Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KONSEP DASAR KORUPSI

Ditulis Sebagai Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi
Sekolah Tinggi Agama Islam Yayasan Perguruan Tinggi Pasaman Barat
(STAI YAPTIP) Pasaman Barat

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1:


1. AHMAD SYAIFUDIN
2. DIA PRATAMA PUTRI
3. MUSTIKA RAHMI
4. RAHMAT KHOIRUL NST

DOSEN PENGAMPU :
Dr. ISWANDI, MA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STAI - YAPTIP PASAMAN BARAT
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah – Nya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana
dengan judul Pendidikan Anti Korupsi. Semoga makalah ini dapat di pergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembacanya. Sekaligus
sebagai salah satu syarat dalam mensukseskan perkulliahan dengan bapak Dosen
pembimbing mata kulliah Perbandingan Pendidikan.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan
hati mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing Mata Kulliah Dr. Iswandi,
MA yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi perbaikan laporan selanjutanya. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Simpang Empat, 13 Mei 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI 

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Batasan Masalah...........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................2
A. Pengertian Korupsi....................................................................................2

B. Jenis-jenis Korupsi....................................................................................4

C. Ciri-ciri Korupsi........................................................................................7

D. Penyebab Korupsi......................................................................................8

BAB III PENUTUP..............................................................................................12


A. Kesimpulan.................................................................................................12

B. Saran............................................................................................................12

DAFTAR KEPUSTAKAAN...............................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan Nasional yang dilaksanakan bangsa Indonesia bertujuan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh tumpah darah Indonesia seperti yang tercantum dalam Alinea 4
(empat) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pelaksanaan pembangunan nasional menjadi terganggu dengan semakin
merajalelanya korupsi yang terjadi di seluruh aspek lapisan masyarakat dalam
segala bidang yang lambat laun telah menggerogoti hasil pembangunan yang
telah dicapai karena korupsi telah banyak menyebabkan kerugian keuangan
negara dan perekonomian negara. Kejahatan yang dilakukan secara sistematis
dan terorganisir dengan baik, serta dilakukan oleh orang-orang yang
mempunyai kedudukan dan peranan yang penting dalam tatanan sosial
masyarakat.
Oleh karena itu Pendidikan anti korupsi mempadukan antara
pendidikan nilai dan pendidikan karakter. Sebuah karakter yang dibangun di
atas landasan kejujuran, integritas dan keluhuran. Pendidikan anti korupsi bagi
anak-anak perlu ditanamkan sejak usia dini sebab mereka juga mempunyai
potensi berlaku negatif . Dari beberapa uraian diatas, pemakalah akan
mengupas sedikit tentang tentang korupsi sebagaimana yang termaktub dalam
Batasan masalah dibawah ini:
B. Batasan Masalah
1. Apakah pengertian Korupsi?
2. Bagaimana jenis-jenis Korupsi?
3. Apa saja ciri-ciri Korupsi?
4. Apakah penyebab Korupsi?
C. Tujuan
1. Mendeskripsikan tentang pengertian Korupsi
2. Mendeskripsikan tentang jenis-jenis Korupsi
3. Mendeskripsikan tentang ciri-ciri Korupsi

1
4. Mendeskripsikan tentang penyebab Korupsi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang
artinya busuk, rusak, menggoyahkan, memutar balik atau menyogok.
Sedangkan menurut istilah Korupsi adalah tingkah laku yang menyimpang
dari tugas-tugas resmi sebuah jabatan negara karena keuntungan status atau
uang yang menyangkut pribadi (perorangan, keluarga dekat, kelompok
sendiri) atau melanggar aturan-aturan pelaksanaan beberapa tingkah laku
pribadi.1
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi berasal dari kata korup
artinya: buruk, rusak, busuk; suka memakai barang (uang) yang dipercayakan
kepadanya; dapat disogok (memakai kekuasaannya untuk kepentingan
pribadi.2 Dalam kamus tersebut, korupsi diartikan sebagai penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan
pribadi atau orang lain.
Menurut Alatas SH dalam (Nugraheni, 2016) mengemukakan enam
pengaruh buruk yang dapat ditimbulkan dari korupsi, yaitu :
1. Timbulnya bentuk ketidakadilan,
2. Menimbulkan ketidak efisienan,
3. Menyuburkan jenis kejahatan lain,
4. Melemahkan semangat perangkat birokrasi dan mereka yang menjadi
korban,
5. Mengurangi kemampuan negara dalam memberikan pelayanan publik, dan
6. Menaikan biaya pelayanan.3

