Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENDIDIKAN BUDAYA ANTI KORUPSI

DAMPAK KORUPSI TERHADAP PANDEMI COVID-19

Dosen Pengampu : Rusmini, S.Kep.Ns, M.H

DISUSUN OLEH:

1. DINY RAHMAWATI (P1337424319051)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATANSEMARANG


PRODI DIII KEBIDANAN PURWOKERTO
2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segala limpahan rahmat,
inayah, taufik dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Sholawat serta salam tak lupa kita
curahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nantikan
syafaatnya di Yaumul Qiyamah. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu
acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membimbing
dalam menulis makalah ini.

Purwokerto, 15 Mei 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................................i

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan.........................................................................................................................1

BAB 2 ISI..............................................................................................................................2

A. Pengertian Pendidikan Budaya Anti Korupsi.............................................................2


B. Pengertian Korupsi.....................................................................................................3
C. Dampak Korupsi.........................................................................................................5

BAB 3 PEMBAHASAN.......................................................................................................9

A. Dampak Korupsi Terhadap Pandemi Covid-19.........................................................9

BAB 4 PENUTUP...............................................................................................................18

A. Kesimpulan...............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
prosesbelajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi. Dalam proses tersebut,
makaPendidikan Antikorupsi bukan sekedar media bagi transfer pengalihan
pengetahuan(kognitif) namun juga menekankan pada upaya pembentukan karakter (afektif)
dankesadaran moral dalam melakukan perlawanan (psikomotorik) terhadap
penyimp[anganperilaku korupsi.

Pengertian Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermaknabusuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok).Secara harfiah, korupsi
adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawainegeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya merekayang dekat dengannya,
dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakankepadamereka.

Di makala ini kami akan membahas tentang dampak korupsi terhadap pandemi covid-19.
B. RUMUSAN MASALAH
Ada pun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini, yaitu:
a. Apa pengertian pendidikan budaya anti korupsi ?
b. Apa pengertian korupsi ?
c. Apa dampak kurupsi ?
d. Apa dampak korupsi terhadap pandemi covid-19 ?
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu:
a. Untuk mengetahui perngertian pendidikan budaya anti korupsi.
b. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
c. Untuk mengetahui dampak korupsi.
d. Untuk mengetahui dampak korupsi terhadap pandemi covid-19.

1
BAB II

ISI

A. Pengertian Pendidikan Budaya Anti korupsi

Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
prosesbelajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi. Dalam proses tersebut,
makaPendidikan Antikorupsi bukan sekedar media bagi transfer pengalihan
pengetahuan(kognitif) namun juga menekankan pada upaya pembentukan karakter (afektif)
dankesadaran moral dalam melakukan perlawanan (psikomotorik) terhadap
penyimp[anganperilaku korupsi.

Dasar Pemikiran Pendidikan Anti Korupsi :

1. Realitas dan praktek korupsi di Indonesia sudah sangat akut, maka masalah tidakbisa
diselesaikan hanya melalui penegakan hukum.
2. Menurut Paulo Freire, pendidikan mesti menjadi jalan menuju pembebasanpermanen
agar manusia menjadi sadar (disadarkan) tentang penindasan yangmenimpanya, dan
perlu melakukan aksi-aksi budaya yang membebaskannya.
3. Perlawanan masyarakat terhadap korupsi masih sangat rendah >>>
jalur penyelenggaraan Pendidikan Antikorupsi selama ini tidak ada.

Latar Belakang Pendidikan Anti Korupsi :

1. Praktek korupsi di Indonesia telah terjadi sejak masa kerajaan di wilayah


nusantara,bahkan telah tersistematisasi mulai pada masa VOC dan pemerintahan
HindiaBelanda
2. Secara Faktual persoalan korupsi di Indonesia, dikatakan telah sampai pada
titikkulminasi yang akut >>> tidak hanya mewabah di kultur dan struktur
birokrasipemerintah >>> juga menjadi fenomena multi dimensional >> telah
menggerogotisendi2 kehidupan sosial dan kultural
3. Pergeseran pola hidup masyarakat yang tadinya menjunjung tinggi nilai2
spiritualmulai bergeser pada nilai2 materialistis dan konsumerisme.
4. Korupsi =extra ordinary crime>>> Upaya menjadikan ´musuh
bersama/commonenemy ´ belum menjadi bagian dari gerakan moral bangsaKarena itu
pemberantasan korupsi harus dijadikan sebagaicollective ethics movement.

Signifikansi Pendidikan anti Korupsi :

1. Rendahnya tingkat pemahaman terhadap korupsi di Indonesia.

Hal ini tidak hanya dapat menyebabkan kesalahpahaman mengenai bentuk-bentuk


korupsi,namun juga dapat menyeret seseorang terperangkap dalam sistem yang
mangakomodir perilaku korupsi tersebut.Contoh mudahnya adalah kemudahan´ dalam
pengurusan SIM oleh oknum Kepolisian.Sebagian besar dari kita mungkin beranggapan
bahwa kepengurusan SIM itu mahal, namunbisa sehari jadi dan tanpa tes. Padahal menurut
peraturan, kepengurusan SIM itu adalahmurah dan harus melalui tes.

2
1. Belum jelasnya definisi dan batasan dari korupsi.

Rendahnya tingkat pemahaman terhadap korupsi di Indonesia disebabkan karena


belum jelasnya definisi dan batasan korupsi. Sebelum dibentuknya KPK dan
dikeluarkannyaperaturan tentang tindak pidana korupsi, masyarakat cenderung gamang
dalammemutuskan apakah hal yang dilakukannya tersebut adalah korupsi ataukah
bukan.Terutama hal-hal yang tidak secara langsung merugikan keuangan Negara.

Contoh : Gratifikasi dan Uang Terima Kasih

1. Prosedur dan mekanisme yang ada di pemerintahan yang bisa menjadi celahterjadinya
korupsi.

Kadang kala, prosedur yang diterapkan di pemerintah bisa menjadi celah terjadinya
korupsiitu sendiri. Hal ini terutama terjadi apabila prosedur tersebut kurang diawasi. Hal yang
lainadalah apabila terjadinya penumpukan wewenang pada satu bagian atau orang, yaitu
satubagian / orang melakukan fungsi pelaksanaan dan pengawasan sekaligus.

Misal : mark up dalam SPPD yang sistemnya reimbursement, Penumpukan wewenang


padasuatu kantor yang kekurangan orang, dimana satu orang memegang peranan
sebagaiPejabat Pembuat Komitmen dan Pengguna Kuasa Anggaran.

