Anda di halaman 1dari 29

STRATEGI DAN UPAYA

PEMBERANTASAN KORUPSI

Dosen pengampuh :

Lili Suryani, S.Kep.Ns

Disusun oleh :

Ni Nyoman Sri Yuniarti

NIM : P07124322017

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENKESS PALU PRODI SARJANA TERAPAN
KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas
makalah ini. Adapun penugasan makalah ini adalah untuk memperoleh
pengetahuan tambahan tugas dari dosen dan nilai dalam proses belajar mata
kuliah “PENDIDIKAN ANTI KORUPSI”. Dalam penyusunan makalah ini
tentunya kami sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu mohon kritik dan saran
yang membangun dan bisa membantu untuk kemajuan kedepannya.

Palu, Rabu 5 Juli 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
C. TUJUAN.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. KONSEP PEMBERANTASAN KORUPSI.................................................3
B. STRATEGI PEMBERANTASAN KORUPSI..............................................4
C. UPAYA PENINDAKAN TINDAK PIDANA KORUPSI (REPRESIF)....16
D. UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI (PREVENTIF) 19
BAB III PENUTUP................................................................................................24
A. KESIMPULAN...........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Korupsi di Indonesia dimulai sejak lama bahkan sejak masa


penjajahan. Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan
koreksi dan memberikan sanksi, pada umumnya bersikap acuh tak acuh.
Sikap rakyat menjadi apatis dengan semakin meluasnya praktik-praktik
korupsi oleh beberapa oknum pejabat lokal, maupun nasional. Kelompok
mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan emosi dan
demonstrasi. Tema yang sering diangkat adalah “penguasa yang korup” dan
“derita rakyat”. Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk
bertindak tegas kepada para koruptor.

Hal ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun 1998.
Mereka tidak puas terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat.
Oleh karena itu, mereka ingin berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi
terhadap masyarakat dan sistem pemerintahan secara menyeluruh, mencita-
citakan keadilan, persamaan dan kesejahteraan yang merata. Hal itu terus
terjadi sampai saat ini. Ketika keadaan di sistem pemerintahan mulai tidak
kondusif, para mahasiswa berbondong-bondong melakukan orasi di jalan-
jalan maupun di depan kantor-kantor pemerintahan.

Perilaku korupsi yang di lakukan oleh para oknum pejabat membuat


rakyat sengsara. Peraturan hukum yang di buat oleh pemerintah tidak serta
merta membuat para koruptor tersebut jera ataupun takut. Hal itu terjadi
karena pemerintah kurang tegas dalam menindaklanjuti masalah korupsi yang
ada. Sehingga membuat para pejabat pemerintahan semakin gencar untuk
berbuat korupsi.

Oleh karena itu, semua pihak harus ikut serta dalam memberantas
korupsi. Tidak hanya pemerintah, tetapi juga kalangan intelektual, para

1
pemuka agama, serta kalangan pejabat itu sendiri. Peran masyarakat yang
aktif berpartisipasi dalam memberantas korupsi akan membuat perubahan
yang jauh lebih baik. Penulisan makalah ini di maksudkan untuk memahami
dan mengetahui upaya-upaya yang dapat di lakukan untuk memberantas
korupsi.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Itu Konsep Pemberantasan Korupsi?


2. Bagaimana Strategi Pemberantasan Korupsi?
3. Bagaimana Upaya Penindakan Korupsi?
4. Bagaimana Upaya Pencegahan Korupsi?

C. TUJUAN

1. Mahasiswa Mampu Memahami Bagaimana Konsep Pemberantasan


Korupsi
2. Mahasiswa Mengetahui Bagaimana Strategi Pemberantasan Korupsi
3. Mahasiswa Mampu Mengetahui Bagaimana Upaya Penindakan Korupsi
4. Mahasiswa Mampu Menerapkan Bagaimana Upaya Pencegahan Korupsi

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP PEMBERANTASAN KORUPSI

1. Pengertian Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa Latin coruptio dan corruptus yang


berarti kerusakan atau kebobrokan. Dalam bahasa Yunani corruptio
perbuatan yang tidak baik, buruk. curang, dapat disuap, tidak bermoral,
menyimpang dari kesucian, melanggar norma- norma agama, materil,
mental dan umum.

Korupsi juga mencakup nepotisme atau sifat suka memberi jabatan


kepada kerabat dan famili saja, serta penggelapan uang negara. Dalam
kedua hal ini terdapat "perangsang dengan pertimbangan tidak wajar." Jadi
korupsi, sekalipun khusus terkait dengan penyuapan dan penyogokan,
adalah istilah umum yang mencakup penyalahgunaan wewenang sebagai
hasil pertimbangan demi mengejar keuntungan pribadi, keluarga dan
kelompok.

2. Pengertian Konsep Pemberantasan Korupsi


Istilah konsep berasal dari bahasa latin conceptum, artinya sesuatu
yang dipahami. Aristoteles dalam "The classical theory of concepts"
menyatakan bahwa konsep merupakan penyusun utama dalam
pembentukan pengetahuan ilmiah dan filsafat pemikiran manusia. Konsep
merupakan abstraksi suatu ide atau gambaran mental, yang dinyatakan
dalam suatu kata atau simbol. Konsep dinyatakan juga sebagai bagian dari
pengetahuan yang dibangun dari berbagai macam kharakteristik. Dapat
disimpulkan bakwa konsep pemberantasan korupsi adalah kerangka acuan
yang digunakan dalam pemberantasan korupsi. Segala bentuk
pemberantasan korupsi yang akan dilakukan berdasarkan pada konsep
yang telah disusun tersebut.

