PEMBERANTASAN KORUPSI
Dosen pengampuh :
Disusun oleh :
NIM : P07124322017
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah Nya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas
makalah ini. Adapun penugasan makalah ini adalah untuk memperoleh
pengetahuan tambahan tugas dari dosen dan nilai dalam proses belajar mata
kuliah “PENDIDIKAN ANTI KORUPSI”. Dalam penyusunan makalah ini
tentunya kami sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu mohon kritik dan saran
yang membangun dan bisa membantu untuk kemajuan kedepannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
C. TUJUAN.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
A. KONSEP PEMBERANTASAN KORUPSI.................................................3
B. STRATEGI PEMBERANTASAN KORUPSI..............................................4
C. UPAYA PENINDAKAN TINDAK PIDANA KORUPSI (REPRESIF)....16
D. UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI (PREVENTIF) 19
BAB III PENUTUP................................................................................................24
A. KESIMPULAN...........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................25
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hal ini cukup berhasil terutama saat gerakan reformasi tahun 1998.
Mereka tidak puas terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat.
Oleh karena itu, mereka ingin berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi
terhadap masyarakat dan sistem pemerintahan secara menyeluruh, mencita-
citakan keadilan, persamaan dan kesejahteraan yang merata. Hal itu terus
terjadi sampai saat ini. Ketika keadaan di sistem pemerintahan mulai tidak
kondusif, para mahasiswa berbondong-bondong melakukan orasi di jalan-
jalan maupun di depan kantor-kantor pemerintahan.
Oleh karena itu, semua pihak harus ikut serta dalam memberantas
korupsi. Tidak hanya pemerintah, tetapi juga kalangan intelektual, para
1
pemuka agama, serta kalangan pejabat itu sendiri. Peran masyarakat yang
aktif berpartisipasi dalam memberantas korupsi akan membuat perubahan
yang jauh lebih baik. Penulisan makalah ini di maksudkan untuk memahami
dan mengetahui upaya-upaya yang dapat di lakukan untuk memberantas
korupsi.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Korupsi
3
3. Konsep Pemberantasan Korupsi
Korupsi dapat terjadi jika ada peluang, keinginan, dan bobroknya
system pengawasan dalam waktu yang bersamaan. Korupsi dapat dimulai
dari; mana saja, misalnya suap ditawarkan pada seorang pejabat, atau
sebaiknya seorang pejabat. meminta atau bahkan dengan cara memaksa
memberikan uang pelicin. Orang yang menawarkan suap karena ia
menginginkan sesuatu yang bukan haknya dan ia menyuap pejabat supaya
pejabat itu mengabaikan peraturan. Keinginan korupsi dapat timbul karena
kemiskinan.
Karena korupsi menyangkut semua aspek bidang kehidupan
masyarakat, sehingga sangat sulit diberantas. Konsep pemberantasan
korupsi harus disesuaikan dengan konteks, masyarakat ataupun organisasi
yang dituju. Berikut merupakan contoh yang berkaitan dengan konsep
pemberantasan korupsi berdasarkan konteks:
a. Masyarakat dengan konteks atau kondisi taat pada agama akan
memilih konsep pemberantasan korupsi yang berorientasi pada hukun
agama. Sehingga dalam penyusunan konseppun akan mengacu pada
hukum agama yang dianut.
b. Suatu organisasi yang memiliki konsep demokratis akan menyusun
sebuah konsep Yang menitik beratkan pada nilai-nilai demokratis.
4
2. Strategi Pemberantasan Korupsi
Strategi untuk mengontrol korupsi harus berfokus pada 2 unsur
yakni peluang dan keinginan. Peluang dapat dikurangi dengan cara
mengadakan berubahan secara sistematis, sedangkan keinginan dapat
dikurangi dengan cara membalikkan situasi kalkulasi resiko “untung rugi,
resiko rendah” dengan cara menegakkan hukum. Memberikan hukuman
dengan efek jera secara efektif, dan menegakkan mekanisme akuntabilitas.
