Anda di halaman 1dari 14

ASPEK LEGAL DAN ETIK

Pengertian Legal
Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur
dalam undang-undang keperawatan.
Keterkaitan dengan legal formal dalam memberikan pelayanan keperawatan kritis. Keterkaitan
dengan kebijakan yang memberikan jaminan hukum terhadap pelayanan keperawatan kritis, seperti :
UU Kes, PERMENKES dan peraturan lainnya.

2. Maksud dan Tujuan

a. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum

b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain

c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri

d. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat


memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
e. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang melakukan pelayanan
kesehatan di luar kewenangan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa.

3. Penerapan legal dalam area critical care


Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan
kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Tanda Registrasi (STR)
bila bekerja di dalam suatu institusi.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan, namun memiliki
kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara
berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang.
Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang
memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui.
Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen
Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran.
Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan
tertentu diserahkan kepada profesi masing-masing.

a. Fungsi Hukum dalm Praktik Perawat

 Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum
 Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain

Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri


 Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi perawat
memiliki akuntabilitas dibawah hukum.

b. Kepmenkes 1239/2001 Tentang Praktik Keperawatan pasal 15 dan 16

 Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan diagnosa keperawatan,


perencanaan, melaksanakan tindakan dan evaluasi.

 Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis dokter
 Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :
Menghormati hak pasien
Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Memberikan informasi
Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
Melakukan catatan perawatan dengan baik

c. Larangan
 Perawat dilarang menjalankan praktik selain yang tercantum dalam izin dan melakukan perbuatan
yang bertentangan dengan standar profesi

d. Sanksi: sesuai dengan kebijakan pimpinan rumah sakit

e. Hak dan Kewajiban Perawat

Aspek Legal Keperawatan juga meliputu Kewajiban dan hak Perawat :

1) Kewajiban:
Setiap perawat wajib mempunyai:

- Sertifikat kompetensi
- Surat Tanda Registrasi
- Surat ijin Praktek (SIP)
- Memperbaharui sertifikat kompetensi

 Menghormati hak pasien


 Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani

Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan aturan undang-undang keperawatan

 Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan kewenangan


 Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan dilakukan perawat sesuai dgn kondisi pasien baik
secara tertulis.

 Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai peraturan dan SOP yang berlaku

 Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam melaksanakan praktik

 Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK

 Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai dengan kewenangan

 Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

 Mentaati semua peraturan perundang-undangan


 Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun dgn anggota tim kesehatan
lainnya.

2) Hak-Hak Perawat

 Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum.

 Hak mendapat upah yang layak.

 Hak bekerja di lingkungan yang baik

 Hak terhadap pengembangan profesional.


 Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan

Pengertian Etik
Etik adalah sistem nilai pribadi yang digunakan untuk memutuskan apa yang benar atau apa yang
paling tepat, memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang ada dalam organisasi dan diri
pribadi.

Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar atau salah dan tindakan apa yang akan dilakukan.
Etika Keperawatan merefleksikan bagaimana seharusnya perawat berprilaku, apa yang harus
dilakukan perawat terhadap kliennya dalam memberikan pelayanan keperawatan kritis.
2. Maksud dan Tujuan Aspek Etik dalam Crritical Care

Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut (kozier, Erb. 1990):
a. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien, dan anggota tenaga
kesehatan lainnya.

b. Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat yang melakukan
pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu perawat yang tertuduh suatu permasalahan
secara tidak adil.

c. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk mengorientasikan


lulusan keperawatan dalam memasuki jajaran praktik keperawatan profesional.
d. Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan profesional

3. Penerapan pengetahuan etik di area critical care

Terdapat delapan asas etik dalam keperawatan yaitu


a. Autonomi (otonomy)