3
3. Konsep Pemberantasan Korupsi
Korupsi dapat terjadi jika ada peluang, keinginan, dan bobroknya
system pengawasan dalam waktu yang bersamaan. Korupsi dapat dimulai
dari; mana saja, misalnya suap ditawarkan pada seorang pejabat, atau
sebaiknya seorang pejabat. meminta atau bahkan dengan cara memaksa
memberikan uang pelicin. Orang yang menawarkan suap karena ia
menginginkan sesuatu yang bukan haknya dan ia menyuap pejabat supaya
pejabat itu mengabaikan peraturan. Keinginan korupsi dapat timbul karena
kemiskinan.
Karena korupsi menyangkut semua aspek bidang kehidupan
masyarakat, sehingga sangat sulit diberantas. Konsep pemberantasan
korupsi harus disesuaikan dengan konteks, masyarakat ataupun organisasi
yang dituju. Berikut merupakan contoh yang berkaitan dengan konsep
pemberantasan korupsi berdasarkan konteks:
a. Masyarakat dengan konteks atau kondisi taat pada agama akan
memilih konsep pemberantasan korupsi yang berorientasi pada hukun
agama. Sehingga dalam penyusunan konseppun akan mengacu pada
hukum agama yang dianut.
b. Suatu organisasi yang memiliki konsep demokratis akan menyusun
sebuah konsep Yang menitik beratkan pada nilai-nilai demokratis.

B. STRATEGI PEMBERANTASAN KORUPSI

1. Pengertian Strategi Pemberantasan Korupsi


Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan
dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas
dalam kurun waktu tertentu. Strategi pemberantasan korupsi adalah
sistematika pemberantasan korupsi yang telah dirancang dengan berbagai
cara agar dapat diaplikasikan dan menghasilkan suatu output yang ingin
dicapai.

4
2. Strategi Pemberantasan Korupsi
Strategi untuk mengontrol korupsi harus berfokus pada 2 unsur
yakni peluang dan keinginan. Peluang dapat dikurangi dengan cara
mengadakan berubahan secara sistematis, sedangkan keinginan dapat
dikurangi dengan cara membalikkan situasi kalkulasi resiko “untung rugi,
resiko rendah” dengan cara menegakkan hukum. Memberikan hukuman
dengan efek jera secara efektif, dan menegakkan mekanisme akuntabilitas.
Memberantas korupsi bukanlah tujuan akhir, melainkan perjuangan
melawan perilaku jahat dalam pemerintah yang merupakan bagian dari
tujuan yang lebih luas. Yakni menciptakan pemerintahan yang efektif, adil,
dan efisien melalui berbagai Strategi sebagai berikut.
a. Reformasi Birokrasi
Wewenang pejabat publik untuk mengambil keputusan dan
kecenderungan menyalahgunakannya dapat diperkecil dengan cara
memodifikasi struktur organisasi dan pengelolaan program-program
publik. Perubahan ini akan memperkecil insentif untuk memberi suap
dan dapat memperkecil jumlah transaksi dan memperbesar peluang
bagi masyarakat unuk mendapat pelayanan publik yang baik.
Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik adalah
salah satu cara untuk mencegah korupsi. Semakin banyak meja yang
harus dilewati untuk mengurus suatu hal, semakin banyak pula
kemungkinan untuk terjadinya korupsi. Salah satu cara untuk
menghindari praktek suap menyuap dalam rangka pelayanan publik
adalah dengan mengumumkan secara resmi biaya yang harus
dikeluarkan oleh seseorang untuk mengurus suatu hal seperti mengurus
paspor, mengurus SIM, mengurus ijin usaha atau Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB) dsb.
b. Budaya

Senjata yang paling ampuh dalam pertempuran melawan


korupsi adalah menumbuhkan kultur demokratis dan egaliter. Ciri
kultur demokrasi adalah keterbukaan dan pengabdian kepada

5
keterbukaan. Pengawal keterbukaan yang paling efektif adalah warga
negara yang terhimpun dalam organisasi-organisasi yang dibentuk
untuk tujuan yang diharapkan. Dalam konteks ini pers yang bebas
sangat dibutuhkan. Tanpa kebebasan untuk mengajukan pertanyaan
atau untuk mengadakan perubahan, rakyat tetap tidak berdaya karena
terperangkat dalam system demkrasi yang dangkal.

c. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi

Salah satu cara untuk memberantas korupsi adalah dengan


membentuk lembaga yang independen yang khusus menangani
korupsi. Sebagai contoh di beberapa negara didirikan lembaga yang
dinamakan Ombudsman. Lembaga ini pertama kali didirikan oleh
Parlemen Swedia dengan nama Justitieombudsmannen pada tahun
1809. Peran lembaga ombudsman yang kemudian berkembang pula di
negara lain-antara lain menyediakan sarana bagi masyarakat yang
hendak mengkomplain apa yang dilakukan oleh Lembaga Pemerintah
dan pegawainya.

Selain itu lembaga ini juga memberikan edukasi pada


pemerintah dan masyarakat serta mengembangkan standar perilaku
serta code of conduct bagi lembaga pemerintah maupun lembaga
hukum yang membutuhkan. Salah satu peran dari ombudsman adalah
mengembangkan kepedulian serta pengetahuan masyarakat mengenai
hak mereka untuk mendapat perlakuan yang baik, jujur dan efisien dari
pegawai pemerintah (UNODC 2004). Di Hongkong dibentuk lembaga
anti korupsi yang bernama Independent Commission against
Corruption (ICAC); di Malaysia dibentuk the Anti-Corruption Agency
(ACA). Kita sudah memiliki Lembaga yang secara khusus dibentuk
untuk memberantas korupsi. Lembaga tersebut adalah Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK).

