Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“STRATEGI DAN UPAYA


PEMBERANTASAN KORUPSI”

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pendidikan Anti Korupsi
Dosen Pembimbing:
Syahabuddin Nur, M.Pd.I

Oleh Kelompok 8:
Hera Susanti (22.88204.02158)
Nita (22.88204.02126)
Salma (22.88204.02224)
Syifa Shopia (22.88204.02229)

SEKOLAH TINGGI ILMU ALQURAN (STIQ) AMUNTAI


PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN BAHASA ARAB
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt, shalawat dan salam semoga selalu
tercurah keharibaan junjungan Nabi besar Muhammad saw. Beserta seluruh
keluarganya, sahabat dan para pengikutnya sampai akhir zaman.
Alhamdulillah, dengan segala rahmat dan inayah-Nya makalah yang
berjudul “Strategi dan upaya pemberantasan korupsi” sebagai salah satu tugas
pada mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi program studi Pendidikan Bahasa
Arab Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Amutai dapat diselesaikan.
Penulis sangat menyadari, dalam penulisan makalah ini banyak sekali
menerima bantuan, baik tenaga maupun pikiran. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan tersebut, terutama kepada
Muallim Syahabuddin Nur, M.Pd.I yang telah banyak memberikan bimbingan dan
petunjuk serta koreksi dalam penulisan makalah ini serta semua pihak yang telah
memberi bantuan, fasilitas, informasi, meminjamkan buku-buku dan literatur-
literatur yang penulis perlukan, sehingga makalah ini bisa diselasaikan.
Atas bantuan dan dukungan yang tak ternilai harganya tersebut penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-
tingginya teriring do‟a yang tulus semoga Allah swt membari ganjaran yang
berlipat ganda. Amin.
Akhirnya penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua dan
mendapat taufik serta inayah dari Allah swt.

Amuntai, 01 Oktober 2022


Penulis

Kelompok 8

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................... 3


A. Konsep Pemberantasan Korupsi .................................................. 3
B. Upaya penanggulangan kejahatan(Korupsi) dengan Hukum
Pidana ............................................................................................ 5
C. Berbagai Strategi dan Upaya Pemberantasan Korupsi ............. 7

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 11


A. Kesimpulan ................................................................................... 11
B. Saran ............................................................................................. 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Istilah korupsi di Indonesia pada mulanya hanya terkandung dalam
khazanah perbincangan umum untuk menunjukkan penyelewengan-
penyelewengan yang dilakukan pejabat-pejabat Negara. Namun karena
penyakit tersebut sudah mewabah dan terus meningkat dari tahun ke tahun,
maka banyak orang memandang bahwa masalah ini bisa merongrong
kelancaran tugas-tugas pemerintah dan merugikan ekonomi Negara.Rakyat
kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan
memberikan sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang
paling menyedihkan adalah sikap rakyat menjadi apatis dengan semakin
meluasnya praktik-praktik korupsi oleh beberapa oknum pejabat lokal,
maupun nasional.
Kelompok mahasiswa sering menanggapi permasalahan korupsi dengan
emosi dan demonstrasi. Tema yang sering diangkat adalah penguasa yang
korupsi dan derita rakyat. Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk
bertindak tegas kepada para koruptor. Hal ini cukup berhasil terutama saat
gerakan resormasi mereka tidak puas terhadap perbuatan manipulatif dan
korupsi para pejabat. oleh karena itu, mereka ingin berpartisipasi dalam usaha
rekonstruksi terhadap masyarakat dan sistem pemerintahan secara
menyeluruh, mencita-citakan keadilan, persamaan dan kesejahteraan yang
merata. persoalan korupsi di Negara Indonesia terbilang kronis, bukan hanya
membudaya tetapi sudah membudidaya. pengalaman pemberantasan korupsi
di Indonesia menunjukkan bahwa kegagalan demi kegagalan lebih sering
terjadi terutama terhadap pengadilan koruptor kelas kakap dibanding koruptor
kelas teri. beragam lembaga, produk hukum, resormasi birokrasi, dan
sinkronisasi telah dilakukan,akan tetapi hal itu belum juga dapat menggeser
kasta pemberantasan korupsi. seandainya saja kita sadar, pemberantasan
korupsi meski sudah pada tahun keenam perayaan hari antikorupsiternyata
masih jalan ditempat dan berkutat pada tingkat kuantitas.
Keberadaan lembaga-lembaga yang mengurus korupsi belum memiliki

