Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN


PEMBERANTASAN KORUPSI

Dosen Pengampuh :

Dian Muslimin,S.KM.,M.Kes. Epid

Disusun oleh

Grezya Aprilia Saluente Dita Fatwa Aulia

Afieq Ibnu Akbar Nadia

Faramita Tokanu Praishe Tamuntuan

Reyvaldo Manasa Moh.Aditya Nabito

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINNGI ILMU KESEHATAN HUSADA MANDIRI POSO 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dalam
pengerjaan tugas Mata Kuliah PAK (pendidikan Anti Korupsi) yang berjudul Strategi Nasional
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.

Dalam tugas ini kami akan membahas tentang pemberantasan korupsi yang dimulai dari
pembuatan konsep, penyusunan strategi dan pelaksanaan upaya pemberantasan korupsi dari
bumi indonesia. Semoga pembahasan dalam makalah ini berguna bagai pembaca.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalan ini masih terdapat kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan, guna perbaikan penulisan
atau penyusunan makalah kami yang selanjutnya.

Terimakasih

Poso, Oktober 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul .............................................................................................................................................

Kata Pengantar ............................................................................................................................................

Daftar isi ........................................................................................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................

BAB II. PEMBAHAASAN

2.1 Pengertian Korupsi ....................................................................................................................

2.2 Strategi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi ..............................................................

2.3 Kebijakan pemerintah dalam pemberantasan korupsi .........................................................

2.4 Kendala yang di Hadapi Dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia ..............................

BAB III. PENUTUP

A. Kesimpulan ..................................................................................................................................
B. Saran .............................................................................................................................................

Daftar Pustaka .............................................................................................................................................


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku korupsi telah berlangsung ribuan tahun silam, dan korupsi merupakan perbuatan yang
dibenci dan dikutuk oleh banyak orang setiap generasi tanpa memandang bangsa, ras, dan
kepercayaan, bahkan Seorang Niccolo Machciavelli, menyamakan para pemegang tampuk kekuasaan
dan jabatan publik yang selalu menyalah gunakan kekuasaannya untuk melakukan tindak korupsi
sebagai orang-orang kriminal yang suka merampok dan kejahatan-kejahatan yang merusak tatanan
kenegaraan. Korupsi adalah salah satu dari sekian bannyak masalah besar yang sedang kita hadapi
sekarang ini. korupsi telah menjadi salah satu faktor penghambat kemajuan disegala bidang. Berbagai
negara disegala penjuru dinai telah menjadikan korupri sebagai msuh bersama, di Eropa, Afrika, Asia,
Amerika. Tidak ada cara mudah dan jalan pintas untuk memberantas korupsi. Korupsi, sampai tingkat
tertentu akan selalu hadir ditengah-tengah kita korupsi saat ini telah mewabah dan sistemik
menjangkau segala pemerintahan. Korupsi bukan hannya soaal pejabat publik yang menyalahgunakan
jabatannya, tetapi juga soal orang, setiap orang, yang menyalahgunakan kedudukannya bila dengan
demikian dapat memperoleh uang yang melimpah dengan cara mudah dalam waktu singkat.
Di berbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih dibandingkan
dengan tindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingat dampak negatif yang
ditimbulkan oleh tindak pidana ini. Dampak yang ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang
kehidupan. Korupsi merupakan masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan
keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi,dan juga politik, serta dapat
merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi budaya.
Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan makmur.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu korupsi
2. Bagaiman strategi nasional dalam pencegahan dan pemberantasan korupsi
3. Kebijakan pemerintah dalam pemberantasan korupsi
4. Kendala atau hambatan yang di hadapi dalam pemberantasan korupsi di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere berarti busuk, rusak,
menggoyahkan, memutar balik, menyogok. Menurut Transparency International adalah perilaku
pejabat publik, baik politikus/politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal
memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi
secara harfiah berarti: buruk, rusak, suka memakai barang (uang) yang dipercayakan padanya, dapat
disogok (melalui kekuasaannya untuk kepentingan pribadi). Adapun arti terminologinya, korupsi
adalah penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan) untuk kepentingan pribadi
atau orang lain.