6
d. Memperbaiki kinerja lembaga peradilan

Salah satu hal yang juga cukup krusial untuk mengurangi


resiko korupsi adalah dengan memperbaiki dan memantau kinerja
Pemerintah Daerah. Sebelum Otonomi Daerah diberlakukan,
umumnya semua kebijakan diambil oleh Pemerintah Pusat. Dengan
demikian korupsi besar-besaran umumnya terjadi di Ibukota negara
atau di Jakarta. Dengan otonomi yang diberikan kepada Pemerintah
Daerah, kantong

Korupsi tidak terpusat hanya di ibukota negara saja tetapi


berkembang di berbagai daerah. Untuk itu kinerja dari aparat
pemerintahan di daerah juga perlu diperbaiki dan dipantau atau
diawasi.

Lembaga yang harus perhatikan adalah dari tingkat kepolisian,


kejaksaan. Pengadilan dan Lembaga Pemasyarakatan. Pengadilan
adalah jantungnya penegakan hukum yang harus bersikap imparsial
(tidak memihak), jujur dan adil. Banyak kasus korupsi yang tidak
terjerat oleh hukum karena kinerja lembaga peradilan yang sangat
buruk. Bila kinerjanya buruk karena tidak mampu (unable), mungkin
masih dapat dimaklumi. Ini berarti pengetahuan serta ketrampilan
aparat penegak hukum harus ditingkatkan. Yang menjadi masalah
adalah bila mereka tidak mau (unwilling) atau tidak memiliki
keinginan yang kuat (strong political will) untuk memberantas korupsi,
Atau justru terlibat dalam berbagai perkara korupsi.

Di tingkat departemen, kinerja lembaga-lembaga audit seperti


Inspektorat Jenderal harus ditingkatkan. Selama ini ada kesan bahwa
lembaga ini sama sekali “tidak punya gigi ketika berhadapan dengan
korupsi yang melibatkan pejabat tinggi.

Dalam berbagai pemberitaan di media massa, ternyata korupsi


juga banyak dilakukan oleh anggota parlemen baik di pusat (DPR)

7
maupun di daerah (DPRD). Alih-alih menjadi wakil rakyat dan
berjuang untuk kepentingan rakyat, anggota parlemen justru
melakukan berbagai macam korupsi yang ‘dibungkus’ dengan rapi.
Daftar anggota DPR dan DPRD yang terbukti melakukan korupsi
menambah panjang daftar korupsi di Indonesia. Untuk itu kita perlu
berhati-hati ketika mencoblos atau ‘mencontreng’ pada saat Pemilihan
Umum. Jangan asal memilih, pilihlah wakil rakyat yang punya
integritas, Berhati-hati pula ketika DPR atau DPRD akan
mengeluarkan suatu kebijakan atau peraturan perundang-undangan.
Salah-salah kebijakan tersebut justru digunakan bagi kepentingan
beberapa pihak bukan bagi kepentingan rakyat. Untuk itulah ketika
Parlemen hendak mengeluarkan sebuah kebijakan yang akan
mempengaruhi hajat hidup orang banyak, masyarakat sipil (civil
society) termasuk mahasiswa dan media harus ikut mengawal
pembuatan kebijakan tersebut.

e. Kelembagaan

Secara kelembagaaan ada fungsi-fungsi kunci yang harus


dilakukan oleh tulang punggung pemberantasan korupsi, baik pada
tingkat prefentif, detektif, maupun represif. Harmonisasi kinerja antara
lembaga kejaksaan agung, POLRI. Badan pemeriksaan keuangan
(BPK), dan KPK memegang peran penting dalam mensukseskan
pemberantasan. Hanya disayangkan, saat ini tumpang tindih
wewenang dan persaingan tidak sehat membayangi kinerja beberapa
lembaga tersebut. Perseteruan antara KPK dan POLRI, atau POLRI
dan kejaksaan agung Merupakan salah satu contoh ketidak harmonisan
tersebut.

f. Integrasi Sistem Pemberantasan Korupsi

Tujuan pokok pembangunan sistem integritas nasional adalah


membuat tindak pidana korupsi menjadi tindakan yang mempunyai

8
“risiko tinggi” dan memberi “hasil sedikit”. Sistem itu dirancang untuk
memastikan jangan sampai korupsi dapat terjadi, bukan mengandalkan
sanksi hukum setelah korupsi terjadi. Integrasi sistem pemberantasan
korupsi mencakup pilar-pilar; eksekutif, parlemen, peradilan,
pelayanan publik, lembaga pengawas (BPK, KPK), masyarakat sipil
dan media massa. Integrasi sistem pemberantasan korupsi
membutuhkan identifikasi sistematis mengenai kelemahan dan peluang
untuk memperkuat dan memperkokoh setiap pilar sehingga
bersamasama menjadi kerangka yang kokoh. Untuk mewujudkan
pelaksanaan proses kerja penanganan tindak pidana korupsi yang
lancar, perlu dibuat: Pertama, sistem dan prosedur kerja antar instansi
yang terkait dengan Core Unit. Kedua, standar pelaporan yang akan di
pakai sebagai dokumen antar instansi. Ketiga, penjadwalan pertemuan
regular untuk pembahasan masalah- masalah yang berkaitan dengan
tindak pidana korupsi, agar dapat diwujudkan persamaan persepsi atas
suatu masalah.

g. Sumber Daya Manusia

Upaya untuk memberantas kemiskinan etika dan meningkatkan


kesadaran adalah mutlak diperlukan, karenanya sumber daya manusia
yang unggul harus terus di bangun terutama melalui pendidikan.
Sumber daya masyarakat yang seperti itu merupakan landasan yang
sangat penting bagi sistem integritas nasional dalam pemberantasan
korupsi. Masyarakat yang kurang terdidik dan apatis tidak tahu hak-
haknya dan bersikap menyerah pada penyalahgunaan wewenang oleh
pejabat, sementara pejabat pemerintahan yang tidak berprinsip hanya
akan mengikuti arus dominan yang ada di lingkungan kerjanya tanpa
bisa berpikir kritis dalam memahami dan melaksanakan hak-hak dan
kewajibannya.