1
dampak yang menakutkan bagi parakoruptor, bahkan hal tersebut turut
disempurnakan dengan pemihakan-pemihakan yang tidak jelas. dalam
masyarakat yang tingkat korupsinya seperti Indonesia, hukuman yang
setengah-setengah sudah tidak mempan lagi. Maka dari itu, di sini kami akan
membahas tentang upaya untuk memberantas korupsi di Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Strategi dan upaya apa yang dapat dilakukan dalam pemberantasan
korupsi?
2. Bagaimana kelebihan dan kelemahan upaya pemberantasan korupsi
dari berbagai sudut pandang?
3. Apa saja upaya yang dapat dilakuka dalam rangka mencegah dan
memberantas korupsi baik di lingkungannya maupun dalam
masyarakat?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui berbagai strategi dan upaya pemberantasan korupsi.
2. Mampu membandingkan berbagai kelebihan dan kelemahan upaya
pemberantasan korupsi dari berbagai sudut pandang.
3. Mengetahuii upaya apa yang dapat dilakukannya dalam rangka
mencegah dan memberantas korupsi baik di lingkungannya maupun
dalam masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP PEMBERANTASAN KORUPSI


Secara umum banyak yang berpendapat bahwa upaya yang paling tepat
untuk memberantas korupsi adalah menghukum seberat-beratnya pelaku korupsi.
Dengan demikian bidang hukum, khususnya hukum pidana akan dianggap sebagai
jawaban paling tepat untuk memberantas korupsi. Kita memiliki Lembaga serta
aparat hukum yang mengabdi untuk menjalankan aturan perundang-undangan.
Kita juga memiliki sebuah lembaga independen yang bernama Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). Namun dalam realita korupsi tetap tumbuh dan
berkembang pesat. 1

Selain jalur hukum bekal pendidikan seperti pendidikan agama juga


memegang peranan yang sangat penting. Misalnya dalm Al-Quran surat Al-
Baqarah ayat 188 yang artinya

“Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain


di antara kamu dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan)
harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta
benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui”.
(QS. Al-Baqarah; 188)2

Ayat di atas menerangan untuk tidak memakan harta orang lain secara
batil. Qurtubi memasukkan dalam kategori larangan ayat ini adalah: riba,
penipuan, ghasab, pelanggaran hak-hak, dan apa yang menyebabkan pemilik harta
tidak senang, dan seluruh apa yang dilarang oleh syariat dalam bentuk apapun.
Dan korupsi juga disebut dengan katagori larangan ayat diatas Korupsi bisa

1
Tim penulis buku Pendidikan Antikorupsi, “Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi”,
Jakarta: Kemeristekdikti 2019, hal. 84
2
Rus Yandi, “Peran Agama dalam Pembentukan perilaku Antikorupsi”, Saliha, vol.4 no.1, Januari
2021

3
diartikan sebagai perbuatan perbuatan yang merugikan keuangan dan
prekonomian negara.

Korupsi ini ibarat penyakit „kanker ganas‟ yang sifatnya tidak hanya
kronis tapi juga akut. Ia menggerogoti perekonomian sebuah negara secara
perlahan, namun pasti. Penyakit ini menempel pada semua aspek bidang
kehidupan masyarakat sehingga sangat sulit untuk diberantas. Fijnaut dan Huberts
: 2002 menyatakan bahwa

It is always necessary to relate anti-corruption strategies to


characteristics of the actors involved (and the environment they operate in). There
is no single concept and program of good governance for all countries and
organizations, there is no „one right way‟. There are many initiatives and most
are tailored to specifics contexts. Societies and organizations will have to seek
their own solutions.