Yaitu menghormati keputusan pasien untuk menentukan nasibnya, dalam hal ini setiap keputusan
medis ataupun keperawatan harus memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga terdekat. Dengan
mengikuti prinsip autonomi berarti menghargai pasien untuk mengambil keputusan sendiri
berdasarkan keunikan individu secara holistik.
b. Non maleficence (tidak merugikan)

yaitu keharusan untuk menghindari berbuat yang merugikan pasien, setiap tindakan medis dan
keperawatan tidak boleh memperburuk keadaan pasien. Berarti tindakan yang dilakukan tidak
menyebabkan bahaya bagi pasien, bahaya disini dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko
membahayakan dan bahaya yang tidak disengaja

c. Beneficence ( kemurahan hati)


yaitu keharusan untuk berbuat baik kepada pasien, setiap tindakan medis dan keperawatan harus
ditujukan untuk kebaikan pasien. Berarti melakukan yang baik yaitu mengimplementasikan tindakan
yang menguntungkan pasien dan keluarga
d. Justice (perlakuan adil)

yaitu sikap dan tindakan medis dan keperawatan harus bersifat adil, dokter dan perawat harus
menggunakan rasa keadilan apabila akan melakukan tindakan kepada pasien
e. Fidelity (setia, menepati janji ),

Berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimiliki oleh seseorang.Kesetiaan
berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada kesepakatan dan tanggung jawab yang telah
dibuat . Setiap tenaga keperawatan mempunyai tanggung jawab asuhan keperawatan kepada individu,
pemberi kerja, pemerintah dan masyarakat.
Apabila terdapat konflik diantara berbagai tanggungjawab, maka diperlukan penentuan prioritas
sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
f. Veracity (kebenaran, kejujuran),

Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu kebenaran, tidak berbohong
atau menipu orang lain. Kejujuran adalah landasan untuk “informed concent” yang baik. Perawat
harus dapat menyingkap semua informasi yang diperlukan oleh pasien maupun keluarganya sebelum
mereka membuat keputusan.
g. Confidenciality ( kerahasiahan )
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua informasi tentang pasien/klien
yang dirawatnya. Pasien/klien harus dapat menerima bahwa informasi yang diberikan kepada tenaga
profesional kesehatan akan dihargai dan tidak disampaikan/ diberbagikan kepada pihak lain secara
tidak tepat. Perlu dipahami bahwa berbagi informasi tentang pasien/klien dengan anggota kesehatan
lain yang ikut merawat pasien tersebut bukan merupakan pembeberan rahasia selama informasi
tersebut relevan dengan kasus yang ditangani
h. Accountability ( akuntabilitas )

Dalam menerapkan prinsip etik, apakah keputusan ini mencegah konsekwensi bahaya, apakah
tindakan ini bermanfaat, apakah keputusan ini adil, karena dalam pelayanan kesehatan petugas dalam
hal ini dokter dan perawat tidak boleh membeda-bedakan pasien dari status sosialnya, tetapi melihat
dari penting atau tidaknya pemberian tindakan tersebut pada pasien.
Hak-hak pasien haruslah dihargai dan dilindungi, hak-hak tersebut menyangkut kehidupan,
kebahagiaan, kebebasan, privacy, self determination, perlakuan adil dan integritas diri. Dilema moral
masih mungkin terjadi apabila prinsip moral otonomi dihadapkan dengan prinsip moral lainnya, atau
apabila prinsip beneficence dihadapkan dengan non maleficence, misalnya apabila keinginan pasien
(otonomi) ternyata bertentangan dengan dengan beneficence atau non maleficence, atau bisa saja
apabila sesuatu tindakan mengandung beneficence dan nonmaleficence terjadi secara bersamaan
sepeti “ Rule of Double Effect (RDE)” yaitu apabila suatu tindakan untuk memberikan kenyamanan
berdasarkan prinsip beneficence tetapi sekaligus memiliki resiko terjadinya perburukan sehingga
berlawanan dengan prinsip nonmaleficence. Contoh: pemberian morphin sulfat untuk mengendalikan
rasa nyeri hebat yang terjadi pada pasien penderita cancer stadium akhir yang beresiko akan
memberikan efek depresan yang dapat menekan pusat pernafasan pasien.
Dalam keadaan RDE biasanya dikenal 4 elemen yang harus dipenuhi yaitu:

1. Sifat tindakan haruslah baik atau setidaknya netral

2. Niat tindakan adalah untuk tujuan baik, dampak buruk boleh saja telah dapat dibayangkan tetapi
harus bukan diniatkan.

3. Dampak buruk haruslah bukan cara untuk mencapai tujuan baik


4. Dampak baik harus melebihi dampak buruk
ASPEK-ASPEK
1) Aspek biologis / fisiologis (Perry&Potter.2005)
Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang perlu atau penting untuk bertahan hidup. Manusia memiliki
beberapa kebutuhan : oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, dan seks. Klien yang sangat
muda, sangat tua, sakit dan cacat atau bahkan penurunan kesadaran tergantung pada orang lain untuk
memenuhi kebutuhan dasar fisiologis. Perawat sering mempunyai peran dalam membantu klien
memenuhi kebutuhan tersebut. Perspektif dalam keperawatan intensif diantaranya:
- Memenuhi kebutuhan oksigen #$2).
contohnya perawat dapat memberikan bantuan napas bila mengalami
gangguan dalam bernapas atau gagal napas, melakukan pemasangan ventilator, dan lain-lain.
-Kebutuhan cairan.
contohnya pada saat pengkajian keperawatan menunjukkan temuan konsisten ketidakseimbangan
cairan, tindakan keperawatan diarahkan pada perbaikan keseimbangan kearah yang normal dengan
memberi cairan melalui infus.
- Nutrisi.
Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya, seorang
perawat harus mengerti proses pencernaan dan proses metabolik tubuh. Perawat bisa menggunakan
beberapa nutrisi tambahan dan teknik untuk memperbaiki defsit nutrisional. contoh: pasien yang tidak
sadar atau mengalami gangguan menelan, perawat dapat memasang NGT, dan memberikan nutrisi
melalui selang tersebut.
-Temperatur.
Terpajan panas yang berkepanjangan dapat meningkatkan aktivitas metabolik tubuh dan
meningkatkan kebutuhan oksigen jaringan. Pemajanan panas yang lama dan berlebihan juga
mempunyai efek fisiologis yang khusus. Dalam hal ini
contoh dan tindakan perawat yang dapat dilakukan antara lain memantau suhu
tubuh klien khususnya bagian tubuh yang berada dibawah seperti punggung yang dapat menimbulkan
dekubitus.
-Eliminasi
Eliminasi materi sampah merupakan salah satu proses metabolik tubuh. Produk sampah dikelurkan
melalui paru-paru, kulit, ginjal, dan pencernaan. Contoh tugas perawat disini lebih ditekankan dalam
membantu pasien yang tidak sadar untuk mengeluarkan materi sampah tersebut.
- Seks.
Seks dianggap oleh maslow sebagai kebutuhan dasar fisiologis yang secara umum mengambil
prioritas diatas tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Seksualitas melibatkan lebih dari seks fisik. Hal
tersebut bisa melibatkan
kebutuhan emosi, sosial, dan spiritual. Contohnya dalam hal ini perawat dapat
sebagai konselor untuk pasien, namun untuk pasien yang tidak sadar cukup dengan ditemani orang
yang berharga bagi pasien.