Memberantas korupsi bukanlah tujuan akhir, melainkan perjuangan
melawan perilaku jahat dalam pemerintah yang merupakan bagian dari
tujuan yang lebih luas. Yakni menciptakan pemerintahan yang efektif, adil,
dan efisien melalui berbagai Strategi sebagai berikut.
a. Reformasi Birokrasi
Wewenang pejabat publik untuk mengambil keputusan dan
kecenderungan menyalahgunakannya dapat diperkecil dengan cara
memodifikasi struktur organisasi dan pengelolaan program-program
publik. Perubahan ini akan memperkecil insentif untuk memberi suap
dan dapat memperkecil jumlah transaksi dan memperbesar peluang
bagi masyarakat unuk mendapat pelayanan publik yang baik.
Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik adalah
salah satu cara untuk mencegah korupsi. Semakin banyak meja yang
harus dilewati untuk mengurus suatu hal, semakin banyak pula
kemungkinan untuk terjadinya korupsi. Salah satu cara untuk
menghindari praktek suap menyuap dalam rangka pelayanan publik
adalah dengan mengumumkan secara resmi biaya yang harus
dikeluarkan oleh seseorang untuk mengurus suatu hal seperti mengurus
paspor, mengurus SIM, mengurus ijin usaha atau Ijin Mendirikan
Bangunan (IMB) dsb.
b. Budaya
5
keterbukaan. Pengawal keterbukaan yang paling efektif adalah warga
negara yang terhimpun dalam organisasi-organisasi yang dibentuk
untuk tujuan yang diharapkan. Dalam konteks ini pers yang bebas
sangat dibutuhkan. Tanpa kebebasan untuk mengajukan pertanyaan
atau untuk mengadakan perubahan, rakyat tetap tidak berdaya karena
terperangkat dalam system demkrasi yang dangkal.
6
d. Memperbaiki kinerja lembaga peradilan
7
maupun di daerah (DPRD). Alih-alih menjadi wakil rakyat dan
berjuang untuk kepentingan rakyat, anggota parlemen justru
melakukan berbagai macam korupsi yang ‘dibungkus’ dengan rapi.
Daftar anggota DPR dan DPRD yang terbukti melakukan korupsi
menambah panjang daftar korupsi di Indonesia. Untuk itu kita perlu
berhati-hati ketika mencoblos atau ‘mencontreng’ pada saat Pemilihan
Umum. Jangan asal memilih, pilihlah wakil rakyat yang punya
integritas, Berhati-hati pula ketika DPR atau DPRD akan
mengeluarkan suatu kebijakan atau peraturan perundang-undangan.
Salah-salah kebijakan tersebut justru digunakan bagi kepentingan
beberapa pihak bukan bagi kepentingan rakyat. Untuk itulah ketika
Parlemen hendak mengeluarkan sebuah kebijakan yang akan
mempengaruhi hajat hidup orang banyak, masyarakat sipil (civil
society) termasuk mahasiswa dan media harus ikut mengawal
pembuatan kebijakan tersebut.
e. Kelembagaan
8
“risiko tinggi” dan memberi “hasil sedikit”. Sistem itu dirancang untuk
memastikan jangan sampai korupsi dapat terjadi, bukan mengandalkan
sanksi hukum setelah korupsi terjadi. Integrasi sistem pemberantasan
korupsi mencakup pilar-pilar; eksekutif, parlemen, peradilan,
pelayanan publik, lembaga pengawas (BPK, KPK), masyarakat sipil
dan media massa. Integrasi sistem pemberantasan korupsi
membutuhkan identifikasi sistematis mengenai kelemahan dan peluang
untuk memperkuat dan memperkokoh setiap pilar sehingga
bersamasama menjadi kerangka yang kokoh. Untuk mewujudkan
pelaksanaan proses kerja penanganan tindak pidana korupsi yang
lancar, perlu dibuat: Pertama, sistem dan prosedur kerja antar instansi
yang terkait dengan Core Unit. Kedua, standar pelaporan yang akan di
pakai sebagai dokumen antar instansi. Ketiga, penjadwalan pertemuan
regular untuk pembahasan masalah- masalah yang berkaitan dengan
tindak pidana korupsi, agar dapat diwujudkan persamaan persepsi atas
suatu masalah.