Dari pernyataan ini dapat dipahami bahwa sangat penting untuk


menghubungkan strategi atau upaya pemberantasan korupsi dengan melihat
karakteristik dari berbagai pihak yang terlibat serta lingkungan di mana mereka
bekerja atau beroperasi. Ada begitu banyak strategi, cara atau upaya yang
kesemuanya harus disesuaikan dengan konteks, masyarakat maupun organisasi
yang dituju. Setiap negara, masyarakat maupun organisasi harus mencari cara
mereka sendiri untuk menemukan solusinya. 3

3
Tim penulis buku Pendidikan Antikorupsi, “Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi”,
Jakarta: Kemeristekdikti 2019, hal. 85

4
B. UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN (KORUPSI) DENGAN
HUKUM PIDANA

Upaya penanggulangan kejahatan dapat dibagi menjadi 2 (dua) yakni melalui


jalur penal dan jalur non-penal.

1. Jalur penal

Jalur penal merupakan bentuk penanggulangan kejahatan yang


menitikberatkan pada tingkat represif (kejahatan yang sudah terjadi). Upaya penal
dapat dilakukan dengan menggunakan hukum pidana atau memberi pidana.

2. Jalur non-penal

Jalur non penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif (pencegahan)


atau penanggulangan yang dilakukan sebelum terjadinya tindak pidana korupsi.
4
Sifat preventif memang bukan menjadi fokus kerja aparat penegak hukum.
Namun untuk pencegahan korupsi sifat ini dapat ditemui dalam salah satu tugas
dari Komisi Pemberantasan Korupsi yang memiliki Deputi Bidang Pencegahan
yang di dalamnya terdapat Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat.
Sasaran dari upaya penanggulangan kejahatan melalui jalur non-penal adalah
menangani faktor-faktor kondusif penyebab terjadinya kejahatan dalam hal ini
korupsi, yakni berpusat pada masalah-masalah atau kondisi-kondisi baik politik,
ekonomi maupun sosial yang secara langsung atau tidak langsung dapat
menimbulkan kejahatan.

Pidana dan pemidanaan hanya dapat dipandang sebagai salah satu cara, artinya
selain pengenaan pidana, harus cari cara lain untuk memberantas korupsi.

1. Menurut Rubin, pemidanaan sedikit atau tidak, pemidanaan


mempunyai pengaruh terhadap masalah kejahatan.
2. Schultz menyatakan bahwa naik turunnya kejahatan tidak berhubungan
dengan perubahan di dalam hukum atau kecenderungan dalam putusan
pengadilan, tetapi berhubungan dengan bekerjanya atau berfungsinya
4
Firsleydent Simbolon “Upaya penal dan non-penal dalam penanggulangan peredaran kosmetik
ilegal diwilayah hukum kota jambi”

5
perubahan-perubahan kultural yang besar dalam kehidupan
masyarakat.
3. Menurut Wolf Middendorf sulit melakukan evaluasi terhadap
pencegahan umum dengan menggunakan hukum pidana, karena
mekanisme pencegahan yang manjur tidak dapat diketahui. Kita tidak
dapat mengetahui hubungan sesungguhnya antara sebab dan akibat.
Orang melakukan kejahatan dan mungkin mengulanginya lagi tanpa
hubungan dengan ada tidaknya UU atau pidana yang dijatuhkan.
Sarana kontrol sosial lainnya, seperti kekuasaan orang tua, kebiasaan-
kebiasaan atau agama mungkin dapat mencegah perbuatan, yang sama
efektifnya dengan ketakutan orang pada pidana. Wolf Middendorf
menyatakan bahwa tidak ada hubungan logis antara kejahatan dengan
lamanya pidana.
4. Karl. O. Christiansen menyatakan bahwa pengaruh pidana terhadap
masyarakat luas sulit diukur.
5. S.R. Brody menyatakan bahwa 5 dari 9 penelitian yang diamatinya
menyatakan bahwa lamanya waktu yang dijalani oleh seseorang di
dalam penjara tampaknya tidak berpengaruh pada adanya reconviction
atau penghukuman kembali
Berbagai pendapat di atas dapat memberi pelajaran bahwa kita tidak dapat
hanya mengandalkan hukum pidana dan pemidanaan saja dalam memberantas
korupsi. Padahal beberapa kalangan mengatakan bahwa cara untuk memberantas
korupsi yang paling ampuh adalah dengan memberikan hukuman yang seberat-
beratnya kepada pelaku korupsi. Kepada pelaku yang terbukti telah melakukan
korupsi memang tetap harus dihukum (diberi pidana), namun berbagai upaya lain
harus tetap terus dikembangkan baik untuk mencegah korupsi maupun untuk
menghukum pelakunya. Maksudnya jangan hanya mengandalkan satu cara, satu
sarana atau satu strategi saja yakni dengan menggunakan sarana penal, karena ia
tidak akan mempan dan tidak dapat bekerja secara efektif. Belum lagi kalau kita