Aspek Psikologis
- Rasa Aman
Memenuhi kebutuhan keselamatan dan keamanan kadang mengambil prioritas
lebih dahulu diatas kebutuhan fisiologis. Contohnya adalah seorang perawat perlu melindungi pasien
yang tidak sadar dari kemungkinan
jatuh dari tempat tidur.
- Kebutuhan cinta dan rasa memiliki
Manusia secara umum membutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai oleh teman sebaya dan oleh
masyarakat. Contohnya: memberi sentuhan baik dari perawat maupun keluarga pasien. Sentuhan
tersebut diartikan bahwa pasien
masih diperhatikan walaupun dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
- Harga Diri
Kebutuhan harga diri berhubungan dengan keinginan terhadap kekuatan,
Pencapaian, rasa cukup, kompetensi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan. Jika
konsep diri pasien mengalami perubahan karena penyakit atau cedera, pemberian perawatan
melibatkan peningkatan konsep diri dan gambaran diri. Tindakan perawat spesifik bergantung pada
sistem dukungan. Contohnya memberi dukungan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien ataupun
untuk
meningkatkan proses kesembuhannya.
- Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan paling tinggi dalam hirarki kebutuhan menurut Maslow.
Aktualisasi diri mungkin terjadi pada saat ada
keseimbangan antara kebutuhan klien, tekanan, dan kemampuan untuk
beradaptasi terhadap perubahan tubuh dan lingkungan. Kebutuhan privasi pasien harus dihargai dan
dipenuhi. Suatu penyakit mungkin sangat menurunkan privasinya. Contohnya perawat dapat
membantu memenuhi kebutuhan ini dengan merencanakan perawatan sehingga privasi pasien tidak
terganggu. Contoh lainnya juga adalah memberikan reward/penghargaan terhadap perbaikan kondisi
pasien walaupun kelihatannya pasien tidak dalam keadaan sadar.
- Aspek Sosial
Lingkungan sosial merupakan tempat dimana setiap orang dapat berinteraksi dengan orang lain.
Saling bertukar pikiran, curahan hati, maupun yang lainnya
sehingga pasien tersebut merasa dekat dengan kegiatan sosialnya. Contoh aspek sosial disini, perawat
bisa memberikan keluarga berkunjung atau melihat pasien tersebut untuk dapat saling berinteraksi
bahkan memberikan suppor t. Dengan demikian, maka pasien akan merasa dekat dengan lingkungan
seperti
orang tua, teman dekat, dan kerabat pasien.
- Aspek Spiritual
Kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan
memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf (pengampunan), mencintai,
menjalin hubungan penuh rasa percaya pada Tuhan. Kebutuhan spiritual juga dapat memenuhi
kebutuhan untuk mencapai tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, rasa keterikatan dan
kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Contohnya untuk memenuhi kebutuhan rohani
atau memfasilitasi kebutuhannya untuk melakukan iadah, memandu, dan atau berdoa bersama pasien
bila memungkinkan untuknya.
PENGERTIAN PERAWATAN INTENSIF ATAU KRITIS
Perawatan intensif menurut Adam & Osbome (1997) merupakan pelayanan
keperawatan yang bertujuan untuk memberikan asuhan bagi pasien dengan penyakit berat yang
potensial reversible, memberikan asuhan bagi pasien yang perlu obeservasi ketat dengan atau tanpa
pengobatan yang tidak dapat diberikan di ruang perawatan umum, memberikan pelayanan kesehatan
bagi pasien dengan potensial atau adanya kerusakan organ umumnya paru, mengurangi kesakitan dan
kematian yang dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit kritis (Depkes RI, 2006).
PERAN DAN FUNGSI KEPERAWATAN KRITIS

PENGERTIAN PERAWATAN KRITIS

Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suaatu kondisi
krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar. Keperawatan kritis merupakan salah
satu spesialisasi di idang keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia
terhadap masalah yang mengancam hidup. Seorang perawat kritis adalah perawat
professional yang bertanggungjawab untuk menjamin pasien yang kritis dan akut beserta
keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan yang optimal.

Keperawatan kritis merupakan salah satu spesialisasi di bidang keperawatan yang


secara khusus menangani respon manusia terhadap masalah yang mengancam kehidupan.
Secara keilmuan perawatan kritis focus terhadap masalah kritis atau pasien yang tidak stabil.
Untuk pasien yang kritis, pernyataan penting yang harus dipahami perawat ialah “waktu
adalah vital”. Sedangkan istilah kritis mengalami arti yang luas penilaian dan evaluasi secara
cermat dan hati-hati terhadap suatu kondisi krusial dalam rangka mencari penyelesaian atau
jalan keluar.

Keperawatan kritis adalah keahlin khusus dalam ilmu perawatan yang dihadapkan
secara rinci dengan manusia ( pasien) dan bertanggungjawab atas masalah yang mengancam
jiwa. Perawat kritis adalah perawat professional yang resmi yang bertanggungjawab untuk
memastikan pasien dengan skit kritis dan keluarga pasien mendapatkan keperdulian optimal,
American Association of Critical-Care Nurses (AACN,2006).

Asuhan keperawatan kritis mencakup diagnosis dan penatalaksanaan respon manusia


terhadap penyakit actual atau potensial yang mengancam kehidupan. Lingkup praktek asuhan
keperawatan kritis didefinisikan dengan interaksi perwat kritis, pasien dengan penyakit kritis,
dan lingkungan yang memberikan sumber-sumber yang adekuat untuk pemberian perawatan,
American Association of Critical-Care Nurses (AACN, 2012).