1
Robert Klitgaard, Membasmi Korupsi, Cet. II , (Jakarta, Yayasan Obor Indonesia, 2001)
, hlm. 31.
2
Pusat Bahasa Depdiknas, 2002: 596-596
3
Nugraheni, M. W. (2016). Pendidikan Anti korupsi Dalam Model Pembelajaran Bahasa
Indonesia Terintegrasi Siswa Kelas VII Semester 1 SMP Negeri 1 Tembarak Tahun Ajaran
2010/2011. Transformatika, 12(1), 14–27. Jurnal Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam,
Volume 8, No I 2017 repository.lppm.unila.ac.id/41177/1/2098-4151-3-PB.pdf diakses pada
tanggal 9 mei 2022 pukul 16:21 wib.

3
Menurut pemakalah sendiri, korupsi merupakan salah satu tindakan
dimana para pejabat publik menggelapkan sejumlah uang untuk kepentingan
pribadi sebagai pemuas kebutuhan dalam hidupannya. Jadi korupsi merupakan
gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan demi keuntungan pribadi.
Salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan
wewenang serta kekuatan-kekuatan formal (misalnya: denagan alasan hukum
dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
Beberapa pendapat tersebut korupsi adalah perbuatan buruk dengan
menerima atau memberikan sesuatu yang bukan hak dan tempatnya yang akan
menimbulkan kerugian terhadap orang lain, masyarakat, maupun negara.
akibat buruk yang ditimbulkan korupsi tersebut maka pantas kalau korupsi
dikategorikan ke tindak pidana luar biasa. Perbuatan korupsi adalah tindakan
pemindahan hak miliki yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum. Karna
itulah korupsi dalam Islam diharamkan.
Korupsi juga bisa disebut dengan suatu alat pemenuhan kebutuhan
bagi kelompok penjahat terorganisasi dalam melakukan kegiatannya.
Selanjutnya, dalam konferensi PBB Ke10 (A/CONF.187/9) dinyatakan bahwa
kelompok penjahat terorganisasi yang melakukan korupsi, kemungkinan
dalam bentuk pemerasan,penyuapan atau sumbangan secara illegal terhadap
kampanye politik supaya mendapatkan pembagian keuntungan terhadap pasar
tertentu.4
Tindakan korupsi sering disebut dengan Bahasa Whitecollar crime atau
kejahatan kerah putih. Dalam praktiknya, korupsi yang telah sedemikian rupa
tertata rapi dengan modus kejahatan dan kualitasnya, akibatnya perilaku
korupsi ini sulit diungkap. Menyadari kompleksnya permasalahan korupsi,
maka pemberantasannya harus dengan cara yang luar biasa melalui
keseimbangan langkah-langkah yang tegas dengan melibatkan semua potensi
yang ada dalam masyarakat, khususnya pemerintah dan aparat penegak
hukum.

4
M. Arief Amrullah,Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundering, (Malang:
Banyu Media Publishing, 2003), hlm. 71.

4
Terjadinya korupsi dapat dibedakan dalam tiga wilayah besar yaitu:
Pertama Mercenery Abuse of Power, penyalahgunaan wewenang yang
dilakukan oleh orang yang mempunyai suatu kewenangan tertentu yang
bekerjasama dengan pihak lain Penyalahgunaan wewenang tipe seperti ini
adalah biasanya non politis dan dilakukan oleh level pejabat yang tidak terlalu
tinggi kedudukannya. Kedua adalah Discretionery Abuse of Power, dimana
penyalahgunaan wewenang dilakukan oleh pejabat yang mempunyai
kewenangan istimewa dengan mengeluarkan kebijakan tertentu misalnya
keputusan Walikota/ Bupati atau berbentuk peraturan daerah/ keputusan
Walikota/ Bupati. Ketiga adalah Idiological Abuse of Power, hal ini dilakukan
oleh pejabat untuk mengejar tujuan dan kepentingan tertentu dari kelompok
atau partainya.
B. Jenis-jenis Korupsi
1. Adminstrative Coruption
Dimana segala sesuatu yang dijalankan adalah sesuai dengan
hukum/peraturan yang berlaku, akan tetapi individu-individu tetentu
memperkaya dirinya sendiri. Misalnya proses rekruitmen pegawai negeri,
dimana dilakukan dalam negeri, dimana dilakukan ujian seleksi mulai dari
seleksi administratif sampai ujian pengetahuan atau kemampuan, akan
tetapi yang harus diluluskan sudah tertentu orangnya.
a. Penyuapan
Penyuapan merupakan sebuah perbuatan kriminal yang melibatkan
sejumlah pemberian kepada seorang dengan sedemikian rupa sehingga
bertentangan dengan tugas dan tanggungjawabnya. Sesuatu yang
diberikan sebagai suap tidak harus berupa uang, tapi bisa berupa
barang berharga, rujukan hak-hak istimewa, keuntungan ataupun janji
tindakan, suara atau pengaruh seseorang dalam sebuah jabatan public.
b. Penggelapan (Embezlement) dan pemalsuan atau penggelembungan
(Froud).
Penggelapan merupakan suatu bentuk korupsi yang melibatkan
pencurian uang, properti, atau barang berharga. Oleh seseorang yang

