Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

Diajukan sebagai tugas terstruktur mata kuliah Sosiologi Pendidikan

---

Disusun oleh :

Danil Mesa
Farlin Ahmad
Rahmat Hidayat
Rusdi Rajab
Sendri
Aldi Muhammad Osra

Dosen Pembimbing:

Afrianto, MA

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) BALAI SELASA

KABUPATEN PESISIR SELATAN

TAHUN 2022

I
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim Alhamdulillah , Puji beserta syukur penulis


panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan Makalah ini yang
Alhamdulillah tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan
kepada Nabi Muhammad Saw. Makalah ini berisikan tentang penjelasan ”Pendidikan
Anti Korupsi” .

Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya


kepada pihak yang Terkait dengan makalah ini, Secara khusus, dosen dan teman-
teman sekalian, yang telah memberikan arahan dan dukungan yang begitu besar
sehingga dapat tersusunnya makalah ini dengan baik

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis
harapkan demi kesempurnaan makalah ini . Akhir kata , Penulis sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir . Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita .
Amin .

Balai Selasa, Desember 2022

penulis

I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................ I
DAFTAR ISI ............................................................................................................. II
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan ...................................................................................... 2

BAB II Pembahasan Pendidkan Anti Korupsi....................................................... 3


A. Pengertian Korupsi ........................................................................................ 3
B. Konsep Pendidikan Anti Korupsi ................................................................... 5
C. Implikasi Pendidikan Anti Korupsi dalam Pendidikan Agama Islam ............ 7

BAB III Penutup ..................................................................................................... 12


A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
B. Saran .......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi berasal dari kata latin “corruptio” atau “corruptus” yang berarti
kerusakan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, dan tidak bermoral
kesucian. Dan kemudian muncul dalam bahasa Inggris dan Perancis “Corruption”
yang berarti menyalahgunakan wewenangnya, untuk menguntungkan dirinya
sendiri.
Kalau melihat parameter tersebut tindakan korupsi sebagian besar terjadi
di sektor publik dan dilakukan oleh pejabat publik. Hal ini tentunya berkorelasi
dengan dampak yang ditimbulkanya tentunya akan dirasakan oleh masyarakat.
maka tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa
akan tetapi melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa.
Oleh sebab demikian Pendidikan antikorupsi di sekolah haruslah
diorientasikan pada tataran moral action. Mendidik anak untuk sampai pada moral
action tahapan yang harus dilalui adalah moral knowing kemudian moral feeling
hingga akhirnya sampai pada moral action.
Nilai nilai ajaran Islam juga perlu ditekankan dan dikontekstualisasikan
secara lebih dan ekstra. Misalnya saja dengan mensosialisasikan hadist-hadist anti
korupsi seperti hadist tentang menjaga amanah. Sebagaimana yang diketahui
bersama bahwa semua tindakan korupsi dimulai dari penyalahgunaan amanah
(abuse of trust), yang menjalar menjadi penyalahgunaan kekuasaan atau
wewenang (abuse of power), baik dalam urusan individu maupun publik. Amanah
diyakini sebagai benteng anti korupsi yang sangat kuat. Jika benteng amanah
telah rusak, maka yang lain pun akan rusak.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Korupsi?
2. Bagaimana Konsep Pendidikan Anti Korupsi?
3. Bagaimana Implikasi Pendidikan Anti Korupsi dalam Pendidikan Agama
Islam?

4. Tujuan Pembahasan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Korupsi.
2. Untuk Mengetahui Konsep Pendidikan Anti Korupsi.
3. Untuk Mengetahui Implikasi Pendidikan Anti Korupsi dalam Pendidikan
Agama Islam.

2
BAB II

PEMBAHASAN

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI

A. Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari kata latin “corruptio” atau “corruptus” yang berarti
kerusakan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, dan tidak
bermoral kesucian. Dan kemudian muncul dalam bahasa Inggris dan Perancis
“Corruption” yang berarti menyalahgunakan wewenangnya, untuk
menguntungkan dirinya sendiri. Sedangkan menurut kamus lengkap “Web Ster’s
Third New International Dictionary” definisi korupsi adalah ajakan (dari seorang
pejabat politik) dengan pertimbangan-pertimbangan yang tidak semestinya
(misalnya suap) untuk melakukan pelanggaran tugas.1
Menurut Sayed Hussein Alatas dalam bukunya “Corruption and the Disting
of Asia” menyatakan “bahwa tindakan yang dapat dikategorikan sebagai korupsi
adalah penyuapan, pemerasan, nepotisme, dan penyalahgunaan kepercayaan atau
jabatan untuk kepentingan pribadi.”2Manifestasi dari sebuah perilaku bisa
dikategorikan sebagai praktek korupsi, menurut Hussein Alatas, apabila memiliki
karakteristik sebagai berikut :
1. Korupsi selalu melibatkan lebih dari satu orang.
2. Korupsi pada umumnya dilakukan penuh kerahasiaan.
3. Korupsi melibatkan elemen saling menguntungkan dan saling berkewajiban.
4. Pihak-pihak yang melakukan korupsi biasanya bersembunyi dibalik
justifikasi hukum

