Pengertian Legal
Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur
dalam undang-undang keperawatan.
Keterkaitan dengan legal formal dalam memberikan pelayanan keperawatan kritis. Keterkaitan
dengan kebijakan yang memberikan jaminan hukum terhadap pelayanan keperawatan kritis, seperti :
UU Kes, PERMENKES dan peraturan lainnya.
a. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum
Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai dengan hukum
Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis dokter
Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :
Menghormati hak pasien
Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
Memberikan informasi
Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
Melakukan catatan perawatan dengan baik
c. Larangan
Perawat dilarang menjalankan praktik selain yang tercantum dalam izin dan melakukan perbuatan
yang bertentangan dengan standar profesi
1) Kewajiban:
Setiap perawat wajib mempunyai:
- Sertifikat kompetensi
- Surat Tanda Registrasi
- Surat ijin Praktek (SIP)
- Memperbaharui sertifikat kompetensi
Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai peraturan dan SOP yang berlaku
Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam melaksanakan praktik
2) Hak-Hak Perawat
Pengertian Etik
Etik adalah sistem nilai pribadi yang digunakan untuk memutuskan apa yang benar atau apa yang
paling tepat, memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang ada dalam organisasi dan diri
pribadi.
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar atau salah dan tindakan apa yang akan dilakukan.
Etika Keperawatan merefleksikan bagaimana seharusnya perawat berprilaku, apa yang harus
dilakukan perawat terhadap kliennya dalam memberikan pelayanan keperawatan kritis.
2. Maksud dan Tujuan Aspek Etik dalam Crritical Care
Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut (kozier, Erb. 1990):
a. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien, dan anggota tenaga
kesehatan lainnya.
b. Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat yang melakukan
pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu perawat yang tertuduh suatu permasalahan
secara tidak adil.
Yaitu menghormati keputusan pasien untuk menentukan nasibnya, dalam hal ini setiap keputusan
medis ataupun keperawatan harus memperoleh persetujuan dari pasien atau keluarga terdekat. Dengan
mengikuti prinsip autonomi berarti menghargai pasien untuk mengambil keputusan sendiri
berdasarkan keunikan individu secara holistik.
b. Non maleficence (tidak merugikan)
yaitu keharusan untuk menghindari berbuat yang merugikan pasien, setiap tindakan medis dan
keperawatan tidak boleh memperburuk keadaan pasien. Berarti tindakan yang dilakukan tidak
menyebabkan bahaya bagi pasien, bahaya disini dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko
membahayakan dan bahaya yang tidak disengaja
yaitu sikap dan tindakan medis dan keperawatan harus bersifat adil, dokter dan perawat harus
menggunakan rasa keadilan apabila akan melakukan tindakan kepada pasien
e. Fidelity (setia, menepati janji ),
Berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimiliki oleh seseorang.Kesetiaan
berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada kesepakatan dan tanggung jawab yang telah
dibuat . Setiap tenaga keperawatan mempunyai tanggung jawab asuhan keperawatan kepada individu,
pemberi kerja, pemerintah dan masyarakat.
Apabila terdapat konflik diantara berbagai tanggungjawab, maka diperlukan penentuan prioritas
sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
f. Veracity (kebenaran, kejujuran),
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu kebenaran, tidak berbohong
atau menipu orang lain. Kejujuran adalah landasan untuk “informed concent” yang baik. Perawat
harus dapat menyingkap semua informasi yang diperlukan oleh pasien maupun keluarganya sebelum
mereka membuat keputusan.
g. Confidenciality ( kerahasiahan )
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua informasi tentang pasien/klien
yang dirawatnya. Pasien/klien harus dapat menerima bahwa informasi yang diberikan kepada tenaga
profesional kesehatan akan dihargai dan tidak disampaikan/ diberbagikan kepada pihak lain secara
tidak tepat. Perlu dipahami bahwa berbagi informasi tentang pasien/klien dengan anggota kesehatan
lain yang ikut merawat pasien tersebut bukan merupakan pembeberan rahasia selama informasi
tersebut relevan dengan kasus yang ditangani
h. Accountability ( akuntabilitas )
Dalam menerapkan prinsip etik, apakah keputusan ini mencegah konsekwensi bahaya, apakah
tindakan ini bermanfaat, apakah keputusan ini adil, karena dalam pelayanan kesehatan petugas dalam
hal ini dokter dan perawat tidak boleh membeda-bedakan pasien dari status sosialnya, tetapi melihat
dari penting atau tidaknya pemberian tindakan tersebut pada pasien.
Hak-hak pasien haruslah dihargai dan dilindungi, hak-hak tersebut menyangkut kehidupan,
kebahagiaan, kebebasan, privacy, self determination, perlakuan adil dan integritas diri. Dilema moral
masih mungkin terjadi apabila prinsip moral otonomi dihadapkan dengan prinsip moral lainnya, atau
apabila prinsip beneficence dihadapkan dengan non maleficence, misalnya apabila keinginan pasien
(otonomi) ternyata bertentangan dengan dengan beneficence atau non maleficence, atau bisa saja
apabila sesuatu tindakan mengandung beneficence dan nonmaleficence terjadi secara bersamaan
sepeti “ Rule of Double Effect (RDE)” yaitu apabila suatu tindakan untuk memberikan kenyamanan
berdasarkan prinsip beneficence tetapi sekaligus memiliki resiko terjadinya perburukan sehingga
berlawanan dengan prinsip nonmaleficence. Contoh: pemberian morphin sulfat untuk mengendalikan
rasa nyeri hebat yang terjadi pada pasien penderita cancer stadium akhir yang beresiko akan
memberikan efek depresan yang dapat menekan pusat pernafasan pasien.
Dalam keadaan RDE biasanya dikenal 4 elemen yang harus dipenuhi yaitu:
2. Niat tindakan adalah untuk tujuan baik, dampak buruk boleh saja telah dapat dibayangkan tetapi
harus bukan diniatkan.
Aspek Psikologis
- Rasa Aman
Memenuhi kebutuhan keselamatan dan keamanan kadang mengambil prioritas
lebih dahulu diatas kebutuhan fisiologis. Contohnya adalah seorang perawat perlu melindungi pasien
yang tidak sadar dari kemungkinan
jatuh dari tempat tidur.
- Kebutuhan cinta dan rasa memiliki
Manusia secara umum membutuhkan perasaan bahwa mereka dicintai oleh teman sebaya dan oleh
masyarakat. Contohnya: memberi sentuhan baik dari perawat maupun keluarga pasien. Sentuhan
tersebut diartikan bahwa pasien
masih diperhatikan walaupun dalam keadaan sadar maupun tidak sadar.
- Harga Diri
Kebutuhan harga diri berhubungan dengan keinginan terhadap kekuatan,
Pencapaian, rasa cukup, kompetensi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan. Jika
konsep diri pasien mengalami perubahan karena penyakit atau cedera, pemberian perawatan
melibatkan peningkatan konsep diri dan gambaran diri. Tindakan perawat spesifik bergantung pada
sistem dukungan. Contohnya memberi dukungan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien ataupun
untuk
meningkatkan proses kesembuhannya.
- Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri merupakan tingkat kebutuhan paling tinggi dalam hirarki kebutuhan menurut Maslow.
Aktualisasi diri mungkin terjadi pada saat ada
keseimbangan antara kebutuhan klien, tekanan, dan kemampuan untuk
beradaptasi terhadap perubahan tubuh dan lingkungan. Kebutuhan privasi pasien harus dihargai dan
dipenuhi. Suatu penyakit mungkin sangat menurunkan privasinya. Contohnya perawat dapat
membantu memenuhi kebutuhan ini dengan merencanakan perawatan sehingga privasi pasien tidak
terganggu. Contoh lainnya juga adalah memberikan reward/penghargaan terhadap perbaikan kondisi
pasien walaupun kelihatannya pasien tidak dalam keadaan sadar.
- Aspek Sosial
Lingkungan sosial merupakan tempat dimana setiap orang dapat berinteraksi dengan orang lain.
Saling bertukar pikiran, curahan hati, maupun yang lainnya
sehingga pasien tersebut merasa dekat dengan kegiatan sosialnya. Contoh aspek sosial disini, perawat
bisa memberikan keluarga berkunjung atau melihat pasien tersebut untuk dapat saling berinteraksi
bahkan memberikan suppor t. Dengan demikian, maka pasien akan merasa dekat dengan lingkungan
seperti
orang tua, teman dekat, dan kerabat pasien.
- Aspek Spiritual
Kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan
memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk mendapatkan maaf (pengampunan), mencintai,
menjalin hubungan penuh rasa percaya pada Tuhan. Kebutuhan spiritual juga dapat memenuhi
kebutuhan untuk mencapai tujuan hidup, kebutuhan untuk mencintai dan dicintai, rasa keterikatan dan
kebutuhan untuk memberikan dan mendapatkan maaf. Contohnya untuk memenuhi kebutuhan rohani
atau memfasilitasi kebutuhannya untuk melakukan iadah, memandu, dan atau berdoa bersama pasien
bila memungkinkan untuknya.