5
diberi amanat untuk menjaga dan mengurus uang, properti atau barang
berharga tersebut. Penggelembungan menyatu kepada praktik
penggunaan informasi agar mau mengalihkan harta atau barang secara
suka rela.
c. Pemerasan (Extorion)
Pemerasan berarti penggunaan ancaman kekerasan atau penampilan
informasi yang menghancurkan guna membujuk seseorang agar mau
bekerjasama. Dalam hal ini pemangku jabatan dapat menjadi pemeras
atau korban pemerasan.
2. Against The Rule Corruption
Artinya korupsi yang dilakukan adalah sepenuhnya bertentangan
dengan hukum, misalnya penyuapan, penyalahgunaan jabatan untuk
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi.
a. Nepotisme (Nepotism)
Nepotisme berarti memilih keluarga atau teman dekat berdasarkan
pertimbagan hubungan kekeluargaan, bukan karena kemampuannya.
Kata nepotisme ini berasal dari kata Latin nepos,  berarti "keponakan"
atau "cucu". Dalam UU RI No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara
Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme,
menyebutkan bahwa, nepotisme adalah setiap perbuatan
Penyelenggara Negara secara melawan hukum yang menguntungkan
kepentingan keluarganya dan atau kroninya di atas kepentingan
masyarakat, bangsa, dan Negara, (Pasal 1 Angka 5). Contoh
nepotisme,misalnya seorang pejabat Negara mengangkat anggota
keluarganya menduduki jabatan tertentu, tanpa memperhatikan aturan
hukum yang berlaku.
b. Gratifikasi
Gratifikasi adalah Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi
pemberian uang, barang, rabat (Discount), komisi, pinjaman tanpa
bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan, perjalanan wisata,
pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya. Gratifikasi tersebut baik

6
yang diterima di dalam negeri maupun di luar negeri dan yang
dilakukan dengan menggunakan sarana elektronik atau tanpa sarana
elektronik (Penjelasan Pasal 12B UU Pemberantasan Tipikor). Pada
UU 20/2001 setiap gratifikasi yang diperoleh pegawai negeri atau
penyelenggara negara dianggap suap, namun ketentuan yang sama
tidak berlaku apabila penerima melaporkan gratifikasi yang
diterimanya kepada Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
(KPK) yang wajib dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja
terhitung sejak tanggal gratifikasi tersebut diterima.5
Sedangkan menurut pendapat Haryatmoko mengutip pendapat
Yves Meny membagi korupsi ke dalam empat jenis, yaitu:
1. Korupsi jalan pintas
Terlihat dalam kasus-kasus penggelapan uang negara, perantara
ekonomi dan politik, pembayaran untuk keuntungan politik atau uang
balas jasa untuk partai politik, dan money politik.
2. Korupsi upeti
Merupakan bentuk korupsi yang dimungkinkan karena jabatan
strategis. Karena jabatan yang disandangnya, seseorang mendapatkan
persentase keuntungan dari berbagai kegiatan, baik ekonomi maupun
politik, termasuk pula upeti dari bawahan dan kegiatan-kegiatan lain
atau jasa dalam suatu perkara.
3. Korupsi kontrak
Yaitu korupsi yang diperoleh melalui proyek atau pasar. Termasuk
dalam kategori ini adalah usaha untuk mendapatkan fasilitas dari
pemerintah.
4. Korupsi pemerasan
Terkait dengan jaminan keamanan dan urusan-urusan gejolak intern
dan ekstern. Perekrutan perwira menengah TNI atau Polisi menjadi
manajer human resources department atau pencantuman nama perwira

5
M. Johnston, Syndromes of Corruption, Wealth, Power, and Democracy, (New York:
Cambridge University Press, 2005), hlm. 42.