9
h. Infrastruktur

Infrastruktur yang di maksud disini adalah lembaga trias


politika yang meliputi eksekutif. Legislatif, dan yudikatif. Berjalannya
fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif pada koridor hak dan
kewajibannya masing-masing akan memberikan kontribusi yang
diharapkan dalam pemberantasan korupsi. Sebaliknya jika tidak. Maka
berarti infrastruktur politik nasional ini perlu dibenahi sehingga
lembaga tersebut berfungsi sebagaimana mestinya dan pada akhirnya
mendukung upaya Pemberantasan korupsi nasional.

i. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan


mewajibkan pejabat publik untuk melaporkan dan mengumumkan
jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum maupun sesudah
menjabat. Dengan demikian masyarakat dapat memantau tingkat
kewajaran peningkatan jumlah kekayaan yang dimiliki khususnya
apabila ada peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai menjabat.
Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan dengan melakukan
korupsi dialihkan kepemilikannya kepada orang lain misalnya anggota
keluarga.

1) Untuk kontrak pekerjaan atau pengadaan barang baik di


pemerintahan pusat, daerah maupun militer, salah satu cara untuk
memperkecil potensi korupsi adalah dengan melakukan lelang atau
penawaran secara terbuka. Masyarakat harus diberi otoritas atau
akses untuk dapat memantau dan memonitor hasil dari pelelangan
atau penawaran tersebut. Untuk itu harus dikembangkan sistem
yang dapat memberi kemudahan bagi masyarakat untuk ikut
memantau ataupun memonitor hal ini.
2) Korupsi juga banyak terjadi dalam perekrutan pegawai negeri dan
anggota militer baru. Korupsi, kolusi dan nepotisme sering terjadi

10
dalam kondisi ini. Sebuah sistem yang transparan dan akuntabel
dalam hal perekruitan pegawai negeri dan anggota militer juga
perlu dikembangkan. Selain sistem perekruitan, sistem penilaian
kinerja pegawai negeri yang menitikberatkan pada pada proses
(proccess oriented) dan hasil kerja akhir (result oriented) perlu
dikembangkan. Untuk meningkatkan budaya kerja dan motivasi
kerja pegawai negeri, bagi pegawai negeri yang berprestasi perlu
diberi insentif yang sifatnya positif. Pujian dari atasan,
penghargaan, bonus atau jenis insentif lainnya dapat memacu
kinerja pegawai negeri. Tentu saja pemberian ini harus disertai
dengan berbagai pra- kondisi yang ketat karena hal ini juga
berpotensi korupsi, karena salah-salah hal ini justru dipergunakan
sebagai ajang bagi-bagi bonus diantara para pegawai negeri.
j. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan

Masyarakat Salah satu upaya memberantas korupsi adalah


memberi hak pada masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap
informasi (access to information). Sebuah sistem harus dibangun di
mana kepada masyarakat (termasuk media) diberikan hak meminta
segala informasi yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah yang
mempengaruhi Hajat hidup orang banyak. Hak ini dapat meningkatkan
keinginan pemerintah untuk membuat kebijakan dan menjalankannya
secara transparan. Pemerintah memiliki kewajiban melakukan
sosialisasi atau diseminasi berbagai kebijakan yang dibuat dan akan
dijalankan.

Isu mengenai public awareness atau kesadaran serta kepedulian


publik terhadap bahaya korupsi dan isu pemberdayaan masyarakat
adalah salah satu bagian yang sangat penting dari upaya memberantas
korupsi. Salah satu cara untuk meningkatkan public awareness adalah
dengan melakukan kampanye tentang bahaya korupsi. Sosialisasi serta
diseminasi di ruang publik mengenai apa itu korupsi. Dampak korupsi

11
dan bagaimana memerangi korupsi harus diintensifkan. Kampanye
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan media massa (baik
cetak maupun tertulis), melakukan seminar dan diskusi. Spanduk dan
poster yang berisi ajakan untuk menolak segala bentuk korupsi ‘harus
dipasang di kantor-kantor pemerintahan sebagai media kampanye
tentang bahaya korupsi. Di beberapa negara termasuk Indonesia, isu
korupsi dimasukkan sebagai salah satu bagian dari mata pelajaran atau
mata kuliah baik di tingkat sekolah dasar maupun menengah dan
perguruan tinggi. Sayangnya subjek ini belum diberikan secara
nasional. Transparency International juga mengeluarkan toolkit
mengenai pendidikan anti korupsi untuk anak di tingkat pendidikan
dasar. Mata kuliah yang mahasiswa pelajari saat ini adalah salah satu
cara supaya mahasiswa dapat mengetahui selukbeluk korupsi dan
meningkatkan kepedulian serta kesadaran akan bahaya korupsi. Di
beberapa sekolah didirikan Kantin Kejujuran yang bertujuan untuk
melatih kejujuran siswa. Salah satu cara untuk ikut memberdayakan
masyarakat dalam mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan
menyediakan sarana bagi masyarakat untuk melaporkan kasus korupsi.
Sebuah mekanisme harus dikembangkan di mana masyarakat dapat
dengan mudah dan bertanggung-jawab melaporkan kasus korupsi yang
diketahuinya. Mekanisme tersebut harus dipermudah atau
disederhanakan misalnya via telepon, surat atau telex. Dengan
berkembangnya teknologi informasi, media internet adalah salah satu
mekanisme yang murah dan mudah untuk melaporkan kasus-kasus
korupsi.