Pasien kritis menurut AACN (American Association of Critical-Care Nursing)


didefinisikan sebagai pasien berisiko tinggi untuk masalah Kesehatan actual ataupun
potensial yang mengancam jiwa. Semakin kritis sakit pasien, semakin besar kemungkinan
untuk menjadi sangat rentan, tidak stabil dan kompleks, membutuhkan terapi yang intensif
dan asuhan keperawatan yang teliti (Nurhadi, 2014).

PERAN PERAWAT DALAM PERAWATAN KRITIS

Peran perawat perawatan kritis :


1. Menghormati dan mendukung hak pasien atau pengganti pasien yang ditunjuk untuk
pengambilan keputusan otonom.
2. Ikut membantu pasien atau keluarga Ketika dibutuhkan demi kepentingan pasien.
3. Membantu pasien mendapatkan perawatan yang diperlukan.
4. Menghormati nilai-nilai, keyakinan dan hak-hak pasien.
5. Menyediakan Pendidikan dan dukungan untuk membantu pasien atu keluarga dalam
membuat keputusan.
6. Mendukung keputusan dari psien atau keluarga tentang pelayanan keperawatan yang
akan diberikan ataupun proses perpindahan transfer ke RS lain yang memiliki kualitas
yang sama.
7. Melakukan bimbingan spiritual untuk keluarga dalam situasi yang memerlukan
Tindakan segera.
8. Memantau dan menjga kualitas perawatan pasien.
9. Bertindak sebagai penghubung antara pasien, keluarga pasien dan professional
Kesehatan lainnya.
Peran perawat dalam keperawatan kritis :
1. Pemberi Asuhan
2. Pembuat Keputusan
3. Manager Kasus
4. Pelindung dan Adokasi Pasien
5. Rehabilitator
6. Pembuat Kenyamanan
7. Pemberi Keyakinan
8. Edukator
9. Kolaborator
10. Konsultan Pembaharu

Tujuan Keperawatan Intensif


Pelayanan keerawatan di ICU merupakan pelayanan yang diberikan kepada pasien dalam
kondisi kritis yang mengancam jiwa, sehingga harus dilaksanakan oleh tim terlatih dan
berpengalaman di ruang perawatan intensif.
Tujuan keperawatan intensif sesuai Standar Pelayanan Keperawatan di ICU (Dep. Kes. RI.,
2006) adalah :
1. Menyelamatkan nyawa
2. Mencegah terjadinya kondisi memburuk dan komplikasi melalui observasi dan
monitoring yang ketat, disertai kemampuan menginterpretasikan setiap data yang
didapat dan melakukan tindak lanjut
3. Meningkatkan kualitas hidu pasien dan mempertahankan kehidupan
4. Mengoptimalkan kemampuan fungsi organ tubuh pasien
5. Mengurangi angka kematian dan kecacatan pasien kritis dan mempercepat proses
penyembuhan pasien
Untuk mencapai tujuan tersebut, perawat di unit perawatan intensif perlu bekal ilmu dan
pengalaman yang cukup, sehingga kompeten dalam penanganan pasien kritis. Kompetensi teknikal
perawat merupakan kompetensi tidak terbatas pada kemampuan melakukan tindakan keperawatan
namun yang lebih penting adalah keterampilan mendapatkan data yang valid dan terpercaya, serta
keterampilan melakukan pengkajian fisik secara akurat, keterampilan mendiagnostik masalah menjadi
diagnosis keperawatan, keterampilan memilih dan menentukan intervensi yang tepat (Rosjidi &
Harun, 2011).
Selain mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien kritis, perawat di unit perawatan
intensif juga dituntut untuk mampu menjaga mutu pelayanan berkualitas. Dalam menjaga mutu
pelayanan di unit perawatan intensif, fungsi dan peran perawat sangat besar, karena proses perawatan
pasien diantaranya dengan observasi kondisi pasien secara ketat yang dilakukan oleh perawat.
Beberapa peran perawat dalam menjaga mutu pelayanan intensif yaitu : mencuci tangan setiap five
moment, mampu mengatasi pasien dalam keadaan gawat secara cepat, menjaga kesterilan setiap alat
invasive yang terpasang pada pasien, memonitor pasien yang terpasang alat invasive, mengubah
posisi pasien yang tirah baring lama, menjaga keamanan pasien yang beresiko jatuh, merawat pasien
dengan luka post operatif, menaga kesterilan saat melakukan suctioning pada pasien dengan ventilasi
mekanik serta memelihara kesterilan selan pada mesin ventilator. Apabila semua perawat dapat
melaksanakan perannya dengan baik, maka mutu pelayanan perawatan intensif seperti di bawah ini
dapat terjamin. Idantaranya adalah :
1. Memberikan respon time yang cepat dalam penanganan kegawatan
2. Mencegah terjadinya dekubitus
3. Menurunkan resiko jatuh
4. Mencegah terjadinya infeksi akibat kateter vena sentral
5. Menjegah tejadinya infeksi akibat kateter vena perifer
6. Mencegah terjadinya infeksi atau reaksi alergi akibat transfusi
7. Mencegah terjadinya infeksi akibat luka operasi
8. Mencegah terjadinya infeksi saluran kencing akibat pemasangan kateter urin
9. Mencegah terjadinya infeksi saluran kencing akibat ventilator acquired pneumonia