1. Kebijakan dan peraturan yang ada di pemerintahan yang bisa menjadi celahterjadinya
korupsi.

Kebijakan dan peraturan yang resmi pun kadang bisa menjadi celah terjadinya
korupsi.Terutama pembuatan kebijakan dan peraturan yang cenderung bersifat politis dan
saratakan kepentingan pihak-pihak tertentu. Hal ini disebabkan masih bobroknya mental
parapembuat peraturan atau kurang kompetennya pembuat aturan tersebut

Contoh: RUU tentang Dana Aspirasi DPR sebesar 15 Milyar

B. Pengertian Korupsi

Pengertian Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermaknabusuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok).Secara harfiah, korupsi
adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawainegeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya merekayang dekat dengannya,
dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakankepadamereka.

Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar mencakup unsur-
unsur sebagai berikut :‡ perbuatan melawan hukum;‡ penyalahgunaan kewenangan,
kesempatan, atau sarana;‡ memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi;‡ merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara;Selain itu terdapat beberapa jenis tindak pidana
korupsi yang lain, diantaranya:‡ memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan);‡
penggelapan dalam jabatan;‡ pemerasan dalam jabatan;‡ ikut serta dalam pengadaan (bagi
pegawai negeri/penyelenggara negara);‡ menerima gratifikasi (bagi pegawai
negeri/penyelenggara negara).Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah
penyalahgunaan jabatan resmiuntuk keuntungan pribadi.

3
Jenis-jenis Korupsi sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 31 tahun 1999 jo.
UUNomor 1 :

1. Korupsi yang Terkait dengan Kerugian Keuangan Negara


2. Melawan hukum untuk memperkaya diri dan dapat merugikan keuanganNegara
3. Menyalahgunakan kewenangan untuk menguntungkan diri sendiri dan
dapatmerugikan keuangan Negara

Perbedaan kedua pasal di atas adalah apakah seseorang tersebut mempunyaikewenangan


ataukah tidak.

1. Korupsi yang terkait dengan suap menyuap


2. Menyuap Pegawai Negeri dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuatsesuatu
dalam jabatannya sehingga bertentangan dengan kewajibannya
3. Menyuap Pegawai Negeri karena telah berbuat atau tidak berbuat sesuatudalam
jabatannya sehingga bertentangan dengan kewajibannya
4. Memberi hadiah kepada Pegawai Negeri karena jabatan
5. Pegawai Negeri menerima suap baik akan atau telah berbuat atau tidak berbuatsesuatu
dalam jabatannya sehingga bertentangan dengan kewajibannya
6. Pegawai Negeri menerima suap padahal diketahui atau patut diduga bahwa janjiatau
hadiah tersebut diberikan untuk menggerakkkannya agar melakukan atautidak
melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengankewajibannya.
7. Pegawai Negeri menerima suap padahal diketahui atau patut diduga bahwa janjiatau
hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena agar melakukan atau
tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya yang bertentangandengan kewajibannya.
8. Pegawai negeri menerima hadiah karena kekuasaan atau kewenangan
yangberhubungan dengan jabatannya.
9. Menyuap hakim
10. Menyuap Advokat
11. Hakim dan Advokat menerima suap
12. Hakim menerima suap
13. Advokat menerima suap

Jadi dalam hal suap menyuap, baik yang disuap maupun yang menyuap akanmendapatkan
sanksi. Pegawai Negeri yang menerima suap, baik dia melakukan,belum atau tidak
melakukan hal yang diminta si penyuap, tetap terkena sanksi.

1. Korupsi yang terkait penggelapan dalam jabatan


2. Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan uang
3. Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi
4. Pegawai negeri merusakkan bukti
5. Membiarkan orang lain merusakkan bukti
6. Pegawai negeri membantu orang lain merusakkan bukti

Dalam hal penggelapan, Pegawai Negeri yang melakukan penggelapan,


membantumelakukan penggelapan tau hanya membiarkan terjadinya penggelapan,
akandikenai sanksi.

1. Korupsi yang terkait dengan perbuatan pemerasan

4
2. Pegawai negeri memeras dengan cara memaksa orang memberikan sesuatuuntuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya
3. Pegawai negeri memeras dengan cara meminta seseorang memberikansesuatu seolah-
olah merupakan utang kepada dirinya.

Perbedaan dengan butir a di atas adalah apabila pada huruf a, PegawaiNegeri belum
melakukan sesuatu yang dimaksud dalam pemerasan tersebut.Sementara pada huruf b,
Pegawai Negeri sudah melakukan sesuatu yangdimaksud dalam pemerasan tersebut.

1. Pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lain


1. Korupsi yang terkait dengan perbuatan curang
2. Pemborong berbuat curang
3. Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang
4. Rekanan TNI/Polri berbuat curang
5. Pengawas rekanan TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
6. Penerima barang TNI/Polri membiarkan perbuatan curang
7. Pegawai negeri menyerobot tanah negara sehingga merugikan orang lain:
1. Korupsi yag terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan
2. Pegawai negeri turut serta dalam pengadaannya :
1. Korupsi yang terkait dengan gratifikasi
2. Pegawai negeri menerima gratifikasi dan tidak melapor KPK

C. Dampak Korupsi

Seiring dengan berkembangnya tindakan korupsi disuatu negara, maka akan


mempengaruhi terhadap tingkat kesejahteraan dinegara itu sendiri, dan pengaruh tersebut
tidak hanya pada satu aspek kehidupan saja, melainkan juga akan mempengaruhi pada
berbagai aspek kehidupan. Aspek – aspek tersebut dapat di bagi menjadi:

1. Dampak Korupsi Terhadap Aspek Ekonomi

Tindakan korupsi akan menghambat jalannya kegiatan perekonomian di suatu


Negara, karena para pelaku ekonomi akan merasa dirugikan dan enggan melakukan
kegiatan ekonomi. Sehingga akan berdampak pada perkembangan ekonomi suatu Negara
dan menimbulkan banyak permasalahan di sektor perekonomian, diantaranya yaitu:

 Penurunan produktivitas dan lambatnya pertumbuhan ekonomi


 Rendahnya kualitas barang dan jasa produksi bagi publik
 Menurunnya tingkat pendapatan suatu Negara
 Menurunnya kepercayaan dari para investor
 Keterbelakangan perekonomian Negara

2. Dampak Korupsi Terhadap Aspek Sosial dan Kemiskinan Masyarakat

Ada beberapa dampak dan permasalahan yang terjadi akibat tindakan korupsi
terhadap aspek social dan kemiskinan masyarakat, salah satu diantaranya yaitu:

 Tingginya tingkat pengangguran

5
Kemiskinan disuatu negara disebabkan karena tingginya tingkat pengangguran. Dan
salah satu penyebab tingginya tingkat pengangguran disuatu Negara adalah berkuasanya
para pelaku koruptor.