Di beberapa Negara, pasal mengenai “fitnah’ dan ‘pencemaran


nama baik tidak dapat diberlakukan untuk mereka yang melaporkan
kasus korupsi dengan pemikiran bahwa bahaya korupsi dianggap lebih
besar dari pada kepentingan individu. Walaupun sudah memiliki aturan
mengenai perlindungan saksi dan korban yakni UU No. 13 Tahun
2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, masyarakat Indonesia
masih
12
dihantui ketakutan akan tuntutan balik melakukan fitnah dan
pencemaran nama baik apabila melaporkan kasus korupsi. Pers yang
bebas adalah salah satu pilar dari demokrasi. Semakin banyak
informasi yang diterima oleh masyarakat, semakin paham mereka akan
bahaya korupsi. Menurut Pope media yang bebas sama pentingnya
dengan peradilan yang independen. Selain berfungsi sebagai alat
kampanye mengenai bahaya korupsi, media memiliki fungsi yang
efektif untuk melakukan pengawasan atas perilaku pejabat publik.
Henry Grunwald, pemimpin redaksi Time menyatakan bahwa
‘pemerintahan yang terpilih secara demokratis dan patuh sekalipun
dapat dengan mudah menjadi pemerintah yang korup apabila
kekuasaannya tidak diawasi oleh pers yang bebas. Media mempunyai
peranan khusus dalam perang melawan korupsi. Pejabat publik
mungkin lebih mudah tergoda untuk menyalahgunakan jabatan mereka
untuk kepentingan pribadi bila mereka yakin tidak ada resiko bahwa
perbuatan mereka akan terbongkar dan diungkapkan oleh pers (Pope:
2003). Namun media juga memiliki titik lemah. Hal ini terjadi apabila
media tersebut dimiliki oleh pemerintah. Umumnya pemerintah adalah
pemilik stasiun televisi dan radio terbesar dalam suatu negara. Kita
ambil contoh saja TVRI dan RRI. Karena milik pemerintah, tentu saja
independensinya tidak dapat terlalu diandalkan, Salah satu titik lemah
lagi dari media adalah pekerjaan jurnalisme yang berbahaya.
Penculikan, penganiayaan dan intimidasi terhadap jurnalis atau
wartawan menjadi hal yang biasa (Pope: 2003). Segala macam cara
akan digunakan oleh mereka (terutama yang memiliki uang dan
kekuasaan) yang tidak ingin namanya tercoreng karena pemberitaan di
media. Selain itu banyak pula negara yang berupaya untuk melakukan
penyensoran terhadap informasi yang akan diberitakan oleh media atau
bahkan pencabutan ijin usaha sebuah media.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs baik tingat


lokal atau internasional juga memiliki peranan penting untuk

13
mencegah dan memberantas korupsi. Mereka adalah bagian dari
masyarakat sipil (civil society) yang keberadaannya tidak dapat
diremehkan begitu saja. Sejak era reformasi, LSM baru yang bergerak
di bidang Anti-Korupsi banyak bermunculan. Sama seperti pers yang
bebas, LSM memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan atas
perilaku pejabat publik. Simak saja apa yang telah dilakukan oleh ICW
(Indonesia Corruption Watch), salah satu LSM lokal yang
berkedudukan di Jakarta. LSM ini menjadi salah satu garda terdepan
yang mengawasi segala macam perbuatan pemerintah dan perilaku
anggota parlemen dan lembaga peradilan. Sama seperti pekerjaan
jurnalisme yang berbahaya, penculikan, penganiayaan dan intimidasi
terhadap aktivis LSM sangat sering terjadi.

Salah satu cara lain untuk mencegah dan memberantas korupsi


adalah dengan menggunakan atau mengoperasikan perangkat
electronic surveillance. Electronic surveillance adalah sebuah
perangkat atau alat untuk mengetahui dan mengumpulkan data dengan
menggunakan peralatan elektronik yang dipasang pada tempat-tempat
tertentu. Alat tersebut misalnya audio-microphones atau kamera video
(semacam kamera CCTV atau Closed Circuit Television) atau data
interception dalam kasus atau di tempat-tempat di mana banyak
digunakan telepon genggam dan electronic mail (c- mail) atau surat
elektronik. Namun di beberapa negara, penggunaan electronic
surveillance harus disetujui terlebih dahulu oleh Upaya Pemberantasan
Korupsi masyarakat. Karena masyarakat tidak ingin pemerintah
memata-matai segenap aktivitas dan gerak langkah yang mereka
lakukan. Tindakan memata-matai atau ‘spying ini, dalam masyarakat
yang demokratis dianggap melanggar hak asasi terutama hak akan
privacy. Dalam beberapa kasus, negara yang otoriter justru akan
menggunakan data yang terekam dalam electronic surveillance untuk
melakukan intimidasi terhadap rakyatnya.

14
k. Pengembangan Dan Pembuatan Berbagai Instrumen Hukum Yang
Mendukung Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi.

Untuk mendukung pencegahan dan pemberantasan korupsi


tidak cukup hanya mengandalkan satu instrumen hukum yakni
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berbagai
peraturan perundang-undangan atau instrumen hukum lain perlu
dikembangkan. Salah satu peraturan perundang-undangan yang harus
ada untuk mendukung pemberantasan korupsi adalah Undang-Undang
Tindak Pidana Money Laundering atau Pencucian Uang. Untuk
melindungi saksi dan korban tindak pidana korupsi, perlu instrumen
hukum berupa UU Perlindungan Saksi dan Korban. Untuk
memberdayakan Pers, perlu UU yang mengatur mengenai Pers yang
bebas. Bagaimana mekanisme masyarakat yang akan melaporkan
tindak pidana korupsi dan penggunaan electronic surveillance juga
perlu diatur supaya tidak melanggar privacy seseorang. Selain itu hak
warga negara untuk secara bebas menyatakan pendapatnya harus pula
diatur. Pasalpasal yang mengkriminalisasi perbuatan seseorang yang
akan melaporkan tindak pidana korupsi serta menghalang-halangi
penyelidikan, penyidikan dan pemeriksaan tindak pidana korupsi
seperti pasal mengenai fitnah atau pencemaran nama baik perlu dikaji
ulang dan bilamana perlu diamandemen atau dihapuskan. Hal ini
bertujuan untuk lebih memberdayakan masyarakat. Masyarakat tidak
boleh takut melaporkan kasus korupsi yang diketahuinya. Selain itu,
untuk mendukung pemerintahan yang bersih, perlu instrumen Kode
Etik atau code of conduct yang ditujukan untuk semua pejabat publik,
baik pejabat eksekutif, legislatif maupun code of conduct bagi aparat
lembaga peradilan (kepolisian, kejaksaan dan pengadilan).