Sementara, disisi lain, korupsi (corrupt,corruptie, corruption) juga bisa bermakna kebusukan,
keburukan, dan kebejatan. Definisi ini didukung oleh Acham yang mengartikan korupsi sebagai suatu
tindakan yang menyimpang dari norma masyarakat dengan cara memperoleh keuntungan untuk diri
sendiri serta merugikan kepentingan umum. Intinya, korupsi adalah menyalahgunakan kepercayaan
yang diberikan publik atau pemilik untuk kepentingan pribadi. Sehingga, korupsi menunjukkan fungsi
ganda yang kontradiktif, yaitu memiliki kewenangan yang diberikan publik yang seharusnya untuk
kesejahteraan publik, namun digunakan untuk keuntungan diri sendiri. Korupsi merupakan kejahatan
yang dilakukan dengan penuh perhitungan oleh mereka yang justru merasa sebagai kaum terdidik dan
terpelajar. Korupsi juga bisa dimungkinkan terjadi pada situasi dimana seseorang memegang suatu
jabatan yang melibatkan pembagian sumber-sumber dana dan memiliki kesempatan untuk
menyalahgunakannya guna kepentingan pribadi. Nye mendefinisikan korupsi sebagai perilaku yang
menyimpang dari tugas formal sebagai pegawai publik untuk mendapatkan keuntungan finansial atau
meningkatkan status. Selain itu, juga bisa diperoleh keuntungan secara material, emosional, atau pun
simbol.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besarmemenuhi unsur-unsur sebagai
berikut:

• Perbuatan melawan hukum,


• Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
• Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
• Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
• Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya,adalah
• Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),
• Penggelapan dalam jabatan,
• Pemerasan dalam jabatan,
• Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggaranegara), dan
• Penerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).

2.2 Strategi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK) meluncurkan Aksi Pencegahan Korupsi
2023-2024 dengan tema Digitalisasi Untuk Cegah Korupsi. Peluncuran aksi ini berdasarkan Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2018 (Pasal 5) yang menyebutkan bahwa aksi pencegahan korupsi
ditetapkan 2 tahun sekali oleh Tim Nasional Pencegahan Korupsi (Timnas PK). Timnas PK terdiri dari
5 Kementerian Lembaga yakni Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang bertindak sebagai
koordinator, Kantor Staf Kepresidenan (KSP), Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian PAN RB dan
Kementerian Dalam Negeri. Aksi Pencegahan Korupsi 2023-2024 ini melibatkan 76
kementerian/lembaga, 34 pemerintah provinsi, dan 68 pemerintah kabupaten/kota.

Aksi Pencegahan Korupsi 2023-2024 terdiri dari 15 aksi, sebagai berikut :

1. Percepatan Penyelesaian Ketidaksesuaian Pemanfaatan Ruang dan Tumpang Tindih Perizinan


Berbasis Lahan Melalui Implementasi Kebijakan Satu Peta;
2. Pengendalian Ekspor Impor;
3. Peningkatan Kualitas Data Pemilik Manfaat serta Pemanfaatan untuk Perizinan, Pengadaan
Barang/Jasa’ Perbaikan Tata Kelola di Kawasan Pelabuhan;
4. Percepatan Proses Digitalisasi Sertifikasi Pendukung Kemudahan Berusaha;
5. Penguatan Digitalisasi Perencanaan Penganggaran di Tingkat Pusat, Daerah, dan Desa;
6. Peningkatan Efektifitas Pencegahan Korupsi Dalam Pengadaan Barang dan Jasa;
7. Optimalisasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Melalui Intensifikasi dan
8. Ekstensifikasi di sub-Sektor Mineral dan Batubara (Minerba);
9. Penataan Aset Pusat;
10. Penguatan Partai Politik dalam Pencegahan Korupsi;
11. Optimalisasi Interoperabilitas Data Berbasis NIK Untuk Program Pemerintah;
12. Penguatan Aparat Pengawasan Interen Pemerintah (APIP) Dalam Pengawasan Program
Pemerintah;
13. Penguatan Sistem Penanganan Perkara Tindak Pidana;
14. Optimalisasi Pengawasan Keuangan Desa dan Penataan Aset Desa;
15. Penguatan Integrasi Sistem Informasi Aparatur Sipil Negara (ASN)