 Terhambatnya dalam mengentas kemiskinan

Pada dasarnya pemerintah telah memiliki rancangan dan anggaran dalam mengatasi
masalah kemiskinan. Namun banyaknya pejabat negara yang melakukan tindakan korupsi
, salah satunya yaitu dengan cara menyelewengkan anggaran pemerintah yang diberikan
untuk mengatasi masalah kemiskinan, yang pada akhirnya berakibat pada lambatnya
dalam mengentas masalah kemiskinan.

 Terbatasnya akses bagi masyarakat miskin

Meluasnya para pelaku koruptor akan berimbas terhadap sulitnya mengakses


informasi bagi masyarakat miskin khususnya dalam masalah pekerjan, Karena anggaran
yang diberikan untuk periklanan telah diselewengkan oleh para koruptor. Sehingga pada
ahirnya masyarakat miskin sulit mendapatkan pekerjaan dan bahkan dia tidak bekerja.

 Kurangnya solidaritas sosial

Banyaknya para pelaku koruptor juga mempengaruhi terhadap sifat kebersamaan,


karena para pelaku koruptor hanya memenintangkan kepentingan individu.

3. Dampak Korupsi Terhadap Aspek politik dan demokrasi

Politik merupakan salah satu sarana dalam melakukan korupsi, karena banyak para
pelaku politik yang melakukan tindakan korupsi. Beberapa dampak dan permasalahan
yang terjadi akibat tindakan korupsi didunia politik, diantaranya yaitu:

 Hilangnya kepercayaan publik terhadap partai politik

Biaya politik yang tinggi bisa membahayakan terhadap partai politik itu sendiri,
karena hal itu bisa menjadi salah satu pendorong seseorang untuk melakukan korupsi.
Oleh karena itu, apabila partai politik sudah dikenal dengan anggotanya yang melakukan
korupsi maka publik tidak percaya jika partai tersebut menang dalam suatu pemilihan.

 Munculnya pemimpin yang korupsi

Politik money merupakan salah satu penyebab para pemimpin melakukan korupsi,
karena banyaknya pengeluaran dana atau uang yang dia gunakan ketika menjadi calon,
berimbas pada bagaimana dana atau uang tersebut kembali. Sehingga jalan yang dia
lakukan adalah dengan korupsi.

 Hancurnya kedaulatan rakyat

Dengan bayaknya pelaku korupsi khususnya didunia politik menjadikan kedaulatan


negara berada ditangankelompok-kelompok tertentu dengang partai politiknya masing-
masing, yang pada dasarnya kedaulatan tersebut berada di tangan rakyat. Maka dari sini
dapat kita ketahui bahwa partai politik yang memegang kedaulatan negara dan rakyat

6
tidak mempunyai kuasa terhadap kedaulatan negara dan bahkan rakyat dibabi buta oleh
partai politik.

4. Dampak Korupsi Terhadap Aspek penegakan hukum

Ada beberapa dampak dan permasalahan yang terjadi akibat dari tindakan korupsi
terhadap aspek penegakan hukum, diantaranya yaitu:

 Ketidak percayaan publik terhadap lembaga hukum

Banyaknya para penegak hukum yang melakukan korupsi dan banyaknya berita yang
tersebar dimedia massa terkait hal tersebut, menjadikan publik tidak percaya terhadap
suatu lembaga hukum terkait dengan proses hukum yang akan dilakukan.

 Lambatnya proses hukum

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi Para penegak hukum memperlambat proses
hukum suatu masalah, diantaranya yaitu:

 Hukum dapat dibeli

Banyak pelaku penegak hukum yang tidak melakukan hal sewajarnya terhadap
suatu masalah, hal tersebut dipengaruhi karena adanya uang yang diberikan oleh
seseorang yang terjerat dalam suatu masalah kepada para penegak hukum.

 Sulit mendapatkan bukti

Terbatasnya saksi dan barang bukti terhadap suatu masalah menjadikan salah satu
penyebab lambatnya proses hukum.

 Kurangnya solidaritas antara para penegak hukum

Kurangnya kontribusi dari para penegak hukum menjadikan keputusan yang mereka
ambil bertolak belakang.

5. Dampak Korupsi Terhadap Aspek Pertahanan dan Keamanan

Meluasnya tindak kejahatan korupsi juga berdampak terhadap pertahanan dan


keamanan suatu negara. Ada beberapa dampak dan permasalahan yang terjadi akibat dari
tindakan korupsi terhadap pertahanan dan keamanan suatu negara, diantaranya yaitu:

 Lemahnya alusista dan SDM

Banyaknya anggaran yang dikeluarkan pemerintah untuk menciptakan alusista yang


canggih tidak menjamin keamanan suatu negara, karena banyaknya pejabat pemerintah
yang korupsi terhadap anggaran tersebut. Sehingga alusista yang kita miliki terbatas
dan terbilang masih belum canggih serta lemahnya SDM yang dipengaruhi kurangnya
dana untuk melakukan latihan.

 Lemahnya garis batas negara

7
Ketika alusista yang dimiliki suatu negara itu sudah lemah maka otomatis pertahan dan
keamanan khusususnya diwilayah perbatasan negara akan lemah pula.

 Menguatnya kekerasan didalam masyarakat

Banyaknya permasalah yang timbul didalam masyarakat menyebabkan rentannya


terjadi kekerasan. Namun banyak masalah yang tidak dapat teratasi oleh pihak yang
berwajib karena alasan finansial yang belum teralokasikan. Hal tersebut merupakan
perilaku dari para pejabat yang tidak bertanggung jawab yang hanya mementingkan
individunya dengan melakukukan korupsi.

6. Dampak Korupsi Terhadap Aspek Lingkungan

Beberapa dampak dan masalah yang terjadi akibat dari tindakan korupsi terhadap
lingkungan, diantaranya yaitu:

 Menurunnya kualitas lingkungan

Lingkungan yang baik tercipta karena adanya insfrastruktur yang baik pula. Namun
akibat dari pejabat pemerintah yang melakukan korupsi dengan menyelewengkan
anggaran untuk pembangunan insfrastruktur, maka kualitas suatu lingkungan akan
menurun karena insfrastruktur yang dimiliki lingkungan tersebut tidak memadai.

 Menurunnya kualitas hidup

Rusaknya suatu lingkungan juga akan berpengaruh terhadap kualitas hidup masyarakat,
karena sarana dan prasaran yang menunjang kesejahteraan hidup telah berkurang. Hal
tersebut terjadi akibat dari pelaku korupsi yang telah mengambil hak masyarakat hanya
demi kepentingan pribadinya saja.

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Dampak Korupsi Terhadap Pandemi Covid-19

Bencana nonalam Covid-19 memaksa pemerintah pusat dan daerah mengalokasikan


anggaran yang relatif cukup besar untuk penanganan virus korona dan bantuan sosial bagi
warga yang terdampak pandemi tersebut. Meskipun alokasinya bertujuan untuk kepentingan
warga, pemanfaatannnya dapat berpotensi menyimpang dan disalahgunakan oleh oknum
pejabat di lapangan.