Kompetensi perawat dalam penanganan pasien kritis dan menjaga mutu pelayanan ini tidak hanya
membutuhkan ilmu dan pengalaman yang cukup, namun juga tingkat kepedulian dalam merawat
pasien dengan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi perawat
dengan pasien, keluarga pasien serta profesi atau unit lain. Perawat wajib berkomunikasi dengan
pasien sadar maupun tidak sadar pada saat melakukan tindakan keperawatandan komunikasi penting
dilakukan dalam penentuan tindakan pasien. Kepada pihak keluarga, perawat perlu mengorientasikan
ruangan, kondisi pasien yang berubah-ubah setiap saat dan hal-hal penting lainnya agar informasi
tentang pasien diterima dengan baik dan kepuasan keluarga pasien dapat tercapai. Hubungan perawat
dengan unit lain atau profesi kesehatan lain juga memerlukan komunikasi dan kerjasama yang baik
agar pengelolaan pasien kritis bisa optimal serta sasaran keselamat pasien dapat tercapai.
ASPEK LEGAL ETIK

ASPEK LEGAL DALAM KEPERAWATAN KRITIS

Merupakan aspek mengenai hak dan tanggungjawab legal terkait dengan praktik keperawatan
kritis yang merupakan hal penting bagi perawat dan pasien. Perawat ruang intensif/kritis yang
harus memberikan pelayanan keperawatan yang mencerminkan pemahaman akan aspek etika
dan legal keperawatan. Perawat ruang kritis harus bekerja sesuai dengan aturan yang ada
(standar rumah sakit/standar pelayanan maupun asuhan keperawatan).

Adapun beberapa aspek legal dalam keperawatan kritis :


1. Area hukum
Menurut Morton & Fontanine (2009) terdapat 3 area hukum yang mempengaruhi
praktik perawat perawatan kritis, yaitu hukum administrasi, hukum sipil, dan hukum
pidana.
a. Hukum administrasi
Hukum administrasi merupakan suatu konsekuensi hukum dan regulasi negara
bagian dan federal yang terkait dengan prakti perawat. Di negara bagian terdapat
suatu badan legislasi yang berfungsi untuk mengukuhkan akta praktiek perawat.
Dalam tiap akta tersebus, praktik keperawatan didefinisikan, dan kekuasaannya
didelegasikan pada Lembaga negara bagian biasanya disebut dengan State Board
of Nursing. Lembaga ini berfungsi regulasi yang mengatur mengenai bagaimana
penafsiran dan implementasi dari akta praktek perawat seharusnya.
b. Hukum sipil
Hukum sipil merupakan area kedua hukum yang mempengaruhi praktik
keperawatan. Salah satu area khusus hukum sipil, hukum kerugian, membentuk
landasan dari Sebagian besar kasus sipil yang melibatkan perawat
c. Hukum pidana Area Ketika hukum yg relevan dengan praktik keperawatan adalah
hukum pidana. Berbeda dengan hukum sipil, dimana individu yang satteru
menuntut individu yang lain, hukum pidana terdiri atas kasus tuntutan hukum
yang diajukan oleh negara bagian, pemerintah vederala tau setempat terhadap
perawat. Dalam hal ini yang termasuk kasus pidana adalah penyerangan dan
pemukulan, pembunuhan akibat kelalaian, pembunuhan murni.

