleh setiap individu untuk dapat mengatasi faktor eksternal agar
korupsi tidak terjadi.

Identitas Nasional adalah sebuah kesatuan yang terikat oleh wilayah dan selalu memiliki
wilayah (tanah tumpah darah mereka sendiri), kesamaan sejarah sistem hukum/perundang –
undangan, hak dan kewajiban serta pembagian kerja berdasarkan profesi.
Faktor-faktor pendukung kelahiran identitas nasional ada empat, yaitu faktor  primer, faktor
pendorong, faktor penarik, dan faktor reaktif. Keempat faktor tersebut pada dasarnya tercakup
dalam proses pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia, yang telah berkembang dari
masa sebelum bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan dari penjajahan bangsa lain.

3.2.         SARAN
Jauhilah korupsi,karena korupsi selain merugikan orang lain juga merugikan diri kita
sendiri. Selain dilarang oleh agama juga ada hukum pidana baik yang memberi maupun yang
menerima suap.
DAFTAR PUSTAKA

Kaelan dan Zubaidi.2007.Pendidikan Kewarganegaraan.Yogyakarta:Paradigma, Edisi pertama.


Suryo, Joko, 2002, Pembentukan Identitas Nasional, Makalah Seminar Terbatas Pengembangan
Wawasan tentang Civic Education, LP3 UMY, Yogyakarta.
Ismaun, 1981, Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia, Carya Remadja, Bandung

Anda mungkin juga menyukai