Apalagi jika tanpa tujuan mulia itu tak disertai perencanaan dan program yang baik,
itikad baik dalam pelaksanaan dan pengawasan optimal yang ketat dari berbagai pihak
terkait. Siapapun pengguna yang memanfaatkan anggaran tersebut tanpa akuntabilitas dan
transparansi juga dapat terjebak dalam tindak pidana korupsi.

Sejauh ini, pemerintah pusat telah mengalokasikan anggaran hingga Rp 405,1 triliun
melalui perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2020 untuk penanganan
pandemi Covid-19. Sementara itu, total realokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
hingga 17 April 2020 mencapai Rp 56,57 triliun.

Menurut Fickar, keinginan seseorang untuk melakukan korupsi bisa terjadi kapan saja
tanpa terpengaruh oleh ruang, waktu, dan situasi. Oleh karena itu, pada Pasal 2 Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dijelaskan
bahwa bencana nonalam termasuk bencana kesehatan seperti Covid-19, pengulangan tindak
pidana korupsi, dan krisis ekonomi masuk dalam “keadaan tertentu”.

Orang yang korupsi dalam “keadaan tertentu” dapat hukuman yang berat yakni hukuman
mati. Namun, pada faktanya, meskipun sudah ada korupsi pada saat bencana alam, selama
ini, tidak ada yang dijatuhi hukuman mati oleh peradilan.

“Mungkin para hakim masih gamang karena tidak melihat korban atau akibat langsung
dari korupsi yang mati atau terluka fisiknya dari perbuatan korupsi tersebut. Karena itu,
hukum pun menjadi gamang, padahal sudah jelas aturan mainnya,” kata Fickar
menambahkan.

Ia menuturkan, korupsi dalam masa pandemi Covid-19 ini, sangat mungkin terjadi.
Sebagai contoh, kasus staf khusus mileneal presiden beberapa waktu lalu, melakukan sesuatu
yang penuh muatan konflik kepentingan yang bisa menjadi sumber korupsi. Kacaunya
pembagian bantuan sosial (bansos) dan persoalan akurasi data di lapamgan juga
menggambarkan korupsi tak mengenal tempat dan waktu.

Sependapat dengan Fickar, peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Kurnia


Ramadhana mengungkapkan, situasi pandemi seperti sekarang ini bukan tidak mungkin
digunakan untuk korupsi secara bersama-sama bagi aparat pemerintah dan pihak lainnya.

9
Sebab, aliran bantuan dari pemerintah untuk masyarakat terbilang besar dan minim
pengawasannya di lapangan.

Oleh karena itu, UU Tipikor harus ditegakkan. UU Tipikor membuka peluang


pemberatan hukuman jika pelaku kejahatan mengambil keuntungan pada saat situasi seperti
sekarang. Meskipun demikian, ICW tidak sepakat dengan klausul hukuman mati karena
idealnya adalah pemidanaan penjara yang maksimal dan mengedepankan aspek pemulihan
kerugian negara.

Integritas

Dalam Jurnal Integritas Volume 1 yang diterbitkan oleh KPK pada November 2015,
Listyo Yuwanto dari Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, mengutip Utari I.S
(Pendidikan Anti-Korupsi untuk Perguruan Tinggi, 2011) menuliskan, faktor internal yang
mendorong perilaku korupsi adalah aspek perilaku individu, yaitu sifat tamak atau rakus
manusia, moral yang kurang kuat, dan gaya hidup yang konsumtif dan hedonistik.

Sejalan dengan pemikiran Utari, Yuwanto menambahkan, faktor internal juga menjadi
pendorong, perilaku koruptif yaitu nilai yang dimiliki seorang individu. Nilai merupakan
keyakinan seseorang yang mendorong perilaku untuk mencapai sebuah tujuan.

Wakil Ketua KPK periode 2015-2019 Saut Situmorang menambahkan, jika persoalan
integritas yang menjadi masalah, maka tidak akan mengenal ruang dan waktu. Korupsi bisa
terjadi karena ada kekuasaan atau kekuatan yang disimpangkan oleh individu atau kelompok
secara terbuka maupun tertutup.

“Psikologi korupsi itu dikaitkan dengan sejauh apa seseorang mampu mengendalikan
(dirinya) agar tidak mengambil yang bukan haknya. Sebagai contoh bentuk korupsi yakni
perbuatan curang,” kata Saut.

Deputi Pencegahan KPK Pahala Nainggolan mengungkapkan pula, peluang korupsi


dalam situasi pandemi menjadi semakin terbuka. “Kalau ada kemauan dan ada kesempatan,
maka bisa saja terjadi korupsi. Saat pandemi seperti sekarang ini kesempatannya akan
semakin besar jika tidak pengawasan yang ketat. Jadi, kalau (ada seseorang) yang tetap
(punya) niat, sekarang semakin lebih mungkin bisa terjadi korupsi,” kata Pahala menjelaskan.

Dengan situasi serba darurat, maka kecepatan mengambil keputusan atau bertindak
dinilai menjadi lebih penting meskipun pelaksanaannya kedodoran dan bisa terjadi
kemungkinan penyimpangan. Ujungnya, regulasi apapun bisa ditabrak secara sengaja dengan
alasan harus segera bertindak dengan cepat dengan dalih unsur kedaruratan dan bencana
tersebut.

Alasan harus segera bertindak tersebut itulah, yang ujungnya sering terjadi peluang
korupsi karena aturan yang ditabrak memenuhi unsur tindak pidana korupsi. Apalagi jika ada
itikad kurang baik yang melandasi tindakan dengan memanfaatkan situasi yang ada untuk
mengambil kesempatan besar atau kecil-kecilan dengan memberi peluang untuk diri sendiri
atau orang lain demi mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, risiko terjadinya korupsi
akibat memanfaatkan situasi seperti itu terutama pada saat pandemi Covid-19 seperti ini
semakin lebar dan terbuka.

10
Pemerintah Waspada Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Ekonomi Indonesia

Peningkatan negara yang terdampak virus Covid-19 di seluruh dunia seperti Amerika,
Spanyol dan Italia membuat situasi ekonomi dunia semakin memburuk. Beberapa lembaga
bahkan memprediksikan perlemahan ekonomi dunia, antara lain International Monetary Fund
(IMF) yang memproyeksikan ekonomi global tumbuh minus di angka 3%.