Di Indonesia pengaturan sanksi pidana secara umum diatur dalam beberapa pasal
pada KUH Pidana dan prngaturan secara khusus dapat dijumpai pada pasal 190-200
UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Oleh sebab itu, undang-undang
Kesehatan memungkinkan diajukannya tuntutan kepada tenaga Kesehatan yang
melakukan kesalahan atau kelainan Ketika menjalankan tugas pelayanan Kesehatan.
Tuntutan itu dapat berupa gugatan untuk membayar ganti rugi kepada korban atau
keluarga
Adapun dasar peraturan yang terdapat dalam Undang-Undang tentang kesehatan yaitu
Pasal 58 ayat (1) yang berbunyi “setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
sesoerang tenaga kesehatan dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya.”

2. PRINSIP ETIKA DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Sebagaimana yang tercermin dalam model pengambilan keputusan, prinsip-prinsip


etika yang relevan harus dipertimbangkan ketika dilema etik muncul. Terdapat
beberapa etik yang terkait dalam pengaturan perawatan kritis, prinsip-prinsip ini
dimaksudkan untuk memberikan hormat dan martabat bagi bagi semua yang terlibat
dalam pengambilan keputusan.

a. Menghargai otonomi (facilitate autonomy)


Suatu bentuk hak individu dalam mengatur kegiatan /perilaku dan tujuan
hidup individu. Kebebasan dalam memilih atau menerima suatu tangung
jawab terhadapa pilihannya sendiri. Prinsip otonomi menjelaskan bahwa
seseorang mempunyai kemerdekaan untuk menentukan keputusan dirinya
menurut rencana pilihannya sendiri. Bagian apa yang diperlukan dalam ide
terhadap repect seseorang, menurut prinsip ini adalah menerima pilihan
individu tanpa memperhatikan pilihan apakah pilihan seperti itu adalah
kepentingannya. (Curtin, 2002). Permasalahan dari penerapan prinsip ini
adalah adanya varuasu kemampuan otonomi pasien yang dipengaruhi oleh
banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit, lingkungan rumah sakit,
ekonomi, tersedianya informasi, dan lain-lain. (Priharjo, 1995). Contoh :
kebebsan pasien untuk memilih pengobatan dan siapa yang berhak
mengobatinya sesuai dengan yang diinginkan.
b. Kebebasan (freedom)
Perilaku tanpa tekanan dari luar, memutusakn sesuatu tanpa tekanan atau
paksaan pihak lain. (Facione et all, 19991) berpendapat bahwa siapapun bebas
menentukan pilihan yang menurut pandangannya sesuatu yang terbaik. Contoh
: klien dan keluarga mempunyai hak untuk menerima atau menolak asuhan
keperawatan yang diberikan.
c. Kebenaran (veracity)
Melakukan kegiatan/tindakan sesuai nilai-nilai moral dan etika yang tiak
bertentangan (tepat, lengkap). Prinsip kejujuran menurut Veatch dan Fry
(1987) didefinisikan sebagai menyatakan hal yang sebenarnya dan tidak
berbohong. Suatu kewajiban untuk mengatakan yang sebenarnya atau untuk
tidak membohongi orang lain. Kebenaran merupakan hal yang fundamental
dalam memebangun hubungan saling percaya dengan pasien. Perawat sering
tidak memberitahukan kejadian sebenarnya pada pasien yang memang sakit
parah. Namu dari hasil penelitian pada pasien dalam keadaan terminal
menjelaskan bahwa pasien ingin diberitahu tentang kondisinya secara jujur
(Veatch, 1978).
d. Keadilan (justice)
Hak setiap orang untuk diperlukan sama (facine at all, 1991) merupakan suatu
prinsip moral untuk berlaku adil bagi semua individu. Artinya individu
mendapatkan tindakan yang sama mempunyai kontribusi yang relative sama
untuk kebaikan kehidupan seseorang.
e. Tidak Membahayakan (nonmalaficience)
f. Kemurahan Hati (beneficience)

Anda mungkin juga menyukai