l. Monitoring dan Evaluasi

Ada satu hal penting lagi yang harus dilakukan dalam rangka
mensukseskan pemberantasan korupsi, yakni melakukan monitoring

15
dan evaluasi. Tanpa melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
seluruh pekerjaan atau kegiatan pemberantasan korupsi, sulit
mengetahui capaian yang telah dilakukan. Dengan melakukan
monitoring dan evaluasi, dapat dilihat strategi atau program yang
sukses dan yang gagal. Untuk strategi atau program yang sukses,
sebaiknya dilanjutkan. Untuk yang gagal, harus dicari penyebabnya.
Pengalaman negara-negara lain yang sukses maupun yang gagal dapat
dijadikan bahan pertimbangan ketika memilih cara, strategi, upaya
maupun program pemberantasan korupsi di negara kita. Namun
mengingat ada begitu banyak strategi, cara atau upaya yang dapat
digunakan, kita tetap harus mencari cara kita sendiri untuk menemukan
solusi memberantas korupsi.

m. Kerjasama Internasional

Hal lain yang perlu dilakukan dalam memberantas korupsi


adalah melakukan kerjasama internasional atau kerjasama baik dengan
negara lain maupun dengan International NGOs. Sebagai contoh saja,
di tingkat internasional, Transparency Internasional (TI) misalnya
membuat program National Integrity Systems. OECD membuat
program the Ethics Infrastructure dan World Bank membuat program
A Framework for Integrity. Pembahasan mengenai gerakan dan
kerjasama internasional pemberantasan korupsi akan diuraikan dalam
bab berikutnya.

C. UPAYA PENINDAKAN TINDAK PIDANA KORUPSI (REPRESIF)

Upaya penindakan dilakukan kepada seorang dengan mengadukan,


menyelidiki, menuntut, dan mengeksekusi yang terbukti melanggar dengan
diberikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum
pidana berdasarkan saksi-saksi dan bukti yang kuat. Upaya represif atau
upaya melalui jalur penal yaitu upaya penanganan yang menitikberatkan pada
sifat penumpasan setelah kejahatan korupsi terjadi. Upaya ini dilakukan

16
dengan cara menggunakan hukum pidana. Adapun tahapannya sebagai
berikut:
1. Penanganan Laporan Pengaduan Masyarakat
Pengaduan oleh masyarakat merupakan hal yang sangat penting bagi
KPK, namun untuk memutuskan apakah suatu pengaduan bisa
dilanjutkan ke tahap penyelidikan harus dilakukan proses verifikasi dan
penelaahan. Apabila penyelidik menemukan bukti permulaan yang cukup
mengenai dugaan tindak pidana korupsi, dalam waktu paling lambat
tujuh hari kerja, penyidik melaporkan ke KPK.
2. Penyidikan
Dalam tahap penyidikan seorang yang ditetapkan tersangka tindak
pidana korupsi wajib memberikan keterangan kepada penyidik.
3. Penuntutan
Dalam tahap penuntutan, penuntut umum melimpahkan kasus ke
pengadilan Tipikor disertai berkas perkara dan surat dakwaan. Dengan
pelimpahan ini, kewenangan penahanan secara yuridis beralih kepada
hakim yang menangani.
4. Pelaksanaan Putusan Pengadilan(Eksekusi)
Eksekusi yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dilakukan oleh
jaksa.Untuk itu panitera mengirimkan salinan putusan kepada jaksa.Dalam
memahami upaya represif ini ada beberapa istilah status yangpenting
dipahami, yaitu sebagai berikut.
a. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu
perkara pidana yangia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami
sendiri.
b. Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau
keadaannya berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku
tindakpidana.
c. Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa, dan
diadilidi sidang pengadilan.

17
d. Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan pengadilan
yangtelah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Upaya penindakan ini diharapkan dapat memberikan efek jera
terhadap pelaku dan jajaran para penguasa yang berpotensi melakukan tindak
pidana korupsi. Oleh karena itu, penegakan hukum harus tegas dalam
menyelesaikan kasus-kasus korupsi. Hal itu dapat dilakukan dengan:
1. Penerapan hukuman maksimal atas tindak pidana Korupsi
Peraturan perundang-undangan telah mengatur hukuman maksimal
untuk berbagai macam tindak pidana korupsi, mulai dari membayar
denda, penjara bahkan sampai hukuman mati. Dalam praktiknya hukuman
ini sangat jarang ditegakkan secara maksimal, padahal undang-undang saja
mengakui Korupsi sebagai kejahatan luar biasa.Seharusnya untuk suatu
kejahatan luar biasa makahukuman yang ditimpakan atasnya
punseharusnya juga luar biasa.Maka dari itu sangat penting Pemerintah
mengambil langkah untuk mewajibkan vonis hukuman maksimal
dankumulatif untuk tiap-tiap tindak pidana korupsi yang dilakukan. Hal ini
agar tercipta penegakanhukum yang konsisten dan tegas,
sertamenimbulkan efek jera agar di masa yang akandatang tidak ada lagi
yang berani melakukantindak pidana korupsi.
2. Pengembalian atas Kerugian Negara
Atas korupsi yang telah dilakukan oleh oknum-oknum dalam
pemerintahan, tidak cukup hanyadengan pelaksanaan hukuman berupa
penjara sajanamun harus diikuti dengan pengembalian ataskerugian
Negara yang timbul atas perbuatankorupsinya tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk menyadarkan bahwa semua yang bukan milik kita
tidak boleh diambil tanpa izin, dan jika telah dilakukan maka pelakunya
harus menerima hukuman dan mengembalikan apa yang telah diambil
sebelumnya