Menteri Keuangan (Menkeu) menjelaskan Pendapatan Negara pada bulan Maret 2020
tumbuh positif. Meskipun kemudian Pemerintah waspada terhadap dampak pandemi di bulan
mendatang, mengingat wabah ini baru mulai meluas di Indonesia pada minggu kedua Maret
2020. “Untuk Indonesia kita lihat sudah ada 5.516 kasus baru Covid-19 sesuai data kemarin
dan masih terkonsentrasi mayoritas ada di Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Ini yang
menyebabkan bahwa DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur, serta Banten adalah tempat
terbesar dari penularan positif dari kasus Covid-19”, jelas Menkeu. Menkeu juga
menambahkan bahwa pulau Jawa adalah pulau yang memberikan kontribusi sangat besar
bagi perekonomian Indonesia. “Lebih dari 57% ini nanti akan mempengaruhi cukup besar
dari sisi prospek ekonomi dan kegiatan dari ekonomi masyarakat”, tukas Menkeu dalam
video conference APBN KITA April 2020.

Pendapatan Negara Masih Mampu Tumbuh Positif Akhir Triwulan I Namun Tekanan
Di Depan Harus Diwaspadai

Menkeu mengungkapkan pendapatan negara dan hibah pada akhir Triwulan I 2020
telah mencapai Rp375,95 triliun. Capaian pendapatan negara tersebut tumbuh 7,75% (yoy)
jauh lebih baik dibandingkan pertumbuhan di bulan Februari lalu sebesar minus 0,5% (yoy).
"Namun demikian, kita melihat refleksi penerimaan negara di bulan Maret yg tumbuh 7,7%
terlihat cukup baik dibandingkan tahun lalu yang tumbuh 4,46%, meskipun basis supporting-
nya bukan basis ekonomi secara luas", ungkap Menkeu

Hal ini menunjukkan dukungan berbagai sumber pendapatan negara dalam upaya
memperkuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) di tengah tekanan ekonomi
akibat pandemi Covid-19. Realisasi Pendapatan Negara yang bersumber dari Penerimaan
Perpajakan dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) masing-masing secara nominal
telah mencapai Rp279,89 triliun dan Rp95,99 triliun. Sementara itu, realisasi dari Hibah pada
periode yang sama baru mencapai Rp0,08 triliun. Penerimaan Perpajakan dan PNBP tumbuh
masing-masing sebesar 0,43% dan 37% (yoy).

Sementara itu, secara keseluruhan pertumbuhan komponen penerimaan Pajak hingga


akhir bulan Maret 2020 masih bersumber dari pajak atas konsumsi rumah tangga, meskipun
penerimaan pajak juga masih dibayangi tekanan akibat tren pelemahan industri manufaktur
dan aktivitas perdagangan internasional, serta pelemahan aktivitas ekonomi akibat
penyebaran Covid-19.

Kemudian, seiring adanya aturan terkait Work From Home (WFH) baik untuk sektor
pemerintah maupun sektor swasta, maka mulai terjadi perlambatan kegiatan usaha di akhir
bulan Maret 2020 yang berpotensi menurunkan penyerahan dalam negeri yang kemudian
akan menekan penerimaan Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri (PPN DN) di bulan April
2020. Kondisi tersebut kemungkinan akan berlanjut dan semakin terkontraksi di bulan Mei,
mengingat di bulan April sebagian daerah sudah melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala
Besar (PSBB) di beberapa wilayah terdampak. Sejalan dengan penerapan WFH dan PSBB

11
tersebut, Pemerintah memberikan fasilitas perpajakan berupa relaksasi pembayaran PPh Pasal
29 OP dan pelaporan SPT PPh OP, yang mana berimbas pada belum optimalnya realisasi
penerimaan PPh Pasal 29 OP.

Lebih lanjut, penerimaan Kepabeanan dan Cukai secara nominal utamanya masih
didukung oleh penerimaan dari Cukai dan Bea Masuk (BM). Dilihat dari pertumbuhannya,
penerimaan Kepabeanan dan Cukai tumbuh mencapai 23,60% (yoy), yang terutama berasal
dari pertumbuhan penerimaan Cukai yang tercatat sebesar 36,50% (yoy). Di sisi lain, realisasi
penerimaan Bea Keluar (BK), pertumbuhannya secara kumulatif masih tumbuh negatif
32,56% (yoy). Kontraksi pada pertumbuhan pajak perdagangan internasional terjadi akibat
turunnya volume impor, penurunan harga komoditas, dan melambatnya aktivitas ekspor
barang mentah sebagai dampak mewabahnya Covid-19 di berbagai negara.

Realisasi PNBP sampai dengan Triwulan I Tahun 2020 tumbuh positif sebesar 36,80
% dibandingkan periode yang sama tahun 2019 (Rp70,16 triliun). Secara lebih terperinci,
pencapaian realisasi triwulan ini terutama bersumber dari PNBP SDA migas tercatat sebesar
Rp28,64 triliun (22,5% dari APBN 2020) atau tumbuh 7,42% (yoy). Penerimaan PNBP
nonmigas sampai akhir Maret mengalami penurunan sebesar 22,41%. Sementara itu, capaian
pendapatan dari Kekayaan Negara yang Dipisahkan hingga Maret 2020 menunjukkan
pertumbuhan 907.314,82% dibandingkan periode yang sama tahun 2019. Demikian juga
dengan pendapatan Badan Layanan Umum (BLU) hingga Maret 2020 mencatatkan
pertumbuhan positif 37,17% dibandingkan periode yang sama tahun 2019 yaitu dari Rp9,38
triliun menjadi Rp12,87 triliun.

Akselerasi Belanja Maret 2020

Menkeu menyampaikan Realisasi Belanja Pemerintah Pusat sampai dengan Maret


2020 tumbuh sebesar 6,58% (yoy) dari tahun sebelumnya. “Karena adanya Covid-19 dan
adanya prioritas yang lebih ditujukan kepada kesehatan, bansos, dan pemulihan ekonomi
diperkirakan belanja modal akan mengalami perlambatan”, jelas Menkeu.

Realisasi Belanja Negara tersebut meliputi realisasi Belanja Pemerintah Pusat dan
realisasi Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD). Meningkatnya kinerja realisasi Belanja
Pemerintah Pusat tersebut utamanya dipengaruhi oleh kinerja realisasi belanja modal sebesar
Rp11,95 triliun dan bantuan sosial sebesar Rp47,17 triliun. Realisasi belanja modal hingga
Maret 2020 mengalami peningkatan sebesar 32,06% (yoy), sedangkan realisasi bantuan sosial
tumbuh sebesar 27,61% (yoy) jika dibandingkan tahun sebelumnya sebagai upaya Pemerintah
untuk melaksanakan program-program jaring pengaman sosial. Peningkatan kinerja realisasi
belanja tersebut mencerminkan komitmen Pemerintah untuk melakukan percepatan belanja
produktif serta peningkatan pelayanan, termasuk melindungi masyarakat miskin dan rentan.