9
h. Infrastruktur
10
dalam kondisi ini. Sebuah sistem yang transparan dan akuntabel
dalam hal perekruitan pegawai negeri dan anggota militer juga
perlu dikembangkan. Selain sistem perekruitan, sistem penilaian
kinerja pegawai negeri yang menitikberatkan pada pada proses
(proccess oriented) dan hasil kerja akhir (result oriented) perlu
dikembangkan. Untuk meningkatkan budaya kerja dan motivasi
kerja pegawai negeri, bagi pegawai negeri yang berprestasi perlu
diberi insentif yang sifatnya positif. Pujian dari atasan,
penghargaan, bonus atau jenis insentif lainnya dapat memacu
kinerja pegawai negeri. Tentu saja pemberian ini harus disertai
dengan berbagai pra- kondisi yang ketat karena hal ini juga
berpotensi korupsi, karena salah-salah hal ini justru dipergunakan
sebagai ajang bagi-bagi bonus diantara para pegawai negeri.
j. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan
11
dan bagaimana memerangi korupsi harus diintensifkan. Kampanye
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan media massa (baik
cetak maupun tertulis), melakukan seminar dan diskusi. Spanduk dan
poster yang berisi ajakan untuk menolak segala bentuk korupsi ‘harus
dipasang di kantor-kantor pemerintahan sebagai media kampanye
tentang bahaya korupsi. Di beberapa negara termasuk Indonesia, isu
korupsi dimasukkan sebagai salah satu bagian dari mata pelajaran atau
mata kuliah baik di tingkat sekolah dasar maupun menengah dan
perguruan tinggi. Sayangnya subjek ini belum diberikan secara
nasional. Transparency International juga mengeluarkan toolkit
mengenai pendidikan anti korupsi untuk anak di tingkat pendidikan
dasar. Mata kuliah yang mahasiswa pelajari saat ini adalah salah satu
cara supaya mahasiswa dapat mengetahui selukbeluk korupsi dan
meningkatkan kepedulian serta kesadaran akan bahaya korupsi. Di
beberapa sekolah didirikan Kantin Kejujuran yang bertujuan untuk
melatih kejujuran siswa. Salah satu cara untuk ikut memberdayakan
masyarakat dalam mencegah dan memberantas korupsi adalah dengan
menyediakan sarana bagi masyarakat untuk melaporkan kasus korupsi.
Sebuah mekanisme harus dikembangkan di mana masyarakat dapat
dengan mudah dan bertanggung-jawab melaporkan kasus korupsi yang
diketahuinya. Mekanisme tersebut harus dipermudah atau
disederhanakan misalnya via telepon, surat atau telex. Dengan
berkembangnya teknologi informasi, media internet adalah salah satu
mekanisme yang murah dan mudah untuk melaporkan kasus-kasus
korupsi.
13
mencegah dan memberantas korupsi. Mereka adalah bagian dari
masyarakat sipil (civil society) yang keberadaannya tidak dapat
diremehkan begitu saja. Sejak era reformasi, LSM baru yang bergerak
di bidang Anti-Korupsi banyak bermunculan. Sama seperti pers yang
bebas, LSM memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan atas
perilaku pejabat publik. Simak saja apa yang telah dilakukan oleh ICW
(Indonesia Corruption Watch), salah satu LSM lokal yang
berkedudukan di Jakarta. LSM ini menjadi salah satu garda terdepan
yang mengawasi segala macam perbuatan pemerintah dan perilaku
anggota parlemen dan lembaga peradilan. Sama seperti pekerjaan
jurnalisme yang berbahaya, penculikan, penganiayaan dan intimidasi
terhadap aktivis LSM sangat sering terjadi.
14
k. Pengembangan Dan Pembuatan Berbagai Instrumen Hukum Yang
Mendukung Pencegahan Dan Pemberantasan Korupsi.