6
lihat bahwa ternyata lembaga serta aparat yang seharusnya memberantas korupsi
justru ikut bermain dan menjadi aktor yang ikut serta dalam praktek korupsi. 5

C. BERBAGAI STRATEGI DAN UPAYA PEMBERANTASAN KORUPSI


Upaya atau strategi yang dilakukan untuk memberantas korupsi yang
dikembangkan oleh United Nations yang dinamakan the Global Program Against
Corruption dan dibuat dalam bentuk United Nations sebagai berikut:

1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi

Lembaga yang harus menjadi sasaran dalam menyusun strategi


pemberantas korupsi adalah:
a) lembaga politik seperti partai politik baik yang berkuasa maupun tidak.
b) lembaga legislatif yang bertugas membuat undang-undang dan lembaga
pemerintahan yang bertugas melaksanakan undang-undang serta membuat,
mengeluarkan dan melaksanakan seluruh kebijakan yang bersumber dari
undang-undang.
c) lembaga peradilan termasuk di dalamnya kepolisian, kejaksaan dan
pengadilan serta lembaga pemasyarakatan
d) inspektorat jenderal yang memiliki tanggungjawab melakukan audit di
lembaga pemerintahan.
e) lembaga independen ini berfungsi untuk memberi edukasi pada
pemerintah dan masyarakat dalam pemberantasan korupsi seperti dibidang
lembaga pendidikan, lembaga swadaya masyarakat dan media.
f) lembaga atau sektor swasta seperti kontraktor atau auditor yang dapat
terlibat dalam korupsi.

2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik


a. Mewajibkan pejabat publik untuk melaporkan dan mengumumkan
jumlah kekayaan yang dimiliki baik sebelum maupun sesudah menjabat.
Dengan demikian masyarakat dapat memantau tingkat kewajaran peningkatan
jumlah kekayaan yang dimiliki khususnya apabila ada peningkatan jumlah

5
Tim penulis buku Pendidikan Antikorupsi, “Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi”,
Jakarta: Kemeristekdikti 2019, hal. 88-89

7
kekayaan setelah selesai menjabat.
b. Memperkecil potensi korupsi disektor publik selanjutnya adalah dengan
melakukan lelang atau penawaran secara terbuka. Masyarakat harus diberi
otoritas atau akses untuk dapat memantau dan memonitor hasil dari pelelangan
atau penawaran tersebut. Untuk itu harus dikembangkan sistem yang dapat
memberi kemudahan bagi masyarakat untuk ikut memantau ataupun
memonitor hal ini.
c. Korupsi juga banyak terjadi dalam perekrutan pegawai negeri dan
anggota militer baru. Korupsi, kolusi dan nepotisme sering terjadi dalam
kondisi ini. Untuk meningkatkan budaya kerja dan motivasi kerja pegawai
negeri, bagi pegawai negeri yang berprestasi perlu diberi insentif yang sifatnya
positif. Pujian dari atasan, penghargaan, bonus atau jenis insentif lainnya dapat
memacu kinerja pegawai negeri. Tentu saja pemberian ini harus disertai
dengan berbagai pra-kondisi yang ketat karena hal ini juga berpotensi korupsi,
karena salah-salah hal ini justru dipergunakan sebagai ajang bagi-bagi bonus
diantara para pegawai negeri.