Realisasi TKDD sampai dengan Maret 2020 mencapai Rp174,50 triliun yang meliputi
Transfer ke Daerah (TKD) sebesar Rp167,30 triliun dan Dana Desa Rp7,20 triliun. Realisasi
TKDD sampai dengan Maret 2020 lebih rendah sekitar Rp16,82 triliun atau 8,79% (yoy)
apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019. Secara umum hal ini terutama
disebabkan belum optimalnya penyaluran dana TKDD sampai dengan Triwulan I 2020
karena adanya proses pemenuhan persyaratan penyaluran TKDD oleh Pemerintah Daerah.

Realisasi TKD sampai dengan Maret 2020 lebih rendah Rp13,94 triliun atau sekitar
7,69% bila dibandingkan realisasi TKD pada periode yang sama tahun 2019. Rendahnya

12
realisasi TKD tersebut terutama disebabkan karena: (1) Realisasi Dana Bagi Hasil (DBH)
hanya sekitar 38,39% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. (2) Realisasi Dana
Alokasi Umum (DAU) hanya sekitar 6,10% dibandingkan periode yang sama tahun
sebelumnya. Hal ini terutama disebabkan karena adanya penyaluran DAU yang berbasis
kinerja, sehingga penyaluran hanya dapat dilakukan setelah Menkeu (c.q Direktorat Jenderal
Perimbangan Keuangan) menerima laporan belanja pegawai dari daerah sebagaimana
amanah dari Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 139 Tahun 2019 tentang
Pengelolaan Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Otonomi Khusus.

Sementara itu, realisasi penyaluran Dana Desa sampai dengan Maret 2020 sebesar
Rp7,20 triliun. Secara spesifik, kinerja penyaluran TKDD sampai dengan Maret 2020 juga
dipengaruhi oleh faktor lain yaitu dampak mewabahnya pandemi Covid-19 di ibukota dan
berbagai daerah di Indonesia, sehingga turut mempengaruhi implementasi penyaluran TKDD
di daerah karena Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah masih terfokus pada penanganan
dampak akibat Covid-19 tersebut.

Pada dasarnya pemotongan TKDD tersebut digunakan untuk penanganan Covid-19


secara terkoordinasi di Pemerintah Pusat, antara lain untuk pengadaan Alat Pelindung Diri
(APD), pembayaran insentif dan santunan kematian tenaga medis, berbagai jenis bantuan
sosial, dan insentif untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Dengan demikian,
uang pemotongan tersebut pada dasarnya juga kembali kepada masyarakat di daerah. Selain
itu, telah dikeluarkan pula Surat Keputusan Bersama Menkeu dan Menteri Dalam Negeri
yang isinya mengatur penyesuaian APBD. Hal ini utamanya agar daerah melakukan
penghematan di seluruh aspek (belanja pegawai, belanja barang dan jasa, serta belanja modal)
dan merealokasinya untuk fokus kepada belanja penanganan Covid-19 serta bantuan sosial
dan insentif untuk mengatasi dampak ekonomi di daerah. Dalam pelaksanaan bantuan sosial
ini, harus dilakukan koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Daerah agar tidak terjadi
tumpang tindih dalam pencapaian sasarannya.

Pengelolaan Fiskal Untuk Menjaga Keberlanjutan Keuangan Negara

Pemerintah berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan fiskal di tahun 2020, dimana


realisasi defisit APBN hingga Maret 2020 mencapai 0,44% Produk Domestik Bruto (PDB).
Sementara itu posisi defisit keseimbangan primer pada Maret 2020 telah turun hampir Rp30
triliun dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. Dengan kondisi tersebut,
realisasi pembiayaan APBN melalui utang hingga Maret 2020 juga mengalami penurunan
sebesar 57,17% jika dibandingkan realisasi pada periode tahun sebelumnya. Penurunan
tersebut juga didorong oleh adanya tekanan di pasar keuangan pada bulan Maret, yang
berdampak pada menurunnya likuiditas karena meningkatnya volatilitas pasar keuangan yang
ditunjukkan oleh peningkatan yield, turunnya IHSG, dan melemahnya nilai tukar Rupiah
terhadap Dolar AS. Dalam menghadapi kondisi tersebut, Pemerintah menjalankan strategi
pengelolaan pembiayaan utang secara hati hati (prudent) dan terukur. Sejalan dengan hal ini,
Pemerintah telah mengubah jadwal penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dalam valuta
asing, dari semula di bulan Maret menjadi di bulan April 2020.

Kebijakan Penanganan Pandemi ke Depan Dalam Menjaga Keuangan Negara

Menkeu menyatakan bahwa stimulus yang sudah disampaikan kepada seluruh dunia
usaha dan masyarakat itu sifatnya broadbase. “Jadi APBN meng-cover kebutuhan kesehatan,
bidang sosial, dan bidang ekonomi yang semuanya mengalami dampak seperti domino efek,

13
kesehatan memukul sosial, sosial memukul ekonomi dan nanti ekonomi juga pasti akan
mempengaruhi dari sektor keuangan, terutama dari lembaga-lembaga keuangan bank dan
bukan bank”, ucap Menkeu.

Menkeu juga menambahkan dari sisi sosial masyarakat Kementerian Keuangan


mencoba melancarkan stimulus/kebijakan-kebijakan untuk bisa mengurangi dampak shock
Covid-19 yang sangat besar ini. “Untuk masyarakat, tentu tidak bisa seluruhnya shock di
absorb oleh APBN. Namun APBN berusaha untuk bisa mendukung ketahanan sosial
masyarakat. Dari sisi sosial ekonomi APBN mencoba untuk memberikan dukungan agar
shock itu tidak merusak atau dalam hal ini menyebabkan kebangkrutan yang sifatnya masif”,
ungkap Menkeu.

Pemerintah menyadari bahwa dampak kerusakan akibat wabah Covid-19 akan amat
masif ke depannya sehingga kewaspadaan dan kehati-hatian dalam penetapan kebijakan serta
pengelolaan Keuangan Negara akan dilakukan ke depan. Kebijakan extraordinary kemudian
dilakukan Pemerintah untuk mengurangi dampak akibat penyebaran virus Covid-19 di
Indonesia melalui penerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun
2020 (PERPPU 1/2020) yang baru saja disahkan pada bulan April 2020.

Dalam rangka menunjang perekonomian, pemerintah telah menerbitkan PMK-


23/2020 dan PMK 28/2020 yang mengatur mengenai insentif fiskal dalam rangka
menghadapi pandemic Covid-19. Dengan adanya insentif fiskal ini, diperkirakan penerimaan
pajak di bulan April akan menurun. Terkait dengan (PERPPU 1/2020) yang antara lain
mengatur penurunan tarif Pajak Penghasilan (PPh) Badan untuk tahun pajak 2020 (SPT PPh
Badannya disampaikan di April 2021), diperkirakan akan terjadi penurunan angsuran PPh
Pasal 25 badan mulai bulan Mei 2020. Lebih lanjut Pemerintah berkomitmen untuk menjaga
industri dalam negeri ditengah pandemi Covid-19. Melalui PMK-30/2020, Pemerintah
memberikan relaksasi penundaan pembayaran cukai akibat tersendatnya logistik di lapangan
karena Covid-19.