Ada satu hal penting lagi yang harus dilakukan dalam rangka
mensukseskan pemberantasan korupsi, yakni melakukan monitoring
15
dan evaluasi. Tanpa melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
seluruh pekerjaan atau kegiatan pemberantasan korupsi, sulit
mengetahui capaian yang telah dilakukan. Dengan melakukan
monitoring dan evaluasi, dapat dilihat strategi atau program yang
sukses dan yang gagal. Untuk strategi atau program yang sukses,
sebaiknya dilanjutkan. Untuk yang gagal, harus dicari penyebabnya.
Pengalaman negara-negara lain yang sukses maupun yang gagal dapat
dijadikan bahan pertimbangan ketika memilih cara, strategi, upaya
maupun program pemberantasan korupsi di negara kita. Namun
mengingat ada begitu banyak strategi, cara atau upaya yang dapat
digunakan, kita tetap harus mencari cara kita sendiri untuk menemukan
solusi memberantas korupsi.
m. Kerjasama Internasional
16
dengan cara menggunakan hukum pidana. Adapun tahapannya sebagai
berikut:
1. Penanganan Laporan Pengaduan Masyarakat
Pengaduan oleh masyarakat merupakan hal yang sangat penting bagi
KPK, namun untuk memutuskan apakah suatu pengaduan bisa
dilanjutkan ke tahap penyelidikan harus dilakukan proses verifikasi dan
penelaahan. Apabila penyelidik menemukan bukti permulaan yang cukup
mengenai dugaan tindak pidana korupsi, dalam waktu paling lambat
tujuh hari kerja, penyidik melaporkan ke KPK.
2. Penyidikan
Dalam tahap penyidikan seorang yang ditetapkan tersangka tindak
pidana korupsi wajib memberikan keterangan kepada penyidik.
3. Penuntutan
Dalam tahap penuntutan, penuntut umum melimpahkan kasus ke
pengadilan Tipikor disertai berkas perkara dan surat dakwaan. Dengan
pelimpahan ini, kewenangan penahanan secara yuridis beralih kepada
hakim yang menangani.
4. Pelaksanaan Putusan Pengadilan(Eksekusi)
Eksekusi yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dilakukan oleh
jaksa.Untuk itu panitera mengirimkan salinan putusan kepada jaksa.Dalam
memahami upaya represif ini ada beberapa istilah status yangpenting
dipahami, yaitu sebagai berikut.
a. Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna
kepentingan penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang suatu
perkara pidana yangia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami
sendiri.
b. Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau
keadaannya berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku
tindakpidana.
c. Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa, dan
diadilidi sidang pengadilan.
17
d. Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan pengadilan
yangtelah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Upaya penindakan ini diharapkan dapat memberikan efek jera
terhadap pelaku dan jajaran para penguasa yang berpotensi melakukan tindak
pidana korupsi. Oleh karena itu, penegakan hukum harus tegas dalam
menyelesaikan kasus-kasus korupsi. Hal itu dapat dilakukan dengan:
1. Penerapan hukuman maksimal atas tindak pidana Korupsi
Peraturan perundang-undangan telah mengatur hukuman maksimal
untuk berbagai macam tindak pidana korupsi, mulai dari membayar
denda, penjara bahkan sampai hukuman mati. Dalam praktiknya hukuman
ini sangat jarang ditegakkan secara maksimal, padahal undang-undang saja
mengakui Korupsi sebagai kejahatan luar biasa.Seharusnya untuk suatu
kejahatan luar biasa makahukuman yang ditimpakan atasnya
punseharusnya juga luar biasa.Maka dari itu sangat penting Pemerintah
mengambil langkah untuk mewajibkan vonis hukuman maksimal
dankumulatif untuk tiap-tiap tindak pidana korupsi yang dilakukan. Hal ini
agar tercipta penegakanhukum yang konsisten dan tegas,
sertamenimbulkan efek jera agar di masa yang akandatang tidak ada lagi
yang berani melakukantindak pidana korupsi.