1
Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, Syarif Fadillah, 2008, Strategi Pencegahan dan Penegakan Hukum
Tindak Pidana Korupsi, (Bandung: PT Refika Aditama), hal. 2.
2
2Sayed Husein Alatas, dikutip dari Moh. Ma’ruf Syah, Upaya Pemberantasan Korupsi dan
Kecurangan di Pemerintah, (Surabaya). Hal 2

3
5. . Pihak-pihak yang terlibat dalam korupsi adalah pihak yang berkepentingan
terhadap sebuah keputusan dan dapat mempengaruhi.
6. Tindakan korupsi adalah penipuan baik pada badan publik atau masyarakat
umum.
7. Setiap tindak korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan.
8. Setiap tindak korupsi melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari mereka
yang melakukan korupsi.
9. Suatu perubahan korupsi melanggar norma-norma tugas dan
pertanggungjawaban dalam tatanan masyarakat. 3
Korupsi terjadi jika 3 (tiga) hal terpenuhi, yaitu:4
1. seseorang memiliki kekuasaan termasuk untuk menentukan kebijakan publik
dan melakukan administrasi kebijakan tersebut,
2. Adanya economic rents, yaitu manfaat ekonomi yang ada sebagai akibat
kebijakan publik tersebut, dan
3. system yang ada membuka peluang terjadinya pelanggaran oleh pejabat
publik yang bersangkutan.
Kalau melihat parameter tersebut tindakan korupsi sebagian besar terjadi di
sektor publik dan dilakukan oleh pejabat publik. Hal ini tentunya berkorelasi
dengan dampak yang ditimbulkanya tentunya akan dirasakan oleh masyarakat.
Melihat paparan yang telah dijelaskan diatas mengenai definisi korupsi
maka tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa
akan tetapi melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa (extraordinary
crime) .

3
Sayed Husein Alatas, dikutip dari, Farid R. Faqih, mendulang Rente di Lingkar Istana, Jurnal Ilmu
Soisal Transformatif, Wacana Korupsi Sengketa antara Negara dan Modal, Edisi 14, tahun III,
hal 117
4
Widjayanto, 2009, memahami korupsi, ditulis khusus untuk buku Korupsi Mengorupsi Indonesia,
(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama), Hal 6

4
B. Konsep Pendidikan Anti Korupsi
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyatakan secara eksplisit bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dari pasal di atas telah dijelaskan tujuan pendidikan diantaranya adalah
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sera berakhlak mulia tujuan tersebut
selaras dengan pendidikan antikorupsi yang menginginkan para siswa memiliki
kepribadaian yang anti terhadap segala bentuk tindak korupstif atas perwujudan
sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak mulia. Oleh karena itupendidikan antikorupsi menjadi penting untuk
diintegrasikan dalam pembelajaran di sekolah sebagai pelaksana pendidikan.
Pendidikan antikorupsi di sekolah haruslah diorientasikan pada tataran
moral action. Mendidik anak untuk sampai pada moral action tahapan yang harus
dilalui adalah moral knowing kemudian moral feeling hingga akhirnya sampai
pada moral action.
1. Moral knowing adalah tahapan membuat anak mengetahui mengerti atau
memahami mengenai moral.
2. Moral feeling tahap untuk membantu anak meresapi pengetahuan moral yang
diajarkan dan memiliki kesadaran diri bahwa pengetahuan moral diajarkan
tersebut adalah hal yang memang seharusnya dilakukan.
3. Moral action adalah bagaimana membuat pengetahuan moral dapat menjadi
tindakan nyata. Tindakan tersebut adalah hasil dari dua tahapan sebelumnya.