3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat


a. Memberi hak pada masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap
informasi. Sebuah sistem harus dibangun di mana kepada masyarakat
(termasuk media) diberikan hak meminta segala informasi yang berkaitan
dengan kebijakan pemerintah yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak.
Hak ini dapat meningkatkan keinginan pemerintah untuk membuat kebijakan
dan menjalankannya secara transparan.
b. Isu mengenai kesadaran serta kepedulian publik terhadap bahaya
korupsi dan isu pemberdayaan masyarakat adalah salah satu bagian yang
sangat penting dari upaya memberantas korupsi. Salah satu caranya adalah
dengan melakukan kampanye tentang bahaya korupsi, dampak korupsi, dan
bagaimana memerangi korupsi. Kampanye tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan media massa (baik cetak maupun tertulis), melakukan seminar
dan diskusi. Spanduk dan poster yang berisi ajakan untuk menolak segala
bentuk korupsi harus dipasang di kantor-kantor pemerintahan sebagai media

8
kampanye tentang bahaya korupsi.
c. Menyediakan sarana bagi masyarakat untuk melaporkan kasus korupsi.
Sebuah mekanisme harus dikembangkan di mana masyarakat dapat dengan
mudah dan bertanggung-jawab melaporkan kasus korupsi yang diketahuinya.
Dengan berkembangnya teknologi informasi, media internet adalah salah satu
mekanisme yang murah dan mudah untuk melaporkan kasus-kasus korupsi.
d. Di beberapa Negara, pasal mengenai „fitnah‟ dan „pencemaran nama
baik‟ tidak dapat diberlakukan untuk mereka yang melaporkan kasus korupsi
dengan pemikiran bahwa bahaya korupsi dianggap lebih besar dari pada
kepentingan individu. Walaupun sudah memiliki aturan mengenai
perlindungan saksi dan korban yakni UU No. 13 Tahun 2006 tentang
Perlindungan Saksi dan Korban, masyarakat Indonesia masih dihantui
ketakutan akan tuntutan balik melakukan fitnah dan pencemaran nama baik
apabila melaporkan kasus korupsi.
e. Pers yang bebas adalah salah satu pilar dari demokrasi. Semakin banyak
informasi yang diterima oleh masyarakat, semakin paham mereka akan bahaya
korupsi. Media mempunyai peranan khusus dalam perang melawan korupsi.
Pejabat publik mungkin lebih mudah tergoda untuk menyalahgunakan jabatan
mereka untuk kepentingan pribadi bila mereka yakin tidak ada resiko bahwa
perbuatan mereka akan terbongkar dan diungkapkan oleh pers. Segala macam
cara akan digunakan oleh mereka (terutama yang memiliki uang dan
kekuasaan) yang tidak ingin namanya tercoreng karena pemberitaan di media.
f. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs baik tingat lokal atau
internasional juga memiliki peranan penting untuk mencegah dan memberantas
korupsi. Mereka adalah bagian dari masyarakat sipil yang keberadaannya tidak
dapat diremehkan begitu saja. Sejak era reformasi, LSM baru yang bergerak di
bidang Anti-Korupsi banyak bermunculan. Sama seperti pers yang bebas, LSM
memiliki fungsi untuk melakukan pengawasan atas perilaku pejabat publik.
LSM ini menjadi salah satu garda terdepan yang mengawasi segala macam
perbuatan pemerintah dan perilaku anggota parlemen dan lembaga peradilan.
g. Menggunakan atau mengoperasikan perangkat electronic surveillance.
Electronic surveillance adalah sebuah perangkat atau alat untuk mengetahui

9
dan mengumpulkan data dengan menggunakan peralatan elektronik yang
dipasang pada tempat-tempat tertentu. Alat tersebut misalnya audio-
microphones atau kamera video (semacam kamera CCTV atau Closed Circuit
Television) atau data interception dalam kasus atau di tempat-tempat di mana
banyak digunakan telepon genggam dan electronic mail (e-mail) atau surat
6
elektronik.