18
D. UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI (PREVENTIF)

1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi


Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK) melakukan kajian sistem dan
kebijakan pada berbagai kementrian atau lembaga maupun pemerintah
daerah. Dalam kajian tersebut KPK melakukan analisis data dan observasi
langsung. Kajian dilakukan dalam rangka mengidentifikasi kelemahan-
kelemahan sistem atau kebijakan yang berpotensi korupsi. Setelah itu,
KPK memberikan rekomendasi perbaikan agar dilaksanakan oleh
kementerian, lembaga, atau pemerintah daerah bersangkutan. Edukasi dan
kampanye yang dilakukan KPK merupakan bagian dari upaya pencegahan
memiliki peran strategis. Melalui edukasi dan kampanye KPK berusaha
membangun perilaku dan budaya antikorupsi. Program kampanye
dilakukan KPK melalui berbagai kegiatan yang melibatkan unsur
masyarakat serta melalui berbagai media cetak, elektronik dan online.
Tujuan dari rangkaian kampanye adalah untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat mengenai korupsi dan dampak buruknya.
Ujungnya adalah menumbuhkan benih benih antikorupsiserta perlawanan
terhadap korupsi. Program edukasi dilakukan melaluiberbagai kegiatan
termasuk meluncurkan produk antikorupsi, antara lain modul modul
pendidikan antikorupsi.
2. Pemberdayaan Masyarakat dan Pembentukan LSM
Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat perlu
dilakukan sosialisasi dan kampanye tentang bahaya korupsi. Kampanye
harus dilakukan di ruang publik, melalui media cetak maupun elektronik,
melalui seminar dan diskusi, dan lain-lain. Spanduk, poster, banner yang
berisikan ajakan untuk tidak melakukan korupsi.
Masyarakat juga harus disediakan sarana agar dapat dengan mudah
melaporkan kejadian korupsi kepada pihak yang berwenang secara
bertanggung jawab. Mekanisme pelaporan harus mudah dilakukan
misalnya melalui telepon, internet, dan sebagainya. Media cetak juga
berperan penting dalam pencegahan korupsi, selain berfungsi sebagai

19
media kampanye antikorupsi, media juga efektif untuk melakukan
pengawasan terhadap perilaku pejabat publik.
Keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berfungsi
melakukan pengawasan terhadap perilaku pejabat pemerintah maupun
parlemen, juga merupakan hal yang sangat penting dalam mencegah
terjadinya korupsi. Salah satu contoh adalah Indonesia Corruption Watch
(ICW), yakni sebuah LSM lokal yang bergerak khusus dalam
pemberantasan dan pencegahan korupsi.
3. Membagun situasi politik dan pelayanan publik yang sehat dan bersih
Menurut hasil riset dari tahun 2009 sampai sekarang,diketahui bahwa
lembaga paling korup di Indonesiaadalah Dewan Perwakilan Rakyat. Hal
ini dapatterjadi karena bermula dari proses pemilihan umumyang tidak
sehat dan bersih. Usaha yang dapatdilakukan untuk memperbaiki situasi
politik di Indonesia antara lain:
a. Mengadakan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat dan
pemilih pemula
b. Meningkatkan kesadaran dalam berpolitik
c. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok
d. Melakukan penerimaan pegawai dan pejabat politik berdasarkan prinsip
keterampilan teknis
e. Para pegawai dan pejabat politik selalu diusahakan kesejahteraan yang
memadai dan ada jaminan masa tua
f. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi
pemerintahan melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta
jawatan di bawahnya
g. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang
tinggi
4. Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini
Penanaman nilai-nilai anti korupsi seharusnya sudahdimulai sejak usia
anak sangat dini. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran aktif dua institusi
utama tempat anak-anak memperoleh nilai dan menerapkannya

20
dalamkehidupan mereka. Kedua institusi ini merupakan keluarga dan
sekolah. Upaya yang dapat dilakukan dalam menanamkan nilai anti
korupsi kepada anak-anak melalui kedua institusi ini adalah
sebagai berikut:
a. Mengembangkan Materi Pendidikan AntiKorupsi Untuk Orang Tua dan
Pengajar
Selama ini, penanaman nilai-nilai anti korupsidalam keluarga
hanya dilakukan secara sukarela oleh setiap keluarga tanpa memiliki
arahan yang jelas. Sementara, peranan penanaman nilai didalam
keluarga sangatlah signifikan dalammembentuk karakter seseorang
anak. Di dalamkeluargalah anak menemukan dan meniru nilaiyang
diakarkan dan yang ditunjukkan oleh orangtuanya. Oleh sebab itu, ada
baiknya pemerintahmencoba memaksimalkan peran para orang
tuauntuk mendidik karakter anti korupsi anak-anak mereka di rumah.
Dalam rangka melakukan haltersebut secara efektif,
sebaiknyapemerintah mengembangkan teknik edukasi khusus untuk
menyosialisasikam pendidikan tersebut kepada orang tua dan pengajar..
b. Memasukkan pendidikan anti korupsi kedalam kurikulum sekolah sejak
dini
Nilai-nilai moral yang hanya diajarkan melalui pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang kebanyakan
dilakukan dengan mengajarkan teori melalui ceramah atau penugasan di
kelas sebaiknya di imbangi dengan Pendidikan Anti Korupsi.
Pemerintah harus mewajibkan Pendidikan Anti Korupsi untuk
dimasukkan ke dalam kurikulum. Adapun metode pengajaran yang
sebaiknya dilakukan untuk Pendidikan Anti Korupsi, selain materi
dikelas, yaitu dengan praktik langsung di lapangan, misalnya dengan
melakukan kunjungan keKomisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atau
keIndonesia Corruption Watch (ICW), atau denganmelakukan
sosialisasi. Bisa juga denganmenantang anak-anak untuk membuat
tulisan ataugambar, atau puisi dan lagu mengenai korupsi disekitar