2. Pengembalian atas Kerugian Negara
Atas korupsi yang telah dilakukan oleh oknum-oknum dalam
pemerintahan, tidak cukup hanyadengan pelaksanaan hukuman berupa
penjara sajanamun harus diikuti dengan pengembalian ataskerugian
Negara yang timbul atas perbuatankorupsinya tersebut. Hal ini
dimaksudkan untuk menyadarkan bahwa semua yang bukan milik kita
tidak boleh diambil tanpa izin, dan jika telah dilakukan maka pelakunya
harus menerima hukuman dan mengembalikan apa yang telah diambil
sebelumnya
18
D. UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI (PREVENTIF)
19
media kampanye antikorupsi, media juga efektif untuk melakukan
pengawasan terhadap perilaku pejabat publik.
Keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berfungsi
melakukan pengawasan terhadap perilaku pejabat pemerintah maupun
parlemen, juga merupakan hal yang sangat penting dalam mencegah
terjadinya korupsi. Salah satu contoh adalah Indonesia Corruption Watch
(ICW), yakni sebuah LSM lokal yang bergerak khusus dalam
pemberantasan dan pencegahan korupsi.
3. Membagun situasi politik dan pelayanan publik yang sehat dan bersih
Menurut hasil riset dari tahun 2009 sampai sekarang,diketahui bahwa
lembaga paling korup di Indonesiaadalah Dewan Perwakilan Rakyat. Hal
ini dapatterjadi karena bermula dari proses pemilihan umumyang tidak
sehat dan bersih. Usaha yang dapatdilakukan untuk memperbaiki situasi
politik di Indonesia antara lain:
a. Mengadakan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat dan
pemilih pemula
b. Meningkatkan kesadaran dalam berpolitik
c. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok
d. Melakukan penerimaan pegawai dan pejabat politik berdasarkan prinsip
keterampilan teknis
e. Para pegawai dan pejabat politik selalu diusahakan kesejahteraan yang
memadai dan ada jaminan masa tua
f. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi
pemerintahan melalui penyederhanaan jumlah departemen beserta
jawatan di bawahnya
g. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang
tinggi
4. Pendidikan Anti Korupsi Sejak Dini
Penanaman nilai-nilai anti korupsi seharusnya sudahdimulai sejak usia
anak sangat dini. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran aktif dua institusi
utama tempat anak-anak memperoleh nilai dan menerapkannya
20
dalamkehidupan mereka. Kedua institusi ini merupakan keluarga dan
sekolah. Upaya yang dapat dilakukan dalam menanamkan nilai anti
korupsi kepada anak-anak melalui kedua institusi ini adalah
sebagai berikut:
a. Mengembangkan Materi Pendidikan AntiKorupsi Untuk Orang Tua dan
Pengajar
Selama ini, penanaman nilai-nilai anti korupsidalam keluarga
hanya dilakukan secara sukarela oleh setiap keluarga tanpa memiliki
arahan yang jelas. Sementara, peranan penanaman nilai didalam
keluarga sangatlah signifikan dalammembentuk karakter seseorang
anak. Di dalamkeluargalah anak menemukan dan meniru nilaiyang
diakarkan dan yang ditunjukkan oleh orangtuanya. Oleh sebab itu, ada
baiknya pemerintahmencoba memaksimalkan peran para orang
tuauntuk mendidik karakter anti korupsi anak-anak mereka di rumah.
Dalam rangka melakukan haltersebut secara efektif,
sebaiknyapemerintah mengembangkan teknik edukasi khusus untuk
menyosialisasikam pendidikan tersebut kepada orang tua dan pengajar..
b. Memasukkan pendidikan anti korupsi kedalam kurikulum sekolah sejak
dini
Nilai-nilai moral yang hanya diajarkan melalui pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang kebanyakan
dilakukan dengan mengajarkan teori melalui ceramah atau penugasan di
kelas sebaiknya di imbangi dengan Pendidikan Anti Korupsi.