7
tinggi dalam dewan komisaris perusahaan merupakan contoh korupsi
pemerasan. Termasuk pula dalam korupsi jenis ini adalah membuka
kesempatan kepemilikan saham kepada orang kuat tertentu untuk
menghindarkan akuisisi perusahaan yang secara ekonomi tak
beralasan.6
Menurut singkat pemakalah, Korupsi memiliki bentuk dan jenis
yang beranekaragam. Masing-masing negara dengan kultur masing-
masing memahami korupsi dengan cara yang berbeda. Namun hakikatnya
tujuan dari korupsi hanyalah ingin memperkaya diri dengan memanfaatkan
wewenang.
C. Ciri-ciri Korupsi
Dalam dunia kesehatan, korupsi ibarat sebuah penyakit. Sebagai
sebuah penyakit, tidak beralasan kiranya jika ada sementara pihak yang
mengatakan bahwa praktik korupsi memberi manfaat bagi pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya. Korupsi ditandai oleh ciri-ciri berupa:
1. Adanya pengkhianatan kepercayaan
Selalu melibatkan lebih dari satu orang. Inilah yang membedakan
antara korupsi dengan pencurian atau penggelapan.
2. Keserbarahasiaan
Pada umumnya bersifat rahasia, tertutup terutama motif yang
melatarbelakangi perbuatan korupsi tersebut.
3. Mengandung penipuan terhadap badan publik atau masyarakat
Setiap bentuknya melibatkan fungsi ganda yang kontradiktif dari
mereka yang melakukan tindakan tersebut. Dilandaskan dengan niat
kesengajaan untuk menempatkan kepentingan umum dibawah kepentingan
pribadi.
4. Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khusus

6
Eko Handoyo, Pendidikan Antikorupsi, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2013), hlm. 71-
73.

8
Melibatkan elemen kewajiban dan keuntungan timbal balik.
Kewajiban dan keuntungan tersebut tidaklah selalu berbentuk uang. Dan
setiap bentuk korupsi adalah suatu pengkhianatan kepercayaan.
5. Diselubungi dengan bentuk-bentuk pengesahan hukum
Pada setiap tindakan mengandung penipuan, biasanya pada badan
publik atau pada masyarakat umum. Serta berusaha untuk berlindung
dibalik pembenaran hukum. Perbuatan korupsi juga sangat melanggar
norma-norma tugas dan pertanggungjawaban dalam masyarakat.
6. Terpusatnya korupsi
Mereka yang menghendaki keputusan pribadi dan mereka yang
dapat mempengaruhinya. Mereka yang terlibat korupsi ialah mereka yang
memiliki kekuasaan atau wewenang serta mempengaruhi keputusan-
keputusan itu.7
D. Penyebab Korupsi
Korupsi di tanah negeri, ibarat “warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia
tetap lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap
orde yang datang silih berganti. Hampir semua segi kehidupan terjangkit
korupsi. Apabila disederhanakan penyebab korupsi meliputi dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab
korupsi yang datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah faktor
penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar.
Faktor internal penyebab korupsi adalah aspek perilaku Individu,
seperti sifat tamak/rakus, moral yang kurang kuat; cenderung mudah tergoda
untuk korupsi, gaya hidup yang konsumtif tidak diimbangi dengan
pendapatan. Faktor eksternal penyebab korupsi adalah aspek sikap masyarakat
terhadap korupsi bisa ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya,
masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Aspek
ekonomi, pendapatan tidak mencukupi kebutuhan. Aspek politis bahwa
kontrol sosial adalah suatu proses yang dilakukan untuk mempengaruhi orang

7
Alatas, Sosiologi Korupsi: Sebuah Penjelajahan dengan Data Kontemporer, alih
bahasa Al Ghozie Usman (Jakarta: LP3ES, 1975), h. 13.

9
agar bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat. Aspek organisasi,
kurang keteladanan pimpinan, pengawasan lemah serta kurangnya kepatuhan
pada etika hukum maupun pemerintahan.8
Penyebab timbulnya korupsi adalah sifat egoisme, yaitu adanya niat
dan kesempatan. Artinya, jika ada niat untuk korupsi tetapi tidak ada
kesempatan, maka korupsi tidak terjadi. Sebaliknya jika ada kesempatan untuk
melakukannya tetapi niat melakukannya tidak ada, maka korupsi juga tak akan
terjadi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah perpaduan antara
moral dan sistem. Keegoisnme manusia membuat ia merubah sistem untuk
kepentingan pribadi. Jika dilihat dari kacamata agama (Islam) secara global,
perbuatan korupsi ini bertentangan dengan tujuan Islam itu sendiri, yaitu
untuk membahagiakan individu dan masyarakat serta mewujudkan
kemaslahatan manusia.
Akan tetapi ketiadaan hukum yang pasti dan tegas menyangkut kasus
ini, baik dari segi positif maupun agama menyebabkan penyalahgunaan
persepsi oleh sebagian masyarakat. Islam sebagai agama mayoritas di
Indonesia sangat mengecam perbuatan korupsi, sebagaimana bisa didengar
komentar para ulama Indonesia bahwa perbuatan ini telah melanggar nilai-
nilai agama dan haram hukumnya. Mungkin mereka melihat dari sudut
pandang karakteristik dari korupsi tersebut, baik secara pengertian, sifat dan
lainnya.
Ada enam hal yang menyebabkan korupsi bisa berlangsung
sebagaimana yang disebutkan oleh salah satu ilmuan (Pope 2007):
1. Motivasi untuk mencari penghasilan dengan cara yang ekstrim,
berhubungan dengan kondisi kemiskinan, upah yang rendah, dan resiko
tinggi dari pekerjaan (karena penyakit, kecelakaan, dan pengangguran).
2. Kesempatan untuk terlibat dalam korupsi, karena disebabkan oleh banyak
regulasi yang mendorong kesempatan tinggi untuk melakukan korupsi.
3. Sistem legislatif dan peradilan yang lemah.

8
Ansari Yamamah. 2009. diunduh dari Perilaku-Konsumtif-PenyebabKorupsi
http://dellimanusantara.com/index.php (di akses pada 9 Mei 2022).

10
4. Penduduk sedikit dengan jumlah sumber daya alam yang melimpah.
5. Hukum dan prinsip-prinsip etik yang lemah.
6. Instabilitas politik dan lemahnya kemauan politik.9
Sebagian orang pendapat menyebutkan bahwa, kemiskinan merupakan
akar masalah korupsi. Hal ini tidak benar sepenuhnya, sebab banyak negara
kaya dan makmur penuh dengan skandal yang sedikit sekali melibatkan orang
yang dapat dikategorikan ke dalam kelompok miskin atau kekurangan.
Banyak korupsi dilakukan oleh para pemimpin Asia dan Afrika, dan mereka
tidak tergolong orang miskin. Jadi, korupsi bukan disebabkan oleh
kemiskinan, tetapi justru sebaliknya, kemiskinan disebabkan oleh korupsi.
Pendidikan anti korupsi bisa dipandang sebagai inovasi pendidikan,
yang merespon kebutuhan masyarakat untuk menjadikan negara ini lebih
transparan, maju, dan bebas korupsi.10 Wacana pendidikan anti korupsi
didasarkan pada pemberantasan korupsi yang dilakukan secara integratif dan
simultan yang berjalan beriringan dengan tindakan represif koruptor. Tujuan
dari pendidikan antikorupsi adalah membangun nilai-nilai dan
mengembangkan kapasitas untuk membentuk posisi sipil anak didik dalam
melawan korupsi. Pembelajaran anti korupsi bisa diterapkan baik secara
formal maupun informal. Ditingkat formal, unsur-unsur pendidikan anti
korupsi dimasukkan ke dalam matapelajaran.
Melalui pendidikan antikorupsi pembangunan karakter bangsa yang
kuat, mandiri, berkualitas serta sehat akan dapat diwujudkan demi masa depan
Indonesia. Walaupun dalam proses implementasinya, harus tetap kritis, sebab
dunia pendidikan juga tidak luput dari tindak pidana korupsi. Pembelajaran
anti korupsi ditampilkan dalam Pendidikan Agama Islam (PAI). Pendidikan
yang dimaksud adalah program pendidikan yang secara konsepsional
disisipkan pada mata pelajaran ada di sekolah dalam bentuk perluasan tema
yang ada dalam kurikulum menggunakan pendekatan kontekstual, yaitu