Indonesia merupakan negara yang memiliki nilai indeks persepsi korupsi yang cukup tinggi.
Periode tahun 2014 - 2017, perkara korupsi yang ditangani KPK sebanyak 618 kasus. Transparency
International Indonesia mengeluarkan indeks persepsi korupsi yang menunjukkan bahwa posisi
Indonesia berada di peringkat 96 dari 180 negara pada awal tahun 2022. Perilaku korupsi di Indonesia
sangat terkait erat dengan dimensi penyuapan, pengadaan barang dan jasa, serta penyalahgunaan
anggaran yang umumnya dilakukan oleh pihak swasta dan pegawai pemerintahan. Oleh karena itu,
upaya pencegahan korupsi sangat diperlukan. Pemberantasan korupsi tidak cukup dilakukan hanya
dengan komitmen semata. Komitmen tersebut harus diaktualisasikan dalam bentuk strategi yang
komprehensif untuk meminimalisasi tindak korupsi. Upaya pencegahan korupsi dapat dlakukan
secara preventif, detektif, dan represif.

a) Strategi preventif
Upaya preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk meminimalisasi
penyebab dan peluang seseorang melakukan tindak korupsi. Upaya preventif dapat dilakukan
dengan:
• Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR.
• Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya.
• Membangun kode etik di sektor publik.
• Membangun kode etik di sektor partai politik, organisasi profesi, dan asosiasi bisnis.
• Meneliti lebih jauh sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan.
• Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia atau SDM dan peningkatan
kesejahteraan pegawai negeri.
• Mewajibkan pembuatan perencanaan strategis dan laporan akuntabilitas kinerja bagi
instansi pemerintah.
• Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen.
• Penyempurnaan manajemen barang kekayaan milik negara atau BKMN.
• Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
• Kampanye untuk menciptakan nilai atau value secara nasional.
b) Strategi Detektif
Upaya detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi terjadinya kasus-kasus korupsi
dengan cepat, tepat, dan biaya murah. Sehingga dapat segera ditindaklanjuti. Berikut upaya
detektif pencegahan korupsi:
• Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat.
• Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu.
• Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik.
• Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di kancah
internasional.
• Peningkatan kemampuan Aparat Pengawasan Fungsional Pemerintah ata APFP dalam
mendeteksi tindak pidana korupsi.
c) Strategi Represif
Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi yang telah
diidentifikasi dapat diproses dengan cepat, tepat, dan dengan biaya murah. Sehingga para
pelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Upaya
represif dalam mencegah tindak pidana korupsi adalah:
• Penguatan kapasitas badan atau komisi anti korupsi.
• Penyelidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor besar dengan efek jera.
• Penentuan jenis-jenis atau kelompok korupsi yang diprioritaskan untuk diberantas.
• Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik.
• Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam sistem peradilan
pidana secara terus menerus.
• Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak korupsi secara terpadu.
• Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya.
• Pengaturan kembali hubungan dan standar kerja antara tugas penyidik tindak pidana
korupsi dengan penyidik umum, penyidik pegawai negeri sipil atau PPNS, dan penuntut
umum.