Pemerintah harus mewajibkan Pendidikan Anti Korupsi untuk
dimasukkan ke dalam kurikulum. Adapun metode pengajaran yang
sebaiknya dilakukan untuk Pendidikan Anti Korupsi, selain materi
dikelas, yaitu dengan praktik langsung di lapangan, misalnya dengan
melakukan kunjungan keKomisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atau
keIndonesia Corruption Watch (ICW), atau denganmelakukan
sosialisasi. Bisa juga denganmenantang anak-anak untuk membuat
tulisan ataugambar, atau puisi dan lagu mengenai korupsi disekitar
21
mereka dan bagaimana mereka bisa berbuat sesuatu untuk mencegah
dan memberantasnya.
5. Pembenahan sistem pendidikan moral value
Pendidikan moral dalam masyarakat sangatlah pentingdan harus
dibudayakan sejak dini, hal ini dapatdilakukan dengan cara-cara mudah
dan dapatditerapkan oleh semua orang tanpa kecuali. Hal yangdapat
dilakukan antara lain:
a. Membudayakan hidup sederhana
Budaya hidup sederhana dan tidak berlebihansebaiknya
dibiasakan sejak kecil. Selain dalamkeluarga, pemerintah dapat
mengambil peran aktif sebagai pembuat aturan untuk membuat
semualapisan masyarakat menerapkan pola hidup sepertiini. Contoh
nyata yang dapat dilakukan adalah mewajibkan siswa menggunakan
transportasi umum dan melarang orang tua mengantarkan anak-anak
mereka ke sekolah dengan kendaraan pribadi.Selain itu, yang dapat
dilakukan adalah mewajibkan penggunaan seragam secara lengkap, hal
ini bertujuan untuk menciptakan kesederhanaan dalam jiwa anak-anak.
Ini akanmengajarkan mereka bahwa walaupun merekamampu tapi
sebaiknya tidak ditunjukkan secara berlebihan.
b. Membudayakan sikap jujur
Sikap jujur merupakan akar dari nilai anti korupsi, hal ini
dapat dilaksanakan dengan tidak hanya menerapkan sistem
punishment apabila seorang anak diketahui berbohong, namun juga
melalui sistem reward berupa pemberian apresiasi kepada anak yang
berani mengaku salah, namun tentunya apresiasi ini tidak
dimaksudkan untuk menghapuskan hukuman yang seharusnya
diterima, karena kesalahan tetaplah kesalahan yang harus diterima
konsekuensinya
c. Menanamkan budaya malu
Belakangan ini sepertinya budaya malu sudah tidak lagi menjadi
sesuatu yang dibanggakan oleh Negara kita. Oknum-oknum yang
22
melakukan korupsi tetap saja bisa dengan bangga mencalonkan diri
dalam pemilihan umum, ataupun tampil di depan khalayak umum
tanpa merasa bersalah. Budaya ini sangat erat kaitannya
denganpembentukan karakter sejak dini. Budaya “malu jika berbuat
sesuatu yang tidak pantas dan tidak benar secara moral” harus
ditanamkan dengankuat kepada semua orang. Cara yang palingefektif
adalah dengan melakukannya sejak dini,tidak hanya diajarkan dengan
lisan namun jugaditunjukkan dengan contoh
23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Korupsi ialah perilaku yang buruk yang tidak legal dan tidak wajar
untuk mengambil keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu
mengandung unsur “penyelewengan” atau dishonest (ketidakjujuran).
Korupsi dinilai dari sudut manapun ia tetap suatu pelanggaran. Korupsi
mengakibatkan kurangnya pendapatan Negara dan kurangnya kepercayaan.
Fenomena umum yang biasanya terjadi di Indonesia yaitu selalu muncul
kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di
antara mereka yang tidak mampu. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi
dan kepentingan pribadinya dengan dalih “kepentingan rakyat”.
24
DAFTAR PUSTAKA
Tim penulis buku pendidikan anti korupsi. (2011) Pendidikan Anti Korupsi Untuk
Perguruan Tinggi. JAKARTA: kementrian pendidikan dan kebudayaan RI
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Bagian Hukum Kepegawaian
25
26