Pemerintah berharap dengan adanya penundaan ini dapat membantu arus kas
perusahaan sehingga perusahaan dapat terus menjalankan usahanya. Keberlangsungan
industri sangat penting untuk mengatasi terhambatnya penyediaan logistik dan penyerapan
tenaga kerja agar tidak terjadi pemutusan hubungan kerja. Selain itu Pemerintah juga telah
mengantisipasi keadaan kahar ini dengan berbagai kebijakan yang relevan seperti relaksasi
aturan impor untuk bahan baku pembuatan alat kesehatan.

Insentif fiskal dan prosedural dari segi kepabeanan dan cukai juga dilakukan
Pemerintah untuk mereduksi dampak pandemi Covid-19 ini yang terdiri atas larangan
sementara atas ekspor Alat Kesehatan, relaksasi Free Alongside Ship (FAS) Impor,
pembebasan cukai alkohol dalam rangka penanganan Covid-19, relaksasi ijin impor untuk
Alat Kesehatan, relaksasi PPh impor untuk perusahaan Kemudahan Impor Untuk Tujuan
Ekspor (KITE), percepatan layanan online untuk penanganan Covid-19, relaksasi pelunasan
cukai dan produksi rokok, percepatan logistik dengan sistem National Logistik Ecosystems
(NLE), dan relaksasi penjualan lokal dari perusahaan KB/KITE.

Komitmen Pemerintah untuk menjaga keberlanjutan keuangan negara guna


mewujudkan keselamatan dan kesejahteraan masyarakat ditunjukkan dengan upaya-upaya
Pemerintah untuk mengelola fiskal dengan sebaik-baiknya melalui peningkatan pendapatan
negara secara optimal, pengelolaan utang yang pruden dan terus berupaya melakukan

14
perbaikan kinerja penyerapan anggaran. Hal ini diarahkan agar pelaksanaan APBN dapat
memberikan manfaat yang optimal dan berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Informasi lebih lanjut, hubungi Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko,
Kementerian Keuangan, Gedung Frans Seda, Jl. Wahidin Raya No.1 Jakarta Pusat, Tlp: (021)
3865330.

Dampak Covid-19, Sidang Kasus Korupsi Akan Digelar Lewat Video Conference

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama dengan Pengadilan Negeri Jakarta


Pusat (PN Jakpus) sedang mengupayakan agar persidangan sejumlah kasus tindak pidana
korupsi (Tipikor) dapat tetap berjalan di tengah pandemi virus corona (Covid-19). Upaya
yang dilakukan KPK dan PN Jakpus yakni menggelar sidang lewat video conference.

"Untuk persidangan, langkah-langkah yang KPK lakukan adalah saat ini telah
berkoordinasi dengan pihak PN Jakarta Pusat mengenai teknis persidangan Tipikor dan
sepakat akan diupayakan persidangan digelar dengan melalui Video Conference (vicon) yang
prosesnya tetap berpegang pada hukum acara yang berlaku," kata Plt Juru Bicara KPK, Ali
Fikri melalui pesan singkatnya, Kamis (26/3/2020).

Persidangan sendiri harus tetap digelar meskipun saat ini di Indonesia, khususnya
Jakarta tengah dilanda wabah Covid-19. Sebab, ada masa penahanan serta hak para terdakwa
yang sedang ditahan dalam proses persidangan.

Untuk mempermudah berjalannya proses persidangan, kata Ali, KPK sudah


melakukan uji coba penerapan persidangan melalui video conference, hari ini. Pun demikian
terhadap PN Jakpus yang sudah mencoba alat-alat untuk menggelar persidangan jarak jauh.

"Hari ini, tim KPK telah melakukan uji coba peralatan di PN Jakarta Pusat maupun di
KPK dan akan dilakukan persiapan lebih lanjut," tuturnya.

Dengan adanya pelaksanaan sidang secara daring itu, KPK berharap para terdakwa
tetap mendapat keadilan atas tindakan pidananya dalam kasus korupsi sesuai dengan tenggat
waktu yang ditentukan undang-undang.

"Harapannya persidangan tetap bisa berjalan di tengah wabah penyebaran virus


corona saat ini, sehingga penyelesaian perkara Tipikor dapat dilakukan sesuai waktu yang
ditentukan oleh UU," pungkasnya.

Dear Penyalur Bansos, Korupsi di Tengah Pandemi Bisa Dihukum Mati

Bantuan sosial (bansos) untuk para warga yang terkena dampak Corona mulai
disalurkan. Namun masih ada saja oknum nakal yang mencoba menyunat jatah bansos.
Padahal sudah ada peringatan bahwa korupsi di tengah pandemi Corona bisa dihukum mati.

Peringatan itu salah satunya datang dari Ketua KPK Firli Bahuri. Dia mengingatkan
kepada seluruh pihak agar tak melakukan tindak pidana korupsi di tengah wabah virus
Corona (COVID-19). Ia menyebut pelaku korupsi di saat bencana bisa diancam dengan
hukuman mati.

15
"Apalagi di saat sekarang, kita sedang menghadapi wabah Corona. Masa, sih, ada
oknum yang masih melakukan korupsi karena tidak memiliki empati kepada NKRI. Ingat
korupsi pada saat bencana ancaman hukumannya pidana mati," kata Ketua KPK Firli Bahuri
kepada wartawan, Sabtu (21/3/2020).

Ia menekankan upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan KPK tidak akan


berhenti meski harus menghadapi risiko virus Corona. Ia mengatakan para penyelidik hingga
penyidik KPK masih terus bekerja hingga kini.

"Rekan-rekan yang bertugas di penindakan (penyelidikan, penyidikan, penuntutan,


eksekusi) saat ini tetap bekerja walau harus menghadapi risiko COVID-19. Begitu juga
halnya dengan rekan-rekan kami baik penyelidik maupun penyidik, mereka tetap melakukan
kegiatan di beberapa daerah provinsi untuk melakukan kegiatan untuk mencari dan
menemukan peristiwa korupsi, meminta keterangan para saksi dan melakukan penggeledahan
untuk mencari serta mengumpulkan barang bukti," ucap Firli.

Selain itu, Firli memastikan KPK mengawasi penyaluran bansos untuk masyarakat
yang terkena dampak wabah virus Corona. Jenderal polisi bintang tiga itu menekankan
penyaluran bansos harus tetap sasaran.