2.3 Kebijakan pemerintah dalam pemberantasan korupsi

Menurut kamus bahasa Indonesia kebijakan secara leterlite dapat dijelaskan sebagai kepandaian,
kemahiran, kebijaksanaan. Sementara secara bahasa kebijakan dapat dijelaskan sebagai rangkaian
konsep dan azas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu perkerjaan,
kepemimpinan, cara bertindak. Berkaitan dengan pemberantasan korupsi, Pemerintah telah
merumuskan kebijakan yang diwujudkan dalam beberapa peraturan perundang – undangan antara
lain UU. No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Yang Bersih dan bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. UU. No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi Jo UU.No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU. No. 31 tahun 1999, Peraturan
Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran serta Masyarakat dan
pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No. 15
Tahun 2002, tentang Tindak Pidana Pencucian Uang; sebagaimana telah diubah dengan
Undang-undang No.25 Tahun 2003, UU No. 20 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi,
serta UU No. 7 tahun 2004 tentang Pengesahan United Natoins Convention Against Cooruption 2003.
Serta upaya meningkatkan peran Lembaga Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan
(PPATK). Mencermati peraturan perundangundang yang begitu memadai secara kualitas maupun
kuantitasnya, maka dari sisi infrastruktur hukum hampir dapat dipastikan bahwa negara kita
merupakan salah satu negara yang paling banyak memiliki regulasi yang berkaitan dengan
pemberantasan korupsi, tentunya dengan harapan agar dapat mewujudkan penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih sebagai salah dari sekian banyak kriteria kepemerintahan yang baik (Good
Governance) Jadi bila di lihat dari konteks kebijakan publik maka regulasi yang ada merupakan
bentuk kebijakan yang diambil oleh pemerintah dalam upaya memberantas tindak pidana korupsi.

2.4 Kendala yang di Hadapi Dalam Pemberantasan Korupsi di Indonesia

Korupsi dapat terjadi di negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Adapun hasil
analisis penulis dari beberapa teori dan kejadian di lapangan, ternyata hambatan kendala-kendala yang
dihadapi bangsa Indonesia dalam meredam korupsi antara lain adalah :

• Penegakan hukum yang tidak konsisten dan cenderung setengah-setengah.


• Struktur birokrasi yang berorientasi ke atas, termasuk perbaikan birokrasi yang
cenderungterjebak perbaikan renumerasi tanpa membenahi struktur dan kultur.
• Kurang optimalnya fungsi komponen-komponen pengawas atau pengontrol, sehingga tidak
ada check and balance.
• Banyaknya celah lubang-lubang yang dapat dimasuki tindakan korupsi pada sistem politik dan
sistem administrasi negara Indonesia.
• Kesulitan dalam menempatkan atau merumuskan perkara, sehingga dari contoh-contoh kasus
yang terjadi para pelaku korupsi begitu gampang mengelak dari tuduhan yang diajukan oleh
jaksa.
• Taktik-taktik koruptor untuk mengelabui aparat pemeriksa, masyarakat, dan negara yang
semakin canggih.
• Kurang kokohnya landasan moral untuk mengendalikan diri dalam menjalankan amanahyang
diemban.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Korupsi ialah perilaku yang buruk yang tidak legal dan tidak wajar untuk mengambil keuntungan pribadi
atau orang lain serta selalu mengandung unsur "penyelewengan atau dishonest (ketidakjujuran). Korupsi
dinilai dari sudut manapun ia tetap suatu pelanggaran. Korupsi mengakibatkan kurangnya pendapatan
Negara dan kurangnya kepercayaan. Fenomena umum yang biasanya terjadi di Indonesia yaitu selalu
muncul kelompok sosial baru yang inhin berpolitik, namun sebenarnya banyak diantara mereka yang tidak
mampu. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih "kepentingan
rakyat". Oleh karenanya, disetiap negara harus memiliki strategi dan berupaya menindak dan mencegah
tindakan korupsi dengan kebijakan pemerintah masing-masing. Seperti di Indonesia yang memberikan
hukum pidana kepada pelaku korupsi dan ditangani oleh lembaga- lembaga seperti BPK, KPK, dll. Yang
paling penting agar tidak terjadi korupsi adalah disetiap diri harus memiliki nilai-nilai kejujuran dan rasa
takut akan hal-hal yang haram. Karena sejatinya orang yang memiliki harta yang halal adalah orang-orang
yang paling selamat agamanya, paling tenang hati dan pikirannya, paling lapang dadanya, paling sukses
kehidupannya, dipenuhi keberkahan dan kehormatan serta harga diri bersih dan terjaga.

B. Saran

Tindak pidana korupsi sangat merugikan bangsa dan negara, terutama bagi negara yang masih
berkembang. Karena hal tersebut dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan negara. Sebagai
insan bermoral dan berpendidikan, marilah jauhi segala tindakan yang menjurus pada tindak pidana
korupsi demi kemajuan bangasa dan negara.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai