TARJAMAH II
TEKNIK REDUKSI, TEKNIK EKSPANSI, TEKNIK
EKSPLANASI dan TEKNIK SUBTITUSI
“DOSEN PEMBIMBING: SYAHABUDDIN NUR, M.Pd.I
OLEH:
Kelompok X
NUR HAYATI B
NURUL HIDAYATIL MUNIRAH
RAHMANIAH
RIZKIA FASALU NURHANIPA
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, atas rahmatNya kami
dapat tepat waktu untuk menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Teknik
Reduksi, Teknik Ekspansi, Teknik Eksplanasi dan Teknik Subtitusi” pada mata
kuliah Tarjamah II.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah ikut serta membantu memberikan informasi dan materi kepada kami, terlebih
kepada Muallim Syahabuddin Nur, M.Pd.I selaku dosen pembimbing mata kuliah
ini.
Kami juga sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Kami mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari berbagai pihak demi meningkatkan makalah yang
kami buat ini, sehingga bisa lebih dimengerti dan dipahami. Semoga makalah ini
Kelompok X
ii
DAFTAR ISI
JUDUL Halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Teknik Reduksi ?
2. Apa itu Teknik Ekspansi ?
3. Apa itu Teknik Eksplanasi ?
4. Apa itu Teknik Substitusi ?
C. Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui apa itu Teknik Reduksi
2. Untuk mengetahui apa itu Teknik Ekspansi
3. Untuk mengetahui apa itu Teknik Eksplanasi
4. Untuk mengetahui apa itu Teknik Substitusi
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teknik Reduksi
Setiap bahasa memiliki stuktur yang khas dan unik. Stuktur bahasa Arab
misalnya, sudah pasti berbeda dengan stuktur bahasa Indonesia. Boleh jadi
struktur baku bahasa Arab di pandang berlebihan dalam kaidah bahasa Indonesia
dan fungsi dalam bahasa sumber tidak diperlukan dalam bahasa target.
Konsekuensinya, ada fungsi bahasa sumber yang mesti dihilangkan dalam bahasa
target.
Kondisi semacam ini menuntut adanya penyesuaian. Praktik penyesuaian
bisa berupa penghilangan unsur yang tak diperlukan agar selaras dengan stuktur
bahasa target. Maka penghilangan satu atau beberapa unsur linguistik bahasa
sumber dalam bahasa target sering kali dilakukan penerjemah. Secara teorotis,
penghilangan ini bisa dilakukan dengan menggunakan teknik reduksi.
Teknik reduksi merupakan cara penerjemahan yang dilakukan dengan
menghilangkan unsur gramatikal bahasa sumber dalam bahasa target. Dalam
penerjemahan Arab-Indonesia, penggunaan teknik reduksi dapat terlihat pada
pengurangan pola P-S menjadi P dan pola P-(S) menjadi P- tanda kurung
menunjukkan bahwa keberadaan S dalam bahasa sumber bersifat implisit.
Terkadang kalimat bahasa Arab yang berpola P-S atau P-(S) mesti di
reduksi unsur S-nya, sehingga menjadi P saja dalam bahasa Indonesia. Jika unsur
S dipertahankan, stuktur terjemahan menjadi kurang berterima karena sudah
disebutkan dalam konstituen inti atau sudah diketahui dari konteks kalimat.
Kalimat imperatif bahasa Arab meniscayakan adanya unsur S yang tersirat
didalam verba. Sementara dalam bahasa Indonesia, subyek yang umumnya berupa
pronomina persona II mesti dihilangkan dari kalimat imperatif. Pengurangan
unsur S, baik yang tersirat maupun yang tersurat, perlu dilakukan karena dapat
mengganggu kewajaran dan tidak menambah kejelasan.
2
3
Sebagai contoh dalam surah al-Baqarah ayat 223 terdapat penggalan فَ أْتُوا
َح ْرثَ ُك ْم أَىَّن ِش ْئتُ ْمyang diterjemahkan “Maka datangilah tanah tempat bercocok
tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.” Dengan teknik reduksi, frase فَأْتُوا
Contoh lainnya yakni dalam penggalan surah al-Imrhan ayat 32, ِأ
َطيعُوا اهللَ َو
ول
َ الرس
َّ yang diterjemahkan “ Taatilah Allah dan Rasul-Nya”. Dengan teknik
B. Teknik Ekspansi
Dalam banyak kasus, tidak setiap fungsi dan kategori sintaksis bahasa
sumber bisa dialihkan secara langsung ke dalam bahasa target. Kasus semacam ini
memerlukan penanganan khusus. Penerjemahan perlu mendeskripsikan makna
suatu kata bahasa sumber dalam bahasa target. Pendeskripsian ini mengakibatkan
perluasan fungsi sintaksis dalam bahasa target. Secara teoretis penanganan
masalah seperti ini dapat dilakukan dengan teknik ekspansi.
Teknik ekspansi merupakan cara penerjemahan yang ditandai dengan
perluasan fungsi dan kategori yang disebabkan adanya deskripsi makna bahasa
sumber dalam bahasa target. Jadi, ekspansi merupakan kebalikan dari reduksi.
Dengan teknik yang pertama, penerjemah mengekspansi keterangan dalam bahasa
1
M. Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya 2011), hal. 71-72
2
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB_131664371-
SYIHABUDDIN/PRESENTASI_PERKULIAHAN/Terjemah.pdf Di akses pada tanggal 30
Oktober 2019 pukul 09.34 WITA
4
target dengan konsekuensi adanya ٌ‘ ِزيَ َادةpenambahan’ fungsi dan kategori
adanya ص
ٌ ‘ َن ْقpengurangan’ unsur linguistik dari bahasa sumber.
Dalam penerjemahan Arab-Indonesia, perluasan fungsi dan kategori
sintaksis dapat terjadi dari pola P-S menjadi K-P-S, kategori A menjadi FA, dari
N menjadi FN, dari V menjadi FV, dari V menjadi FN, dan KS (F) menjadi F.
ِ الَ ُتو
اع ُد ْو ُه َّن
Sebagai contoh dalam surah al-Baqarah ayat 235 terdapat penggalan
َ
ِس ًّراditerjemahkan dengan menggunakan teknik ekspansi menjadi ‘ janganlah
kamu mengadakan janji dengan mereka secara rahasia’. Di sini terjadi perluasan
fungsi dan kategori yang disebabkan oleh deskripsi makna bahasa Arab dalam
ِ الَ ُتو
اع ُد ْو ُه َّن
bahasa Indonesia. Frase
َ yang secara harfiah berarti ‘janganlah
Sebagai contoh KS لن berfungsi negasi dan lazim disertakan pada verba
verba mudhari’ pada kala mendatang. Dua fungsi ini tidak memiliki padanan yang
pas dalam bahasa indonesia. Dalam hal ini, penerjemah perlu mendeskripsikan KS
C. Teknik Eksplanasi
Secara implisit, setiap verba dalam bahasa Arab sudah mengandung ضمري
'pronomina'. Sesuai dengan varian konjugasi verba, baik dalam fi'il Madhi
ataupun fi'il midhari', terdapat 14 pronomina dalam Bahasa Arab. keempat belas
varian pronomina ini dipilih berdasarkan aspek persona, numerasia, dan jantina
misalnya ,terkandung dalam verba فعل (madhi) dan يفعل mudhari), sedang yang
ِ
Alhasil, penggalan ayat ke 110اخ ْل َف ُهم
ْ َ وم َ َ َي ْعلَ ُم َما َبنْي َ أَيْدي ِه ْم dalam surah
Taha (20) mesti diterjemahkan menjadi “Dia mengetahui apa yang ada
dihadapan mereka dan apa yang ada dibelakang mereka”. kemunculan
pronomina Dia dalam terjemahan sebagai akibat dari penggunaan teknik
eksplanasi, sebab secara implisit verba يفعل sudah mengandung pronomina هو
(dia) boleh juga penerjemah dilakukan dengan cara mengeksplisitkan pronomin
Dia dengan memunculkan unsur deiksis yang dirujuknya, yaitu Allah. dengan
begitu, terjemahan penggalan ayat ini menjadi 'Allah mengetahui apa yang ada di
hadapan mereka dan apa yang ada di belakang mereka'.
target. cara ini diterapkan supaya struktur teks terjemahan berterima dan mudah
dipahami pembaca target. dengan demikian, eksplanasi merupakan teknik
penerjemahan yang ditandai dengan pengeksplisitan unsur linguistik bahasa
sumber dalam bahasa target. pengeksplisitan ini, seperti disebutkan Syihabuddin
(2005), ditunjukkan oleh perubahan pola P-(S) menjadi S-P dan (S) -P menjadi S-
P- tanda kurung menunjukkan bahwa keberadaan S dalam Bahasa sumber bersifat
implisit.
Contoh lainnya di dalam penggalan surah al-Imrhan ayat 371 ونعم الوكيل
di terjemahkan “Allah adalah sebaik-baik pelindung” dalam kalimat tersebut
terdapat pronomina atau dlomir dia laki-laki yang dalam teknik ini diterjemahkan
subjeknya secara eksplisit atau gamblang supaya pembaca dapat memahami isi
kalimat dengan mudah.
D. Teknik substitusi
Penggantian fungsi sintaktis bahasa sumber dalam bahasa target adakalanya
perlu dilakukan oleh penerjamah, seperti pergantian predikat (P) dengan
keterangan (K). Penggantian P dengan K, menurut syihabudin (2005), terjadi pada
kalimat nominal, baik yang menggunakan kopula maupun tidak, dengan pola P-S
yang P-nya berupa preposisi. Hubungan antara P dan S dapat dieksplisitkan
dengan menambah kata ada atau terdapat, yang dalam bahasa indonesia berfungsi
ك لَعِْب َر ًة ِ
sebagai P. Contohnya dalam penggalan surah an-Nur ayat 44, َ إِ ِّن يِف َذل
yang berpola P-S diterjemahkan menjadi “Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat pelajaran.” yang berpola K-P.
Penenganan dengan cara semacam ini lazim disebut teknik subtitusi.
Walhasil, teknik subtitusi merupakan cara penerjemahan yang dilakukan dengan
mengganti fungsi sintaktis bahasa sumber dengan fungsi lain dalam bahasa target.
Menurut Syihabuddin (2005) terkadang penerjemah mengganti fungsi sintaktis
bahasa sumber dalam bahasa target, seperti mengganti objek (O) dengan subjek
(S) dan objek dengan keterangan (K). Teknik ini mengharuskan penerjemah untuk
7
merekonstruksi struktur bahasa sumber dalam bahasa target, seperti tampak pada
penggantian P menjadi K.3
Contoh lainnya : َه ْل لَنَ ا ِم َن األ َْم ِر ِم ْن َش ْي ٍء yang diterjemahkan “ Apakah
ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini.
3
M. Zaka Al-Farisi, Pedoman Penerjemahan,..hal. 75
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Dari pemaparan diatas maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:
sumber.
3. eksplanasi merupakan teknik penerjemahan yang ditandai dengan
pengeksplisitan unsur linguistik bahasa sumber dalam bahasa target.
4. teknik subtitusi merupakan cara penerjemahan yang dilakukan dengan
mengganti fungsi sintaktis bahasa sumber dengan fungsi lain dalam
bahasa target.
8
DAFTAR PUSTAKA