"Bansos kita awasi, penganggaran kita awasi, bantuan pihak ketiga juga kita awasi.
Dan untuk itu, tentu, karena kita baca ada kerawanan-kerawanan, lebih khusus lagi terkait
dengan pelaksanaan bansos, karena ini menjadi hak rakyat, dia (bansos) harus sampai, tepat
guna, tepat jumlah, tepat sasaran," tegas Firli.

Aturan soal ini tertuang dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana
telah diubah dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi. Tepatnya pada Pasal 2 ayat 2.

Pasal 2 tersebut mengatur hukuman bagi koruptor, di mana hukuman mati menjadi
salah satu opsinya. Pasal 2 UU tersebut berbunyi sebagai berikut:

Pasal 2
(1) Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat
4 tahun dan paling lama 20 tahun dan denda paling sedikit Rp 200 juta dan paling banyak
Rp 1 miliar.
(2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam
keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun pernah membuka peluang soal penerapan pasal
ini. Hal dia sampaikan saat berdialog dengan siswa SMKN 57, Pasar Minggu, Jakarta
Selatan, pada Senin (9/12/2019).

"Kalau korupsi bencana alam, dimungkinkan. Kalau nggak, tidak. Misalnya ada
gempa, tsunami, di Aceh, atau di NTB kita ada anggaran untuk penanggulangan bencana,
duit itu dikorupsi, bisa (dihukum mati)," ujar Jokowi menjawab soal pidana mati bagi
koruptor.

16
Meskipun sudah diwanti-wanti, masih saja ada oknum yang mencoba memangkas
dana bansos. Oknum tersebut diketahui merupakan RT di Desa Telok, Kabupaten Tangerang.

Kapolsek Kresek AKP Suryana menjelaskan, begitu informasi ada oknum RT yang
memotong bantuan warga pada Jumat (1/5) kemarin, kepala desa langsung memanggil
seluruh RT. Ternyat, ada satu RT di Desa Telok yang meminta jatah dari bansos pemerintah.

AKP Suryana mengatakan bahwa si RT ini meminta jatah dengan bahasa minta uang
rokok karena ketua RT ini melakukan pendataan ke warga penerima bansos. Ketua RT ini
minta jatah Rp 50 sampai Rp 100 ribu.

"Uangnya sudah dikembalikan, jumlahnya ada yang Rp 50 ribu, ada yang Rp 100
ribu. Cuma sudah dipulangin semua," kata AKP Suryana saat dihubungi detikcom, Sabtu
(2/5/2020).

Masalah ini sendiri, menurut Camat Kresek HA Zaenudin, diselesaikan secara


musyawarah, tidak dibawa ke jalur hukum. Uang yang diambil ketua RT Kampung Pulo itu
dikembalikan ke warga penerima bansos.

"Intinya sudah kekeluargaan, musyawarah tidak jalur hukum," ungkapnya.

Namun ternyata oknum tersebut sedang diproses polisi. Informasi ini disampaikan
oleh Bupati Tangerang, A Zaki Iskandar.

"Udah dilaporin ke Polsek sudah dikasih imbauan semuanya," kata Zaki saat
dihubungi, Sabtu (2/5/2020).

Zaki meminta tegas kepada seluruh jajarannya untuk tidak mengambil keuntungan
dari bantuan sosial saat pandemi Corona. Jika masih ditemukan adanya pungutan, Zaki akan
melaporkan langsung dan menyerahkan ke pihak kepolisian.

17
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendidikan anti korupsi adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
prosesbelajar mengajar yang kritis terhadap nilai-nilai anti korupsi. Dalam proses tersebut,
makaPendidikan Antikorupsi bukan sekedar media bagi transfer pengalihan
pengetahuan(kognitif) namun juga menekankan pada upaya pembentukan karakter (afektif)
dankesadaran moral dalam melakukan perlawanan (psikomotorik) terhadap
penyimp[anganperilaku korupsi.

Pengertian Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermaknabusuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok).Secara harfiah, korupsi
adalah perilaku pejabat publik, baik politikus|politisi maupun pegawainegeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya merekayang dekat dengannya,
dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakankepadamereka.

Dampak korupsi :

1. Dampak Korupsi Terhadap Aspek Ekonomi

2. Dampak Korupsi Terhadap Aspek Sosial dan Kemiskinan Masyarakat

3. Dampak Korupsi Terhadap Aspek politik dan demokrasi

4. Dampak Korupsi Terhadap Aspek penegakan hukum

5. Dampak Korupsi Terhadap Aspek Pertahanan dan Keamanan

6. Dampak Korupsi Terhadap Aspek Lingkungan

Dampak korupsi terhadap pandemi covid-19 :

Berdampak dalam semua aspek yaitu : ekonomi, sosial dan kemiskinan masyarakat,
politik dan demokrasi, penegakkan hukum, pertahanan dan keamanan, dan lingkungan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Mistar-ppkn-unesa. 2013. PENDIDIKAN ANTI KORUPSI (artikel). Dalam


https://mistarppkn.wordpress.com/2013/05/15/pendidikan-anti-korupsi-artikel/ di akses
pada 15 Mei 2020.

Zurul, Ahmad. 2016. Dampak Korupsi Terhadap Berbagai Aspek Kehidupan. Dalam
https://www.kompasiana.com/zurul_98/581e17a4d99373bb3293679e/dampak-korupsi-
terhadap-berbagai-aspek-kehidupan di akses pada 15 Mei 2020.

SULISTYO, DWI, PRAYOGI. 2020. Ketamakan dan Kerakusan Bisa Memanfaatkan


Pandemi Covid-19. Dalam https://bebas.kompas.id/baca/polhuk/2020/05/13/ketamakan-dan-
korupsi-saat-pandemi/ di akses pada 15 Mei 2020.

KEMENKEU. 2020. Pemerintah Waspada Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Ekonomi


Indonesia. Dalam https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-pemerintah-
waspada-dampak-pandemi-covid-19-terhadap-ekonomi-indonesia/ di akses pada 15 Mei
2020.

Dwi, Satrio, Arie. 2020. Dampak Covid-19, Sidang Kasus Korupsi Akan Digelar Lewat
Video Conference. Dalam
https://nasional.okezone.com/read/2020/03/26/337/2189370/dampak-covid-19-sidang-kasus-
korupsi-akan-digelar-lewat-video-conference di akses pada 15 Mei 2020.

Hidayatulloh, Permana, Rakhmad. 2020. Dear Penyalur Bansos, Korupsi di Tengah Pandemi
Bisa Dihukum Mati!. Dalam https://news.detik.com/berita/d-5000363/dear-penyalur-bansos-
korupsi-di-tengah-pandemi-bisa-dihukum-mati/3 di akses pada 15 Mei 2020.

19

Anda mungkin juga menyukai