4. Monitoring dan Evaluasi


Ada satu hal penting lagi yang harus dilakukan dalam rangka
mensukseskan pemberantasan korupsi, yakni melakukan monitoring dan evaluasi.
Tanpa melakukan monitoring dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau
kegiatan pemberantasan korupsi, sulit mengetahui capaian yang telah dilakukan.
Dengan melakukan monitoring dan evaluasi, dapat dilihat strategi atau program
yang sukses dan yang gagal. Untuk strategi atau program yang sukses, sebaiknya
dilanjutkan. Untuk yang gagal, harus dicari penyebabnya.
Pengalaman negara-negara lain yang sukses maupun yang gagal dapat
dijadikan bahan pertimbangan ketika memilih cara, strategi, upaya maupun
program pemberantasan korupsi di negara kita. Namun mengingat ada begitu
banyak strategi, cara atau upaya yang dapat digunakan, kita tetap harus mencari
cara kita sendiri untuk menemukan solusi memberantas korupsi.

5. Kerjasama Internasional
Hal lain yang perlu dilakukan dalam memberantas korupsi adalah
7
melakukan kerjasama internasional atau kerjasama baik dengan negara lain.
Contoh gerakan organisasi internasional misalnya:

1. Perserikatan Bangsa Bangsa (United Nations)


2. Bank Dunia (World Bank)
3. OECD ( Organization for Economic co-Operation and Developement )

6
Tim penulis buku Pendidikan Antikorupsi, “Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi”,
Jakarta: Kemeristekdikti 2019, hal. 95
7
Tim penulis buku Pendidikan Antikorupsi, “Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi”,
Jakarta: Kemeristekdikti 2019, hal. 105

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Korupsi ini ibarat penyakit kanker ganas yang bersifat tidak hanya kronis
tetapi juga akut. Ia juga mengerogoti perekonomian sebuah negara secara
perlahan namun pasti. Penyakit ini menempel pada semua bidang
dimasyarakat sehingga sangat sulit untuk diberantas. Upaya yang dpat
dilakukan dalam penanggulangan kejahatan(korupsi) dapat dilakukan dengan
dua jalur yaitu:

1. Jalur penal

Jalur penal merupakan bentuk penanggulangan kejahatan yang


menitikberatkan pada tingkat represif (kejahatan yang sudah terjadi). Upaya
penal dapat dilakukan dengan menggunakan hukum pidana atau memberi
pidana.

2. Jalur non-penal

Jalur non penal lebih menitikberatkan pada sifat preventif (pencegahan)


atau penanggulangan yang dilakukan sebelum terjadinya tindak pidana
korupsi.

Beberapa kalangan mengatakan bahwa cara untuk memberantas korupsi yang


paling ampuh adalah dengan memberikan hukuman yang seberat-beratnya kepada
pelaku korupsi. Kepada pelaku yang terbukti telah melakukan korupsi memang
tetap harus dihukum (diberi pidana), namun berbagai upaya lain harus tetap terus
dikembangkan baik untuk mencegah korupsi maupun untuk menghukum
pelakunya. Maksudnya jangan hanya mengandalkan satu cara, satu sarana atau
satu strategi saja yakni dengan menggunakan sarana penal, karena ia tidak akan
mempan dan tidak dapat bekerja secara efektif. Belum lagi kalau kita lihat bahwa
ternyata lembaga serta aparat yang seharusnya memberantas korupsi justru ikut
bermain dan menjadi aktor yang ikut serta dalam praktek korupsi.

11
Upaya atau strategi yang dilakukan untuk memberantas korupsi yang
dikembangkan oleh United Nations:

1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi

2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

4. Monitoring dan Evaluasi

5. Kerjasama Internasional

B. Saran

Demikian makalah ini kami buat, semoga dengan makalah ini kita bisa
menambah pengetahuan kita tentang Strategi dan Upaya Pemberantasan Korupsi
dan bermanfaat bagi kita semua. Karena keterbatasan pengetahuan dan referensi,
pemakalah menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan agar makalah ini dapat
disusun menjadi lebih baik lagi dimasa yang akan datang.

12
DAFTAR PUSTAKA

Simbolon Firsleyden “Upaya penal dan non-penal dalam penanggulangan


peredaran kosmetik ilegal diwilayah hukum kota jambi”

Tim penulis buku Pendidikan Antikorupsi, “Pendidikan Anti Korupsi untuk


Perguruan Tinggi”, Jakarta: Kemeristekdikti 2019

Yandi Rus, “Peran Agama dalam Pembentukan perilaku Antikorupsi”, Saliha,


vol.4 no.1, Januari 2021

13

Anda mungkin juga menyukai