21
mereka dan bagaimana mereka bisa berbuat sesuatu untuk mencegah
dan memberantasnya.
5. Pembenahan sistem pendidikan moral value
Pendidikan moral dalam masyarakat sangatlah pentingdan harus
dibudayakan sejak dini, hal ini dapatdilakukan dengan cara-cara mudah
dan dapatditerapkan oleh semua orang tanpa kecuali. Hal yangdapat
dilakukan antara lain:
a. Membudayakan hidup sederhana
Budaya hidup sederhana dan tidak berlebihansebaiknya
dibiasakan sejak kecil. Selain dalamkeluarga, pemerintah dapat
mengambil peran aktif sebagai pembuat aturan untuk membuat
semualapisan masyarakat menerapkan pola hidup sepertiini. Contoh
nyata yang dapat dilakukan adalah mewajibkan siswa menggunakan
transportasi umum dan melarang orang tua mengantarkan anak-anak
mereka ke sekolah dengan kendaraan pribadi.Selain itu, yang dapat
dilakukan adalah mewajibkan penggunaan seragam secara lengkap, hal
ini bertujuan untuk menciptakan kesederhanaan dalam jiwa anak-anak.
Ini akanmengajarkan mereka bahwa walaupun merekamampu tapi
sebaiknya tidak ditunjukkan secara berlebihan.
b. Membudayakan sikap jujur
Sikap jujur merupakan akar dari nilai anti korupsi, hal ini
dapat dilaksanakan dengan tidak hanya menerapkan sistem
punishment apabila seorang anak diketahui berbohong, namun juga
melalui sistem reward berupa pemberian apresiasi kepada anak yang
berani mengaku salah, namun tentunya apresiasi ini tidak
dimaksudkan untuk menghapuskan hukuman yang seharusnya
diterima, karena kesalahan tetaplah kesalahan yang harus diterima
konsekuensinya
c. Menanamkan budaya malu
Belakangan ini sepertinya budaya malu sudah tidak lagi menjadi
sesuatu yang dibanggakan oleh Negara kita. Oknum-oknum yang

22
melakukan korupsi tetap saja bisa dengan bangga mencalonkan diri
dalam pemilihan umum, ataupun tampil di depan khalayak umum
tanpa merasa bersalah. Budaya ini sangat erat kaitannya
denganpembentukan karakter sejak dini. Budaya “malu jika berbuat
sesuatu yang tidak pantas dan tidak benar secara moral” harus
ditanamkan dengankuat kepada semua orang. Cara yang palingefektif
adalah dengan melakukannya sejak dini,tidak hanya diajarkan dengan
lisan namun jugaditunjukkan dengan contoh

23
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Korupsi ialah perilaku yang buruk yang tidak legal dan tidak wajar
untuk mengambil keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu
mengandung unsur “penyelewengan” atau dishonest (ketidakjujuran).
Korupsi dinilai dari sudut manapun ia tetap suatu pelanggaran. Korupsi
mengakibatkan kurangnya pendapatan Negara dan kurangnya kepercayaan.
Fenomena umum yang biasanya terjadi di Indonesia yaitu selalu muncul
kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di
antara mereka yang tidak mampu. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi
dan kepentingan pribadinya dengan dalih “kepentingan rakyat”.

Oleh karenanya, disetiap negara harus memiliki strategi dan berupaya


menindak dan mencegah tindakan korupsi dengan kebijakan pemerintah
masing-masing. Seperti di Indonesia yang memberikan hukum pidana kepada
pelaku korupsi dan ditangani oleh lembaga-lembaga seperti BPK, KPK, dll.
Yang paling penting agar tidak terjadi korupsi adalah disetiap diri harus
memiliki nilai-nilai kejujuran dan rasa takut akan hal-hal yang haram. Karena
sejatinya orang yang memiliki harta yang halal adalah orang-orang yang
paling selamat agamanya, paling tenang hati dan pikirannya, paling lapang
dadanya, paling sukses kehidupannya, dipenuhi keberkahan dan kehormatan
serta harga diri bersih dan terjaga.

24
DAFTAR PUSTAKA

Tim penulis buku pendidikan anti korupsi. (2011) Pendidikan Anti Korupsi Untuk
Perguruan Tinggi. JAKARTA: kementrian pendidikan dan kebudayaan RI
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Bagian Hukum Kepegawaian

Adwirman, ddk. Pendidikan dan Budaya AntiKorupsi (PBAK).Pusat Pendidikan


dan Pelatihan Tenaga Kesehatan : Jakarta

Anonim. Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia. [Online].


Tersedia:https://id.wikipedia.org/wiki/Komisi_Pemberantasan_Korupsi_Rep
ublik_Indonesia. [07 juli 2023].

Ramadhani Ardiansyah. [Online]. Tersedia :


http://www.academia.edu/4692976/Pencegahan_dan_Pemberantasan_Korupsi_di_I
ndonesia. [07 juli 2023]

25
26

Anda mungkin juga menyukai