5
Ketiga tahapan tersebut harus seimbang, agar potensi yang dimiliki siswa
bisa berkembang optimal. Kemampuan yang berkembang bukan hanya aspek
kecerdasan intelektual namun kecerdasan emosional, kecerdasan sosial misalnya
senang menolong, kecerdasan spiritual misalnya disiplin dalam beribadah serta
kecerdasan kinestetik yaitu kecerdasan menciptakan keperdulian terhadap dirinya
dengan menjaga kesehatan jasmani, tumbuh dari rizki yang halal.
Apabila aspek-aspek keceradasan tersebut dikembangkan dalam perilaku
sehari-hari maka diharapkan akan tertanam jiwa yang siap memerangi korupsi
atau antikorupsi. Karena proses pembinaan yang berkelanjutan dimulai dari
proses moral knowing, moral feeling, hingga sampai pada moral action, maka
implementasi pembinaannya perlu ditindaklanjuti dengan membangun ”kantin
kejujuran” di sekolah sebagai praktik moral action yang harus dirancang sesuai
dengan muatan sifat edukasi.5
Menurut Agus Wibowo ada tiga alasan mengapa implementasi pendidikan
antikorupsi di sekolah menjadi penting bahkan hingga ke jenjang perguruan
tinggi.6
1. dunia pendidikan khususnya lembaga pendidikan pada umumnya memiliki
seperangkat pengetahuan (knowledge), untuk memberikan segala informasi
mengenai korupsi dalam usaha pemberantasan korupsi.
2. Pelibatan lembaga pendidikan mulai tingkat dasar, menengah, hingga
pendidikan tinggi akan menjadikan usaha pemberantasan korupsi dapat
menjelma sebagai gerakan massif . Dengan gerakan yang massif ini
diharapkan bahwa pada saatnya bangsa Indonesia dapat keluar dari problem
korupsi.

5
Kemendiknas, Pendidikan Karakter Untuk Bangsa, (Jakarta: PN Balai Pustaka) hal. 14-15
6
Agus Wibowo. 2013. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar).hal.
41-42

6
3. mayoritas pelaku tindak korupsi rata-rata bergelar sarjana. Maka lembaga
pendidikan dapat dimaksimalkan fungsinya sehingga mampu memberikan
sumbangan yang berharga.
Sehingga Pengembangan pendidikan antikorupsi terintegrasi ke dalam
mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Sehingga nilai-nilai
acuan pendidikan antikorupsi harus diintegrasikan ke dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran.
Pendidikan anti korupsi bisa dipandang sebagai inovasi pendidikan, yang
merespon kebutuhan masyarakat untuk menjadikan negara ini lebih transparan,
maju, dan bebas korupsi. Wacana pendidikan anti korupsi didasarkan pada
pemberantasan korupsi yang dilakukan secara integratif dan simultan yang
berjalan beriringan dengan tindakan represif koruptor. Tujuan dari pendidikan
antikorupsi adalah membangun nilai-nilai dan mengembangkan kapasitas untuk
membentuk posisi sipil anak didik dalam melawan korupsi. Pembelajaran anti
korupsi bisa diterapkan baik secara formal maupun informal. Ditingkat formal,
unsur-unsur pendidikan anti korupsi dimasukkan ke dalam matapelajaran.
Menurut Teten Masduki dalam, melalui pendidikan antikorupsi pembangunan
karakter bangsa yang kuat, mandiri, berkualitas serta sehat akan dapat
diwujudkan demi masa depan Indonesia. Walaupun dalam proses
implementasinya, harus tetap kritis, sebab dunia pendidikan juga tidak luput dari
tindak pidana korupsi.

C. Implikasi Pendidikan Anti Korupsi dalam Pendidikan Agama Islam


Pembelajaran anti korupsi ditampilkan dalam Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan yang dimaksud adalah program pendidikan yang secara konsepsional
disisipkan pada mata pelajaran ada di sekolah dalam bentuk perluasan tema yang
ada dalam kurikulum menggunakan pendekatan kontekstual, yaitu dengan model
pembelajaran anti korupsi integratif-inklusif dalam Pendidikan Agama Islam.

7
Pendidikan merupakan suatu proses membina seluruh potensi manusia
sebagai: makhluk yang: beriman, berfikir, dan berkarya untuk diri dan
lingkungannya. Sebagaimana yang dikemukakan Hasmiyati Gani Ali, bahwa
pendidikan adalah proses mempersiapkan masa depan anak didik dalam
mencapai tujuan hidup.7
Islam juga sebagai agama yang sempurna telah memberikan pijakan yang
jelas tentang tujuan dan hakikat pendidikan, yakni memberdayakan potensi fitrah
manusia yang mengarah kepada nilai-nilai kebenaran dan kebajikan agar ia dapat
menempatkan dirinya sebagai hamba. Oleh sebab itu, pengertian pendidikan
Islam adalah “segala usaha untuk mengembangkan fitrah manusia serta
sumberdaya insani menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai
dengan norma Islam”.8
Pendidikan Islam bertujuan untuk menyempurnakan peserta didik menjadi
manusia yang dapat hidup bahagia dunia maupun di akhirat dan untuk dapat
menyempurnakan peserta didik dapat hidup bahagia dunia maupun di akhirat
tidak hanya dengan memberikan pendidikan umum akan tetapi juga dengan
memberikan dan menanamkan nilai-nilai Islam dalam peserta didik tersebut,
sehingga dengan pendidikan agama tersebut dapat mengontrol segala tingkah
lakunya di dunia serta dapat menyelamatkan hidupnya kelak di akhirat.
Sikap anti korupsi perlu ditanamkan kepadfa anak-anak sejak usia dini.
Harapanya, setelah mereka dewasa (terutama jika menjadi pejabat) tidak akan
menyelewengkan uang rakyat atau uang negara. Mereka tidak akan berlaku
materialistik, hedonistik, ataupun melakukan hal-hal lain yang tidak terpuji.
Berdasarkan konsep pendidikan anti korupsi tersebut, maka implikasinya dalam
pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:

7
Ali, Muhammad. 2008. Guru dalam proses belajar mengajar. (Bandung: Sinar. Baru Algensindo),
hal. 14
8
Ahmadi.2001. Ilmu Usahatani. Penebar Swadaya : (Jakarta. Ahyari)

8
1. Kurikulum Pendidikan Islam
mencoba menampilkan model pendidikan anti korupsi dalam
Pendidikan Agama Islam. Pendidikan anti korupsi yang dimaksud disini
adalah program pendidikan anti korupsi yang secara konsepsional disisipkan
pada mata pelajaran yang sudah ada disekolah dalam bentuk perluasan tema
yang sudah ada dalam kurikulum dengan menggunakan pendekatan
kontekstual pada pembelajaran anti korupsi, yaitu dengan model pendidikan
anti korupsi integratif-inklusif dalam Pendidikan Agama Islam. Ada dua
model yang dapat dilakukan oleh sekolah dalam mengembangkan kurikulum
pendidikan anti korupsi yang integratif-inklusif pada Pendidikan Agama
Islam untuk berpartisipasi dalam gerakan pencegahan dan pemberantasan
korupsi.
2. Guru
Guru adalah garda depan dari proses pendidikan, maka selayaknyalah
guru menjadi teladan (digugu dan ditiru). Selain sebagai teladan, guru juga
mempunyai tugas penting sebagai motivator. Dalam Pendidikan Anti Korupsi
guru berperan dalam:
a) Mengenalkan fenomena korupsi, esensi, alasan, dan konsekuensinya
b) Mempromosikan sikap intoleransi terhadap korupsi.
c) Mendemontrasikan cara memerangi korupsi (sesuai koridor anak).
d) Memberi kontribusi pada kurikulum standar dengan:
1) Penanaman nilai-nilai
2) Penguatan kapasitas siswa (seperti: berpikir kritis, tanggungjawab,
penyelesaian konflik, memanage dirinya sendiri, dalam berkehidupan
sosial disekolah-masyarakat- lingkungan, dll) dengan menghayati dan
melaksanakan tugas ini, Indonesia akan menjadi negara besar dan
bersih, serta makmur dibawah pimpinan murid-murid yang telah di
didik sedemikian rupa).

9
3. Modeling
Pembelajaran Proses pendidikan harus menumbuhkan kepedulian
sosial-normatif, membangun penalaran objektif, dan mengembangkan
perspektif universal pada individu. Bagaimana cara mensosialisasikan anti
korupsi pada anak sejak dini? Salah satu jawabanya adalah mengajarkan
sikap jujur dan bertanggung jawab kepada diri sendiri. Orang tua atau guru
harus menjadi teladan bagi anak atau siswanya.
Pada proses pembelajaran, diperlukan prinsip modeling. Artinya,
siswa atau anak dengan mudah akan melakukan suatu perilaku tertentu
melalui proses peniruan pada sang model. Model ini bisa siapapun, apakah
itu orang tua, guru, maupun orangorang yang dikaguminya. Pendidikan harus
mampu menjadi benteng moral. Sikap-sikap yang seharusnya ditanamkan
adalah nilai-nilai anti korupsi seperti jujur dan bertanggung jawab. Sikap
jujur dan bertanggung jawab dapat dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan
yang beragam. Seperti mengajak siswa membayar zakat, sedekah, infak dan
lain sebagainya. Cara tersebut akan melatih mereka menjadi manusia yang
materialistik dan hedonistik, yang membuat hidupnya hanya ingin
menumpuk harta, termasuk dengan cara yang tidak halal.
Selama ini, korupsi dipandang sebagai dosa kecil yang masih bisa
diampuni, apalagi jika hasil korupsinya disisihkan untuk ibadah atau sedekah
bagi fakir miskin dan anak yatim. Kelak diakhirat, timbangan pahala sedekah
dari hasil korupsi bisa lebih berat dari sanksi dosanya. Jika demikian, para
koruptor dan penjahat politik bias mendapat ampunan dan masuk surga.
Nilai nilai ajaran Islam juga perlu ditekankan dan
dikontekstualisasikan secara lebih dan ekstra. Misalnya saja dengan
mensosialisasikan hadist-hadist anti korupsi seperti hadist tentang menjaga
amanah. Sebagaimana yang diketahui bersama bahwa semua tindakan
korupsi dimulai dari penyalahgunaan amanah (abuse of trust), yang menjalar

10
menjadi penyalahgunaan kekuasaan atau wewenang (abuse of power), baik
dalam urusan individu maupun publik. Amanah diyakini sebagai benteng anti
korupsi yang sangat kuat. Jika benteng amanah telah rusak, maka yang lain
pun akan rusak.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Korupsi berasal dari kata latin “corruptio” atau “corruptus” yang berarti
kerusakan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, dan tidak bermoral
kesucian. Dan kemudian muncul dalam bahasa Inggris dan Perancis “Corruption”
yang berarti menyalahgunakan wewenangnya, untuk menguntungkan dirinya
sendiri. tindakan yang dapat dikategorikan sebagai korupsi adalah penyuapan,
pemerasan, nepotisme, dan penyalahgunaan kepercayaan atau jabatan untuk
kepentingan pribadi.
. Oleh karena itu pendidikan anti korupsi menjadi penting untuk
diintegrasikan dalam pembelajaran di sekolah sebagai pelaksana pendidikan.
Pendidikan antikorupsi di sekolah haruslah diorientasikan pada tataran moral
action. Mendidik anak untuk sampai pada moral action. Tahapan yang harus
dilalui adalah moral knowing kemudian moral feeling hingga akhirnya sampai
pada moral action.
Nilai nilai ajaran Islam juga perlu ditekankan dan dikontekstualisasikan
secara lebih dan ekstra. Misalnya saja dengan mensosialisasikan hadist-hadist
anti korupsi seperti hadist tentang menjaga amanah. Sebagaimana yang diketahui
bersama bahwa semua tindakan korupsi dimulai dari penyalahgunaan amanah
(abuse of trust), yang menjalar menjadi penyalahgunaan kekuasaan atau
wewenang (abuse of power), baik dalam urusan individu maupun publik.
Amanah diyakini sebagai benteng anti korupsi yang sangat kuat. Jika benteng
amanah telah rusak, maka yang lain pun akan rusak.

12
B. Saran

Semoga dengan selesainya makalah ini bisa menambah wawasan serta


pengetahuan kita semua dan yang terpenting dapat menjadi panduan maupun
penambah wawasan bagi kita semua.

13
DAFTAR PUSTAKA

Agus Wibowo. 2013. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Ali, Muhammad. 2008. Guru dalam proses belajar mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.

Ahmadi.2001. Ilmu Usahatani. Jakarta:Penebar Swadaya

Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, Syarif Fadillah, 2008, Strategi Pencegahan dan
Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi, (Bandung: PT Refika Aditama),

Kemendiknas, 2011, Pendidikan Karakter Untuk Bangsa, Jakarta: PN Balai


Pustaka.

Sayed Husein Alatas, 2003, Upaya Pemberantasan Korupsi dan Kecurangan di


Pemerintah, Surabaya

Sayed Husein Alatas, 2002, dikutip dari, Farid R. Faqih, mendulang Rente di
Lingkar Istana, Jurnal Ilmu Soisal Transformatif, Wacana Korupsi Sengketa
antara Negara dan Modal, Edisi 14,

Widjayanto, 2009, Korupsi Mengorupsi Indonesia, Jakarta: PT Gramedia Pustaka


Utama.

14

Anda mungkin juga menyukai