9
Pope, Jeremy. Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas Nasional.
Terjemahan Masri Maris. (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. 2007), hlm. 17.
10
Erry R. Hardjapamekas. 2008. Melawan Korupsi Tugas Kita Semua
http://www.fokal.info/fokal/arsip/arsi p-hukum/365.html (di akses pada 9 Mei 2022)

11
dengan model pembelajaran anti korupsi integratif-inklusif dalam Pendidikan
Agama Islam.
Pendidikan antikorupsi dalam konteks ini termasuk dalam kategori
pendidikan nilai. Hal ini dapat dimengerti karena yang ingin dikejar oleh
pendidikan antikorupsi tidak lain adalah membentengi anak-anak dari perilaku
koruptif dengan membekali nilai-nilai luhur sebagaimana dikembangkan oleh
pendidikan nilai.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Korupsi diartikan sebagai penyelewengan atau penyalahgunaan uang
negara (perusahaan dan sebagainya) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Korupsi dipahami sebagai perbuatan busuk, rusak, kotor, serta menggunakan
uang atau barang milik lain (perusahaan atau negara) secara menyimpang
yang menguntungkan diri sendiri. Korupsi melibatkan penyalahgunaan
kepercayaan, yang umumnya melibatkan kekuasaan publik untuk keuntungan
pribadi.
Korupsi juga dimaknai sebagai penyalahgunaan peran, jabatan publik
atau sumber untuk keuntungan pribadi. Ada dua cara untuk mengatasi korupsi,
yaitu dengan pencegahan (pendidikan antikorupsi) dan pemberantasan korupsi
dengan penindakan terhadap pelaku tindak pidana korupsi. Pendidikan
antikorupsi adalah usaha sadar dan sistematis yang diberikan kepada peserta
didik berupa pengetahuan, nilai-nilai, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan
agar mereka mau dan mampu mencegah dan menghilangkan peluang
berkembangnya korupsi.
B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa sebagai insan yang dho’if tidak akan
lepas dari kesalahan dan kekhilafan. Di samping itu barangkali makalah yang
kami sajikan ini masih jauh dari kata sempurna. Maka pemakalah sangat
mengharapkan ide-ide yang cemerlang dari rekan mahasiswa semua untuk
berfartisifasi dalam meningkatkan pengetahuan kami di pertemuan yang akan
dating berupa kritik dan saran.

13
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Alatas, 1975. Sosiologi Korupsi: Sebuah Penjelajahan dengan Data
Kontemporer, alih bahasa Al Ghozie Usman

Amrullah. M. Arief , 2003. Tindak Pidana Pencucian Uang Money Laundering.


Malang: Banyu Media Publishing

Ansari Yamamah. 2009. diunduh dari Perilaku-Konsumtif-PenyebabKorupsi


http://dellimanusantara.com/index.php (di akses pada 9 Mei 2022).

Erry R. Hardjapamekas. 2008. Melawan Korupsi Tugas Kita Semua


http://www.fokal.info/fokal/arsip/arsi p-hukum/365.html (di akses
pada 9 Mei 2022)

Handoyo. Eko, 2013. Pendidikan Antikorupsi. Yogyakarta: Penerbit Ombak

Johnston. M., 2005. Syndromes of Corruption, Wealth, Power, and Democracy.


New York: Cambridge University Press

Klitgaard. Robert, 2001. Membasmi Korupsi, Cet. II. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia

Nugraheni, M. W. (2016). Pendidikan Anti korupsi Dalam Model Pembelajaran


Bahasa Indonesia Terintegrasi Siswa Kelas VII Semester 1 SMP
Negeri 1 Tembarak Tahun Ajaran 2010/2011. Transformatika,
12(1), 14–27. Jurnal Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam,
Volume 8, No I 2017 repository.lppm.unila.ac.id/41177/1/2098-
4151-3-PB.pdf diakses pada tanggal 9 mei 2022 pukul 16:21 wib.

Pope, Jeremy. 2007. Strategi Memberantas Korupsi Elemen Sistem Integritas


Nasional. Terjemahan Masri Maris. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.

Pusat Bahasa Depdiknas 2002.

14

Anda mungkin juga menyukai