PENGERTIAN PERAWATAN INTENSIF ATAU KRITIS
Perawatan intensif menurut Adam & Osbome (1997) merupakan pelayanan
keperawatan yang bertujuan untuk memberikan asuhan bagi pasien dengan penyakit berat yang
potensial reversible, memberikan asuhan bagi pasien yang perlu obeservasi ketat dengan atau tanpa
pengobatan yang tidak dapat diberikan di ruang perawatan umum, memberikan pelayanan kesehatan
bagi pasien dengan potensial atau adanya kerusakan organ umumnya paru, mengurangi kesakitan dan
kematian yang dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit kritis (Depkes RI, 2006).
PERAN DAN FUNGSI KEPERAWATAN KRITIS
Kritis adalah penilaian dan evaluasi secara cermat dan hati-hati terhadap suaatu kondisi
krusial dalam rangka mencari penyelesaian/jalan keluar. Keperawatan kritis merupakan salah
satu spesialisasi di idang keperawatan yang secara khusus menangani respon manusia
terhadap masalah yang mengancam hidup. Seorang perawat kritis adalah perawat
professional yang bertanggungjawab untuk menjamin pasien yang kritis dan akut beserta
keluarganya mendapatkan pelayanan keperawatan yang optimal.
Keperawatan kritis adalah keahlin khusus dalam ilmu perawatan yang dihadapkan
secara rinci dengan manusia ( pasien) dan bertanggungjawab atas masalah yang mengancam
jiwa. Perawat kritis adalah perawat professional yang resmi yang bertanggungjawab untuk
memastikan pasien dengan skit kritis dan keluarga pasien mendapatkan keperdulian optimal,
American Association of Critical-Care Nurses (AACN,2006).
Kompetensi perawat dalam penanganan pasien kritis dan menjaga mutu pelayanan ini tidak hanya
membutuhkan ilmu dan pengalaman yang cukup, namun juga tingkat kepedulian dalam merawat
pasien dengan komunikasi yang efektif. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi perawat
dengan pasien, keluarga pasien serta profesi atau unit lain. Perawat wajib berkomunikasi dengan
pasien sadar maupun tidak sadar pada saat melakukan tindakan keperawatandan komunikasi penting
dilakukan dalam penentuan tindakan pasien. Kepada pihak keluarga, perawat perlu mengorientasikan
ruangan, kondisi pasien yang berubah-ubah setiap saat dan hal-hal penting lainnya agar informasi
tentang pasien diterima dengan baik dan kepuasan keluarga pasien dapat tercapai. Hubungan perawat
dengan unit lain atau profesi kesehatan lain juga memerlukan komunikasi dan kerjasama yang baik
agar pengelolaan pasien kritis bisa optimal serta sasaran keselamat pasien dapat tercapai.
ASPEK LEGAL ETIK
Merupakan aspek mengenai hak dan tanggungjawab legal terkait dengan praktik keperawatan
kritis yang merupakan hal penting bagi perawat dan pasien. Perawat ruang intensif/kritis yang
harus memberikan pelayanan keperawatan yang mencerminkan pemahaman akan aspek etika
dan legal keperawatan. Perawat ruang kritis harus bekerja sesuai dengan aturan yang ada
(standar rumah sakit/standar pelayanan maupun asuhan keperawatan).
Di Indonesia pengaturan sanksi pidana secara umum diatur dalam beberapa pasal
pada KUH Pidana dan prngaturan secara khusus dapat dijumpai pada pasal 190-200
UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Oleh sebab itu, undang-undang
Kesehatan memungkinkan diajukannya tuntutan kepada tenaga Kesehatan yang
melakukan kesalahan atau kelainan Ketika menjalankan tugas pelayanan Kesehatan.
Tuntutan itu dapat berupa gugatan untuk membayar ganti rugi kepada korban atau
keluarga
Adapun dasar peraturan yang terdapat dalam Undang-Undang tentang kesehatan yaitu
Pasal 58 ayat (1) yang berbunyi “setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap
sesoerang tenaga kesehatan dan/atau penyelenggara kesehatan yang menimbulkan
kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam pelayanan kesehatan yang
diterimanya.”